Anda di halaman 1dari 22

PENGENALAN ALAT APLIKASI, ALAT PENGAMAN APLIKASI DAN CARA

PENGGUNAAN

Laporan Praktikum
Sebagai salah satu syarat penilaian
Mata Kuliah Pestisida dan Teknik Aplikasi

Oleh

Kelompok 3 :

Safirah Amalia 150510160032

Ilham Syahrul P 150510160058

Firdha Beliana 150510160101

Raihana Naifa Eryani 150510160143

Eva Handayani 150510160180

Yongki Umam Sandi 150510160181

Chindera Rindhany S 150510160197

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


MINAT HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERISTAS PADJADJARAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang sudah mengaruniakan rahmat,
hidayah dan inayahnya, karena dengannyalaporan praktikum dengan judul “Pengenalan Alat
Aplikasi, Alat Pengaman Aplikasi, dan Cara Penggunaan” telah selesai hingga waktu yang
ditentukan.Laporanpraktikum ini diajukanuntuk memenuhi salah satu tugasmata kuliah Pestisida
dan Teknik Aplikasi.
Penulis menghaturkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya untuk setiap pihak yang
sudah mendukung kami baik berupa bantuan ataupun doa dalam menyusun laporan praktikum
ini. Terkhusus lagi kami sampaikan terimakasih kepada Dosen dan Asisten Laboratoriummata
kuliah Pestisida dan Teknik Aplikasi .
Penulis menyadari laporan praktikum ini masih memiliki kekurangan, sehingga penulis
berharap para pembaca dapat turut memberikan saran dan kritik yang membangun demi
penyempurnaan pembuatan laporan praktikumkedepannya.

Jatinangor, 22 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pestisida merupakan substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk mengendalikan berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT). OPT yang
dimaksud meliputi serangga, tungau, gulma, penyakit tanaman yang disebabkan oleh
cendawan, bakteri dan virus, dan juga nematoda, siput, tikus, burung dan hewan lain yang
dianggap merugikan. Pestisida digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu
tanaman dalam bidang pertanian. Selain itu, pestisida juga diperlukan dalam bidang
kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang
perumahan, pestisida digunakan untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.
Umumnya, pestisida yang digunakan untuk pengendalian organisme pengganggu tersebut
berupa racun yang berbahaya dan dapat mengancam kesehatan manusia. Oleh karena itu,
penggunaan pestisida yang tidak bijaksana akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan
manusia, keanekaragaman hayati dan lingkungan (Hidayat, 2001).
Menurut Direktorat Jenderal Prasaran Dan Sarana (2011) mengatakan penggunaan
pestisida ini sangat luas dalam kehidupan sehari-hari. Pestisida dapat digunakan di lapangan
seperti pada sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Di gudang seperti pada komoditi
pangan, makanan, arsip, maupun toko. Selain itu penggunaan pestisida juga dapat ditemukan
pada tempat-tempat umum seperti hotel, restoran, taman, juga dalam rumah tangga. Aplikasi
pestisida ditingkat petani sering dilakukan secara berjadwal yang dikenal dengan sistem
kalender dan sistem PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Dalam sistem kalender, waktu
aplikasi pestisida sudah terjadwal, tanpa melihat apakah populasi hama memang sudah pada
tingkat merugikan sehingga diperlukan aplikasi atau masih di bawah ambang ekonomi.
Dengan kata lain ada atau tidak ada hama aplikasi tetap dilakukan. Sedangkan aplikasi
dengan berlandaskan sistem PHT, aplikasi pestisida dilakukan hanya bila memang terpaksa
dilakukan. Pada sistem PHT, monitoring atau pengamatan populasi hama sangat berperan
dalam hal menentukan ambang ekonomi untuk pengambilan keputusan dilakukannya
pengendalian secara kimiawi.
Dalam aplikasi pestisida ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu: (1) Aplikasi
pestisida haruslah efisien artinya sesuai dengan kebutuhan. (2) Efektif artinya apfikasi pestis
ida haruslah tepat sasaran. Keefektifan ini dapat diketahui dengan evaluasi melalui
pengamatan setelah aplikasi. Aplikasi berhasil jika populasi OPT menurun setelah
dilakukannya aplikasi pestisida. (3) Aman, aplikasi harusiah aman balk bagi pelaku/operator
maupun bagi lingkungan. Keamanan ini dapat dilihat atau ditentukan dari cara aplikasi.
Dalam aplikasi pestisida ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan diketahui yang
dapat menentukan keberhasilan diantaranya: (1) Strategi pengendalian (2) Tipe pestisida
yang digunakan Dalam aplikasi terutama pemilihan jenis pestisida haruslah sesuai dengan
sasarannya, baik dan jenis pestisidanya (insektisida, fungisida, baktensida, dll) maupun dan
jenis hama atau patogen sasarannya. (3) Habitat hama. Pengetahuan mengenai habitat hama
ini sangat dipenukan dalam aplikasi dalam hal ini cara penyemprotan. Ada hama-hama yang
berada atau biasa hidup dibagian atas tanaman misalnya permukaan daun, namun ada juga
hama yang biasanya hidup di bawah permukaan daun atau bahkan dekat pangkal tanaman.
(4) Tingkah laku hama. Ada beberapa hama memiliki perilaku tertentu seperti aktif pada
malam, pagi atau sore dan sedangkan pada siang hari hama ini bersembunyi sehingga sulit
ditemukan. Pengetahuan ini berguna untuk menentukan kapan dilakukan aplikasi. Metode
Aplikasi perlu dipahami dalam penggunaan pestisida. Berikut merupakan metode aplikasi
pestisida: (1) Penyemprotan (spraying) : merupakan metode yang paling banyak digunakan.
Biasanya digunakan 100-200 liter enceran insektisida per ha. Paling banyak adalah 1000
liter/ha sedang paling kecil 1 liter/ha seperti dalam ULV. (2) Penaburan, biasanya untuk
pestisida yang siap pakai. (3) Penuangan atau penyiraman (pour on) misalnya untuk
membunuh sarang (koloni) semut, rayap, serangga tanah di persemaian dsb. (4) Injeksi
batang : dengan insektisida sistemik bagi hama batang, daun, penggerek dll. (5) Dipping:
perendaman /pencelupan seperti untuk biji/benih, kayu. (6) Fumigasi: penguapan, misalnya
pada hama gudang atau hama kayu. (7) Impregnasi : metode dengan tekanan (pressure)
misalnya dalam pengawetan kayu (Dadang, 2006).
Berdasarkan uraian diatas, pada makalah ini akan dijelaskan mengenai pengenalan alat
aplikasi, alat pengaman aplikasi dan cara penggunaan.
1.2. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengenali berbagai macam alat aplikasi pestisida, khususnya alat semprot (sprayer).
2. Mengenali bagian-bagian alat semprot dan alat penunjang keamanan serta manfaatnya.
3. Mengenali berbagai macam nosel dan penggunaannya.
4. Memahami cara penggunaan alat aplikasi.
5. Memahami pemeliharaan alat aplikasi dan alat bantu aplikasi.
II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

II.1 Tempat dan Waktu


Tempat : Laboratorium Pendidikan Hama dan Penyakit Tumbuhan Gedung 14 (Ex. FTIP)
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Waktu : Rabu, 17 Oktober 2018 .

II.2 Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang diperlukan dalam praktikum ini adalah berbagai macam alat aplikasi
terutama sprayer, nosel, dan alat bantu aplikasi dan pengaman aplikasi (apron), alat
dokumentasi (alat tulis dan kamera), logbook.

II.3 Cara Praktikum


1. Perhatikan dan gambar (bukan difoto, kecuali dalam laporan selain hasil gambar manual
boleh disertakan hasil foto) semua contoh sprayer serta bagian-bagian utamanya, dan alat
penunjang keamanan yang telah disiapkan.
2. Lakukan pula hal yang sama dengan butir 1 terhadap berbagai nosel yang ada.
3. Tuliskan bagian-bagian dari sprayer dan nosel tersebut dan jelaskan manfaatnya. Bila
diperlukan lakukan pembongkaran terhadap sprayer tersebut.
4. Hal-hal apa saja yang harus dilakukan dalam pemeliharaan sprayer.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Kerja


1. Semi Otomatis Sprayer

Gambar 1. Bagian-bagian semi otomatis sprayer


(Sumber : Buku Pengendalian Gulma di Perkebunan, 2003)

2. Automatic Sprayer

Gambar 2. Bagian-bagian Automatic Sprayer


(Sumber : Djojosumarto, 2009)
3. Motor Sprayer

Gambar 3. Bagian-bagian Motor Sprayer


(Sumber : https://slideplayer.info/slide/3074006/)

III.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, jenis sprayer yang tersedia sebagian besar adalah jenis
sprayer dari knapsack sprayer dan terdapat satu motor sprayer. Adapun bagian-bagian beserta
fungsi dari knapsack sprayer dan motor sprayer adalah sebagai berikut :

Fungsi Bagian-bagian Knapsack Sprayer

Gambar 4. Knapsack Sprayer dalam Berbagai Bentuk


1. Tangki (tank)
Merupakan tempat herbisida atau larutan lainnya diisikan. Volumenya dapat berbedabeda
tergantung dengan tipe dari sprayer masing-masing. Dari bahan plat tahan karat, untuk
menampung cairan.
2. Pengaduk (agitator)
Untuk mengaduk larutan herbisida yang ada di dalam tangki. Pengadukan dimaksukan
agar suspensi atau campuran larutan herbisida dapat tersebar merata dan tidak mengendap,
sehingga tidak menyumbat nozzle.
3. Unit pompa (pump)
Terdiri dari silinder pompa, dan piston dari kulit. Untuk memberikan tekanankepada
larutan herbisida, sehingga larutan dapat dikeluarkan dari tangki dan mengalir melalui
selang dan keluar pada nozzle.
4. Pengatur tekanan (pressure gauge)
Untuk mengatur tekanan terhadap besar kecilnya volume cairan yang dikeluarkan,sesuai
dengan kebutuhan.
5. Saringan (strainer)
Untuk menyaring larutan yang akan dimasukkan ke dalam tangki. Hal ini dilakukan
supaya tidak ada zat lain yang terikut sehingga dapat merusak dan menyumbat nozzle.
6. Penutup
Untuk menutup tangki, supaya pada saat dikerjakan tidak tumpah dan untuk menjaga
tekanan udara di dalam tangki.
7. Tangkai pompa
Untuk memompa cairan.
8. Sabuk penggendong
Digunakan untuk menyandang sprayer pada punggung.
9. Selang karet
Untuk menyalurkan larutan dari tangki ke nozzle.
10. Piston pompa
11. Katup pengatur aliran cairan keluar dari tangki
12. Laras pipa penyalur aliran cairan bertekanan dari selang menuju ke nosel.
13. Nozel
Fungsi Bagian-bagian Motor Sprayer

Gambar 4. Knapsack Sprayer dalam Berbagai Bentuk


1. Tangki
Berfungsi sebagai tempat penampungan larutan pestisida.
2. Penghembus (Air Blower)
Berfungsi untuk memberikan hembusan udara sehingga larutan akan terdorong atau tertekan
menuju kepala pengembus. Dengan adanya tekanan maka cairan bias dipecah menjadi
butiran halus.
3. Motor Penggerak
Berfungsi untuk menggerakan kipas penghembus.
4. Tangki Bahan Bakar
Berfungsi sebagai tempat penampungan bahan bakar (bensin).
5. Kepla Penghembus

Jenis-jenis Nozzle
Nozzle merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memecah cairan atau larutan menjadi
butiran kecil (droplets)(Johnson & Swetnam, 1996). Nozzle digunakan untuk emmeudahkan
pengaplikasian pestisida, karena nozzle dapat memecah cairan atau laurtan menjadi butiran
kecil, lalu membentuk bidang semprot, dan dapat mengarahkan cairan atau larutan pestisida
dengan tepat. Beberapa macam bahan umum untuk membuat nozzle, sebagai berikut :
Gambar 5. Karakteristik bahan yang umum membuat nozzle.
(Sumber Gambar : Teejet Technologies (2013))

Ukuran dan jenis nozzle menentukan jumlah volume yang dikeluarkan oleh nozzle pada
tekanan, kecepatan, dan jarak tertentu saat dipalikasikan sehingga pengaplikasian pestisida
lebih efektif dan efisien. Terdapat beberapa jenis nozzle yang digunakan dalam pertanian,
seperti flat-fan, polijet (flood nozzle), hollow-cone dan solid cone.

1. Flat-fan
Flat-fan nozzle merupakan nozzle yang umum digunakan untuk pengaplikasian
herbisida dan dapat digunakan untuk insektisisda maupun fungisida. Nozzle ini memiliki
bentuk ujung yang datar dan digunakan antara 30-40 psi (Johnson & Swetnam, 1996).
Nozzle ini menghasilkan pola semprotan berbentuk oval (V) atau bentuk kipas dengan
sudut tetap (65o – 95o). Penyemprotan dilakukan dengan saling tumpang tindih untuk
penyebaran droplet yang merata(Teejet Technologies, 2013).
Gambar 6. Ilustrasi flat-fan nozzle dan ilustrasi sudut dan lebar semprot.
(Sumber foto : Johnson & Swetnam (1996))

2. Polijet (flood nozzle)


Beberapa bentuk formulasi pestisida dapat menyebabkan nozzle tersumbat, seperti
wettable powder dan flowables/liquid. Jenis nozzle polijet ini cocok untuk jenis-jenis
bentuk formulasi pestisida tersebut, karena nozzle ini menghasilkan droplets yang besar
pada tekanan 10-25 psi (Johnson & Swetnam, 1996). Polijet sedikit berpotensi
menimbulkan drift.

Gambar 7. Ilustrasi Polijet dan ilustrasi sudut dan lebar semprot.


(Sumber foto : Johnson & Swetnam (1996))

3. Hollow-cone
Hollow-cone merupakan sebuah nozzle yang menghasilkan semprotan seperti
bentuk cone atau kerucut (Johnson & Swetnam, 1996). Nozzle ini menghasilkan butiran
yang lebih kecil dibandingkan jenis nozzle lainnya sehingga potensi hilangnya cairan
pestisida lebih besar. Nozzle ini digunakan untuk insektisida atau fungisida.
Pengaplikasian herbisida tidak dianjurkan menggunakan jenis ini.
Gambar 8 . Ilustrasi Hollow-cone dan ilustrasi sudut dan lebar semprot.
(Sumber foto : Johnson & Swetnam (1996))

4. Nozzle dengan dua lubang


Nozzle ini terbeuat dari tembaga dan berbentuk huruf “U”. Pada kedua ujungnya
terdapat lubang untuk menyemprotkan pestisida sehingga nozzle ini disebut nozzle
dengan dua lubang. Nozzle jenis ini termasuk ke dalam solid-cone karena menghasilkan
hasil semprotan seperti cone atau kerucut dan didalamnya terdapat percikan air, berbeda
dengan hollo-cone yang hanya menyemprot pada bagian sisi-sisinya saja.

Gambar 9. Nozzle dengan dua lubang.

Gambar 10. Ilustrasi hasil semprotan solid-cone.

5. Nozzle dengan empat lubang


Nozzle jenis ini memiliki empat lubang dibagian bawah nozzle. Nozzle ini
merupakan salah satu nozzle jenis solid-cone karena menghasilkan droplets yang
menyebar sesuai dengan pola yang sempurna.

a b

Gambar 11. (a dan b) Nozzle dengan empat lubang.


Kekurangan dan Kelebihan Knapsack Sprayer

Knapsack Sprayer adalah jenis sprayer yang menggunakan tenaga penggerak tangan


dimana tekanan diberikan dengan pemompaan sebelum penyemprotan dilakukan. Kelebihannya
yaitu lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan sprayer yang menggunakan tenaga
motor. Selain itu lebih ringan. Lebih hemat dan murah. Ramah lingkungan karena
tidak menghasilkan polusi yang mencemari lingkungan. Sedangkan kekurangannya yaitu
operator harus konstan dalam memberikan tekanan, karena apabila tidak maka akan
menyebabkan butiran-butiran herbisida tidak konstan dari waktu ke
waktu. Hanya dapat digunakan pada jenis cairan saja. Memerlukan tekanan yang tinggisehingga
membuat operator harusbekerja ekstra untuk menghasilkan hasil yang optimal.

Cara Operasional Knapsack sprayer:

Larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara melalui tenaga pompa
yang dihasilkan oleh gerakan tangan penyemprot. Pada waktu gagang pompa digerakan, larutan
keluar dari tangki menuju tabung udara sehingga tekanan di dalam tabung meningkat. Keadaan
ini menyebabkan larutan pestisida dalam tangki dipaksa keluar melalui klep dan selanjutnya
diarahkan oleh nozzle bidang sasaran semprot.
Tekanan udara yang dihasilkan oleh pompa diusahakan konstan, yaitu sebesar 0,7 – 1,0
kg/cm2 atau 10-15 Psi. Tekanan sebesar itu diperoleh dengan cara mempompa sebanyak 8 kali.
Untuk menjaga tekanan tetap stabil, pemompaan dilakukan setiap berjalan 2 langkah pompa
harus digerakan sekali naik-turun. Kapasitas tangki knapsack sprayer bervariasi berkisar antara
13, 15, 18, 20 tergantung mereknya.

Alat-Alat Pengaman
Kelengkapan alat yang diperlukan untuk menunjang keamanan saat penggunaan sprayer
ditujukan untuk keamanan terhadap penyemprot pestisida tersebut. Penyemprot harus dilengkapi
dengan celana panjang, baju lengan panjang atau apron, topi atau penutup kepala, masker, sarung
tangan, sepatu boot, dan kaca mata khusus atau goggles.
a b c d

Gambar 12. a) Masker dan goggles, b) Pakaian khusus aplikasi pestisida, c) Sarung tangan, d) Sepatu boot

- Masker dan goggles, alat pelengkap untuk menutup mulut dan hidung agar kabut yang
mengandung pestisida tidak masuk ke dalam pernapasan, serta penutup mata khusus
untuk melindungi bagian mata.
- Pakaian lengan panjang agar menutupi permukaan kulit bagian tangan, sarung tangan,
dan penggunaan sepatu boots untuk melindungi permukaan kulit bagian kaki.

a b
Gambar 13. a) Ember, b) Gelas ukur

Alat penunjang lainnya yaitu ember dan gelas ukur, untuk menakar, mencampur, dan
menuangkan larutan pestisida yang diaplikasikan ke dalam tangki.
Selain penggunaan alat penunjang keamanan penggunaan sprayer, faktor-faktor lain yang
harus diperhatikan ialah sebagai berikut :
- Penyemprotan harus dilakukan sambil berjalan mundur agar penyemprot tidak terpapar
langsung oleh pestisida
- Jangan makan, minum selama melakukan aktivitas penyemprotan pestisida
- Jangan menyentuh tanaman yang baru disemprot
- Cuci tangan sebelum makan, minum atau berkegiatan lain
- Bersihkan badan dan cuci pakaian yang telah setelah digunakan.
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sprayer merupakan alat aplikator pestisida yang sangat diperlukan dalam memberantas dan
mengendalikan hama dan penyakit tumbuhan. Kinerja sprayer sangat ditentukan dengan
kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu
sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan disemprotkan.
Bagian-bagian sprayer yaitu tangki, pengaduk (agitator), unit pompa (pump), pengatur tekanan
(pressure gauge), saringan (strainer), penutup, tangkai pompa, sabuk penggendong, selang
karet, piston pompa, katup pengatur aliran cairan keluar dari tangki, katup pengendali aliran
cairan bertekanan yang ke luar dari selang karet, laras pipa penyalur aliran cairan bertekanan
dari selang menuju ke nosel, dan nozel. Nozzle merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
memecah cairan atau larutan menjadi butiran kecil. Jenis-jenis nozel yaitu cone (kerucut), flat
fan (kipas), polijet, dan nozel lubang empat.
IV. LAMPIRAN TUGAS

Pertanyaan

1. Bagian-bagian utama dan fungsinya dari masing-masing sprayer


2. Kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis sprayer tersebut
3. Cara operasional dari masing-masing sprayer
4. Sprayer mana yang akan anda pilih?
5. Alat penunjang keamanan dari masing-masing sprayer
6. Apakah yang dimaksud dengan alat bantu aplikasi dan apa manfaatnya?

Jawaban

1. Bagian-bagian utama sprayer secara umum adalah : a) nozzle, b) pompa, c) pipa


penyalur, d) saringan, e) tangki cairan dan sebagian dilengkapi dengan alat pengukur
tekanan serta klep pengatur semprotan. Fungsinya ialah :
a) nozzle berfungsi untuk menentukan karakteristik semprotan, yaitu pengeluaran,
sudut penyemprotan, lebar penutupan, pola semprotan, dan pila penyebaran yang
dihasilkan.
b) pompa berfungsi memompa air keluar dari tangki menuju sprayer
c) pipa penyalur berfungsi untuk mengalirkan cairan pestisida dari tangki menuju
sprayer
d) saringan berfungsi untuk menyaring kotoran agar tidak masuk ke dalam tangki
e) tangki cairan berfungsi untuk untuk menyimpan cairan pestisida
2. A. Knapsack Sprayer
-Kelebihan: Knapsack sprayer lebih ringan, proses pengaplikasian knapsack sprayer
(solo) tidak menggunakan bahan bakar dan oli sebagai pencampur.
-kekurangan: Kekuatan air yang keluar dari nozzle tidak dapat diatur, kekuatan air yang
keluar dari nozzle knapsack sprayer lebih pendek, waktu pengaplikasian lebih lama,
kapasitas tangki knapsack sprayer lebih kecil hanya 15 liter, membutuhkan tenaga besar
untuk memompa
B. Motor Sprayer
-Kelebihan:  kapasitasnya sangat luas dengan waktu yang relatif singkat, dapat
menembus gulma sasaran walaupun sangat lebat dan minim tenaga kerja.
-Kekurangan: Harganya relatif mahal dan biaya pengoprasian serta perawatannya yang
juga mahal, tidak dianjurkan pada tanaman yang masih muda karena dikhawatirkan drift
merusak tanaman, motor sprayer harus dirawat secara rutin meliputi servis, penggantian
suku cadang.
C. Semi-automatic Sprayer
-Kelebihan: Prinsip kerja alat ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus
yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian
pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman.
-Kekurangan: Bagian komponen alat banyak yang mudah rusak,  Komponen-komponen
sprayer yang sering mengalami kerusakan tersebut antara lain : tabung pompa bocor,
batang torak mudah patah, katup bocor, paking karet sering sobek, ulir aus, selang
penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah rusak, tali gendong putus, sambungan las
korosi, dsb.
3. Isi tangki dengan cairan pestisida dan sisakan kurang lebih 1/5 bagian ruangan tangki
untuk udara. Setelah diisi cairan, tangki dipompa kurang lebih sebanyak 50 – 80 kali
pemompaan. Untuk mengetahui intensitas tekanan udara di dalam tangki dapat diamati
melalui manometer.
4. Tergantung sprayernya akan digunakan untuk kebutuhan apa, karena apabila digunakan
untuk lahan yang relatif tidak terlalu luas, saya akan memilih sprayer gendong manual.
5. Alat penunjangnya diantaranya: sarung tangan, masker, kacamata, pakaian khusus untuk
menyemprot pestisida, sepatu boot dan lain-lain
6. Merupakan alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan petani untuk
mengaplikasikan pestisida menggunakan sprayer dan manfaatnya cukup banyak
diantaranya ialah, menghemat waktu dalam menggunakan sprayer, mengefektifkan dan
mengefisienkan penggunaan sprayer dan memudahkan dalam pengaplikasian sprayer
yang dapat disesuaikan dengan jenis pertanaman
DAFTAR PUSTAKA

Barus, Emanuel. 2003. Pengedalian Gulma di Perkebunan. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Dadang. 2006. Pengenalan Pestisida dan Teknik Aplikasi. Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian IPB.

Hidayat, A. 2001. Metode Pengendalian Hama. Departemen Dinas Kesehatan. Depnaskes.


Jakarta.

Direktorat Jendral Prasarana Dan Sarana Pertanian. 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan
Pestisida. Kementerian Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai