DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
DAFTAR ISI
RANGKUMAN MATERI.................................................................................... 1
1.1 Pengertian Pestisida ....................................................................................... 1
2.1 Jenis-jenis Pestisida ....................................................................................... 2
3.1 Kandungan atau Senyawa Kimia yang Terkandung dalam Pestisida............ 4
4.1 Manfaat Penggunaan Pestisida ...................................................................... 6
5.1 Kerugian Penggunaan Pestisida..................................................................... 6
ii
RANGKUMAN MATERI
1
Pengelolaan pestisida adalah kegiatan meliputi pembuatan,
pengangkutan, penyimpanan, peragaan, penggunaan dan
pembuangan/pemusnahan pestisida. Selain efektifitasnya yang tinggi,
pestisida banyak menimbulkan efek negatif yang merugikan. Dalam
pengendalian pestisida sebaiknya pengguna mengetahui sifat kimia dan sifat
fisik pestisida, biologi dan ekologi organisme pengganggu tanaman.
2
sering merusak akar atau umbi tanaman. Contoh nematisida adalah
oksamil dan natrium metam.
5. Akarisida atau mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa
kimia yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak dan laba-
laba.
6. Rodenstisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia
beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang
pengerat atau pestisida yang digunakan untuk memberantas binatang
pengerat, misalnya tikus. Contoh rodentisida adalah warangan
(senyawa arsen) dan thalium sulfat.
7. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu: siput,
bekicot serta tripisan yang banyak dijumpai di tambak.
8. Herbisida adalah senyawa kimia beracun yang dimanfaatkan untuk
membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma atau pestisida
yang digunakan untuk mencegah dan mematikan gulma atau
tumbuhan pengganggu, seperti eceng gondok, rumput teki, dan
alang-alang. Alang-alang dapat dikatakan sebagai hama tanaman
karena alang-alang menyerap semua zat makanan yang ada dalam
tanah. Contoh herbisida antara lain gramoxone, totacol, pentakloro
fenol, dan amonium sulfonat.
9. Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk
merusak telur. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti
kutu, tuma, berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
2.1.2 Ditinjau dari Sifat dan Cara Kerja Racun Pestisida
1. Racun Kontak, Pestisida jenis ini bekerja dengan masuk ke dalam
tubuh serangga sasaran lewat kulit (kutikula) dan di transportasikan
ke bagian tubuh serangga tempat pestisida aktif bekerja.
2. Racun Pernafasan (Fumigan), Pestisida jenis ini dapat membunuh
serangga dengan bekerja lewat sistem pernapasan.
3. Racun Lambung, Jenis pestisida yang membunuh serangga sasaran
jika termakan serta masuk ke dalam organ pencernaannya
3
4. Racun Sistemik, Cara kerja seperti ini dapat memiliki oleh
insektisida, fungisida dan herbisida. Racun sistemik setelah
disemprotkan atau ditebarkan pada bagian tanaman akan terserap ke
dalam jaringan tanaman melalui akar atau daun, sehingga dapat
membunuh hama yang berada di dalam jaringan tanaman seperti
jamur dan bakteri. Pada insektisida sistemik, serangga akan mati
setelah memakan atau menghisap cairan tanaman yang telah
disemprot.
5. Racun Metabolisme, Pestisida ini membunuh serangga dengan
mengintervensi proses metabolismenya.
6. Racun Protoplasma, Ini akan mengganggu fungsi sel karena
protoplasma sel menjadi rusak.
2.1.3 Ditinjau dari Bentuk Fisiknya Pestisida
1. Cair.
2. Padat
3. Aerosol
2.1.4 Ditinjau dari Asal Bahan Aktif
1. Sintetik Anorganik: garam-garam beracun seperti arsenat, flourida,
tembaga sulfat dan garam merkuri
2. Organik Organo khlorin: DDT, SHC, endrin, dieldrin, dll.
3. Heterosiklik: Kepone, mirexOrganofosfat: klorpirifos, prefonofos,
dll.
4. Karbamat: karbofuran, SPMC, dll. Dinitrofenol: Dinex, dll.
4
merupakan golongan insektisida yang cukup besar, menggantikan
kelompok chlorinated hydrocarbon yang mempunyai sifat:
a. Efektif terhadap serangga yang resisten terhadap chorinatet
hydrocarbon
b. Tidak menimbulkan kontaminasi terhadap lingkungan untuk jangka
waktu yang lama
c. Kurang mempunyai efek yang lama terhadap non target organisme
d. Lebih toksik terhadap hewan-hewan bertulang belakang, jika
dibandingkan dengan organoklorine
e. Mempunyai cara kerja menghambat fungsi enzym cholinesterase.
3.1.2 Karbamat
Karbamat merupakan senyawa organik, turunan dari asam
karbamat (NH2COOH). Grup karbamat terdiri atas ester karbamat
(seperti etil karbamat) dan asam karbamat sebagai grup fungsional yang
menghubungkan antara struktur yang berhubungan. Penggunaan
karbamat dalan insektisida lebih tidak beracun dibandingkan dengan
penggunaan organofosfat. Karbamat umumnya digunakan untuk
mengendalikan hama padi seperti penggerek batang, wereng batang
coklat, wereng batang hijau dan hama lundi pada padi gogo.
3.1.3 Beta Siflutrin
Beta siflutrin adalah salah satu jenis insektisida piretroid sintetik
yang merupakan satu sterieoisomer dari siflutrin. Beta siflutrin dan
siflutrin mempunyai sifat toksik yang sama, perbedaanya hanyalah
keakutan toksiknya, dimana beta siflutrin lebih akut 2 sampai 5 kali
siflutrin. Beta siflutrin berupa bubuk kristal tidak berwarna yang
kelarutannya dalam air sangat rendah tetapi relatif mudah larut dalam
beberapa jenis pelarut organik.
Beta siflutrin adalah insektisida piretroid sintetik yang baik untuk
racun kontak (mempunyai daya bunuh setelah tubuh hama terkena) dan
racun lambung (mempunyai daya bunuh setelah hama memakan
tanaman yang terkena pestisida). Beta siflutrin sangat toksik terhadap
5
organisme perairan dan berbahaya bagi lebah tapu toksitasnya rendah
terhadap burung, mamalia, cacing tanah.
6
pada tahun 2007 pada limfoma non-Hodgkin dan leukemia menunjukan
hubungan positif dengan paparan pestisida. Bukti yang kuat juga
menunjukan bahwa dampak negatif dari paparan pestisida mencakup
kerusakan saraf, kelainan bawaan, kematian janin, dan gangguan
perkembangan sistem saraf.
Dalam penerapannya, tidak semua pestisida sampai ke sasaran.
Kurang dari 20% pestisida sampai ke tumbuhan. Selebihnya lepas
begitu saja. Akumulasi dari pestisida dapat mencemari lahan
pertanian dan apabila masuk dalam rantai makanan, dapat menimbulkan
macam-macam penyakit, misalnya kanker, mutasi, bayi lahir cacat,
dan CAIDS. Pestisida yang paling merusak adalah pestisida sintesis,
yaitu golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang dihasulkan lebih
tinggi ketimbang senyawa lain, mengingat jenis ini peka akan sinar
matahari dan tidak mudah terurai.
5.1.2 Efek bagi lingkungan
Penggunaan pestisida meningkatkan jumlah permasalahan pada
lingkungan. Lebih dari 90% insektisida dan 95% herbisida yang
disemprotkan menuju ke tempat yang bukan merupakan target. Arus
pestisida terjadi ketika pestisida yang tersuspensi di udara sebagai
partikel terbawa oleh angin ke wilayah lain, sehingga berpotensi
menimbulkan pencemaran. Pestisida merupakan masalah utama polusi
air dan beberapa pestisida merupakan polutan organik persisten yang
menyebabkan kontaminasi tanah.
Pestisida juga mengurangi keanekaragaman hayati pertanian di
tanah sehingga mengurangi laju pengikatan nitrogen. hilangnya
polinator, menghancurkan habitat (terutama habitat burung), dan
membahayakan satwa terancam. Seiring waktu, spesies hama dapat
mengembangkan ketahanan terhadap pestisida sehingga dibutuhkan
penelitian untuk mengembangkan pestisida jenis baru.
Pestisida yang diaplikasikan ke tanaman dapat menguap dan
ditiup oleh angin sehingga membahayakan ekosistem di luar kawasan
7
pertanian. Kondisi cuaca seperti temperatur dan kelembaban juga
menjadi penentu kualitas pengaplikasian pestisida karena seperti halnya
fluida yang mudah menguap, penguapan pestisida amat ditentukan oleh
kondisi cuaca. Kelembaban yang rendah dan temperatur yang tinggi
mempermudah penguapan. Pestisida yang menguap ini dapat terhirup
oleh manusia dan hewan di sekitar. Selain itu, tetesan pestisida yang
tidak larut atau tidak dilarutkan oleh air dapat bergerak
sebagai debu sehingga dapat mempengaruhi kondisi cuaca dan
kualitas presipitasi.
Penyemprotan pestisida dekat dengan tanah memiliki risiko
persebaran lebih rendah dibandingkan penyemprotan dari udara. Petani
dapat menggunakan zona penyangga di sekitar tanaman pertanian yang
terdiri dari lahan yang kosong atau ditumbuhi tanaman non-pertanian
seprti pohon yang berfungsi sebagai pemecah angin yang menyerap
pestisida dan mencegah persebaran ke area lain.
8
DAFTAR PUSTAKA