Istilah pestisida berasal dari bahasa Inggris, yaitu pesticide. Secara harfiah kata “pest”
artinya hama atau pengganggu yang sebenarnya hanya merujuk pada organisme
hewan (serangga maupun mamalia). Sedangkan kata “cide” berarti basmi atau bunuh.
Jadi secara sempit pestisida berarti “pembasmi hama”.
Untuk lebih menyederhanakan, istilah pestisida lebih diperluas tidak hanya pembasmi
hama saja tetapi sebagai juga mencakup organisme pengganggu baik pada tanaman,
hewan, maupun pada bangunan. Organisme pengganggu yang dimaksud tidak hanya
hewan dan serangga tetapi juga untuk mikroorganisme dari golongan fungi /
cendawan maupun bakteri.
Selain di atas ada beberapa penggolongan yang lebih spesifik pada target / sasaran.
p p gg g y g p p g
Seperti akarisida, aphisida, termisida, larvasida, ovisida yang sebenarnya tergolong
insektisida juga dan adakalanya mengandung bahan aktif yang sama pada
insektisida namun dalam regulasinya dan dosis pemakaiannya ditujukan untuk
pemakaian pada jenis atau stadia serangga sasaran yang spesifik.
Agar aplikasi pestisida pada pertanian efektif, aman dan efisien pengguna harus
mengetahui jenis, klasifikasi dan karakteristik pestisida yang dipakai. Tanpa
memahami faktor-faktor tersebut maka ada beberapa dampak negatif berkaitan
dengan hasil aplikasi pestisida :
1. OPT tidak mempan karena bahan aktif yang digunakan tidak sesuai.
2. Timbulnya kekebalan akibat penggunaan satu jenis bahan aktif secara terus
menerus.
. Degradasi pestisida karena pencampuran lebih dari satu bahan aktif sehingga
menimbulkan reaksi kimiaw yang mengubah struktur molekulnya.
Sejauh ini banyak yang menganggap pestisida organik adalah yang berasal dari
tumbuhan atau natural seperti ekstrak tanaman. Pestisida yang berasal dari
tumbuhan atau isolat racun mikroorganisme bisa saja digolongkan organik karena
memiliki gugus karbon dalam susunan kimianya. Akan tetapi pestisida organik tidak
semuanya berasal dari tumbuhan atau mikroorganisme.
2. Pestisida anorganik
Adalah pestisida yang dalam susunan kimia bahan aktifnya tidak terdapat gugus
karbon. Pestisida generasi terdahulu banyak yang jenis anorganik dan saat ini
pemakaiannya dibatasi bahkan dilarang oleh komisi pestisida karena daya racunnya
yang sangat kuat dan sulit terurai. Contoh yang populer adalah aldrin, senyawa-
senyawa arsenik, sianida (potassium sianida / potas), merkuri. Sedangkan yang
masih boleh dipergunakan hingga sekarang seperti beberapa fungisida tembaga
(tembaga oksida, tembaga hidroksida, tembaga oksi sulfat), sulfur, asam fosfida,
borate (insektisida), zinc fosfida (rodentisida) dan ammonium sulfamat (herbisida).
Sedangkan kelemahannya antara lain dosis aplikasi relatif tinggi, knock down effect-
nya rendah sehingga hama sasaran tidak langsung mati, tidak dapat disimpan dalam
waktu lama setelah kemasan dibuka, sumber bahan bakunya terbatas, kurang
spesifik untuk OPT tertentu.
b. Isolat mikrobial, yang bahan aktifnya berasal dari metabolit sekunder / sekresi
mikroorganisme (bakteri, jamur, virus) yang bersifat racun, contohnya delta
endotoksin dari sekresi bakteri Bacillus Thurigensis, streptomisin (bakterisida dan
antibiotik) dari streptomyces griseus. Beberapa tahun terakhir ada abamectin,
emamectin, ivermectin (avermektin) dari kapang Streptomyces
avermitilis, spinosad (spinosin) dari bakteri Saccharopolyspora
spinosa dan azoksistrobin (stribilurin) dari fungi Strobilurus tenacellus.
Adapun kelemahannya antara lain: terurai lebih lama sehingga menimbulkan residu
pada hasil panen, aplikasi yang terlalu intensif akan menimbulkan resistensi hama
sasaran dan merusak lingkungan, mematikan predator alami (musuh alami hama),
variasinya lebih banyak sehingga perlu pengetahuan untuk memilih.