Anda di halaman 1dari 19

LABEL INSEKTISIDA

(Laporan Praktikum Ilmu Hama Tumbuhan Umum)

Oleh :
Darso Waluyo
0914013084

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Insektisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh serangga pengganggu (hama
serangga). Insektisida dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku,
perkembang biakan, kesehatan, memengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul,

sebagai pemikat, penolak, dan aktifitas lainnya yang dapat memengaruhi organisme pengganggu
tanaman. Selain itu, insektisida dapat pula membunuh serangga pengganggu (hama serangga).
Insektisida dapat membunuh serangga dengan dua mekanisme, yaitu dengan meracuni
makanannya (tanaman) dan dengan langsung meracuni si serangga tersebut.
Menurut cara kerja atau distribusinya didalam tanaman, insektisida dibedakan menjadi tiga
macam yaitu:
a. Insektisida Sistemik
Insektisida sistemik diserap oleh bagian-bagian tanaman melalui stomata, meristem akar, lentisel
batang dan celah-celah alami. Selanjutnya insektisida akan melewati sel-sel menuju ke jaringan
pengangkut baik xylem maupun floem. Insektisida akan meninggalkan residunya pada sel-sel
yang telah dilewatinya. Melalui pembuluh angkut inilah insektisida ditranslokasikan ke bagianbagian tanaman lainnya baik kearah atas (akropetal) atau ke bawah (basipetal), termasuk ke tunas
yang baru tumbuh. Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang mengandung
residu insektisida.
b. Insektisida Non-sistemik
Insektisida non sistemik tidak dapat diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel pada
bagian luar tanaman. Lamanya residu insektisida yang menempel pada permukaan tanaman
tergantung jenis bahan aktif (berhubungan dengan presistensinya), teknologi bahan dan aplikasi.
Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang permukaannya terkena insektisida.
c. Insektisida Sistemik Lokal
Insektisida ini hanya mampu diserap oleh jaringan daun, akan tetapi tidak dapat ditranslokasikan
ke bagian tanaman lainnya (efek translaminar). Insektisida yang jatuh ke permukaan atas daun
akan menembus epidermis atas kemudian masuk ke jaringan parenkim pada mesofil (daging
daun) dan menyebar ke seluruh mefosil daun (daging daun) hingga mampu masuk kedalam sel
pada lapisan epidermis daun bagian bawah (permukaan daun bagian bawah).
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari paraktikum kali ini adalah:
1. Mengetahui tentang pestisida dan insektisida
2. Mengenal jenis-jenis insektisida.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Insektisida adalah zat kimia sintesis yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan hama
dan penyakit yang disebabkan oleh serangga yang menyerang tanaman (Cahyono, 2002).
Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang
menggangu tumbuhan, ternak, dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan
hidupnya. Adapun penggolongan pestisida menurut jasad sasarannya ada berbagai golongan ,
antara lain Insektisida (racun hewan), fungisida (racun jamur/ cendawan) , herbisida (racun
gulma/ racun tumbuhan pengganggu), rodentisida( racun binatang pengerat) dan sebagainya
(Tarumingkeng, 2000).
Menurut para ahli, sayuran dan buah dalam jumlah kadar yang kecil, jika dikonsumsi secara teratur
dapat menyebakan kerusakan genetika, dan dapat system imun ( kekebalan) pada anak, selain itu
dapat pula membuat perubahan-perubahan perilaku sehingga diperlukan langkah-langkah lanjut untuk
melindugi anak. Pada tahun 1983, kira-kira 2 juta manusia menderita karena keracunan pestisida dan
40.000 yang lainnya berikat fatal (Sukoco, 1999).
Penggunaan insektisida secara berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah. Dampak yang
muncul misalnya terjadinya resistensi (kekebalan) pada hama sasaran, munculnya hama-hama

sekunder, merusak lingkungan bahkan lebih jauh lagi dapat menyebabkan terjadinya gangguan
keseimbangan ekosistem. Kemungkinan juga dapat berefek tidak baik bagi kesehatan petani itu
sendiri, karena terhirup atau terhisap insektisida tersebut (Kabelan Kunia, 2010).
Kerugian yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida, dapat dikelompokkan atas 3 bagian:
pestisida berpengaruh negatip terhadap kesehatan manusia, pestisida berpengaruh buruk terhadap
kualitas lingkungan, dan pestisida meningkatkan perkembangan populasi jasad penganggu
tanaman. Masalah yang banyak diprihatinkan yang berwawasan lingkungan adalah masalah
pencemaran yang diakibatkan penggunaan pestisida di bidang pertanian, kehutanan,
pemukiman, maupun di sektor kesehatan. Pencemaran pestisida terjadi karena adanya residu
yang tertinggal di lingkungan fisik dan biotis disekitar kita. Sehingga akan menyebabkan kualitas
lingkungan hidup manusia semakin menurun ( Warlinson Girsang, 2009).

III. METODE PERCOBAAN


A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang di gunakan pada praktikum ini yaitu Alat tulis yang digunakan untuk menulis data
tentang pestisida yang diamati.
Sedangkan bahan yang di gunakan pada praktikum ini yaitu berbagai jenis pestisida yang
digunakan dalam budidya pertanian.

B. Cara Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Siapkan alat tulis dan jenis pestisida yang akan diamati.
2. Kemudian amati setiap jenis pestisida dan catat seperti kandungan bahan aktif . waktu
penggunaan , tanda bahaya dll.
3. Catat dengan teliti dan rapi.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Nama dagang : FURRADAN
1. Nama bahan aktif : Karbofuran 3%
2. Formulasi : 3GR
3. Bobot/volume : 2 kg
4. Jenis pestisida : Sistemik
5. Nomor izin : RI.16/8-2006/T
6. Gambar dan kalimat tanda bahaya :

Bahan berbahaya.

7. Petunjuk penggunaan :
a. Konsentrasi, dosis dan volume semprot : padi sawah : 17 kg/ha, padi gogo : 17 kg/ha,
kentang : 2-4 gr/lubang.
b. Jenis komoditi : Lalat daun, lundi, nematoda.
c. Waktu dan frekuensi aplikasi : Penyemprotan volume tinggi waktu aplikasi apabila populasi
atau intensitas serangan hama mencapai ambang pengendaliannya sesuai rekomendasi.
8. Cara aplikasi bagi operator : -

9. Cara penyimpanan : Simpan pada tempat yang kering.


10. Petunjuk pertolongan : Apabila terhirup segera pergi ke tempat yang berudara segar,jika
terkena mata segera dibilas dengan air.
Nama dagang : PESTISIDA NABATI
1. Nama bahan aktif : 2. Formulasi : 3. Bobot/volume : 1 liter
4. Jenis pestisida : Insektisida cair
5. Nomor izin : 6. Gambar dan kalimat tanda bahaya : 7. Petunjuk penggunaan :
a. Konsentrasi, dosis dan volume semprot : campur 1 liter pestisida nabati ini
dengan 15 liter air.
b. Jenis komoditi : Wereng coklat, ulat grayak, ulat jengkal, ulat daun, belalang,
trips, aphids, dll.
c. Waktu dan frekuensi aplikasi : 8. Cara aplikasi bagi operator : 9. Cara penyimpanan : 10. Petunjuk pertolongan : Nama dagang : CASCADE
2. Nama bahan aktif : Flufenoksuron 50 gr/l
3. Formulasi : 50 EC
4. Bobot/volume : 300 ml

5. Jenis pestisida : Insektisida cair


6. Nomor izin : RI.817/12-2005/T
7. Gambar dan kalimat tanda bahaya :

Bahan berbahaya

8. Petunjuk penggunaan :
a. Konsentrasi, dosis dan volume semprot : Bawamg merah : 1-2 ml/l, Kedelai :
0,75-1,5 ml/l, kelapa sawit : 150-300 ml/ha, teh : 0,25-0,5 l/ha, kacang panjang :
0,5-2 ml/ha.
b. Jenis komoditi : Ulat grayak ( Spodoptera axigua ), Ulat api (Spodoptera litura ).
c. Waktu dan frekuensi aplikasi : Penyemprotan volume tinggi waktu aplikasi
apabila populasi atau intensitas serangan hama mencapai ambang
pengendaliannya sesuai rekomendasi.
9. Cara aplikasi bagi operator : Penyemprotan volume tinggi waktu aplikasi apabila
populasi atau intensitas serangan hama mencapai ambang pengendaliannya sesuai
rekomendasi.
10. Cara penyimpanan : Simpan ditempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak.
11. Petunjuk pertolongan : Tinggalkan pakaian yang terkena bahan ini, cuci kulit yang
terkena dengan air, apabila kena mata cuci dengan air bersih selama 15 menit.
Nama dagang : DECIS
1. Nama bahan aktif : Deltametrin 25 gr/l
2. Formulasi : 2,5 EC
3. Bobot/volume : 500 ml
4. Jenis pestisida : Insektisida cair

5. Nomor izin : RI.387/11-2002/T


6. Gambar dan kalimat tanda bahaya :

Bahan berbahaya

7. Petunjuk penggunaan :
a. Konsentrasi, dosis dan volume semprot : Bawamg merah : 0,5-1 ml/l, Cabai : 0,1875-0,375 ml/l,
jagung : 0,2 l/ha, kacang hijau : 0,25-0,5 l/ha.
b. Jenis komoditi : Ulat grayak ( Spodoptera axigua ), Thrips sp., belalang ( Locusta migratoria )
c. Waktu dan frekuensi aplikasi : Penyemprotan volume tinggi waktu aplikasi apabila populasi atau
intensitas serangan hama mencapai ambang pengendaliannya sesuai rekomendasi.
8. Cara aplikasi bagi operator : Penyemprotan volume tinggi waktu aplikasi apabila populasi atau
intensitas serangan hama mencapai ambang pengendaliannya sesuai rekomendasi.
9. Cara penyimpanan : Simpan ditempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak.
10. Petunjuk pertolongan : Tinggalkan pakaian yang terkena bahan ini, cuci kulit yang terkena
dengan air, apabila kena mata cuci dengan air bersih selama 15 menit, apabila tertelan cucilah
mulut dengan air bersih lalu beri air hangat dengan norit.
Nama dagang : CURRATER
1. Nama bahan aktif : Karbofuran 3%
2. Formulasi : 3. Bobot/volume : 2 kg
4. Jenis pestisida : Insektisida dan nematisida
5. Nomor izin : RI.237/8-2008/T
6. Gambar dan kalimat tanda bahaya :

Bahan berbahaya

7. Petunjuk penggunaan :
a. Konsentrasi, dosis dan volume semprot : b. Jenis komoditi : -

c. Waktu dan frekuensi aplikasi : Penyemprotan volume tinggi waktu aplikasi


apabila populasi atau intensitas serangan hama mencapai ambang
pengendaliannya sesuai rekomendasi.
8. Cara aplikasi bagi operator : Penyemprotan volume tinggi waktu aplikasi apabila
populasi atau intensitas serangan hama mencapai ambang pengendaliannya maka harus
dihentikan sesuai rekomendasi, hubungi petugas pertanian setempat.
9. Cara penyimpanan : 10. Petunjuk pertolongan : Tinggalkan pakaian yang terkena bahan ini, cuci kulit yang terkena
dengan air, apabila kena mata cuci dengan air bersih selama 15 menit, hubungi petugas setempat.
Nama dagang : SEVIN
1. Nama bahan aktif : Karbani 85%
2. Formulasi : 85 S
3. Bobot/volume : 500 g
4. Jenis pestisida : Insektisida
5. Nomor izin : RI.22/10-2001/T
6. Gambar dan kalimat tanda bahaya :

Bahan berbahaya

7. Petunjuk penggunaan :
a. Konsentrasi, dosis dan volume semprot : jagung : 1,5 kg/ha,kapas : 1-1,5 kg/ha, kedelai : 1-2
gr/ha
b. Jenis komoditi : Belalang, perusak daun, kutu kapuk
c. Waktu dan frekuensi aplikasi : Penyemprotan volume tinggi waktu aplikasi apabila populasi
atau intensitas serangan hama mencapai ambang pengendaliannya sesuai rekomendasi.
8. Cara aplikasi bagi operator : Campurkan dengan air secukupnya sampai berbentuk pasta.
9. Cara penyimpanan : Simpanlah pestisida tertutup rapat dalam wadah.
10. Petunjuk pertolongan : Tinggalkan pakaian yang terkena bahan ini, cuci kulit yang terkena
dengan air, apabila kena mata cuci dengan air bersih selama 15 menit, hubungi petugas setempat.

Nama dagang : METARHIZIUM ANISOPLIAE


1. Nama bahan aktif : 2. Formulasi : M
3. Bobot/volume : 100 g
4. Jenis pestisida : Insektisida
5. Nomor izin : 6. Gambar dan kalimat tanda bahaya :

Bahan berbahaya

7. Petunjuk penggunaan :
a. Konsentrasi, dosis dan volume semprot : b. Jenis komoditi : wereng hijau, wereng coklat.
c. Waktu dan frekuensi aplikasi : Penyemprotan volume tinggi waktu aplikasi apabila populasi
atau intensitas serangan hama mencapai ambang pengendaliannya sesuai rekomendasi.
8. Cara aplikasi bagi operator : 5 gr Metarhizum dilarutkan dengan air 1 liter, kemudian
disemprotkan pada hama pada sore hari, gunakan detergen sebagai perata.
9. Cara penyimpanan : 10. Petunjuk pertolongan : apabila kena mata cuci dengan air bersih selama 15 menit.
Nama dagang : TRIGARD
1. Nama bahan aktif : Siromazin 75%
2. Formulasi : 75 WP
3. Bobot/volume : 50 g
4. Jenis pestisida : Insektisida
5. Nomor izin : RI.1318/11-97/T
6. Gambar dan kalimat tanda bahaya : Hindari kontak langsung dengan mata.
7. Petunjuk penggunaan :
a. Konsentrasi, dosis dan volume semprot : 0,15-0,30 g/l larutan atau 15-30 gr/100 l larutan.
b. Jenis komoditi : Diptera yaitu Liriomyza spp.

c. Waktu dan frekuensi aplikasi : 8. Cara aplikasi bagi operator : 9. Cara penyimpanan : 10. Petunjuk pertolongan : Tinggalkan pakaian yang terkena bahan ini, cuci kulit yang terkena
dengan air, apabila kena mata cuci dengan air bersih selama 15 menit.
Nama dagang : MARSHAL
1. Nama bahan aktif : Karbonsulfat 25,53%
2. Formulasi : 25 ST
3. Bobot/volume : 20 g
4. Jenis pestisida : Insektisida
5. Nomor izin : RI.644/8-2003/T
6. Gambar dan kalimat tanda bahaya :

Bahan berbahaya.

7. Petunjuk penggunaan :
a. Konsentrasi, dosis dan volume semprot : Padi gogo, jagung dan kedelai : 20gr/1 kg benih.
b. Jenis komoditi : Lalat bibit ( Atherigona aryzae, Atherigona exigua, Agromyza spp )
c. Waktu dan frekuensi aplikasi : 8. Cara aplikasi bagi operator : Gunakan sarung tangan, campurkan benih dan Marshal
kedalam kantong plastik lalu kocok selama 2 menit.
9. Cara penyimpanan : 10. Petunjuk pertolongan : Apabila tertelan segera usahakan pemuntahan dengan cara memberikan
segelas air hangat yang ditambah 1 sendok teh garam.
Nama dagang : BVR ( Beauveria Bassiana )
1. Nama bahan aktif : 2. Formulasi : 3. Bobot/volume : 100 g

4. Jenis pestisida : Insektisida


5. Nomor izin : 6. Gambar dan kalimat tanda bahaya : 7. Petunjuk penggunaan :
a. Konsentrasi, dosis dan volume semprot : 2 gr/l air/30 gr/tangki semprot.
b. Jenis komoditi : Kutu, thrips, ulat kubis.
c. Waktu dan frekuensi aplikasi : sore hari
8. Cara aplikasi bagi operator : Dapat digunakan bersamaan dengan penyemprotan pupuk
organik cair.
9. Cara penyimpanan : Simpan ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari, suhu
25-30C
10. Petunjuk pertolongan : Nama dagang : NPV
1. Nama bahan aktif : 2. Formulasi : 3. Bobot/volume : 100 gr
4. Jenis pestisida : Sistemik hayati
5. Nomor izin : 6. Gambar dan kalimat tanda bahaya : 7. Petunjuk penggunaan :
a. Konsentrasi, dosis dan volume semprot : b. Jenis komoditi : Ulat grayak
c. Waktu dan frekuensi aplikasi : 8. Cara aplikasi bagi operator : 5 gr NPV bubuk dilarutkan dalam 1 liter air, kemudian
disemprotkan ke tanaman, hindari dari sinar matahari pada saat aplikasi.
9. Cara penyimpanan : 10. Petunjuk pertolongan : Jika terkena mata/bagian tubuh lainya cukup dibasuh dengan air bersih.

B. Pembahasan
Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau
membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran
-cide ("pembasmi").

Berdasarkan Fungsi/sasaran penggunaannya, pestisida dibagi menjadi 6 jenis yaitu:


Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma)
seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh ammonium sulfonat dan
pentaklorofenol.

Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salahsatu contoh bakterisida
adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang meyerang tanaman jeruk.
Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian obat
biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis
tertentu.

Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/ cendawan seperti


bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun. Contoh : tembaga oksiklorida, tembaga (I)
oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.

Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti


belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas
serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan
semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon,dll.

Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa
nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman.
Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat
dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain
memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran
dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.

Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan
pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan
beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan
ternak yang memakannya. Contohnya : Warangan.
Pestisida memiliki dua bentuk formulasi yaitu bentuk cair dan bentuk padatan. Formulasi
pestisida dalam bentuk cair antara lain :
1. EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate). Sediaan berbentuk pekatan
(konsentrat) cair dengankonsentrasi bahan aktifd yang cukup tinggi. Kosentrasi ini jika
dicampur dengan air akan membentuk emilsi (butiran denda cair yang melayang dalam
media cair lain). EC umumnya digunakan dengan cara disemprot, meskipun dapat pula
digunakan dengan cara lain.
2. Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC). Formulasi
ini mirip EC, tetapi bila decamp[ur air tidsak membentuk emulsi, melainkan membentuk
larutan homogen. Umumnya, sediaan ini digunakan dengan cara disemprotkan.
3. Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC). pekatan ini diarutkan dalam air.
Persisida yang diformulasi dalam bentuk AS dan AC umumnya pestisida berbentuk
garam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air. Pestisida ini juga dighunakan dengan
cara disemprot.
4. Soluble (SL). Pekatan cair ini jika dicampurkan air akan membentuk larutan. Pestisida ini
digunakan dengan cara disemprotkan. SL juga dapat mengacu pada formulasi slurry.

5. Flowable (F) atau Flowabel ini Water (FW). Formulasi ini berupa konsentrasi cair yangs
angat pekat. Bila dicampur air, F atau FW akan membentuk emilsi seperti halnya WP.
Pada dasarnya FW adalah WP yang dibasahkan.
6. Ultra Low Volume (ULV). Sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra
rendah, yakni volume semprot antara 1 hingga 5 liter/hektar. ULV umumnya merupakan
sdiaan siap pakai, tanpa harus dicampur dengan air.
Formulasi dalam bentuk padat :
1. Wettable Powder (WP). Formulasi WP bersama EC merupakan formulasi klasik yang
masih banyak digunakan dingga saat ini. WP adalah formulasi bentuk tepung yang bila
dicampur air akan membentuk suspensi yang penggunaannya dengan cara disemprot.
2. Soluble powder (S atau SP). Formulasi bentuk tepung yang bia dicampur air akan
menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga digunakand enga cara disemprotkan.
3. Butiran (G). Butiran yang umumnya merupakan sedian siap pakai dengan konsetrasi
rendah. Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di lapagan (baik secara
manual dengan tangan atau dengan mesin penabur) setelah penaburan dapat diikuti denga
pegolahan tanah atai tidak. Disamping formulasi G dikenal juga fomulasi SG, yakni sand
granular.
4. Water Dipersible Granule (WG atau WDG) . WDG atau WG berbentuk butiran, mirip G,
tetapi penggunaanya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan denga air dan
digunakan dengan cara disemprotkan.
5. Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST). Sediaan berbentuk tepung yang khusus
digunakan untuk perawatan benih
6. Tepug Hembus atau Dust (D). Sediaan siap pakai dengan konsentrasi rendah yang
digunakan dengan cara dihembuskan.

7. Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB). umpan merupakan formulasi siap
pakai yang umumya digunakan untuk formulasi rodentisida.
LABEL adalah keterangan atau informasi penting yang ditempel kuat pada pestisida agar tidak
mudah lepas. Persaratan label Sesuai Lampiran VII Keputusan Menteri Pertanian No.
434.1/Kpts/TP.270/7/2001, Spesifikasi Teknis Label antara lain :
Keterangan yang harus dicantumkan pada label adalah sebagai berikut:
a. Nama dagang formulasi
b. Jenis Pestisida
c. Nama dan Kadar bahan aktif
d. Isi atau berat bersih dalam kemasan
e. Peringatan keamanan
f. Klasifikasi dan simbol bahaya
g. Petunjuk keamanan
h. Gejala keracunan
i. Pertolongan Pertama Pada KEcelakaan (P3K)
j. Petunjuk penyimpanan
k. Petunjuk penggunaan
l. omor pendaftaran
m. Nama dan alamat serta nomor telepon pemegang nomor pendaftaran
n. Petunjuk pemusnahan
Pengaturan Cara Aplikasi Pestisida
a. Waktu Aplikasi
Aplikasi pestisida seharusnya hanya dilakukan pada waktu populasi atau intensitas serangan
OPT telah melampaui ambang ekonomi atau ambang pengendalian. Jangan mengaplikasikan
pestisida pada saat populasi atau intensitas serangan OPT masih di bawah ambang ekonomi, atau
secara reguler tanpa memperhatikan populasi/intensitas serangan OPT, apalagi tidak ada
serangan OPT. Hal ini dimaksudkan agar aplikasi pestisida hanya pada waktu yang diperlukan
dan tidak berlebihan.
Selain mempertimbangkan ambang ekonomi, aplikasi pestisida perlu memperhatikan stadia peka
sebagian besar populasi OPT terhadap pestisida. Aplikasi pestisida pada stadia peka akan lebih

efektif walaupun dengan dosis rendah dan tidak perlu diulang dalam jangka waktu pendek.
Contoh: aplikasi pestisida untuk mengendalikan ulat grayak sebaiknya dilakukan pada waktu
larva berada pada instar 1--3, karena larva pada instar berikutnya (instar 4--6) relatif lebih tahan
terhadap pestisida. Stadia yang relatif tahan pestisida pada umumnya adalah telur dan pupa.
b. Dosis Aplikasi
Dosis (liter atau kilogram pestisida per hektar tanaman) dan konsentrasi (mililiter atau gram
pestisida per liter cairan semprot) yang digunakan adalah dosis dan konsentrasi minimum yang
efektif terhadap OPT sasaran. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan pestisida tidak berlebihan
dan residunya tidak tinggi. Di samping itu, penggunaan pestisida yang berlebihan dapat
mempercepat terjadinya resistensi.
Informasi tentang dosis dan konsentrasi efektif yang dianjurkan dapat dibaca pada label masingmasing pestisida. Contoh: apabila dosis satu liter per hektar suatu pestisida cukup efektif untuk
mengendalikan OPT A, maka pestisida tersebut tidak perlu diaplikasikan dengan dosis lebih
daripada itu.
Dosis pestisida yang berlebihan tidak berpengaruh nyata terhadap efektivitas, tetapi dampak
negatif yang ditimbulkannya dapat berbeda nyata; terutama residu pestisida, percepatan
resistensi, pemborosan, dan pencemaran lingkungan hidup.
c. Sasaran Aplikasi
Perlu diupayakan semaksimal mungkin agar aplikasi pestisida diarahkan pada sasarannya yang
tepat, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Tidak diaplikasikan pada bagian tanaman yang akan dikonsumsi. Apabila yang akan
dikonsumsi adalah buahnya, maka aplikasi pestisida tidak diarahkan pada buah.
Aplikasikan pestisida pada bagian tanaman yang terserang atau ada populasi OPT-nya. Hal ini
dimaksudkan agar pestisida terfokus pada bagian tanaman yang memerlukannya; sehingga
efektif, efisien, dan tidak meninggalkan residu pada bagian tanaman yang tidak perlu diaplikasi.
Contoh: apabila serangan OPT terjadi di pangkal batang, maka bagian yang diaplikasi pestisida
cukup di pangkal batang saja, tidak seluruh bagian tanaman.

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum kali ini adalah :
1. Penggolongan pestisida menurut jasad sasarannya dibagi kedalam berbagai golongan ,
diantaranya insektisida (racun hewan), fungisida(racun jamur/ cendawan) , herbisida (racun
gulma/ racun tumbuhan pengganggu), dan rodentisida( racun binatang pengerat).
2. Bahan Aktif adalah bahan kimia dan atau bahan lain yang terkandung dalam pestisida dan pada
umumnya merupakan bahan yang berdaya racun.
3. Penggunaan insektisida secara berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah, diantaranya
terjadi resistensi (kekebalan) pada hama sasaran.
4. Formulasi adalah campuran bahan aktif dengan bahan lainnya dengan kadar dan bentuk tertentu
yang mempunyai daya kerja sebagai pestisida sesuai dengan tujuan yang direncanakan.
5. Menurut cara kerja atau distribusinya didalam tanaman, insektisida dibedakan menjadi tiga
macam yaitu insektisida sistemik, insektisida non-sistemik, dan insektisida sistemik lokal.

DAFTAR PUSTAKA

Girsang, Warlinson. 2009. Dampak Negatif Penggunaan Pestisida. Pematang

Siantar : Disertasi Universitas Simalungun.


Kunia. K. 2010. Hama dan Insektisida Mikroba(http://www.Hama dan
Insektisida Mikroba.html). Diunduh pada tanggal 16 April 2011,
pukul 20.30 WIB
Sukoco. 1999. Pertanian Masa Depan. Kanisus: Yogyakarta
Tarumingkeng,Rudy. C. 1992. Insektisida ; sifat ,Mekanisme Kerja, dan Dampak
Penggunaanya.UKRIDA Press, Jakarta.
Wawan Zulmawan.1997. Mutu Pangan Harus Bebas Residu Pestisida.Warta
Pertanian, No.173, Oktober, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai