Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Beberapa jenis
hama yang paling sering ditemukan adalah serangga dan beberapa di antaranya sebagai
vektor penyakit. Penyakit-penyakit yang penularannya melalui vektor antara lain malaria,
onkosersiasis. filariasis, demam kuning, riketsia, meningitis, tifus. dan pes. Insektisida
membantu mengendalikan penularan penyakit-penyakit ini.
Serangga juga dapat merusak berbagai tumbuhan dan hasil panen. Selain
gangguan serangga, gangguan yang amat penting bagi petani adalah rumput liar.
Herbisida dapat dipergunakan untuk mengatasi gangguan ini. Pestisida juga telah
dikembangkan untuk mengendalikan hama lain misalnya jamur (fungisida) dan hewan
pengerat (rodentisida). Beberapa produk pestisida rumah tangga juga tersedia untuk
mengendalikan hama pengganggu di rumah misalnya lalat dan nyamuk.
Penggunaan pestisida yang tidak tepat dapat memberikan akibat samping
keracunan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan penggunaan
pestisida antara lain tingkat pengetahuan. sikap/perilaku pengguna pestisida, penggunaan
alat pelindung, serta kurangnya informasi yang berkaitan dengan resiko penggunaan
pestisida. Selain itu petani lebih banyak mendapat informasi mengenai pestisida dari
petugas pabrik pembuat pestisida dibanding petugas kesehatan.2 Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 25 juta kasus keracunan
pestisida atau sekitar 68.493 kasus setiap hari.3 Data dari Rumah Sakit Nishtar, Multan
Pakistan, selama tahun 1996-2000 terdapat 578 pasien yang keracunan, di antaranya 370
pasien karena keracunan pestisida (54 orang meninggal). Pada umumnya korban
keracunan pestisida merupakan petani atau pekerja pertanian, 81% di antaranya berusia
14-30 th.
Peristiwa terbaru yang terjadi di Indonesia adalah kematian misterius yang
menimpa 9 warga pada bulan Juli 2007 di Desa Kanigoro, Kecamatan Ngablak,
Magelang. Menurut Harian Republika, 26 September 2007, hasil pemeriksaan
Laboratorium Kesehatan dipastikan akibat keracunan pestisida. Pada tahun 1996 data
Departemen Kesehatan tentang monitoring keracunan pestisida organofosfat dan
karbamat pada petani penjamah pestisida organofosfat dan karbamat di 27 provinsi
Indonesia menunjukkan 61,82% petani mempunyai aktivitas kolinesterase normal, 1,3%
keracunan berat, 9,98% keracunan sedang dan 26,89% keracunan ringan.5 Pestisida jenis
insektisida organofosfat dan karbamat paling banyak digunakan petani dalam membasmi
serangga. Selain itu pestisida jenis ini mudah dimonitor dengan mengukur kadar
kolinesterase darah, karena itu Departemen Kesehatan menggunakan kadar kolinesterase
dalam darah untuk memonitor keracunan pestisida di tingkat petani. Meskipun demikian,
masih banyak jenis pestisida lain yang digunakan masyarakat seperti untuk herbisida.
fungisida, rodentisida dan fumigan.
Bagaimanapun kita harus peduli akan adanya pestisida di lingkungan sekitar kita,
sehingga dengan kepedulian kita terhadap jenis, gejala dan tanda keracunan pestisida
serta cara penanganannya. dapat diantisipasi sedini mungkin jika terjadi kecelakaan
akibat keracunan pestisida. Kenyataan yang ada di masyarakat selama ini. umumnya
masyarakat tidak menyadari gejala keracunan pestisida karena gejala yang ditimbulkan
tidak spesifik seperti pusing, mual, muntah, demam dan Iain-lain namun secara kronis
dapat menimbulkan penyakit yang seriusseperti kanker. Makalah ini bertujuan untuk
memberikan informasi pada masyarakat tentang bahaya pemakaian berbagai jenis
pestisida dan cara penanganan akibat keracunan pestisida.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pestisida ?
2. Apa manfaat Pestisida ?
3. Apa saja penggolongan Pestisida ?
4. Apa saja efek paparan yang ditimbulkan dari Pestisida ?
5. Bagaimana jalan masuk Pestisida ?
6. Apa saja organ sasaran dan penyakit yang ditimbulkan dari toksik Pestisida ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi Pestisida
2. Mengetahui manfaat Pestisida
3. Mengetahui penggolongan Pestisida
4. Mengetahui efek paparan yang ditimbulkan dari Pestisida
5. Mengetahui jalan masuk Pestisida
6. Mengetahui apa saja organ sasaran dan penyakit yang ditimbulkan dari toksik
Pestisida
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pestisida
Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh organisme
hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang dibudidayakan manusia
untuk kesejahteraan hidupnya. Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973, yang
dimaksud pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang dipergunakan untuk :

1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak


tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
2. Memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu/gulma.
3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, tidak
termasuk pupuk.
5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan peliharaan dan
ternak.
6. Memberantas atau mencegah hama-hama air.
7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah
tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.
8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman,
tanah dan air.

Dalam Undang-Undang No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman,


yang dimaksud dengan Pestisida adalah zat pengatur dan perangsang tumbuh, bahan lain,
serta organisme renik, atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan
tanaman.
Pestisida merupakan bahan yang telah banyak memberikan manfaat untuk
keberlangsungan dunia produksi pertanian. Banyaknya Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT) yang dapat menurunkan hasil panen, dapat diminimalisir dengan
pestisida. Sehingga kehilangan hasil akibat OPT tidak terlalu besar. Selain bidang
pertanian, pestisida juga memberikan banyak manfaat untuk membantu masalah yang
timbul akibat adanya organisme pengganggu di tingkat rumah tangga. Seperti
pembasmian nyamuk misalnya, dengan adanya pestisida maka proses pembasmian
nyamuk akan menjadi lebih cepat dan efisien. Bahkan masih banyak lagi peranan
pestisida bagi kehidupan manusia di berbagai bidang

B. Manfaat Pestisida
Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Hama yang
paling sering ditemukan adalah serangga. Beberapa diantaranya berlaku sebagai vektor
untuk penyakit. Insektisida dapat membantu mengendalikan penyakit-penyakit tersebut.
Serangga juga merusak berbagai tumbuhan dan hasil panenan. Karena itu, insektisida
dipergunakan secara luas untuk melindungi berbagai produk pertanian. Meskipun
kebanyakan insektisida yang dipergunakan sekarang ini adalah bahan kimia sintetis,
beberapa zat alami telah digunakan oleh petani sejak zaman dahulu. Zat ini antara lain
adalah nikotin dari tembakau. Selain gangguan serangga, gangguan yang amat penting
bagi para petani adalah rumput liar.
Sebelum herbisida dikenal, petani membuang rumput liar dengan tangan.
Pestisida juga telah dikembangkan untuk mengendalikan hama lain, misalnya jamur dan
hewan pengerat. Beberapa produk pestisida rumah tangga untuk mengendalikan hama
yang mengganggu di rumah, misalnya lalat dan nyamuk.

C. Penggolongan Pestisida
1. Insektisida
Pestisida khususnya insektisida merupakan kelompok pestisida yang terbesar dan
terdiri atas beberapa sub kelompok kimia yang berbeda. yaitu:
a) Organoklorin merupakan insektisida chlorinated hydrocarbon secara kimiawi
tergolong insektisida yang relatif stabil dan kurang reaktif, ditandai dengan
dampak residunya yang lama terurai di lingkungan. Salah satu insektisida
organoklorin yang terkenal adalah DDT. Pestisida ini telah menimbulkan banyak
perdebatan. Kelompok organoklorin merupakan racun terhadap susunan syaraf
baik pada serangga maupun mamalia. Keracunan dapat bersifat akut atau kronis.
Keracunan kronis bersifat karsinogenik (kanker).
b) Organofosfat. insektisida ini merupakan ester asam fosfat atau asam tiofosfat.
Pestisida ini umumnya merupakan racun pembasmi serangga yang paling toksik
secara akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, cicak dan
mamalia. Pestisida ini mempunyai efek memblokade penyaluran impuls syaraf
dengan cara mengikat enzim asetilkolinesterase. Keracunan kronis pestisida
golongan organofosfat berpotensi karsinogenik
c) Karbamat, kelompok ini merupakan ester asam N-metilkarbamat. Bekerja
menghambat asetilkolinesterase. Tetapi pengaruhnya terhadap enzim tersebut
tidak berlangsung lama, karena prosesnya cepat reversibel.1'7 Kalau timbul
gejala, gejala itu tidak bertahan lama dan cepat kembali normal. Pada umumnya,
pestisida kelompok ini dapat bertahan dalam tubuh antara 1 sampai 24 jam
sehingga cepat diekskresikan.
d) Piretroid dan yang berasal dari tanaman lainnya Piretroid berasal dari piretrum
diperoleh dari bunga Chrysanthemum cinerariaefolium. Insektisida tanaman lain
adalah nikotin yang sangat toksik secara akut dan bekerja pada susunan saraf.
Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusia tetapi dapat menimbulkan
alergi pada orang yang peka

2. Herbisida
Ada beberapa jenis herbisida yang toksisitasnya pada hewan belum diketahui dengan
pasti.
a) Senyawa klorofenoksi, misalnya 2,4-D (2,4 asam diklorofenoksiasetat) dan 2,4,5-
T (2,4,5-asam triklorofenoksi asetat). Senyawa-senyawa ini bekerja pada
tumbuhan sebagai hormon pertumbuhan. Toksisitasnya pada hewan relatif rendah.
Tetapi klorakne, mempunyai efek toksik pada manusia disebabkan oleh pencemar
2,3,7,8tetraklorobenzo-p-dioksin.
b) Herbisida biperidil, misalnya parakuat dan dikuat, telah dipergunakan secara luas.
Toksisitas zat ini dilakukan lewat pembentukan radikal bebas. Toksisitas parakuat
ditandai oleh efek paru-paru melalui paparan inhalasi dan oral. Keracunan kronis
pestisida paraquat dan dikuat bersifat karsinogenik
c) Herbisida lainnya seperti dinitro-o-kresol (DNOC), amitrol (aminotriazol),
karbamat profam dan kloroprofam dan Iain-lain

3. Fungisida
a) Senyawa merkuri, misalnya metil dan etil merkuri merupakan fungisida yang
sangat efektif dan telah dipergunakan secara luas untuk mengawetkan butir padi-
padian. Beberapa kecelakaan tragis akibat penggunaan pestisida ini, menyebabkan
banyak kematian dan kerusakan neurologi menetap, sehingga kini tidak
digunakan lagi.
b) Senyawa dikarboksimida antara lain dimetil-tiokarbamat (ferbam, tiram dan
ziram) dan etilenbisditiokar (maneb, nabam dan zineb). Toksisitas akut senyawa
ini relatif rendah. karena itu zat ini dipergunakan secara luas dalam pertanian tapi
ada kemungkinan berpotensi karsinogenik.
c) Derivat ftalimida misalnya kaptan dan folpet, mempunyai toksisitas akut dan
kronis yang sangat rendah namun berpotensi karsinogenik dan teratogenik.
d) Senyawa aromatik misalnya pentaklorofenol (PCP), sebagai bahan pengawet
kayu. Pentakloronitrobenzen (PCNB) dipergunakan sebagai fungisida dalam
mengolah tanah. Secara akut zat ini tidak begitu tosik dibandingkan PCP, tetapi
dapat bersifat karsinogenik.
e) Fungisida lain adalah senyawa Nheterosiklik tertentu misalnya benomil dan
tiabendazol. Toksisitas bahan kimia ini sangat rendah sehingga dipergunakan
secara luas dalam pertanian. Heksaklorobenzen dipergunakan sebagai zat
pengolah benih.
4. Rodentisida
a) Warfarin adalah suatu antikoagulan yang bekerja sebagai anti metabolit vitamin
K, dengan demikian menghambat pembentukan protrombin. Bahan kimia ini telah
dipergunakan secara luas karena toksisitasnya rendah.
b) Tiourea misalnya ANTU (a-naftiltiourea) sangat toksik pada tikus tetapi tidak
begitu toksik bagi manusia.
c) Natrium fluoroasetat dan fluoroasetamida, bersifat sangat toksik karena itu kedua
zat ini hanya boleh digunakan oleh orang-orang tertentu yang mendapat izin.
Kedua toksikan ini bekerja menghambat siklus asam sitrat.
d) Rodentisida lainnya mencakup produk tumbuhan misalnya alkaloid striknin
perangsang susunan syaraf pusat kuat, squill merah, yang mengandung glikosida
skilaren A dan B. Glikosida ini mempunyai efek kardiotonik dan emesis sentral
karena itu zat ini secara relatif tidak beracun bagi sebagian besar mamalia tetapi
sangat beracun bagi tikus. Rodentisida anorganik antara lain seng fosfid, talium
sulfat, arsen trioksida dan unsur fosfor.

5. Fumigan
Sesuai namanya, kelompok pestisida ini mencakup beberapa gas, cairan yang mudah
menguap dan zat padat yang melepaskan berbagai gas lewat reaksi kimia. Dalam
bentuk gas, zat-zat ini dapat menembus tanah untuk mengendalikan serangga-
serangga, hewan pengerat dan nematoda tanah. Banyak fumigan misalnya akrilomtril,
kloropikrm dan etilen bromida adalah zat kimia reaktif dan dipergunakan secara luas
dalam industri kimia. Beberapa fumigan bersifat karsinogenik seperti etilen bromida,
1,3-dikloropropen.

D. Efek Paparan Pestisida


Efek buruk ini dapat menyangkut kesehatan manusia dan/atau lingkungan.
Beberapa peristiwa keracunan massal oleh senyawa metil merkuri dan etil merkuri,
heksaklorobenzen sebagai fungisida, serta paration. Kasus keracunan akut individual
biasanya terjadi akibat memakan sejumlah besar pestisida secara tidak sengaja atau untuk
bunuh diri. Pajanan pestisida di tempat kerja dapat mengenai para pekerja yang terlibat
dalam pembuatan, formulasi, dan penggunaan pestisida. Biasanya pestisida masuk ke
dalam tubuh melalui saluran napas dan absorpsi kulit, tetapi sejumlah kecil dapat
memasuki saluran gastrointestinal karena menggunakan tangan atau peralatan yang
tercemar. Jenis keracunan ini akan lebih mungkin terjadi bila dipakai pestisida yang
menyebabkan keracunan akut.
Tetapi masalah utama bagi kesehatan masyarakat adalah adanya residu pestisida
dalam makanan, karena ini dapat melibatkan sejumlah besar orang selama jangka waktu
yang panjang. Selain berbahaya bagi kesehatan manusia, pestisida dapat mempunyai
dampak berbahaya bagi lingkungan. Terlepas dari pelepasan pestisida ke lingkungan
secara besar-besaran akibat kecelakaan, pestisida yang ditemukan dalam berbagai
medium lingkungan hanya sedikit sekali. Tetapi kadar ini mungkin akan lebih tinggi bila
pestisida ini tersebut bertahan di lingkungan dan/atau mempunyai kecenderungan untuk
biomagnifikasi. Dalam kasus yang belakangan ini, konsentrasi suatu pestisida terus
meningkat sementara zat ini bergerak melalui rantai trofik. Bila konsentrasinya dalam
suatu organisme telah tinggi, pengaruh buruk dapat terjadi. Pencemaran lingkungan dapat
mempengaruhi kesehatan manusia lewat tanah dan air yang tercemar yang kemudian
mencemari produk makanan manusia dan air minum.

E. Jalan Masuk Pestisida


Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (dermal), pernafasan
(inhalasi) atau mulut (oral). Pestisida akan segera diabsorpsi jika kontak melalui kulit
atau mata. Absorpsi ini akan terus berlangsung selama pestisida masih ada pada kulit.
Kecepatan absorpsi berbeda pada tiap bagian tubuh. Perpindahan residu pestisida dan
suatu bagian tubuh ke bagian lain sangat mudah. Jika hal ini terjadi maka akan
menambah potensi keracunan. Residu dapat pindah dari tangan ke dahi yang berkeringat
atau daerah genital. Pada daerah ini kecepatan absorpsi sangat tinggi sehingga dapat lebih
berbahaya dari pada tertelan. Paparan melalui oral dapat berakibat serius, luka berat atau
bahkan kematian jika tertelan. Pestisida dapat tertelan karena kecelakaan, kelalaian atau
dengan sengaja.
F. Organ sasaran dan penyakit yang ditimbulkan dari toksik pestisida
Bahan kimia dari kandungan pestisida dapat meracuni sel-sel tubuh atau mempengaruhi
organ tertentu yang mungkin berkaitan dengan sifat bahan kimia atau berhubungan
dengan tempat bahan kimia memasuki tubuh atau disebut juga organ sasaran. Efek racun
bahan kimia atas organ-organ tertentu dan sistem tubuh.
1. Paru-paru dan sistem pernafasan
Efek jangka panjang terutama disebabkan iritasi (menyebabkan bronkhitis atau
pneumonitis). Pada kejadian luka bakar, bahan kimia dalam paru-paru yang dapat
menyebabkan udema pulmoner (paru-paru berisi air), dan dapat berakibat fatal.
Sebagian bahan kimia dapat mensensitisasi atau menimbulkan reaksi alergik
dalam saluran nafas yang selanjutnya dapat menimbulkan bunyi sewaktu menarik
nafas, dan nafas pendek. Kondisi jangka panjang (kronis) akan terjadi
penimbunan debu bahan kimia pada jaringan paru-paru sehingga akan terjadi
fibrosis atau pneumokoniosis.
2. Hati
Bahan kimia yang dapat mempengaruhi hati disebut hipotoksik. Kebanyakan
bahan kimia mengalami metabolisme dalam hati dan oleh karenanya maka banyak
bahan kimia yang berpotensi merusak sel-sel hati. Efek bahan kimia jangka
pendek terhadap hati dapat menyebabkan inflamasi sel-sel (hepatitis kimia),
nekrosis (kematian sel), dan penyakit kuning. Sedangkan efek jangka panjang
berupa sirosis hati dan kanker hati.
3. Ginjal dan saluran kencing
Bahan kimia yang dapat merusak ginjal disebut nefrotoksin. Efek bahan kimia
terhadap ginjal meliputi gagal ginjal sekonyong-konyong (gagal ginjal akut),
gagal ginjal kronik dan kanker ginjal atau kanker kandung kemih.
4. Sistem syaraf
Bahan kimia yang dapat menyerang syaraf disebut neurotoksin. Pemaparan
terhadap bahan kimia tertentu dapat memperlambat fungsi otak. Gejala-gejala
yang diperoleh adalah mengantuk dari hilangnya kewaspadaan yang akhirnya
diikuti oleh hilangnya kesadaran karena bahan kimia tersebut menekan sistem
syaraf pusat. Bahan kimia yang dapat meracuni sistem enzim yang menuju ke
syaraf adalah pestisida. Akibat dari efek toksik pestisida ini dapat menimbulkan
kejang otot dan paralisis (lumpuh). Di samping itu ada bahan kimia lain yang
dapat secara perlahan meracuni syaraf yang menuju tangan dan kaki serta
mengakibatkan mati rasa dan kelelahan.
5. Darah dan sumsum tulang
Sejumlah bahan kimia seperti arsin, benzen dapat merusak sel-sel darah merah
yang menyebabkan anemia hemolitik. Bahan kimia lain dapat merusak sumsum
tulang dan organ lain tempat pembuatan sel-sel darah atau dapat menimbulkan
kanker darah.
6. Jantung dan pembuluh darah ( sistem kardiovaskuler)
Sejumlah pelarut seperti trikloroetilena dan gas yang dapat menyebabkan
gangguan fatal terhadap ritme jantung. Bahan kimia lain saperti karbon disulfida
dapat menyebabkan peningkatan penyakit pembuluh darah yang dapat
menimbulkan serangan jantung.
7. Kulit
Banyak bahan kimia bersifat iritan yang dapat menyebabkan dermatitis atau dapat
menyebabkan sensitisasi kulit dan alergi. Bahan kimia lain dapat menimbulkan
jerawat, hilangnya pigmen (vitiligo), mengakibatkan kepekaan terhadap sinar
matahari atau kanker kulit.
8. Sistem reproduksi
Banyak bahan kimia bersifat teratogenik dan mutagenik terhadap sel kuman
dalam percobaan. Disamping itu ada beberapa bahan kimia yang secara langsung
dapat mempengaruhi ovarium dan testis yang mengakibatkan gangguan menstuasi
dan fungsi seksual.
9. Sistem yang lain
Bahan kimia dapat pula menyerang sistem kekebalan, tulang, otot, dan kelenjar
tertentu seperti kelenjar tiroid. Petani yang terpapar pestisida akan mengakibatkan
peningkatan fungsi hati sebagai salah satu tanda toksisitas, terjadinya kelainan
hematologik, meningkatkan kadar SGOT dan SGPT dalam darah juga dapat
menigkatkan kadar ureum dalam darah.
DAFTAR PUSTAKA

David Weir & Mark Schapiro. 1985. Lingkaran Racun Pestisida. Jakarta: Penerbit Sinar Harapa

https://fadhilhayat.wordpress.com/2010/12/06/toksikologi-pestisida

http://agrogreenland.blogspot.co.id/2013/05/pestisida-pengertian-jenis-dan-dampaknya.html

Raini Mariana, Toksikologi pestisida Dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida, 2007

http://environmentalpublic.blogspot.co.id/2012/03/sekilas-pestisida.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai