Anda di halaman 1dari 6

Kenali Jenis-jenis Pestisida Menurut

Sasaran dan Karakteristiknya

Widodo Dripp / Selasa,25 Februari 2020

Dengan mengenali jenis-jenis dan katakter pestisida, akan memudahkan petani


dalam mencapai efektivitas, efisiensi pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Istilah pestisida berasal dari bahasa Inggris, yaitu pesticide. Secara harfiah kata “pest”
artinya hama atau pengganggu yang sebenarnya hanya merujuk pada organisme
hewan (serangga maupun mamalia). Sedangkan kata “cide” berarti basmi atau bunuh.
Jadi secara sempit pestisida berarti “pembasmi hama”.

Untuk lebih menyederhanakan, istilah pestisida lebih diperluas tidak hanya pembasmi
hama saja tetapi sebagai juga mencakup organisme pengganggu baik pada tanaman,
hewan, maupun pada bangunan. Organisme pengganggu yang dimaksud tidak hanya
hewan dan serangga tetapi juga untuk mikroorganisme dari golongan fungi /
cendawan maupun bakteri.

Dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 24/Permentan/SR.140/4/2011 yang


dimaksud dengan Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik
dan virus yang dipergunakan untuk:

1. memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak


tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian;
2. memberantas rerumputan;
3. mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;
4. mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman tidak termasuk pupuk;
5. memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan
ternak;
. memberantas atau mencegah hama-hama air;
7. memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan; dan/atau
. memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan
pada tanaman, tanah atau air.

Organisme pengganggu tanaman :

1. Golongan insekta atau serangga, mencakup ulat, larva, serangga pengisap,


tungau atau akarina, penggerek.
2. Golongan mikroorganisme, meliputi bakteri, aktinomiset atau kapang dan
keluarga fungi lainnya.
3. Golongan virus, yang sebenarnya masih kontroversial karena sebagian ilmuwan
mendefinisikan virus bukanlah organisme hidup melainkan molekul protein
yang pasif dan akan menjadi aktif jika mendapatkan inangnya.
4. Golongan moluska atau hewan lunak tidak bertulang belakang seperti siput,
keong.
5. Golongan mamalia seperti tikus (rhodent), babi hutan.
. Golongan unggas atau avis seperti burung pemakan biji-bijian.
7. Golongan nematode yang merupakan keluarga cacing.
. Gulma terdiri dari tumbuhan liar yang bersaing dengan tanaman budidaya
dalam perebutan nutrisi, terdiri dari rumput, alang-alang.

JENIS PESTISIDA BERDASAR ORGANISME SASARAN: 


1. Insektisida : bahan untuk mengendalikan atau membunuh hama dari golongan
serangga secara umum.
2. Fungisida : bahan untuk mengendalikan, membunuh atau menghambat
pertumbuhan jamur atau fungi.
3. Bakterisida : bahan untuk mengendalikan, membunuh atau membatasi
perkembangan
4. Herbisida : bahan untuk mengendalikan, membunuh atau membatasi
pertumbuhan tanaman pengganggu atau gulma
5. Moluskisida : racun untuk mengendalikan atau membunuh hama golongan
siput
. Nematisida : racun untuk mengendalikan nematoda atau cacing parasit dalam
tanah.
7. Algasida : bahan untuk mengendalikan alga.
. Mossida : bahan untuk membasmi atau membatasi pertumbuhan lumut.
9. Rodentisida : racun untuk mengendalikan tikus dan binatang pengerat lain.
10. Activator : yaitu senyawa kimia untuk mengaktifkan sistem kekebalan pada
tanaman, dan sebenarnya tidak termasuk dalam golongan pestisida, tetapi lebih
ditujukan untuk meningkatkan ketahanan alamiah tanaman terhadap dampak
serangan hama dan penyakit.

Selain di atas ada beberapa penggolongan yang lebih spesifik pada target / sasaran.
p p gg g y g p p g
 Seperti akarisida, aphisida, termisida, larvasida, ovisida yang sebenarnya tergolong
insektisida juga dan adakalanya mengandung bahan aktif yang sama pada
insektisida namun dalam regulasinya dan dosis pemakaiannya ditujukan untuk
pemakaian pada jenis atau stadia serangga sasaran yang spesifik.

