Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

PESTISIDA DAN APLIKASI

OLEH:

ROBERTO SIHOMBING

NIM. 2106113018

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2023
LEMBAR PENEGSAHAN

“KALIBRASI HERBISIDA DAN PENGENALAN ALAT

PENGAPLIKASIAN PESTISIDA”

OLEH:

ROBERTO SIHOMBING

NIM. 2106113018

Mengetahui,

Pekanbaru, 31 Oktober 2023

Asisten I Asisten II

Farha Safhira Puti Cindy Monisa

NIM. 2006112526 NIM. 2006135350


I. JUDUL KEGIATAN

Adapun judul praktikum pestisida dan aplikasi adalah Kalibrasi herbisida dan

pengenalan alat pengaplikasian pestisida.

II. TUJUAN KEGIATAN

Adapun Tujuan dari praktikum Pestisida dan Aplikasi adalah Untuk

Mengetahui Teknik dan metode yang tepat dalam melakukan kalibrasi herbisida

dan untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam pengaplikasian pestisida.

III. TEMPAT DAN WAKTU

Adapun Tempat dilaksanakannya praktikum kali ini ini adalah di

Laboratorium Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Riau.

Adapun waktu pelaksanaan praktikum kali ini ialah pada hari Selasa, 24

Oktober 2023 pada Pukul 10.00-11.40 WIB.

IV. BAHAN DAN ALAT

Adapun Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini ini adalah pancang,

air dan tali rafia

Adapun Alat yang digunakan pada praktikum kali ini ialah Sprayer 1 liter,

meteran.

V. PEMBAHASAN

5.1 Kalibrasi Herbisida

Kalibrasi adalah menghitung atau mengukur kebutuhan air suatu alat

semprot untuk luasan areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan

melakukan penyemprotan yang gunanya adalah untuk menghindari pemborosan


herbisida, memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan

herbisida dan memperkecil pencemaran lingkungan (Sukma et al., 1991). Kalibrasi

merupakan hal yang harus dilakukan ketika seorang akan melakukan pengendalian

terhadap OPT menggunakan alat semprot. Karena pada setiap alat semprot

memililki perbedaan volume yang keluar. Selain itu faktor manusia juga dapat

menyebabkan perubahan tersebut. Alat semprot yang menyebabkan perubahan

adalah dari nozel, yang kemudian akan menyebabkan volume curah yang keluar,

dan nozel menyebabkan perbedaan lebar gawang.

Manfaat dilakukannya kalibrasi yaitu untuk membantu memastikan

pengendalian hama yang baik, membantu mencegah kerusakan tanaman dari

pestisida, residu pestisida yang tinggi, dan kontaminasi lingkungan Kalibrasi semua

peralatan aplikasi untuk memastikan pestisida akan diterapkan secara akurat dan

seragam pada tingkat yang disarankan. Menurut Clay (2016), hal yang harus di

perhatikan dalam melakukan kalibrasi adalah mengetahui jumlah produk yang

diberikan sprayer per hektar, jumlah hektar yang dapat anda semprotkan per tangki,

tingkat aplikasi pestisida yang disarankan, jumlah pestisida untuk ditambahkan ke

tangki semprot.

Kalibrasi melibatkan persiapan peralatan sehingga berfungsi dengan baik,

mengukur tingkat pengiriman, menyesuaikan peralatan untuk mengubah tingkat

pengiriman, dan menghitung berapa banyak pestisida yang akan ditambahkan ke

tangki sprayer Kalibrasi peralatan secara teratur (setidaknya sekali per tahun) untuk

memastikan output tidak berubah. Juga mengkalibrasi peralatan saat masih baru

dan saat membuat perubahan yang memengaruhi tingkat pengiriman. Kalibrasi

yang tepat akan meminimalkan, jika tidak menghilangkan, sisa pestisida campuran
dalam tangki sprayer yang bisa sangat sulit untuk dibuang dengan

benar (Thies, 2021).

Adapun cara kerja kalibrasi yang dilakukan yakni pertama, dilakukan

pengukuran plot dengan ukuran 2x2 m, selanjutnya dipancang tiap sisi nya, setelah

itu dipasang tali rafia pada pancang hingga mengelilingi, kemudian sprayer diisi air

1,5 L dan sebelum digunakan dipompa terlebih dahulu, selanjutnya disiapkan

stopwatch untuk mengukur waktunya, kemudian disemprotkan air tersebut pada

plot tadi secara bersamaan dengan stopwatch agar diketahui waktunya nntinya,

terakhir, setelah selesai dikalibrasi, didapati waktu dan volume air yang digunakan

dan dicari volume semprot tersebut.

Berdasarkan kegiatan kalibrasi yang telah kami lakukan diketahu volume

awal yakni 1,5 L dan didapati volume akhirnya yakni 900 ml sehingga didapatkan

hasil volume semprot yakni 1500 ml – 900 ml adalah 600 ml sehingga diketahui

hasil volume semprot adalah 600 ml dengan waktu 2 menit 11 detik.

6.2 Pengenalan Alat Pengaplikasian Pestisida

Adapun alat aplikasi pestisida yang digunakan dalam pengaplikasian

pestisida antara lain:

A. Knapsack Sprayer
Knapsack sprayer adalah jenis sprayer yang paling umum digunakan oleh

petani hampir di semua areal pertanian padi, sayuran, atau diperkebunan. Prinsip

kerja knapsack sparayer adalah larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya

tekanan udara melalui tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan

penyemprot. Pada waktu gagang pompa digerakan, larutan keluar dari tangki

menuju tabung udara sehingga tekanan di dalam tabung meningkat. Keadaan ini

menyebabkan larutan pestisida dalam tangki dipaksa keluar melalui klep dan

selanjutnya diarahkan oleh nozzle bidang sasaran semprot. Tekanan udara yang

dihasilkan oleh pompa diusahakan konstant, yaitu sebesar 0,7 - 1,0 kg/cm2 atau 10-

15 Psi. Tekanan sebesar itu diperoleh dengan cara mempompa sebanyak 8 kali.

Untuk menjaga tekanan tetap stabil, pemompaan dilakukan setiap berjalan 2

langkah pompa harus digerakan sekali naik-turun. Kapasitas tangki knapsack

sprayer bervariasi berkisar antara 13, 15, 18, 20 tergantung mereknya

(Djojosumarto, 2004).

Menurut Hermawan (2012), penggunaan knapsack power sprayer memiliki

mutu penyemprotan yang lebih baik dibandingkan sprayer gendong manual dengan

membandingkan kapasitas lapang efektif rata-ratanya, sprayer manual memiliki

kapasitas 0.37 ha/jam per orang, sedangkan knapsack power sprayer memiliki

kapasitas mencapai 0.4 ha/jam per orang. sedangkan knapsack power sprayer

memiliki kapasitas mencapai 0.4 ha/jam per orang. Pengaruh kestabilan tekanan

pada penerapan sprayer bermotor memiliki pengaruh yang baik pada efektivitas

penyemprotan, hal ini dipengaruhi oleh sumber tenaga yang berasal dari motor

bakar internal sehingga debit keluaran dan tekanan kerja lebih stabil, jika
dibandingkan dengan sprayer manual yang menggunakan tenaga manusia sehingga

tekanan yang dihasilkan tidak stabil (Aspar, 2012).

B. Automatic Sprayer

VI. KESIMPULAN

Automatic Sprayer adalah jenis sprayer yang menggunakan

tenagapenggerak tangan dimana tekanan diberikan dengan pemompaansebelum

penyemprotan dilakukan. Sprayer ini disebut juga comprassed air sprayer dengan

tekanan dalam tangki sekitar 140-200 psi atau 10-14kg/cm.

Prinsip kerja alat penyemprot ini adalah memecah cairan menjadi butiran

partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini

maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau

tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan

menggunakan proses pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan

(hydraulic atomization), yaitu cairan di dalam tangki dipompa sehingga mempunyai

tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat

pengabut. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit

dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang

sangat halus. Kelebihan menggunakan alat ini adalah karena komponen yang

digunakan relatif sederhana untuk dioperasikan, fleksibel dan dengan perubahan


sedikit dapat digunakan untuk sasaran organisme yang lain. Sedangkan

kekurangannya adalah droplet dihasilkan dalam kisaran diameter yang luas

mengakibatkan banyak pestisida yang terbuang dan penggunaan komponen

khususnya nosel yang mengharuskan seringnya penggantian alat (Widianto, 2001).

C. Mist blower Sprayer

Alat ini digunakan untuk aplikasi pestisida padat atau serbuk, pestisida

dalam bentuk debu terdiri dari bahan pembawa yang kering dan halus, yang

mengandung bahan aktif 1-10 persen, ukuran partikelnya berkisar lebih kecil dari

75 mikron, Aplikasinya tanpa dicampur dengan bahan lain dan dimanfaatkan untuk

mengatasi pertanaman yang berdaun rimbun lebat, karena partikel debu dapat

masuk keseluruh bagian pohon. Penggunaan sprayer didasarkan pada tujuan.

Kemudian dalam pengaplikasian pestisida, diperlukan pengetahuan yang baik agar

penggunaan pestisida tidak menyebabkan kerugian atau dalam kata lain boros.

Pengetahuan ini lebih tergantung kepada jenis pestisida dan dosis yang digunakan.

Sprayer ini memiliki fungsi lain yaitu mengatur jumlah obat yang disemprotkan

sesuai dengan keperluan untuk menghindari pemberian dosis yang berlebihan

(Daywin et al. 1992). Dalam hal ini, dosis yang digunakan baiknya tepat atau

mendekati tepat dalam pengaplikasiannya. Dengan demikian efek atau keampuhan

pestisida yang digunakan dapat dibuat scoptimal mungkin.


Prinsip kerja alat ini adalah menghembuskan cairan seperti pestisida

menjadi butir-butir kecil (droplet) oleh bantuan tenaga angin yang kuat dari blower,

sehingga dapat dikatakan bahwa mesin itu adalah mesin penyemprot dengan sistem

tekanan angin. Karena dapat menghembuskan cairan yang lebih sedikit dan lebih

efektif, maka dapat menghemat tenaga kerja dan efesiensi pemberantasan hama

yang lebih besar. Kelebihan alat ini adalah lebih praktis karena mesin lebih karena

dapan menembus gulma di semak-semak yang dalam. Sedangkan kekurangan dari

alat ini adalah harganya yang mahal serta alat lebih berat (Endah, 2005).

Adapun cara penggunaan Mist Blower power sprayer adalah (1).

Menyiapkan alat dan bahan, (2). Menggunakan alat perlindungan diri (APD), (3).

Menggendong mist blower dari posisi jongkok ke berdiri, (4). Setelah berdiri,

nyalakan mesin mist blower dengan menarik starter, (5). Setelah posisi nyaman,

memperhatikan arah angin, dan menghadapkan noozle ke arah angin berhembus,

(6). Menyalakan tuas kran sampai volume max, (7). Menyemprotkan insektisida

sampai habis, (8). Mematikan mesin mist blower, (9). Letakkan

kembali mist blower.

D. Semi Automatic Sprayer

Alat ini berfungsi untuk memecahkan cairan yang disemprotkan menjadi

tetesan kecil (droplet) dan mendistribusikan secara merata pada objek yang
dilindungi dengan menggunakan tekanan udara yang berasal dari pompaan

pada tuas pompa. Menurut Priyatmoko (2013), Semi automatic sprayer merupakan

inovasi sprayer anti gendong hemat energi, Semi automatic sprayer mampu

meningkatkan produktivitas hingga 112%.

Prinsip kerja dari alat ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel

halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka

pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk

tanaman. Biasanya dilakukan proses pembentukan partikel dengan menggunakan

tekanan (hydraulic atomization) untuk memperoleh butiran halus, yaitu tekanan

dalam tabung khusus dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan

akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut bersama dengan

cairan. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari

alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat

halus. Kelebihan dari alat ini adalah mampu menampung kapasitas air sampai 16-

18 liter dan terbuat dari logam besi. Sedangkan kekurangannya adalah komponen-

komponen sprayer yang sering mengalami kerusakan diantaranya ialah batang torak

mudah patah, paking karet sering sobek, katup bocor, ulir aus, selang penyalur

pecah, nozzle dan kran sprayer mudah rusak, tabung pompa bocor, dan tali gendong

putus (Novizan, 2002).

Cara penggunaannya dengan memasukkan cairan yang akan digunakan

kedalam tangki lalu menutupnya dengan rapat lalu memompa cairan dengan tuas

pompa sehingga cairan keluar lalu mengarahkan laras kebawah atau pada bagian

tanaman yang akan disemprot dengan membuka kran atau pelatuk maka

cairan akan keluar.


E. Swing fog

Swingfog adalah pengasapan insektisida dengan mesin swingfog

dilaksanakan dengan cara menyemprotkan insektisida ke dalam bangunan rumah

atau lingkungan sekitar rumah diharapkan nyamuk yang berada dihalaman maupun

didalam rumah terpapar dengan isektisida dan dapat dibasmi.

Prinsip Swing fog bekerja berdasarkan prinsip semburan berpulsa.

Campuran bahan bakar bensin dan udara secara berseri dibakar dalam ruang

pembakaran yang berbentuk khusus pada getaran sekitar 90 pulsa per detik. Gas

hasil pembakaran keluar melalui pipa yang lebih kecil dari ruang pembakaran.

Larutan bahan kimia diujung resonator, lewat arus pulsa gas, kemudian pecah

menjadi jutaan partikel kecil, dihembuskan ke udara dalam bentuk kabut tebal.

Temperatur diujung resonator, tempat cairan bahan kimia mengalir berkisar antara

40 sampai 60 derajat Celcius tanpa mengurai komposisi bahan aktif, larutan bahan

kimia yang terkena panas disini, tidak lebih dari 4 sampai 5 mili detik. Oleh sebab

itu bahan kimia yang peka terhadap panas dapat dipakai. Kelebihan swing fog ini

adalah dapapt menjangkau area yang cukup luas. Sedangkan kekurangan alat ini

yaitu hanya efektif selama beberapa saat, asap fogging mudah menguap karena

udara terlalu panas, dapat mengganggu saluran pernapasan, dan efek toksin

terhadap penyakitnya idak bertahan lama (Djojosumarto, 2008).


F. Handsprayer

Handsprayer adalah Jenis sprayer ini berukuran kecil, mudah dipegang

sambil menyemprot atau menggerakkan pompa udara. Ukuran volume tangki 250-

1000 cc. penggunaannya terbatas untuk menyemprot disekitar ruangan rumah,

gedung, dan taman-taman sekitar (tanaman hias dan lain lain). Butiran cairan yang

keluar cukup baik dan halus. Terdapat dua tipe atomizer, yaitu single action dan

kontinu action. Menurut Djojosumarto (2004), Prinsip kerja handsprayer adalah

cairan di dalam tangki dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi sehingga

akan mengalir melalui selang karet menuju alat pengabut. Cairan dengan tekanan

tinggi dan melalui celah yang sempit akan pecah menjadi partikel partikel yang

halus. Sitem ini dikenal sebagai hydrolik atomization. Adapun cara penggunaan

handsprayer (1). Isi sprayer dengan larutan pupuk atau pestisida, (2). Tutup rapat

lalu pompa agar ada tekanan secukupnya, (3). Tekan handle untuk menyeprot, (4).

putar ujung sprayer untuk penyemprotan/ pengkabutan yg diinginkan.

VI. Kesimpulan

Kalibrasi adalah menghitung atau mengukur kebutuhan air suatu alat

semprot untuk luasan areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan

melakukan penyemprotan yang gunanya adalah untuk menghindari pemborosan


herbisida, memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan

herbisida dan memperkecil pencemaran lingkungan. Proses kalibrasi menggunakan

alat aplikasi pestisida. Adapun alat alat aplikasi pestisida antara lain handsprayer,

knapsack sprayer, mist blower power sprayer, automatic sprayer, semi automatic

sprayer dan swing fog. Adapun volume semprot yang didapatkan saat melakukan

kegiatan kalibrasi adalah 600 ml dengan waktu 2 menit 11 detik.


DAFTAR PUSTAKA

Aspar G. 2012. Studi aplikasi knapsack sprayer, knapsack power sprayer, dan boom
sprayer di PT Laju Perdana Indah, Palembang, Sumatera Selatan [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Clay, S.A. 2016. Chapter 41: Chemical Sprayer Application and Calibration. In
Clay, D.E., C.G. Carlson,S.A. Clay, and E. Byamukama (eds). iGrow Corn:
Best Management Practices. South Dakota State University.

Daywin FJ. Sitompul RG, Imam H. 1992. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian. Bogor
(ID): JICA-DGHE/IPBProject

Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian.


Kanisius. Yogyakarta.

Djojosumarto, Panut. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT Agromedia


Pustaka. Jakarta

Endah. 2005.Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. Agromedia


Pustaka. Jakarta

Hermawan W. 2012. Kinerja sprayer bermotor dalam aplikasi pupuk daun di


perkebunan tebu [ulasan]. JTEP. 26(2): 93-94.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agro Media Pustaka.


Jakarta Selatan.

Priyatmoko, A. 2013. Semi Automatic Sprayer: Sprayer Innovation-Carry Free and


Energy Saving. In Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional Program Kreativitas
Mahasiswa-Teknologi 2014. Indonesian Ministry of Research, Technology
and Higher Education.

Sukma. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta (ID): Rajawali Press.

Thies, J. A. 2021. Grafting for managing vegetable crop pests. Pest Management
Science, 77(11), 4825-4835.

Widianto, R. 2001. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.


DOKUMENTASI

Gambar 1. Pengukuran Plot Gambar 2. Pemasangan


pancang

Gambar 3. Pemasangan tali Gambar 4. Pemompaan


Sprayer

Gambar 5. Penggunaan Gambar 6. Waktu Penyemprotan


Sprayer

Anda mungkin juga menyukai