Anda di halaman 1dari 23

KALIBRASI ALAT SEMPROT PESTISIDA (SPRAYER)

LAPORAN PRAKTIKUM
M.K. ALAT DAN MESIN PERTANIAN (TPT1212)

Oleh:

Kelompok B03

Adinda Shandipa Harinza 191710201012


Tsausha Ilman Hanif Naturdany 191710201047
Muh. Hamas Firdaus Dzulfikri 191710201060
Syahrul Bima Sahputra 191710201099

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Pertanian merupakan suatu kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang


dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri,
atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Salah satu
kegiatan pertanian adalah pengendalian hama. Kegiatan pengendalian hama
dulu menggunakan tenaga manusia langsung dengan mengambil atau mengusir
hama yang menyerang tanaman yang sedang ditanam oleh petani.

Seiring dengan perkembangan zaman kegiatan pengendalian hama


umumnya dilakukan dengan cara menyemprotkan pestisida ke tanaman.
Penyemprotan pestisida biasanya dilakukan dengan menggunakan sprayer
secara manual. Pestisida mengandung zat-zat yang dapat membunuh hama
yang menyerang tanaman. Menyemprotkan pestisida terbukti lebih efektif
daripada menggunakan cara manual dengan mengambil langsung hama. Selain
itu, dapat juga digunakan herbisida untuk membunuh tanaman gulma yang ada
disekitar tanaman yang ditanaman.

Dengan penyemprotan pestisida dan herbisida ke tanaman itu dapat


membunuh hama dan gulma yang ada disekitar tanaman. Akan tetapi hal ini
juga dapat mengubah susunan tanah yang ada sekitar tanaman. Tanah akan
terkena bahan kimia dari pestisida dan tentunya itu dapat membunuh serangga
yang didalam tanah yang berfungsi untuk menggemburkan tanaman. Selain itu
bahan kimia dari pestisida juga dapat mencemari tanah dan jika mengalir ke
aliran air tanah maka itu akan mencemari daerah sumber air yang ada disekitar
lahan itu. Selain itu serangga yang masih dapat bertahan dari pestisida yang
digunakan dapat tumbuh dan berkembang biak dengan pertahanan yang lebih
kuat sehingga tidak lagi bisa dibunuh dengan menggunakan pestisida yang
sama.

Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari penggunaan


pestisida. Salah satu cara yang dilakukan untuk mengurangi dampaknya adalah
dengan dilakukannya pertanian organik dimana pestisida yang digunakan
terbuat dari bahan organik sehingga dapat terurai dengan baik oleh tanah.
Selain itu dengan mengurangi pengguanaan pestisida dan juga mengusir hama
secara manual dampak dari penggunaan pestisida dapat lebih ditekan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penulisan
laporan praktikum ini adalah:

a. Bagaimana prinsip penyemprotan pestisida menggunakan sprayer?


b. Bagaimana debit penyemprotan sprayer?
c. Bagaimana lebar penyemprotan sprayer?
d. Bagaimana kecepatan kerja penyemprotan sprayer?
e. Bagaimana volume aplikasi sprayer?

1.3 Tujuan
Tujuan kegiatan praktikum dan penulisan laporan praktikum ini adalah

a. Mengetahui prinsip penyemprotan pestisida menggunakan sprayer.


b. Mengetahui debit penyemprotan sprayer.
c. Mengetahui lebar penyemprotan sprayer.
d. Mengetahui kecepatan kerja penyemprotan sprayer.
e. Mengetahui volume aplikasi sprayer
1.4 Manfaat
Manfaat dari kegiatan praktikum dan penulisan laporan ini adalah
a. Dapat mengetahui prinsip kerja dari penyemprotan pestisida dengan
menggunakan sprayer.
b. Dapat mengetahui pengaruh debit penyemprotan sprayer terhadap
efektifitas dari spayer.
c. Dapat mengetahui pengaruh lebar penyemprotan sprayer terhadap
spasi 1.5 efektifitas dari sprayer.
d. Dapat mengetahui kecepatan kerja penyemprotan sprayer dan
memperhitungkan tingkat keefektifitasan kerja pada kecepatan tersebut.
e. Dapat mengetahui volume aplikasi dari sprayer dan juga pengaruhnya
terhadap efektifitas penyemprotan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)


Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak
diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat
digunakan untuk semua organisme, dalam praktek istilah ini paling
sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut
hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi
agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Dalam pertanian, hama
adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan
secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang
menyebabkan kerugian dalam pertanian. (Anggie, 2015)

2.2 Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai hama dalam arti luas (jazat penganggu) (Triharso,
1995). Menurut Sudarmo (1991), pestisida adalah bahan kimia yang
digunakan untuk mengendalikan perkembangan atau pertumbuhan dari hama,
penyakit dan gulma. Penggunaan pestisida untuk untuk pengendalian hama
mempunyai kelebihan antara lain mempunyai daya bunuh yang tinggi,
penggunaanya mudah da hasilnya cepat diketahui sehingga tanpa
menggunakan pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian yang
signifikan. Tetapi penggunaan pestisida yang kurang tepat akan sagat
berbahaya antara lain akan merugikan masyarakat, karena sering terjadi
keracunan inang maupun pengguna serta dapat mencemari lingkungan.
Pestisida secara umum digolongkan beberapa jenis menurut organisme yang
akan dikendalikan populasinya yaitu Insektisida, herbisida, fungsida dan
nematisida digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, jamur tanaman
yang patogen dan nematoda.

2.3 Alat Semprot Pestisida (Sprayer)


Semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara
penyemproan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan
mekanisme kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah
larutan semprot yang dilakukan oleh nozzle, menjadi bagian-bagian atau
butiran-butiran yang sangat halus (droplet). Pada alat pengkabut (miss
blower) dimasukkan kedalam pengertian sprayer. Fogging machine dan cold
aerosol generator sebenarnya juga dapat dianggap sebagai sprayer. Banyak
jenis alat penyemprot yang bisa digunakan, yaitu penyemprot gendong,
pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Dust), mesin
penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer), dan jenis
penyemprot lainnya. Penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan dengan
kebutuhan terutama yang berkaitan dengan luas areal pertanaman sehingga
pemakaian pestisida menjadi efektif dan efisien (Sukma, Y. dan Yakup,
1991).

2.4 Kalibrasi Sprayer

Kalibrasi adalah mengukur berapa banyak larutan semprot yang di


keluarkan oleh alat semprot (sprayer) , sehingga dapat mengetahui berapa
banyak larutan semprot yang disemprotkan pada setiap satuan lahan. (nutani,
N
2018
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


LIHAT KEL 1
Kegiatan praktikum penyemprotan pestisida menggunakan sprayer
dilakukan di lahan percobaan Jurusan Teknik Pertanian, Fak. Teknologi Pertanian
Universitas Jember pada tanggal 18 November 2019. Sedangkan pengolahan data
dilakukan di Laboratorium Rekayasa Alat dan Mesin Pertanian FTP Universitas
Jember pada tanggal 18 November 2019.

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan pada praktikum ini terdiri atas 1 unit sprayer
gendong semi otomatis (knapsack sprayer), gelas ukur 1000 mL dan 2000 mL, 1
unit stopwatch, 1 buah rollmeter, 1 buah meteran, 12 buah patok, tali rafia
sepanjang 100 m, manual praktikum dan alat tulis, dan 1 unit kamera
dokumentasi. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain
lahan tanaman percobaan penyemprotan seluas 10 × 5 m2 dan air.

3.3 Tahap Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan praktikum disajikan pada Gambar 3.1.

3.3.1 Studi literatur

Tahap ini memiliki tujuan dalam meninjau korelasi teori yang memiliki
relevansi terhadap penjabaran ide yang diangkat pada kegiatan praktikum. Pustaka
yang dirujuk berasal dari buku, jurnal ilmiah, internet, manual standar, dan media
lain yang memiliki relevansi.

3.3.2 Persiapan peralatan dan bahan

Persiapan peralatan dan bahan penunjang dilakukan dengan membuat daftar


kebutuhan bahan habis pakai, peralatan dan fasilitas pendukung yang digunakan
selama kegaitan praktikum kemudian mengupayakan pengadaan/pembelian dan
peminjamannya.
Mulai

Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan Lokasi

Pengambilan Data

Debit Lebar Gawang Kecepatan Volume


Penyemprotan Penyemprotan Kerja Aplikasi Sprayer

Pengolahan Data

Analisis Data

Selesai

Gambar 3.1 Tahap pelaksanaan praktikum

3.3.3 Persiapan lokasi

Persiapan lokasi dilakukan dengan mengukur area tanaman yang akan


dilakukan penyemprotan herbisida yaitu 10 x 5 m. Kemudian diberi patok dan tali
raffia sebagai pembatas area penyemprotan. Lahan percobaan memiliki vegetasi
rumput liar.

3.3.4 Pengambilan data dan pengolahan data

Alur penyemprotan pestisida menggunakan sprayer dilakukan mengacu


pada Gambar 3.2. Pengambilan data penyemprotan sprayer terdiri atas:
Gambar 3.2 Alur penyemprotan sprayer

a. Debit penyemprotan

Debit penyemprotan diperoleh dengan mengukur volume semprotan yang


keluar dari nozzle per satuan waktu. Interval waktu penyemprotan sprayer adalah
10 detik. Volume yang keluar dari nozzle ditampung dan diukur menggunakan
gelas ukur. Pengukuran debit semprotan dilakukan sebanyak 3 kali. Persamaan
yang digunakan untuk menghitung debit semprotan sprayer adalah sebagai
berikut.

Dimana Q = Debit semprotan sprayer (L/det)

v = Volume semprotan (L)

t = Lama waktu penyemprotan (detik)

b. Lebar gawang penyemprotan

Lebar gawang penyemprotan diperoleh dengan mengukur lebar hasil


semprotan pada permukaan tanah atau lantai kering. Ketinggian penyemprotan
nozzle adalah 60 cm dari permukaan tanah. Pengukuran lebar gawang dilakukan
tanpa mengayunkan (diam) dan dengan mengayunkan gagang ke kanan dan ke
kiri. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali pengulangan. Ilustrasi
pengukuran lebar gawang disajikan pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Pengukuran lebar gawang penyemprotan

c. Kecepatan kerja penyemprotan

Perhitungan kecepatan kerja dilakukan dengan mencatat jarak/panjang dan


waktu yang dibutuhkan untuk menempuh lintasan kerja sejauh dari Tepi A ke
Tepi B (Gambar 3.4). Panjang lintasan dan waktu tempuh diukur di tiap track.
Kecepata kerja dihitung menggunakan persamaan 3.2. Kecepatan kerja
penyemprotan diperoleh dengan menghitung rata-rata kecepatan kerja pada semua
track.

Keterangan: v = Kecepatan kerja (m/det)


s = Jarak lintasan kerja antar tepi A dan tepi B (meter)
t = Waktu tempuh (detik)
Gambar 3.4 Lintasan kecepatan kerja penyemprotan

d. Volume aplikasi sprayer

Volume aplikasi alat semprot diperoleh dengan menghitung menggunakan


persamaan 3.3.

Keterangan: V = Volume aplikasi alat semprota (L/Ha)


Q = Debit penyemprotan (L/det)
L = Lebar gawang penyemprotan (m)
v = Kecepatan kerja penyemprotan (m/det)

3.3.5 Analisis Data

Dari hasil pengolahan data dan perhitungan menggunakan persamaan


empiris, data kemudian disajikan dalam tabulasi. Lalu dianalisis secara deskriptif
dengan melihat kecenderungan data dan didukung dengan teori dan keadaan
lapangan
bahas mengenai yang ada saat praktikum dan yang dilakukan saja.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Prinsip Penyemprotan Pestisida menggunakan Sprayer


Knapsack sprayer atau dikenal dengan alat semprot punggung. Sprayer ini
paling umum digunakan oleh petani hampir di semua areal pertanian padi,
sayuran, atau diperkebunan.
mana prinsip penyemprotan?
Larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara melalui
tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan penyemprot. Pada waktu
gagang pompa digerakan, larutan keluar dari tangki menuju tabung udara
sehingga tekanan di dalam tabung meningkat. Keadaan ini menyebabkan
larutan pestisida dalam tangki dipaksa keluar melalui klep dan selanjutnya
diarahkan oleh nozzle bidang sasaran semprot. Tekanan udara yang dihasilkan
oleh pompa diusahakan konstant, yaitu sebesar 0,7 – 1,0 kg/cm2 atau 10-15
Psi. Tekanan sebesar itu diperoleh dengan cara mempompa sebanyak 8 kali.
Untuk menjaga tekanan tetap stabil, pemompaan dilakukan setiap berjalan 2
langkah pompa harus digerakan sekali naik-turun. Kapasitas tangki knapsack
sprayer bervariasi berkisar antara 13, 15, 18, 20 tergantung mereknya. Contoh
knapsack sprayer antara lain Merek Solo, Hero, CP 5, Matabi, Berthoud, dan
PB.
Bagian-bagian Bagian-bagian utama sprayer secara umum meliputi nozzle,
pompa, pipa penyalur, saringan, tangki cairan dan sebagian dilengkapi dengan
alat pengukur tekanan serta klep pengatur semprotan. Dari bagian-bagian di
atas, nozzle meruapakan bagian yang terpenting.
Nozzle adalah bagian sprayer yang menentukan karakteristik semprotan ;
yaitu pengeluaran, sudut penyemprotan, lebar penutupan, pola semprotan, dan
pola penyebaran yang dihasilkan. Nozzle dibuat dalam bermacam-macam
disain. Setiap tipe butiran cairan yang khas dihasilkan oleh nozzle yang khas
sesuai dengan kebutuhan.
1) Tipe-tipe nozzle : tidak perlu
- Centrifugal nozzle yaitu bentuk nozzle yang paling banyak dijumpai,
dibuat dengan sudut penyemprotan yang lebar dan dengan berbagai
model pola penyemprotan dan kapasitas.
- Flooding nozzle yaitu menghasil semprotan dengan model semburan.
Nozzle ini disebut juga fan spray nozzle.
- Two-fluid atomizer yaitu menghasilkan droplet yang sangat halus dan
menghindarkan pemborosan cairan, tetapi membuthkan tenaga yang
lebih besar daripada tipe-tipe yang lain.
- Rotary atomizer yaitu digunakan untuk pekerjaan besar,
menyemprotkan cairan dalam jumlah besar dengan gaya sentrifugal
dan mempunyai pola penyebaran 360o.
2) Komponen-komponen nozzle :
- Body
- Penyaring
- spuyer (nozzle tips), dan nozzle cap
Cara yang menarik ke dalam nozzle mengalami pemusingan hingga
penyebaran butiran cairannya akan berbentuk cincin. Besar kecilnya
ukuran sprayer kecuali ditentukan oleh tekanan yang diberikan juga
ditentukan oleh tekanan yang diberikan juga ditentukan oleh jarak
pemusingan cairannya. Makin panjang lintasan pemusingan yang
ditempuh, makin besar ukuran spray, tetapi makin kecil diameter
penyebaran butiran sprayernya. Keuntungan penggunaan nozzle ini karena
dapat diperoleh penyebaran ukuran butiran spray yang seragam.
Adapun bagian-bagian beserta fungsi dari masing-masing komponen
Knapsack Sprayer tersebut adalah : tidak perlu
1. Tangki (tank) merupakan tempat herbisida atau larutan lainnya diisikan.
Volumenya dapat berbedabeda tergantung dengan tipe dari sprayer
masing-masing. Dari bahan plat tahan karat,untuk menampung cairan.
2. Pengaduk (agitator) untuk mengaduk larutan herbisida yang ada di dalam
tangki. Pengadukan dimaksukan agar suspensi atau campuran larutan
herbisida dapat tersebar merata dan tidak mengendap, sehingga tidak
menyumbat nozzle.
3. Unit pompa (pump) yang terdiri dari silinder pompa, dan piston dari kulit.
Untuk memberikan tekanan kepada larutan herbisida, sehingga larutan
dapat dikeluarkan dari tangki dan mengalir melalui selang dan keluar pada
nozzle.
4. Pengatur tekanan (pressure gauge) untuk mengatur tekanan terhadap besar
kecilnya volume cairan yang dikeluarkan, sesuai dengan kebutuhan.
5. Saringan (strainer) untuk menyaring larutan yang akan dimasukkan ke
dalam tangki. Hal ini dilakukan supaya tidak ada zat lain yang terikut
sehingga dapat merusak dan menyumbat nozzle.
6. Penutup untuk menutup tangki, supaya pada saat dikerjakan tidak tumpah
dan untuk menjaga tekanan udara di dalam tangki.
7. Tangkai pompa untuk memompa cairan.
8. Saluran penyemprot terdiri dari kran, selang karet, katup serta pipa yang
bagian ujungnya dilengkapi nozel.
9. Sabuk penggendong digunakan untuk menyandang sprayer pada
punggung.
10. Selang karet untuk menyalurkan larutan dari tangki ke nozzle.
11. Piston pompa
12. Katup pengatur aliran cairan keluar dari tangki.
13. Katup pengendali aliran cairan bertekanan yang ke luar dari selang karet.
14. Laras pipa penyalur aliran cairan bertekanan dari selang menuju ke nosel.
15. Nozel.

4.2 Debit Penyemprotan


Debit peyemprotan menggunakan sprayer dengan menggunakan nozel, yang
berfungsi untuk memecah cairan semprotan menjadi tetes-tetes dengan ukuran
yang diinginkan untuk dipancarkan ke permukaan yang disemprot.

beri kalimat pembuka tabel


cara membahas lihat revisian kelompok 2
Tabel 4.1 Data pengukuran dan perhitungan debit penyemprotan
No Waktu Volume (ml) Rata Rata Debit
(detik) 1 2 3 Volume (L) (L/detik)
1 10.00 370.00 400.00 380.00 3.83 0.38

Praktikum knapsack sprayer menggunakan 2 nozzle. Berdasarkan hasil


yang diperoleh dari pengambilan data pada table 4.1, didapat hasil debit
sebesar 0,38 L/det. Debit dihasilkan dari pembagian rata rata volume dengan
waktu. Knapsack sprayer menggunakan solid cone nozel. Prinsip kerja dari
pembentukan spray pada solid cone nozzle yaitu diberikan tambahan internal
axiat jet yang akan mendorong cairan di dalam nosel yang sedang berputar. .
Dengan pendorong cairan tersebut akan menjadi turbulance dan aliran
cairannya menjadi hancur, meninggalkan nosel dalam bentuk butiran spray,
dengan penyebarannya akan berbentuk lingkaran penuh. (Houmy, 1999)

4.3 Lebar Penyemprotan


Lebar penyemprotan pestisida menggunakan sprayer digunakan dengan
tiang penyemprot yang dapat diatur ketinggiannya yaitu 40,50 dan 60. Semakin
tinggi dosis atau konsentrasi larutan herbisida maka lebar penyemprotan efektif
akan semakin kecil tetapi semakin besar kecepatan angin lingkunga maka lebar
penyemprotan efektif berbanding lurus dengan tekanan.

Tabel 4.2 Pengaruh tinggi nosel terhadap tinggi penyemprotan efektif


Lebar
Ketinggian Sudut semprot Lebar efektif Efisiensi Tinggi efektif
teoritik
semprot (H, cm) (α˚) (Lpe, m) (%) (Tpe, m)
(Lpt, m)
40 129, 2 1,68 1,52 90 0,36
50 118,5 1,68 1,60 95 0,476
60 108,5 1,68 1,60 95 0,576
H = 40 H = 50
60.00 80.00
Volume (mL)

Axis Title
40.00 60.00
40.00
20.00
20.00
0.00 0.00

CO1
CO4
CO7

CO16
CO10
CO13

CO19
Nomer Channel Nomer Channel

H = 60
80.00
Volume (mL)

60.00
40.00
20.00
0.00
CO11
CO13
CO15
CO17
CO19
CO21
CO9
CO1
CO3
CO5
CO7

Nomer Channel

Gambar 4.1 Interpretasi lebar penyemprotan menggunakan patternator


Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengambilan data, dengan
menggunakan patternator yang berjarak 8 cm antara channel dengan channel
lainnya. Terdapat 21 channel pada patternator. Kemudian disemprotkan
knapsack sprayer pada ketinggian 40, 50, dan 60 cm dengan tekanan pompa
yang konstan. Air mengalir di patternator lalu ditampung pada wadah. Air
tersebut di hitung pada setiap channelnya dan dituangkan pada diagram
batang.
Pada ketinggian 40 cm diperoleh 720 mL dari penjumlahan seluruh
channel dan mendapatkan rata rata sebesar 34,29 mL. Pada ketinggian 50 cm
diperoleh 699,50 mL dari penjumlahan seluruh channel dan mendapatkan rata
rata sebesar 33,31 mL. Pada ketinggian 60 cm diperoleh 678 mL dari
penjumlahan seluruh channel dan mendapatkan rata rata sebesar 32,29 mL.
4.4 Kecepatan Kerja Penyemprotan

H (cm) s (m) t (sekon) Rerata Kecepatan


1 2 3 t (sekon) v (m/s)
40.00 10.00 31.23 25.44 24.68 27.12 0.37
50.00 10.00 25.53 16.31 18.21 20.02 0.50
60.00 10.00 14.99 15.10 13.26 14.45 0.69

0.80
0.70 0.69
Kecepatan (m/s)

0.60
0.50 0.50
0.40 0.37
0.30
0.20
0.10
0.00
40.00 50.00 60.00
Tinggi Penyemprotan (cm)

Gambar 4.3 Kecepatan kerja Penyemprotan


Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengambilan data, didapat grafik
kecepatan yang memuat ketinggian 40 50 dan 60 cm. Kecepatan diperoleh
dari jarak tempuh penyemprotan dibagi dengan waktu yang dibutuhkan
sprayer. Pada ketinggian 40 50 dan 60 cm didapat berurutan kecepatan
sebesar 0,37 m/s, 0,5 m/s, dan 0,69 m/s. Terlihat kenaikan kecepatan pada
ketinggian. Semakin tinggi penyemprotan semakin cepat kerja penyemprotan.
Karena kecepatan yang tinggi maka diperlukan sedikit saja volume cairan.
4.5 Volume Aplikasi Alat Semprot

Tabel 4.2 Perhitungan volume aplikasi penyemprotan


Volume
Debit Lebar Kecepatan
Ketinggian aplikasi
semprotan semprotan kerja v
semprotan H (cm) V
Q (L/det) L (m) (m/s)
(L/Ha)
40,00 0,38 1,52 0,37 0,68
50,00 0,38 1,60 0,50 0,48
60,00 0,38 1,60 0,69 0,34
Tabel 4.3 Perhitungan sudut semprot, lebar efektif, efesiensi dan tinggi efektif

Lebar Tinggi
Sudut
Ketinggian Lebar Teoritik efektif Efesiensi efektif
semprot
H (cm) Lpt (m) Lpe η (%) Tpe
(α˚)
(m) (m)
40,00 1,68 129,20 1,52 90,00 0,36
50,00 1,68 118,50 1,60 95,00 0,48
60,00 1,68 108,50 1,60 95,00 0,57

0.80 0.68
Volume aplikasi (L/Ha)

0.70
0.60 0.48
0.50
0.40 0.34
0.30
0.20
0.10
0.00
40.00 50.00 60.00
Tinggi Penyemprotan (cm)

Gambar 4.2 Volume aplikasi penyemprotan sprayer pembahasan

Berdasarkan data di atas dapat diperoleh hasil dari volume pada


pengaplikasian sprayer adalah didapat grafik ketinggian yang memuat ketinggian
40 50 dan 60 cm. volume diperoleh dari hasil akhir dari penyemprotan. Pada
ketinggian 40 50 dan 60 cm didapat berurutan volume sebesar 0,68 L/Ha, 0,48
L/Ha, dan 0,34 L/Ha. Terlihat penurunan volume pada ketinggian. Semakin tinggi
penyemprotan semakin sedikit volume penyemprotan yang dihasilkan. Karena
untuk mengetahui efektifitas penyemprotan sehingga penggunaan pestisida tidak
berlebihan.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.
1. Knapsack sprayer atau dikenal dengan alat semprot punggung.
Sprayer ini paling umum digunakan oleh petani hampir di semua
areal pertanian padi, sayuran, atau diperkebunan.Larutan
dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara melalui
tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan penyemprot.
Pada waktu gagang pompa digerakan, larutan keluar dari tangki
menuju tabung udara sehingga tekanan di dalam tabung
meningkatMenjawab tujuan kedua.

2. Debit dihasilkan dari pembagian rata rata volume dengan waktu.


Dari praktikum tersebut didapat hasil debit sebesar 0,38 L/det.

3. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengambilan data, dengan


menggunakan patternator untuk mencari lebar penyemprotan
didapatkan hasil Pada ketinggian 40 cm diperoleh 720 mL dari
penjumlahan seluruh channel dan mendapatkan rata rata sebesar
34,29 mL. Pada ketinggian 50 cm diperoleh 699,50 mL dari
penjumlahan seluruh channel dan mendapatkan rata rata sebesar
33,31 mL. Pada ketinggian 60 cm diperoleh 678 mL dari
penjumlahan seluruh channel dan mendapatkan rata rata sebesar
32,29 mL.

4. Kecepatan diperoleh dari jarak tempuh penyemprotan dibagi


dengan waktu yang dibutuhkan sprayer. Pada ketinggian 40 50 dan
60 cm didapat berurutan kecepatan sebesar 0,37 m/s, 0,5 m/s, dan
0,69 m/s. Semakin tinggi penyemprotan semakin cepat kerja
penyemprotan. Karena kecepatan yang tinggi maka diperlukan
sedikit saja volume cairan.
5. Volume pada pengaplikasian sprayer adalah didapat grafik
ketinggian yang memuat ketinggian 40 50 dan 60 cm. volume
diperoleh dari hasil akhir dari penyemprotan. Pada ketinggian 40
50 dan 60 cm didapat berurutan volume sebesar 0,68 L/Ha, 0,48
L/Ha, dan 0,34 L/Ha. Terlihat penurunan volume pada ketinggian.
Semakin tinggi penyemprotan semakin sedikit volume
penyemprotan yang dihasilkan.
5.2 Saran
Berdasarkan pelaksanaan praktikum yang dilakukan, saran yang
diberikan adalah sebagai berikut.

a. Sebaiknya dilakukan kalibrasi terlebih dahulu sebelum melakukan


penyemprotan pestisida menggunakan sprayer

b. Selain menghemat biaya pengeluaran yang dikeluarkan untuk


pestisida, penggunaan pestisida yang efektif juga baik untuk
tanaman dan juga dapat mengendalikan OPT dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Triharso. 2010. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press

Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sukma, Y. dan Yakup. 1991. Gulma Dan Teknik Pengendalianny. Jakarta:


Rajawali Press.

Pearson, Smith Harris dan Lambert Henry Wilkes. 1990. Mesin dan
Peralatan Usaha Tani. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
https://docplayer.info/73466457-Laporan-praktikum-organisme-
pengganggu-tanaman-disusun-oleh-anggie-fitriani.html didownload pukul
10:12
https://www.nutani.com/cara-mengkalibrasi-alat-semprot-sprayer.html
Diakses pukul 21:34
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai