PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
risiko yang berhubungan dengan kejadian keracunan pestisida organofosfat antara lain
umur, jenis kelamin, pengetahuan, pengalaman, ketrampilan , pendidikan, pemakaian
Alat Pelindung Diri, status gizi dan praktek penanganan pestisida. Sedangkan fase
kritis yang harus diperhatikan adalah penyimpanan pestisida, pencampuran pestisida,
penggunaan pestisida dan pasca penggunaan pestisida.
Pestisida mempunyai efek toksik hanya pada organisme targetnya, yaitu hama.
Namun, pada kenyataannya, sebagian besar bahan aktif yang digunakan tidak cukup
spesifik toksisitasnya, sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan (manusia)
(Costa, 2008). Selain itu, penggunaan pestisida juga berdampak negatif terhadap
lingkungan dan ekosistem (WHO, 2008). Dampak pajanan pestisida terhadap
kesehatan tergantung dari jenis atau bahan aktif pestisida. Secara umum, pestisida
dikelompokkan berdasarkan jenis bahan aktifnya (klasifikasi kimia) dan mekanisme
kerjanya, yaitu golongan karbamat, organoklorin, organofosfat, dan piretroid (Weiss
et al., 2004).
Pajanan akut dalam dosis tinggi oleh pestisida dapat menyebabkan keracunan.
Tanda-tanda klinis keracunan akut pestisida golongan organopospat dan karbamat,
berkaitan dengan stimulasi kolinergik yang berlebihan, Prosiding Seminar Nasional
Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014 16 seperti kelelahan, muntah-muntah,
mual, diare, sakit kepala, penglihatan kabur, salivasi, berkeringat banyak, kecemasan,
gagal nafas dan gagal jantung. Sementara keracunan kronis ditandai dengan adanya
tanda-tanda kolinergik dan penurunan aktivitas enzim kolinesterase di plasma, sel
darah merah dan otak (Office of Environmental Health Hazard, 2007).
Pajanan ringan jangka pendek, mungkin hanya menyebabkan iritasi pada selaput
mata atau kulit, namun pajanan ringan jangka panjang berpotensi menimbulkan
berbagai dampak kesehatan, seperti gangguan terhadap sistem hormon bahkan
keganasan. Pestisida merupakan bahan kimia yang tergolong sebagai endocrine
disrupting chemicals (EDCs), yaitu senyawa kimia di lingkungan yang mengganggu
sintesis, sekresi, transport, metabolisme, aksi pengikatan, dan eliminasi dari
hormon-hormon dalam tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan (homeostasis),
reproduksi, dan proses tumbuh-kembang (Diamanti et al., 2009). Sementara Crofton,
memberikan sebutan thyroid disrupting chemicals (TDCs), untuk bahan- bahan kimia
di lingkungan yang mengganggu struktur atau fungsi kelenjar tiroid, mengganggu
2
system pengaturan enzim yang berhubungan dengan keseimbangan hormontiroid, dan
mengubah sirkulasi serta kadar hormontiroid di jaringan (Crofton, 2008).
Dalam makalah ini, akan dibahas dampak paparan dan pajanan pestisida yang
masuk dalam tubuh manusia dari segi kesehatan lingkungan.
B Tujuan
B Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu agar kita mengetahui bahaya yang
mengancam kesehatan yang di sebabkan oleh adanya paparan pestisida di lingkungan
kita pada umumnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pestisida
Menurut Depkes RI (1990) Kata Pestisida berasal dari rangkaian kata pest
yang berarti hama dan cida atau sida yang berarti membunuh. Dalam PP No 7 tahun
1973 yang dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta
jasad renik dan virus yang digunakan untuk beberapa tujuan berikut:
2. Memberantas rerumputan.
5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan piaraan dan ternak.
B. Klasifikasi Pestisida
1. Berdasarkan atas sifat pestisida dapat digolongkan menjadi : bentuk padat, bentuk
cair, bentuk asap (aerosol), bentuk gas (fumigan).
4
2. Berdasarkan organ targetnya/sasrannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
3. Berdasarkan Cara Kerja atau efek keracunannya dapat digolongkan sebagai berikut:
b. Racun perut adalah membunuh sasarannya bila pestisida tersebut termakan oleh
hewan yang bersangkutan.
d. Racun sistemik adalah pestisida dapat diisap oleh tanaman, tetapi tidak
merugikan tanaman itu sendiri di dalam batas waktu tertentu dapat membunuh
serangga yang menghisap atau memakan tanaman tersebut.
a. Golongan Organoklorin Merupakan bagian dari kelas yang lebih luas dari
halogenated hydrocarbon, termasuk diantaranya dan terkenal sebagai
5
penyebab masalah yaitu Polyclorinated biphenyls dan dioxin. Sebagai
kelompok, insektisida organoklorin merupakan racun terhadap susunan saraf
(neurotoxins) yang merangsang sistem saraf baik pada serangga maupun
mamalia, menyebabkan tremor dan kejang-kejang.
C. Patofisiologi
Pestisida masuk kedalam tubuh melalui beberapa cara kulit, Pertama absorpsi
melalui kulit berlangsung terus selama pestisida masih ada dikulit. Kedua melalui
mulut (tertelan) karena kecelakaan, kecerobohan atau sengaja (bunuh diri) akan
6
mengakibatkan keracunan berat hingga mengakibatkan kematian. Ketiga melalui
pernafasan dapat berupa bubuk, droplet atau uap dapat meyebabkan kerusakan serius
pada hidung, tenggorokan jika terhisap cukup banyak. Pestisida meracuni tubuh
manusia dengan mekanisme kerja sebagai berikut:
2. Merusak jaringan sehingga timbul histamine dan serotine. Ini akan menimbulkan
reaksi alergi, juga kadang-kadang akan terjadi senyawa baru yang lebih beracun.
3. Fungsi detoksikasi hati (hepar). Pestisida yang masuk ketubuh akan mengalami
proses detoksikasi (dinetralisasi) di dalam hati oleh fungsi hati (hepar). Senyawa
racun ini akan diubah menjadi senyawa lain yang sifatnya tidak lagi beracun
terhadap tubuh.
Salah satu jenis herbisida yang berhubungan dengan isu ini adalah atrazine.
Atrazine adalah herbisida yang banyak digunakan dalam mengendalikan gulma
pada pertanian tebu dan terdeteksi dalam air keran. Para ilmuwan dan dokter
menyatakan bahwa pestisida jenis ini meningkatkan resiko keguguran dan
kemandulan akibat penurunan kualitas dan mobilitas sperma. Hal ini diperkuat
hasil review Environmental Protection Agency (EPA) pada tahun 2009 bahwa
kelompok herbisida ini menimbulkan efek buruk bagi kesehatan reproduksi
manusia.
Paparan pestisida selama proses kehamilan pada ibu hamil dapat meningkatkan
resiko keguguran spontan, selain itu terdapat beberapa potensi gangguan
7
kesehatan pada calon bayi diantaranya resiko terkena leukimia, gangguan
kecerdasan, spina bifida, bibir sumbing, kaki pengkor dan sindrom down. Hal ini
disebabkan oleh selama masa perkembangannya, janin belum mampu
mendetoksifikasi racun yang ada. Studi lain yang dilakukan di Amerika,
menunjukkan bahwa perempuan yang tinggal di daerah yang penggunaan
pestisidanya tinggi, mempunyai resiko 1,9 sampai 2 kali lebih tinggi beresiko
melahirkan bayi dalam keadaan cacat, dibandingkan perempuan yang bertempat
tinggal di daerah yang tidak menggunakan pestisida.
Diabetes Care merilis beberapa jurnal yang menyatakan hubungan antara paparan
pestisida terhadap timbulnya penyakit diabetes. Orang-orang yang mengalami
kelebihan berat badan dan di dalam tubuhnya terdapat pestisida golongan
organoklorin beresiko terkena penyakit diabetes.
8
Perpaduan antara gen dan polutan yang masuk ketika ibu hamil dipercaya para
peneliti sebagai penyebab autisme. Kebanyakan insektisidamembunuh hama
dengan mengganggu fungsi saraf. Mekanisme yang sama terjadi pada janin yang
terpapar insektisida. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 oleh Universitas
Harvard menunjukkan urin yang mengandung pestisidaberbahan aktif
organofosfat pada anak-anak lebih mungkin mengalami ADHD dan hiperaktif
dibanding urin pada anak-anak yang tidak tercemar pestisida.
1. Keracunan Pestisida
a. Keracunan Akut ringan, menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit ringan,
badan terasa sakit dan diare.
9
b. Keracunan akut berat, menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang perut,
sulit bernafas, keluar air liur, pupil mata mengecil dan denyut nadi meningkat,
pingsan.
c. Keracunan kronis, lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan
menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang sering
dihubungkan dengan penggunaan pestisida diantaranya: iritasi mata dan kulit,
kanker, keguguran, cacat pada bayi, serta gangguan saraf, hati, ginjal dan
pernafasan.
Ada 4 macam pekerjaan yang dapat menimbulkan kontaminasi dalam
penggunaan pestisida yakni :
Pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai cara yakni:
kontaminasi memalui kulit (dermal Contamination), terhisap masuk kedalam
saluran pernafasan (inhalation) dan masuk melalui saluran pencernaan makanan
lewat mulut (oral).
10
kontaminasi yang paling sering terjadi, meskipun tidak seluruhnya berakhir dengan
keracunan akut. Lebih dari 90% kasus keracunan diseluruh dunia disebabkan oleh
kontaminasi lewat kulit. Risiko bahaya karena kontaminasi lewat kulit dipengaruhi
oleh faktor sebagai berikut:
1. Toksitas dermal (dermal LD 50) pestisida yang bersangkutan maka makin rendah
angka LD 50 makin berbahaya.
2. Konsentrasi pestisida yang menempel pada kulit, yaitu semakin pekat pestisida
maka semakin besar bahayanya.
3. Formulasi pestisida misalnya formulasi EC dan ULV atau formulasi cair lebih
mudah diserap kulit dari pada formulasi butiran.
4. Jenis atau bagian kulit yang terpapar yaitu mata misalnya mudah sekali meresapkan
pestisida. Kulit punggung tangan lebih mudah meresapkan pestisida dari pada kulit
telapak tangan.
5. Luas kulit yang terpapar pestisida yaitu makin luas kulit yang terpapar makin besar
risikonya.
6. Kondisi fisik yang bersangkutan. Semakin lemah kondisi fisik seseorang, maka
semakin tinggi risiko keracunannya.
11
sedangkan partikel yang lebih besar akan menempel di selaput lendir hidung atau di
kerongkongan. Bahaya penghirupan pestisida lewat saluran pernapasan juga
dipengaruhi oleh LD 50 pestisida yang terhirup dan ukuran partikel dan bentuk fisik
pestisida.
Pestisida berbentuk gas yang masuk ke dalam paru-paru dan sangat berbahaya.
Partikel atau droplet yang berukuran kurang dari 10 mikron dapat mencapai paru-paru,
namun droplet yang berukuran lebih dari 50 mikron mungkin tidak mencapai
paru-paru, tetapi dapat menimbulkan gangguan pada selaput lendir hidung dan
kerongkongan. Gas beracun yang terhisap ditentukan oleh:
3. Menyeka keringat di wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung tangan yang
terkontaminasi pestisida.
12
4. Drift (butiran halus) pestisida terbawa angin masuk ke mulut.
7. Kecelakaan khusus, misalnya pestisida disimpan dalam bekas wadah makanan atau
disimpan tanpa label sehingga salah ambil.
Proses terjadinya keracunan pestisida disebabkan adanya interaksi antara agent kimia
atau Chemical Agent, manusia sebagai hostdan faktor lingkungan yang mendukung
(environment). Agent kimia (Chemical Agent) dihasilkan oleh aktifitas manusia dan
mempunyai berbagai efek pada kesehatan. Paparan oleh factor lingkungan akan
mengenai manusia (Host) yang peka atau kebal terhadap paparan dan akan
memberikan suatu perubahan fungsi atau menyebabkan perubahan prepatologik.
1. Umur
2. Jenis Kelamin
13
Menurut Gallo dan Lawryk (1999) dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan aktivitas kolinestrase secara signifikan lebih tinggi pada pria di bandingkan
dengan wanita. Aktivitas kolinestrase pada pria dan wanita dalam butir darah merah
bervariasi (13,50%-15,60%) dan plasma darah (14,7%-26,80%) dengan menggunakan
metode manometri. Pekerja wanita yang berhubungan dengan organofhosfat terutama
dalam keadaan hamil akan mempunyai aktivitas kolinestrase yang lebih rendah.
Beberapa penelitian menemukan hubungan pestisida sebagai pencetus timbulnya
kanker, tingkat kesuburan menurun dan gangguan dari terhadap sistem kekebalan
tubuh.
3. Pendidikan
Faktor Ekstrinsik
2. Dosis Pestisida
14
menegendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan satu
kali aplikasi atau lebih.
15
2.8 Pencegahan Keracunan Pestisida
a. Memilih Pestisida
16
penyuntik pohon kelapa untuk jenis insektisida yang digunakan memberantas
penggerek batang. Alat penyemprot yang biasa digunakan yaitu penyemprot gendong,
pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Duster), mesin penyemprot
tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer), dan jenis penyemprot lainnya.
Penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan dengan kebutuhan terutama yang
berkaitan dengan luas areal pertanian sehingga pemakaian pestisida menjadi efektif.
Teknik dan cara aplikasi ini sangat penting diketahui oleh pengguna pestisida,
terutama untuk menghindarkan bahaya pemaparan pestisida terhadap tubunya, orang
lain dan lingkungannya. Ada beberapa petunjuk dan teknik serta cara aplikasi
pestisida yang diberikan oleh pemerintah yaitu:
1. Gunakanlah pestisida yang telah terdaftar dan memperoleh izin dari menteri
Pertanian R.I Jangan sekali-sekali menggunakan pestisida yang belum terdaftar
dan memperoleh izin.
2. Pilihlah pestisida yang sesuai dengan hama atau penyakit tanaman serta jasad
sasaran lainnya yang akan dikendalikan, dengan cara lebih dahulu membaca
keterangan kegunaan pestisida dalam label pada wadah pestisida.
3. Belilah pestisida dalam wadah asli yang tertutup rapat dan tidak bocor juga tidak
rusak, dengan label asli yang berisi keterangan lengkap dan jelas, jangan membeli
dan menggunakan pestisida dengan label dalam bahasa asing.
4. Bacalah semua petunjuk yang tercantum pada label pestisida sebelum bekerja
dengan pestisida itu.
6. Pakailah sarung tangan dan gunakanlah wadah, alat pengaduk dan alat penakar
khusus untuk pestisida.
17
7. Gunakanlah pestisida sesuai dengan takaran yang dianjurkan. Jangan menggunakan
pestisida dengan takaran yang berlebihan atau kurang karena dapat mengurangi
keefektifannya.
8. Periksalah alat penyemprot dan usahakanlah supaya dalam keadaan baik, bersih
dan tidak bocor.
9. Hindarkanlah pestisida terhirup melalui pernafasan atau terkena kulit, mata, mulut
dan pakaian.
10. Apabila ada luka pada kulit, tutuplah luka tersebut dengan baik sebelum bekerja
dengan perban. Pestisida lebih mudah terserap melalui kulit yang terluka.
11. Selama menyemprot pakailah alat pengaman, berupa masker penutup hidung dan
mulut, sarung tangan, sepatu boot, dan jaket atau baju berlengan panjang.
13. Waktu yang baik untuk penyemprotan adalah pada waktu terjadi aliran udara naik
(thermik) yaitu antara pukul 08.00-11 WIB atau sore hari pukul 15-18.00 WIB.
Penyemprotan terlalu pagi atau terlalu sore mengakibatkan pestisida yang
menempel pada bagian tanaman akan terlalu lama mengering mengakibatkan
tanaman yang disemprot keracunan.
14.Peyemprot segera mandi dengan bersih menggunakan sabun dan pakaian yang
digunakan segera dicuci.
15. Jangan makan dan minum atau merokok pada saat melakukan penyemprotan.
16. Alat penyemprot segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Air bekas cucian
sebaiknya dibuang ke lokasi yang jauh dari sumber air dan sungai.
Tempat menyimpan pestisida biasa berupa almari atau peti khusus atau biasa
juga ruangan khusus yang tidak mudah dijangkau anak-anak atau hewan piaraan. Bila
perlu tempat penyimpanan ini dikunci kemudian letakkan tempat penyimpanan ini
jauh dari tempat bahan makanan, minuman, dan sumber api. Peletakan pestisida tidak
dianjurkan di gudang bahan makanan. Usahakan tempat pestisida mempunyai
18
ventilasi yang cukup, tidak terkena matahari langsung, dan tidak terkena air hujan
agar pestisida tidak rusak.
Pestisida harus tetap tersimpan dalam wadah atau bungkus aslinya yang
memuat label atau keterangan mengenai penggunaannya.Dengan demikian bila ata
keracunan akan digunakan lagi petujukya masih jelas. Wadah tidak bocor dan tertutup
rapat. Bila terkena uap air atau zat asam, pestisida bias rusak dan tidak efektif lagi.
Pindahkan isi bila wadah bocor ke tempat yang merek dagangnya sama dengan
petunjuk yang masih jelas. Bila tidak ada, pindahkan ke tempat lain yang tertutup
rapat dengan menuliskan keterangan mengenai merek dagangnya, bahan aktifnya,
kegunaannya, dan cara penggunaanya. Wadah pestisida yang sudah tidak berguna
dirusak agar tidak dimanfaatkan untuk keperluan lain atau dengan cara mengubur
wadah tersebut jauh dari sumber air. \
a. Organofosfat, bila penderita tak bernafas segara beri nafas buatan , bila racun
terlelan lakukan pencucian lambung dengan air, bila kontaminasi dari kulit, cuci
dengan sabun dan air selama 15 menit. Bila ada berikan
antidot:pralidoxime(Contrathion). Pengobatan keracunan organofosfat harus cepat
dilakukan. Bila dilakukan terlambat dalam beberapa menit akan dapat
menyebabkan kematian. Diagnosis keracunan dilakukan berdasarkan terjadinya
gejala penyakit dan sejarah kejadiannya yang saling berhubungan. Pada keracunan
yang berat, pseudokholinesterase dan aktifits erytrocyt kholinesterase harus diukur
dan bila kandungannya jauh dibawah normal, keracunan mesti terjadi dan gejala
segera timbul.Beri atropine 2mg iv/sc tiap sepuluh menit sampai terlihat
atropinisasi yaitu: muka kemerahan, pupil dilatasi, denyut nadi meningkat sampai
140 x/menit. Ulangi pemberian atropin bila gejala-gejala keracunan timbul kembali.
Awasi penderita selama 48 jam dimana diharapkan sudah ada recovery yang
19
komplit dan gejala tidak timbul kembali. Kejang dapat diatasi dengan pemberian
diazepam 5 mg iv, jangan diberikan barbiturat atau sedativ yang lain.
2. Jika terjadi kesulitan pernafasan maka korban diberi pernafasan buatan. Korban
diinstruksikan agar tetap tenang. Dampak serius tidak terjadi segera, ada waktu
untuk menolong korban.
3. Korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter terdekat. Berikan informasi
tentang pestisida yang memepari korban dengan membawa label kemasan
pestisida.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Depkes RI (1990) Kata Pestisida berasal dari rangkaian kata pest
yang berarti hama dan cida atau sida yang berarti membunuh. Dalam PP No 7 tahun
1973 yang dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta
jasad renik dan virus yang digunakan.
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
3. Achmadi, Umar Fahmi, 1985. Aspek Kesehatan Kerja Pengguna Pestisida pada
Sektor Informal, Depkes RI, Jakarta
9. Pandit, Gde Suranaya. 2006, Resiko Pemakaian Pestisida Pada Pertanian Terhadap
Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Jurnal Lingkungan & Pembangunan Wicaksana
No.15.
10. PAN- Indonesia, 2001: Teropong Masalah Pestisida, Edisi IV Jakarta : Pesticide
Action Network. Majalah Terompet
22