Anda di halaman 1dari 9

III.

METODOLOGI (Aplikasi Herbisida)

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum aplikasi herbisida adalah tali, meteran,
knapsack sprayer, ember, dan gelas ukur. Sedangkan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah herbisida sistemik Sunatra 500 SC, herbisida kontak
Gramoxone, petakan lahan yang ada berbagai jenis gulma, dan air.

3.2 Cara Kerja

Cara kerja dalam praktikum aplikasi herbisida ini adalah sebagai berikut.
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan oleh tiap perwakilan kelompok.
2. Disiapkan dua jenis herbisida berbeda (kontak dan sistemik) dan ditentukan dosis
aplikasi yang akan dipakai. Sebelum diaplikasikan herbisida, dilakukan kalibrasi
dengan metode luas dan analisis vegetasi dengan metode visual.
3. Ditentukan luas petakan yang akan disemprot, serta dihitung kebutuhan herbisida
dan larutan semprotnya.
4. Disemprot larutan herbisida yang tersedia ke areal petakan yang telah dibuat.
Petakan terdiri dari 3 yaitu, petak 1 herbisida sistemik Sunatra 500 SC, petak 2
herbisida kontak Gramoxone, dan petak 3 sebagai perlakuan kontrol.
5. Setelah diaplikasikan, diamati gejala keracunan (perubahan warna daun dan
bentuk) yang terjadi sesuai waktu yang ditentukan.
6. Dicatat data yang didapatkan.
III. METODOLOGI (Kalibrasi Sprayer)

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum aplikasi herbisida adalah tali, meteran, nosel,
ember, dan gelas ukur. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
petak contoh dan air.

3.2 Cara Kerja

Cara kerja dari praktikum kalibrasi sprayer ini adalah sebagai berikut.
1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan oleh tiap perwakilan kelompok, dan
selama pelaksaan digunakan metode luas dan metode waktu.
2. Pada metode luas, disiapkan alat semprot yang digunakan yaitu nosel biru dan
ditentukan luas petak contoh di areal yang akan disemprot. Tangki sprayer diisi air
sesuai takaran dan dipompa, disemprotkan secara merata pada petak contoh. Sisa
air dalam tangki diukur dan dicatat data yang didapat.
3. Pada metode waktu, ditentukan volume semprot dan tangki sprayer diisi air.
Ditentukan debit nosel dengan cara disemprotkan air selama 1 menit, air yang
keluar dari nosel ditampung dalam ember dan diukur jumlahnya. Kemudian catat
data yang didapatkan selama pengerjaan praktikum.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN (Kalibrasi Sprayer)

4.1 Pembahasan

Bahas Data

Kalibrasi adalah cara yang digunakan untuk mengukur banyaknya larutan semprot
yang dikeluarkan olet sprayer atau alat semprot. Kalibrasi sprayer bertujuan untuk
menentukan takaran aplikasi dengan tepat, mencegah pemborosan, dan mengadakan
penyeragaman perhitungan aplikasi. Dalam kebanyakan kasus, kalibrasi adalah
menentukan volume semprot. Selain itu, tujuan dilakukannya kalibrasi adalah untuk
mengetahui banyaknya cairan semprot yang dibutuhkan untuk setiap satuan lahan.
Sehingga melakukan kalibrasi sprayer sebelum mengaplikasikan herbisida sangat
penting untuk menyesuaikan kebutuhan semprot pada lahan (Aprianto, Sudiarso, dan
Husni, 2017).

Metode yang digunakan dalam praktikum adalah metode waktu dan metode luas.
Kedua metode tersebut memiliki perbedaan, seperti pada metode waktu yang dapat
dilakukan sesudah ditentukan volume semprotnya. Kalibrasi sprayer dengan
menggunakan metode waktu bertujuan untuk menentukan kecepatan jalan operator,
sehingga metode tersebut lebih mudah diterapkan. Sedangkan metode luas lebih
mudah diterapkan untuk penyemprotan lahan berskala sempit atau pada tingkat petani
yang biasanya menggunakan alat semprot punggung (knapsack sprayer). Metode luas
dalam kalibrasi sprayer bertujuan untuk menentukan volume semprot atau jumlah
larutan herbisida per satuan luas. Syarat utama penerapan metode luas adalah tekanan
dalam tangki dan kecepatan jalan operator harus konstan (Sari, 2014).
Kalibrasi sprayer yang dilakukan harus memperhatikan beberapa hal agar hasil yang
ditentukan dapat sesuai. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengkalibrasi
sprayer adalah kecepatan jalan dan tekanan dalam tangki harus konstan, alat yang
akan digunakan untuk aplikasi harus sama dengan yang dikalibrasi, operator dan
lahan yang digunakan harus sama pada saat aplikasi dan kalibrasi. Selain itu, hal-hal
yang harus diperhatikan selama melakukan kalibrasi sprayer adalah menentukan dosis
herbisida yang digunakan, konsentrasi dan volume semprot, serta bahan
penyampurnya. Konsentrasi penyemprotan dilakukan agar mengetahui jumlah
herbisida yang disemprotkan dalam satu liter air. Sedangkan volume semprot adalah
banyaknya larutan herbisida yang digunakan untuk menyemprot sasaran tertentu per
satuan luas atau per satuan individu tanaman (Djojosumarto, 2008).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN (Aplikasi Herbisida)

3.2 Pembahasan

Bahas Data

Pengendalian gulma adalah suatu cara yang digunakan untuk menekan pertumbuhan
gulma, sehingga tidak merugikan tanaman budidaya. Pengendalian gulma memiliki
prinsip utama dalam pengendaliannya di lapangan. Prinsip utama dari pengendalian
gulma yaitu menekan populasi gulma sebelum merugikan tanaman. Aplikasi
herbisida dilakukan untuk membersihkan tanaman dari gulma yang dapat
mengganggu proses pertumbuhan tanaman. Sehingga tanaman dapat tumbuh dan
berkembang dengan optimal, serta dapat menekan pertumbuhan gulma. Penundaan
pengendalian gulma sampai gulma berbunga akan memberikan kesempatan gulma
untuk berkembangbiak dan penyebaran gulma pada lahan budidaya (Aprianto,
Sudiarso, dan Husni, 2017).

Penggunaan herbisida dalam mengendalikan gulma memiliki keuntungan dan


kerugian. Keuntungan menggunakan herbisida adalah gulma dapat dikendalikan
dalam waktu yang relatif singkat dan mencakup areal yang luas. Kerugian yang
disebabkan karena menggunakan herbisida adalah merusak tanaman, sehingga saat
aplikasi harus hati-hati. Pemakaian yang salah dapat merugikan lingkungan dan
tanaman yang dibudidayakan. Pemakaian suatu jenis herbisida secara terus menerus
akan membentuk gulma yang resisten, sehingga akan sulit mengendalikannya.
Konsekuensi dari pemakaian herbisida yang sama (sama jenis bahan aktif atau sama
cara kerja) secara berulang-ulang dalam periode yang lama akan menyebabkan
masalah yang timbul pada lahan. Masalah tersebut yaitu terjadi dominansi populasi
gulma resisten terhadap herbisida atau dominansi gulma toleran herbisida (Emanuel
Barus, 2007).

Herbisida dibedakan menjadi dua berdasarkan cara kerjanya atau translokasinya,


yaitu herbisida kontak dan sistemik. Herbisida sistemik adalah herbisida yang
ditranslokasikan dan berefek luas pada seluruh sistem tumbuhan. Herbisida sistemik
efektif untuk mengendalikan gulma tahunan dan dapat bersifat selektif maupun non
selektif, dapat berspektrum pengendalian luas maupun sempit. Gejala kematian gulma
terlihat pada 2-4 minggu setelah aplikasi. Sedangkan herbisida kontak adalah
herbisida yang mematikan bagian gulma yang terkena semprot. Herbisida kontak
dikenal juga sebagai caustic herbicides, karena adanya efek bakar yang terlihat,
terutama pada konsentrasi tinggi pada bagian yang berhijau daun. Herbisida kontak
hanya mematikan bagian gulma yang terkena larutan, jadi bagian gulma di bawah
tanah seperti akar atau rimpang tidak terpengaruhi dan pada waktunya dapat tumbuh
kembali. Singkatnya, herbisida kontak dapat langsung mematikan bagian gulma yang
terkena, sedangkan herbisida sistemik melalui translokasi ke seluruh jaringan gulma
(Soerjandono, 2005).
DAFTAR PUSTAKA (Kalibrasi sprayer)

Aprianto, Sudiarso, dan Husni. 2017. Pengaruh Waktu dan Metode Pengendalian
Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.).
Jurnal Produksi Tanaman. 5(2) : 191-197.

Djojosumarto, P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Sari, D. 2014. Kalibrasi dan Aplikasi Herbisida. Fakultas Pertanian. Universitas


Bengkulu.

DAFTAR PUSTAKA (Aplikasi Herbisida)

Aprianto, Sudiarso, dan Husni. 2017. Pengaruh Waktu dan Metode Pengendalian
Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.).
Jurnal Produksi Tanaman. 5(2) : 191-197.

Barus, Emanuel. 2007. Pengendalian Gulma di Perkebunan, Efektivitas, dan


Efisiensi
Aplikasi Herbisida. Kanisius. Yogyakarta.

Soerjandono, N. 2005.Teknik Pengendalian Gulma dengan Herbisida Persistensi


Rendah pada Tanaman Padi. J. Buletin Teknik Pertanian. 10(1) : 8 Hal.
LAMPIRAN (Kalibrasi Sprayer)

LAMPIRAN (Aplikasi Herbisida)

(a) Petak 1 Kontrol (b) Petak 2 Gramaxone (c) Petak 3 Sunatra

(a) Aplikasi Herbisida Gramaxone (b) Aplikasi Herbisida Sunatra

Anda mungkin juga menyukai