1. Akarisida : bahan untuk mengendalikan hama serangga khusus dari jenis


tungau (akarina atau mite). Disebut juga mitisida.
2. Aphisida : bahan untuk mengendalikan hama serangga khusus jenis aphid.
3. Termisida : bahan untuk mengendalikan hama serangga khusus jenis rayap.
4. Larvasida : bahan untuk mengendalikan serangga hama pada stadia larva.
5. Ovisida : bahan untuk mengendalikan serangga pada stadia telur

 Agar aplikasi pestisida pada pertanian efektif, aman dan efisien pengguna harus
mengetahui jenis, klasifikasi dan karakteristik pestisida yang dipakai. Tanpa
memahami faktor-faktor tersebut maka ada beberapa dampak negatif berkaitan
dengan hasil aplikasi pestisida :

1. OPT tidak mempan karena bahan aktif yang digunakan tidak sesuai.

2. Timbulnya kekebalan akibat penggunaan satu jenis bahan aktif secara terus
menerus.

3. Punahnya musuh alami hama yang justeru menguntungkan bagi petani.

4. Rusaknya lingkungan dan keracunan bagi pengguna maupun hewan ternak.

5. Gangguan pertumbuhan tanaman akibat penggunaan dosis yang berlebihan.

. Degradasi pestisida karena pencampuran lebih dari satu bahan aktif sehingga
menimbulkan reaksi kimiaw yang mengubah struktur molekulnya.

7. Efek residual pada rantai makanan.

. Pemborosan biaya, waktu dan tenaga.

Dampak lain akibat penggunaan pestisida secara kurang tepat adalah


munculnya resurjensi hama yaitu peningkatan populasi hama serangga secara besar-
besaran setelah penurunan populasi akibat penggunaan pestisida spektrum luas
secara massal. Selain itu ada fenomena mutasi hama yang dikaitkan dengan
munculnya strain-strain hama baru karena hama yang lama mengalami mutasi
genetic sebagai proses evolusi adaptik dalam merespon tekanan eksternal yaitu
aplikasi pestisida oleh petani. Strain-strain baru ini selama beberapa waktu lebih
resisten dan mampu menyesuaikan diri terhadap tekanan dan lebih resisten terhadap
bahan-bahan kimia sebelum ditemukannya bahan aktif atau metode baru yang lebih
spesifik.

PESTISIDA MENURUT PENYUSUN BAHAN AKTIFNYA :


1 Pestisida organik :
1. Pestisida organik :
Adalah pestisida yang dalam susunan kimia bahan aktifnya terdapat gugus karbon (
C ). Mayoritas pestisida yang beredar saat ini dari jenis organik seperti golongan
organoklorin (yang sebagian sudah dilarang atau dibatasi), organosulfur,
organofosfat. Sebagian jenis organik merupakan analog atau tiruan dari senyawa
beracun yang terdapat pada tanaman atau dari mikroorganisme.

Sejauh ini banyak yang menganggap pestisida organik adalah yang berasal dari
tumbuhan atau natural seperti ekstrak tanaman. Pestisida yang berasal dari
tumbuhan atau isolat racun mikroorganisme bisa saja digolongkan organik karena
memiliki gugus karbon dalam susunan kimianya. Akan tetapi pestisida organik tidak
semuanya berasal dari tumbuhan atau mikroorganisme.

2. Pestisida anorganik
Adalah pestisida yang dalam susunan kimia bahan aktifnya tidak terdapat gugus
karbon. Pestisida generasi terdahulu banyak yang jenis anorganik dan saat ini
pemakaiannya dibatasi bahkan dilarang oleh komisi pestisida karena daya racunnya
yang sangat kuat dan sulit terurai. Contoh yang populer adalah aldrin, senyawa-
senyawa arsenik, sianida (potassium sianida / potas), merkuri. Sedangkan yang
masih boleh dipergunakan hingga sekarang seperti beberapa fungisida tembaga
(tembaga oksida, tembaga hidroksida, tembaga oksi sulfat), sulfur, asam fosfida,
borate (insektisida), zinc fosfida (rodentisida) dan ammonium sulfamat (herbisida).

 PESTISIDA MENURUT ASAL DAN PROSES BAHAN AKTIF:


1. Pestisida alami (natural) :
Adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari alam. Ada yang menyebut jenis ini
dengan istilah pestisida organik karena memang ada bahan-bahan yang berasal dari
organisme (mahluk hidup). Jenis-jenisnya antara lain :   

a. Botanical, yang bahan aktifnya berasal dari tanaman misalnya piretrin dari


crysanthemum pirethrum, azadirachtin dan nimbidin dari mimba, rotenon dari ektrak
tuba, dan nikotin dari ekstrak tembakau, ryanodin dari ryania speciosa. Ada lagi
limbah penggilingan jagung yang disebut gluten sebagai herbisida.

Beberapa keunggulan pestisida botanik diantaranya lebih aman bagi pemakai, tidak


mempunyai efek residu panjang, ramah lingkungan, fitotoksisitas & batas lethal effect
rendah sehingga aman bagi tanaman, berspektrum luas.

Sedangkan kelemahannya antara lain dosis aplikasi relatif tinggi, knock down effect-
nya rendah sehingga hama sasaran tidak langsung mati,  tidak dapat disimpan dalam
waktu lama setelah kemasan dibuka, sumber bahan bakunya terbatas,  kurang
spesifik untuk OPT tertentu.

b. Isolat mikrobial, yang bahan aktifnya berasal dari metabolit sekunder / sekresi
mikroorganisme (bakteri, jamur, virus) yang bersifat racun, contohnya delta
endotoksin dari sekresi bakteri Bacillus Thurigensis, streptomisin (bakterisida dan
antibiotik) dari streptomyces griseus. Beberapa tahun terakhir ada abamectin,
emamectin, ivermectin (avermektin) dari kapang Streptomyces
avermitilis, spinosad (spinosin) dari bakteri Saccharopolyspora
spinosa dan azoksistrobin (stribilurin) dari fungi Strobilurus tenacellus.

Keunggulan isolat mikrobial diantaranya bersifat antibiotic sehingga daya bunuhnya


lebih kuat,  mudah dimetabolismekan oleh sel-sel tanaman jika sistemik, dapat
mengatasi OPT yang telah resisten terhadap pestisida lain.

Sedangkan kelemahannya OPT sasaran lebih mudah dan cepat resisten, harganya


relatif lebih mahal.

c. Pestisida biologis, yang merupakan mikroorganisme hidup diantaranya bakteri,


fungi, virus yang dapat menginfeksi organisme pengganggu tanaman secara
langsung mapupun dengan mengeluarkan zat-zat toksik yang dapat membunuh atau
menekan perkembangan organisme pengganggu tanaman. Berbeda dengan isolat
microbial yang dibiakkan di pabrik untuk dipanen senyawa-senyawa racunnya,
biopestisida ini diinokulasi dan dibiarkan berkembang biak di lahan untuk hidup
secara alami dan menghasilkan senyawa-senyawa racun untuk membunuh
organisme pengganggu, atau hidup dengan menginfeksi organisme pengganggu
tanaman sebagai inangnya hingga inang tersebut mati.

Contohnya dari golongan cendawan diantaranya gliocladium yang menghasilkan


senyawa gliovirin untuk membasmi fungi patogen, trichoderma spp yang
menghasilkan enzim menghasilkan 1,3-β- glukanase yang mendegradasi dinding sel
miselium fungi patogen, metharizium anisoplae yang menjangkiti serangga sebagai
inang hingga akhirnya mati. Dari golongan bakteri misalnya Bacillus thuringiensis yang
dapat mengontrol ulat plutella dan helicoverpa, Corynebacterium untuk mengontrol
xanthomonas dan Pyricularia Oryzae pada tanaman padi. Sedangkan yang berupa
virus yaitu SpL-NPV (Spodoptera Litura – Nuclear Polyhedrosis Viruses) untuk
mengendalikan ulat spodoptera litura.

Keunggulan dari pestisida biologis diantaranya dampaknya bisa meluas karena


subyek yang sudah beradaptasi dengan lingkungannya dapat terus berkembang biak
dan menular, ramah lingkungan, tidak meninggalkan residu pada rantai makanan.

Sedangkan kelemahannya antara lain perlu waktu untuk berinkubasi dan sebelum


berkembang biak sebelum bekerja aktif, karena merupakan organisme hidup
pestisida biologis tidak dapat diaplikasikan bersama dengan pestisida kimiawi lain,
jika ekosistemnya tidak mendukung maka perkembangbiakannya bisa terhambat.

 2. Pestisida sintetik / analog :


Merupakan hasil rekayasa kimia yang dibuat di pabrik. Kebanyakan meniru struktur
kimia senyawa yang terdapat pada pestisida alami botanical misalnya syntethic
pirethroid (golongan piretroid) yang meniru susunan senyawa kimia piretrin
pada chrysanthemum piretrum, nicotinoid yang merupakan analog dari senyawa
pada chrysanthemum piretrum, nicotinoid yang merupakan analog dari senyawa
nikotin pada tembakau, ryanoid yang merupakan analog dari senyawa ryanodin pada
tanaman ryania speciosa.   

Pestisida sintetik punya keunggulan diantaranya daya racunnya lebih tinggi,


sasarannya lebih spesifik, dosis penggunaan relatif lebih rendah,  mudah didapat di
pasaran, dan lebih tahan lama disimpan.

Adapun kelemahannya antara lain: terurai lebih lama sehingga menimbulkan residu
pada hasil panen, aplikasi yang terlalu intensif akan menimbulkan resistensi hama
sasaran dan merusak lingkungan, mematikan predator alami (musuh alami hama),
variasinya lebih banyak sehingga perlu pengetahuan untuk memilih.

Anda mungkin juga menyukai