Anda di halaman 1dari 10

ACARA V

PENENTUAN UNJUK KERJA ALAT


PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT
TANAMAN

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang bidang
pertaniannya memegang peranan yang sangat penting dalam
kehidupan bernegara disamping bidang-bidang lainnya. Atas
dasar tersebut, maka diperlukan adanya perawatan yang
baik dalam tanaman pertanian agar didapatkan hasil
pertanian yang berkualitas. Karena tanaman pertanian tidak
terlepas dari hama dan penyakit yang menyerang. Dalam
menjaga kualitas tanaman pertanian yang baik, sehat harus
diusahakan suatu pengendalian hama/penyakit tanaman.
Hama dan penyakit tanaman merupakan musuh alami dalam
tanaman pertanian yang harus dihilangkan dan di basmi. Oleh
karena itu, hama dan penyakit tanaman memerlukan perhatian
khusus agar   produksi pertanian mendapatkan hasil
semaksimal mungkin. Untuk memudahkan dalam pengendalian
hama maka perlu berbagai alat/mesin pengendali hama dan
penyakit tanaman. Kinerja alat/mesin pengendali hama dan
penyakit tanaman juga harus terjaga dengan baik. Oleh karena
itu, diperlukan suatu cara kaliberasi alat pengendali hama dan
penyakit tanaman untuk suatu skala usaha pertanian. Dalam
praktikum kali ini akan dipelajari tentang suatu mesin pertanian
dalam pemeliharaan tanaman pertanian. Mesin pertanian yang
dipelajari yaitu sprayer.
2. Tujuan
a. Lebar kerja efektif
 b.besar debit
B. Dasar Teori
Sprayer adalah salah satu dari penggunaan mesin secara umum
untuk  bahan kimia cair untuk pengendalian gulma dan serangga. Pupuk
cair juga dapat menggunakan sprayer. Tipe dari penyemprotan
pertanian digolongkan berdasarkan tujuan pemakaian, penggunaan
bahan kimia, dan tekanan dari sprayer (Jacobs, 1983).
Alat penyemprot (Sprayer)  digunakan untuk mengaplikasikan
sejumlah tertentu bahan kimia aktif pemberantas hama penyakit yang
terlarut dalam air ke objek semprot (daun, tangkai, buah) dan sasaran
semprot (hama-penyakit). Efesiensi dan efektivitas alat semprot ini
ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bahan aktif tersebut yang
terkandung di dalam setiap butiran larutan tersemprot (droplet) yang
melekat pada objek dan sasaran semprot (Kastaman, dkk, 2002).
Dalam kegiatan di lahan pertanian, sprayer digunakan untuk :
1. Menyemprotkan insektisida untuk mencegah dan memberantas hama
2. Menyemprotkan fungisida untuk mencegah dan memberantas
penyakit
3. Menyemprotkan herbisida untuk mencegah dan memberantas gulma
4. Menyemprotkan pupuk cairan
5. Menyemprotkan cairan hormon pada tanaman untuk tujuan
tertentu
Prinsip kerja alat penyemprot handsprayer adalah memecah
cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut.
Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida
akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk
tanaman. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan
dengan menggunakan proses pembentukan partikel dengan
menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni cairan di
dalam tangki dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan
akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut.
Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang
sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi
partikel-partikel yang sangat halus.
Faktor – faktor yang mempengaruhi efektifitas penggunaan
sprayer. Faktor yang berasal dari peralatan sendiri, yaitu lebar nozzle,
tekanan, bentuk  nozzle. Faktor yang ditentukan oleh cairannya
adalah viskositas, harga kerapatan cairan, dan tegangan muka sangat
mempengaruhi bentuk ukuran butiran maupun penyebaran butirannya
(Ciptohadijoyo,2003).
Penyemprot Tekanan Tinggi untuk tanaman pertanian adalah
Type Gendong atau Knapsack merek Zenoah dirancang untuk dapat
menyelesaikan Penyemprotan tanaman dengan cepat dan
efisien,Power Sprayers Dusters/Misters ini banyak digunakan pada
Lahan Pertanian dan Perkebunan yang luas dan tersebar.Power
Sprayers Zenoah asal Jepang ini adalah power sprayers yang handal
dan mempunyai performa tinggi ,sangat ringan dan Nyaman untuk di
gendong sehingga menghasilkan penyemprotan tanaman yang
merata.
Ditinjau dari sumber daya penggeraknya, sprayer dibedakan
menjadi dua, yaitu sprayer yang digerakkan dengan sumber daya
penggerak manusia dan sprayer yang digerakkan dengan daya
penggerak motor (Ciptohadijoyo, 1998). Kemudian apabila ditinjau
dari ukuran dan prinsip kerjanya, sprayer dapat digolongkan sebagai
berikut (Irwanto, 1980) :
1. Sprayer Hidraulik 
Pada tipe hidraulik tekanan di dalamnya berasal dari kerja pompa
pada bahan semprotan yang cair. Tekanan yang terjadi mendesak
cairan melalui nozzle yang memecah semprotan ke dalam tetes-tetes
kecil dengan ukuran yang tepat dan memancarkannya dalam pola
semprot yang diinginkan. Tenaga yang cukup besar juga diberikan
pada tetes-tetes semprotan untuk membawa tetes-tetes itu dari nozzle
ke permukaan yang diberi perlakuan.
2. Sprayer Hidropneumatik 
Sprayer tipe ini mempunyai kisaran penggunaan kira-kira
sama dengan penyemprot tekanan rendah volume rendah yang
telah dipertelakan sebelumnya. Cairan semprotan dibawa di
dalam tangki bertekanan dan tekanan penyemprotan diberikan
oleh kompresor udara yang digerakkan oleh mesin. Pengadukan
dilakukan dengan pengadukan mekanik atau dengan pipa udara
yang mengeluarkan udara di bawah permukaan cairan di dalam
tangki.
3. Sprayer Tiup
Sprayer tiup juga dikenal sebagai penyemprot
konsentrat atau penyemprot kabut. Dikembangkan untuk
pemberian pestisida dalam bentuk yang pekat. Penyemprot ini
digunakan untuk penyemprotan kebun pohon buah-buahan yang
luas, pohon peneduh yang besar, sayuran, serta tanaman
budidaya tertentu lainnya.
4. Sprayer Aerosol
Sprayer ini menyebarkan bahan semprotan dalam bentuk
tetes-tetes yang sangat halus (diameter 1-50 mikron) yang bertahan
di dalam udara dalam waktu yang cukup lama. Pembunuhan
serangga dengan alat ini bergantung pada tersentuhnya oleh
insektisida di udara karena lazimnya tidak ada atau sangat kecilnya
pengaruh aksi-aksi bahan kimia. Alat ini digunakan untuk
pengendalian sementara nyamuk dewasa, lalat, dan serangga lain
sejenisnya.

Alat penyemprot hama dan penyakit. Sprayer berfungsi


untuk memecah zat cair menjadi partikel- partikel kecil
dengan ukuran yang efektif dan menyebarnya secara merata pada
permukaan atau ruangan yang akan dilindungi, dan mengatur
jumlah pestisida/insektisida untuk mencegah  penggunaan yang
berlebihan yang akan merusak atau terbuang (Daywin,1977).
Beberapa metoda pemecahan cairan antara lain:
1. Tekanan cairan (hydraulic atomization) : Cairan dipompa ke
nozzle secara langsung
2. Arus udara (gas atomization) : Cairan dialirkan pada suartu
arus udara (dengan hembusan yang kuat), sehingga
menghasilkan semprotan udara yang mengandung butiran cairan
3. Sentrifusi (centrifugal atomization) : Cairan dialirkan ke
suatu alat sentrifusi sehingga terpecah menjadi butiran halus
Sedangkan menurut tekanan yang digunakan, sprayer dapat
digolongkan sebagai berikut (Purwadi, 1999) :
a. Tekanan rendah
b. Tekanan 20 – 30 kg/cm2
c. Tekanan 30 – 40 kg/cm2
d. Tekanan 40 – 50 kg/cm2
Sprayer dikelompokan berdasarkan tenaga penggerak dan jenis
pompa sprayer :
1. Berdasarkan tenaga penggerak 
a. Sprayer dengan penggerak tangan (Hand operated sprayer)
1. Atomizer (Hand sprayer)
2. Sprayer otomatis (Compressed air sprayer)
3. Sprayer semi otomatis (Knapsack sprayer)
4. Bucket sprayer 
5. Barrel sprayer 
6. Wheel barrow sprayer 
 b.Sprayer bermotor (Power sprayer)
1. Hydraulic sprayer 
2. Blower sprayer 
3. Hydro pneumatic sprayer 
4. Aerosol generator
2. Berdasarkan tenaga penggerak 
a. Pompa tekanan udara : memompa udara ke dalam tangki
cairan dan menekan cairan ke nozzle
1. prayer otomatis (Compressed air sprayer)
2. Hydro pneumatic sprayer 
 b.Pompa cairan : memompa cairan langsung ke nozzle
1. Sprayer semi otomatis
2. Bucket sprayer 
3. Barrel sprayer 
4. Wheel barrow sprayer 
5. Slide pump sprayer 
6. Power hydraulic sprayer 
c. Pompa penghembus udara
1. Atomizer (Hand sprayer)
2. Power blower sprayer 
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan nozzle : Tipe
pekerjaan penyemprotan,yaitu padang penggembalaan
penyemprotan gulma, insektisida, dan lain-lain, jumlah larutan
semprotan total yang harus diberikan per akre untuk tiap
penyemprotan, jarak antar larikan dan jumlah nozzle yang
digunakan per larik, jika penyemprotan harus dilakukan terhadap
tanaman larikan, jarak antar nozzle semprot jika keseluruhan areal,
seperti dalam pekerjaan di lahan penggembalaan harus disemprot,
tipe pola semprotan yang diinginkan, seperti tipe kipas atau
kerucut, perkiraan kecepatan yang harus ditempuh, dan perkiraan
tekanan yang harus digunakan. (Smith, 1995):
Kaliberasi adalah usaha untuk menentukan atau
memperbaiki pada ukuran yang sesuai. Dalam hal ini kalibrasi
berhubungan dengan penggunaan volume bahan kimia yang akan
disemprotkan persatuan luas, sesuai yang diinginkan. Kalibrasi ini
bisa dilakukan dengan cara laboratorium atau dengan efektif di
lapangan (Purwadi, 1999).
Kalibrasi adalah menghitung/mengukur kebutuhan air suatu alat
semprot untuk luasan areal tertentu. Kalibrasi merupakan proses
verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan
rancangannya.Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan
suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun
internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Kalibrasi
harus dilakukan pada setiap kali akan melakukan penyemprotan
yang gunanya adalah menghindari pemborosan herbisida,
memperkecil terjadinya keracunan pada tanman akibat pemupukan
herbisida dan memperkecil pencemaran lingkungan
Agar dapat diperoleh persyaratan agroteknis yang diperlukan
sebelum sprayer dipergunakan, perlu dilakukan kegiatan
kaliberasi. Kaliberasi dapat dilakukan secara laboratoris maupun
secara aktual di lapangan. Perhitungan untuk menentukan barapa
jumlah bahan kimia yang diperlukan dalam satuan liter/menit
(Ciptohadijoyo, 2003) :
  q = V.B.N

  α x10x60

q = bahan kimia yang diperlukan, lt/menit lewat


l nozzle v = kecepatan kerja, km/jam
B = lebar kerja efektif, m
 N = jumlah larutan bahan kimia, lt/ha
Kalau penghasilan cairan untuk setiap waktu tidak sama
seperti pada hand sprayer  tipe knapsack maupun pada sprayer
bertekanan udara dimana tekanan udara tidak dapat dibuat tetap,
besarnya q diperhitungkan :
  q= V.B.N
α
x10x60

dimana α  : faktor penghasilan nozzle 0,50 – 0,70.


Kalau nozzlenya ganda atau jumlahnya lebih dari satu dipasang
pada suatu batang, maka besarnya penghasilan :
q = Penghasilan total x jarak tiap nozzle
panjang lengan
Mist blower merupakan salah satu tipe sprayer yang bisa
membentuk   partikel-partikel sangat kecil dari suatu campuran
insektisida dan fungisida  berkonsentrasi tinggi serta
mendispersikannya ke dalam suatu arus udara kecepatan tinggi.
Bahan yang dipakai bisa berupa larutan atau suspensi (Purwadi,
1999).
Didasarkan atas konstruksinya, mist blower dapat dibedakan
menjadi dua  jenis, yaitu (Ciptohadijoyo, 2003) :
1. Sistem pompa (mist pump), dengan tekanan pompa sentrifugal
kecil cairan yang disalurkan pada selang ke ujung (kepala)
penghembus menjadi jauh lebih besar. Dengan demikian
system ini membutuhkan alat pengatur tekanan lagi yang
umumnya berupa sekrup penyetel dan diperlukan pula adanya
pelimpahan kembali untuk mengatur cairan yang berlebihan ke
tangki, sehingga konstruksi menjadi lebih rumit.
2. Sistem tekanan udara (air pressure), tekanan udara
dipergunakan untuk menekan cairan di dalam tangki, sehingga
cairan dapat mengalir melalui selang ke ujung (kepala)
penghembus dengan kecepatan aliran yang relatif rendah.
Konstruksi sederhana serta  pemeliharaannya lebih mudah.
Sistem ini termasuk model baru yang banyak diproduksi saat ini.

C. Metodologi
1. Waktu dan tempat
a. Waktu : Selasa, 2020
b. Tempat : Kebun Percobaan Pertanian UPN “Veteran”
Yogyakarta, Wedomartani
2. Alat dan Bahan
a. Sprayer
b. Papan Penampung Beralur
c. Stopwatch
d. Gelas Ukur
e. Aqua Gelas
f. Roll Meter
g. Penggaris

3. Cara Kerja
a. Mengamati dan mencatat spesifikasi alat yang digunakan
b. Menyiapkan papan penampung beralur, susun botol secara
berurutan dan diberi nomor urut 1-40
c. Mengisi tangki sprayer dengan air dan pompa sampai penuh
(sekala yang dikehendaki)
d. Meletakan nozel secara tegak lurus diatas papan penampung
beralur dengan jarak tegak kurang lebih 40 cm
e. Setelah siap, maka bukalah krannya biar menyemprot dan
bersamaan itu pula stopwatch dinyalakan dan amati jarum
petunjuk (manometer)
f. Setelah jarum petunjuk menunjukkan sekala tertentu maka
tutuplah krannya dan hentikan pula stopwatchnya
g. Mencatat waktu yang digunakan untuk menyemprot, dan
mengukur volume air yang tertampung pada masing-masing botol
dengan tiga kali ulangan
4. Mengukur jarak alur, panjang alur, temperature udara di tempat
percobaan

Anda mungkin juga menyukai