Anda di halaman 1dari 11

PAPER DASAR-DASAR AGRONOMI

“RODENTISIDA”

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
ZERIKA REGINA RAMADHAN FITRI
05091281924103

PROGRAM STUDI AGRONOMI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2020

1
RODENTISIDA

A. Pengertian Pestisida
Menurut Depkes RI (1990) Kata Pestisida berasal dari rangkaian kata pest
yang berarti hama dan cida atau sida yang berarti membunuh. Dalam PP No 7
tahun 1973 yang dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia atau
bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk beberapa tujuan
berikut: Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak
tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian,memberantas
rerumputan, Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak
diinginkan, mengatur dan merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-
bagian tanaman (tidak termasuk golongan pupuk), memberantas atau
mencegah hama-hama luar pada hewan piaraan dan ternak, memberantas atau
mencegah hama-hama air, memberantas atau mencegah binatang-binatang dan
jasad renik dalam rumah tangga, bangunan, dan dalam alat-alat pengangkutan,
memberantas atau mencegah binatang-binatang yang bisa menyebabkan
penyakit pada manusia.
Berdasarkan organ targetnya/sasarannya pestisida dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Insektisida berfungsi untuk membunuh atau mengendalikan serangga
b. Herbisida berfungsi untuk membunuh gulma
c. Fungisida berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan
d. Algasida berfungsi untuk membunuh alga
e. Rodentisida berfungsi untuk membunuh binatang pengerat
f. Akarisida berfungsi untuk membunuh tungau atau kutu
g. Bakterisida berfungsi untuk membunuh atau melawan bakteri
h. Moluskisida berfungsi untuk membunuh siput.

Pada pembahasan ini saya akan membahas tentang rodentisida yang


berfungsi untuk membunuh binatang pengerat.
Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama
tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai

2
umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung. Hanya
penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan ternak
yang memakannya. Contoh : Warangan.

B. Rodentisida
Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat.
Rodentisida antikoagulan mempunyai sifat sebagai berikut:
1. Tidak berbau dan tidak berasa.
2. Slow acting, artinya membunuh tikus secara perlahan-lahan, tikus
baru mati setelah memakan beberapa kali .
3. Tidak menyebabkan tikus jera umpan.
4. M e m a t i k a n tikus dengan merusak mekanisme
p e m b e k u a n darah .

Pengelompokan rodentisida berdasarkan kecepatan kerja :


a. Racun akut (bekerja cepat)
 Jenis racun yang menyebabkan kematian setelah mencapai dosis
letal dalam waktu 24 jam atau kurang.
 Contoh bahan aktif rodentisida yang tergolong racun akut adalah
seng fosfida, brometalin, crimidine, dan arsenik trioksida.
 Racun akut bekerja dengan cara merusak jaringan saluran
pencernaan, masuk ke aliran darah dan menghancurkan liver.

b. Racun kronis
 Racun yang bekerja secara lambat dengan cara
mengganggu metabolisme vitamin K serta mengganggu proses
pembekuan darah.
 Bahan aktif yang tergolong racun kronis
k u m a t e t r a l i l , warfarin, fumarin, dan pival yang termasuk
racun antikoagulan generasi I, serta brodifakum, bromadiolon, dan
flokumafen yang termasuk racun antikoagulan generasi II .

3
Pengelompokan rodentisida berdasarkan kelompok kimia bahan aktif :
a. Anorganik
a) Belerang
Digunakan untuk mengendalikan tikud-tikus terutama untuk
fumigasi lubangl- lubang tikus.
b) Seng fosfida
Mengandung toksisitas yang didasarkaan pada terbentuknya gas
fosfin. Suatu gas yang sangat toksik jika bereaksi dengan asam
(misalnya asam lambung). Seng fosfit akan menimbulkan keracunan
ketika tertelan sehingga fosfit yang terbentuk masuk de dalam aliran
darah dan selanjutnya merusak hati, ginjal, dan jantung. Sedangkan gas
fosfit yang terbentuk bisa terisap lewat saluran pernapasan.
b. Antikoagulan
Rodentisida antikoagulan merupakan penghambat kompetitif vitamin K
dalam sintesis faktor pembekuan darah di dalam hati sehingga mekanisme
koagulasi darah terganggu. H a l ini akan menyebabkan terjadinya
pendarahan dalam tubuh sehingga tikus mati karena kekurangan darah .
Rodentisida koagulan menimbulkan keracunan jika terlelan.
Terdapat dua kelas roedantisida antikoagulan: pertama Coumarin anticoagulant,
Contohnya brodifakum, bromodiolon, kumatetralil, difenakum, difetialon,
flokumafen, dan kedua warfarin Indandione anticoagulant Contohnya
klorofasinon, difasinon dan pindon.

C. Contoh Penggunaan Rodentisida pada hama Tikus


Jenis bahan aktif rodentisida adalah boadfakum, kumatetralil atau
bromadiolone, Sedangkan untuk area khusus yang sangat sensitif dan
memerlukan perlakuan khusus akan digunakan pengumpanan dengan lem
tikus yang khusus.Pelaksanaan pengendalian hama tikus akan dilengkapi
dengan laporan lapangan setiap melaksanakan pekerjaan pada tahapan yang
dimaksud dan diketahui serta ditanda tangani oleh pejabat/petugas yang
ditunjuk oleh perusahaan setempat.Masalahnya tikus sangat terampil
menghindar terhadap setiap tindakan pengendalian. Oleh karena itu

4
rodentisida yang efektif biasanya dalam bentuk Pada prinsipnya pengendalian
ini menggunakan bahan-bahan kimia untuk membunuh atau mengganggu
aktivitas tikus.Pengendalian secara kimia dapat dibagi menjadi empat bagian,
ayitu fumigasi (asap beracaun), repellent (bahan kimia pengusir tikus) dan
attractant (bahan kimia pengikat tikus), dan chemo-sterilant (bahan kimia
yang dapat memandulkan tikus).
1) Fumigasi (asap beracun)
Fumigasi dapat digunakan pada saat tanaman padi memasuki stadia
generatif, karena pada saat itu umpan beracun yang diberikan tidak akan
dimakan oleh tikus.Tikus lebih tertarik pada tanaman padi terutama pada
bagian malai.Asap beracun dikeluarkan atau diemposkan dengan bantuan alat
alat pengempos yang terbuat dari logam tahan panas.Bahan-bahan yang
digunakan dalam fumigasi adalah merang ditamabh belerang, kemudian
dibakar.Jika tidak ada belerang, merang sendiri dapat digunakan, karena pada
pembakaran merang akan dihasilkan gas karbondioksida (CO 2) dan karbon
monoksida (CO) yang juga dapat meracuni tikus.Penambahan belerang akan
terbentuk gas belerang dioksida (SO2) sebagai tambahan yang dapat
membunuh tikus lebih cepat.Kelebihan fumigasi dibandingkan umpan beracun
adalah dapat membunuh anak-anak tikus dan kutu yang menempel di kulit
tikus, yang tidak mati bila tikus dikendalikan dengan umpan beracun.
2) Umpan beracun
Biasanya dibuat dari kombinasi antara racun, bahan pemikat, bahan
pewarna, bahan pengikat, dan bahan pengawet.Secara umum racun dibedakan
menjadi dua kelompok berdasarkan cara kerjanya pada tikus, yaitu racun akut
(racun yang cara kerjanya mempengaruhi sistem syaraf tikus) dan racun
kronis/racun antikoagulan (racun yang cara kerjanya mempengaruhi atau
menghambat proses koagulasi/pembekuan darah).Umpan yang biasa
digunakan adalah biji-bijian serealia terutama beras dan jagung karena
makanan ini yang paling disukai oleh tikus.
3) Bahan pemikat (attractant)
Bahan pengikat merupakan bahan yang ditambahkan pada umpan tikus
dengan tujuan untuk menarik tikus agar mau makan umpan tersebut. Bahan

5
penarik ini biasaya berupa gula atau vetsin (bumbu masak) atau bahan-bahan
lain yang merupakan hasil penelitian perusahaan pestisida dan biasanya tidak
diberitahukan kepada masyarakat umum.
4) Bahan pewarna (colouringu)
Yang biasa digunakan adalah pewarna makanan, dan pewarna kain yang
mudah larut.Walaupun tikus termasuk hewan yang buta warna, tetapi tikus
cenderung tertarik pada warna-warna tertentu, seperti hijau, kuning dan hitam.
5) Bahan pengikat (binder)
Merupakan bahan yang digunakan untuk mengikat atau melekatkan racun
dengan umpan dan bahan-bahan lainnya. Bahan pengikat yang biasa
digunakan adalah minyak nabati (tumbuh-tumbuhan) yang berasal dari kelapa,
jagung atau kacang tanah.
6) Bahan pengawet (preservative)
Merupakan bahan digunakan untuk meningkatkan daya tahan rodentisida
baik di tempat penyimpanan maupun selama diaplikasikan di lapang terhadap
gangguan dari luar, baik gangguan dari makhluk hidup (serangga, cendawan,
dan lain-lain) atau gangguan cuaca (hujan, suhu,dan lain-lain).Bahan
pengawet/pelindung dari serangan serangga adalah insektisida, dari serangan
cendawan adalah fungisida.Yang perlu diperhatikan adalah pemberian
pestisida ini dapat mengurangi keinginan tikus utuk memakannya, maka
pemberian pestisida ini harus melalui serangkaian percobaan. Bahan pengawet
terhadap gangguan cuaca adalah lilin atau parafin, dengan perbandingan lilin
30-40% dan umpan beracun 60-70%.
7) Repellent (bahan pengusir) dan attractant (bahan pemikat)
Bahan kimia pengusir ini mula-mula dibuat untuk mengamankan hasil
pertanian yang disimpan di gudang dari serangan tikus dan burung. Dari hasil
pengujian terhadap beberapa bahan kimia, ada beberapa jenis yang dapat
berfungsi sebagai bahan pengusir yaitu naftalen, kapur, bubuk belerang, dan
ekstrak buah cabai.Dalam pelaksanaannya, untuk mengusir tikus-tikus di
lapang masih ditemui beberapa kesukaran.Sedangkan bahan kimia penarik
dapat dicampurkan ke dalam umpan beracun untuk menarik tikus atau dapat
digunakan sebagai umpan yang diletakkan di dalam perangkap tikus.

6
8) Chemo-sterilant (bahan pemandul)
Cara kerja bahan ini di dalam tubuh tikus bersifat khusus seperti halnya
bahan-bahan kontrasepsi pada manusia, yaitu :
- Menghambat pembentukan sel telur,
- Menghambat terjadinya pembuahan (pertemuan sel sperma dengan sel
telur),
- Mencegah terjadinya penempelan embrio pada dinding rahim,
- Menyebabkan keguguran,
- Menghambat pembentukan air susu pada induk tikus, dan
- Menjadikan keturunannya tikus mandul.
Dalam prakteknya di lapang, bahan kimia pemandul ini sukar diterapkan
karena dalam pembuatannya membutuhkan biaya yang tinggi dan hasil
yang dicapai masih belum memuaskan.

Itulah pembahasan mengenai rodentisida yang memang merupakan


pestisida yang digunakan untuk membasmi hewan pengerat seperti tikus.

D. Dampak Pemakaian Pestisida


a. Dampak Positif
1. Pestisida berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu
dalam bidang pertanian.
2. Dalam bidang kehutanan pestisida digunakan untuk pengawetan kayu
dan hasil hutan yang lainnya.
3. Dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan
vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu
kenyamanan lingkungan.
4. Dalam bidang perumahan untuk pengendalian rayap atau gangguan
serangga yang lain.

b. Dampak Negatif
Disisi lain penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak negatif,
baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian lingkungan.

7
Adapun dampak negatif yang dapat terjadi akibat penggunaan pestisida,
diantaranya :
1. Bagi kesehatan manusia
Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang
kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida
yang sukar terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan
tersebut termasuk manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh
mahluk hidup itu telah tercemar pestisida. Pestisida meracuni manusia
tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat
mempersiapkan, atau sesudah menggunakan pestisida tersebut.

Bila seorang ibu menyusui memakan makanan dari tumbuhan yang


telah tercemar pestisida maka bayi yang disusui menanggung resiko yang
lebih besar untuk teracuni oleh pestisida tersebut daripada sang ibu. Zat
beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu yang diberikan. Dan
kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh bayi (bioakumulasi).

Gejala-gejala keracunan pestisida ini dapat timbul secara sendiri atau


gabungan, diantaranya adalah umumnya  kelelahan, kulit akan iritasi,
terbakar, berkeringat, alergi. Mata akan iritasi, mata merah, penglihatan
kabur, mata berair, pupil melebar atau menyempit. Sistem
pencernaan mulut atau kerongkongan terbakar, keluar air ludah, muntah,
sakit atau kram perut, diare. Sistem pernapasan  akan sulit bernapas, batuk-
batuk, sakit dada.

2. Bagi lingkungan sekitar

Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan masuk ke
dalam sistem biota air (kehidupan air). Konsentrasi pestisida yang tinggi
dalam air dapat membunuh organisme air diantaranya ikan dan udang.
Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil seperti
plankton. Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia akan terakumulasi
dalam tubuh ikan. Tentu saja akan sangat berbahaya bila ikan tersebut
termakan oleh burung-burung atau manusia. Salah satu kasus yang pernah

8
terjadi adalah turunnya populasi burung pelikan coklat dan burung kasa
dari daerah Artika sampai daerah Antartika. Setelah diteliti ternyata
burung-burung tersebut banyak yang tercemar oleh pestisida organiklor
yang menjadi penyebab rusaknya dinding telur burung itu sehingga gagal
ketika dierami. Bila dibiarkan terus tentu saja perkembangbiakan burung
itu akan terhenti, dan akhirnya jenis burung itu akan punah.

3. Bagi perkembangan populasi hama pengganggu

Ada kemungkinan munculnya hama spesies baru yang tahan terhadap


takaran pestisida yang diterapkan. Hama ini baru musnah bila takaran
pestisida diperbesar jumlahnya. Akibatnya, jelas akan mempercepat dan
memperbesar tingkat pencemaran pestisida pada makhluk hidup dan
lingkungan kehidupan, tidak terkecuali manusia yang menjadi pelaku
utamanya.

E. Cara Mencegah Pencemaran Pestisida

Sayur-sayuran memang diperlukan tubuh untuk mencukupi kebutuhan kita


akan berbagai mineral dan vitamin penting. Tetapi, karena di sana ada bahaya,
kehati-hatian sangatlah dituntut dalam hal ini. Berikut adalah upaya untuk
mencegah dampak negatif dari pemakaian pestisida :

1. Ada baiknya kita mengetahui dari mana sayur itu dihasilkan. Tetapi paling
aman pastilah kalau kita menghasilkan sayuran sendiri, dengan
memanfaatkan pekarangan rumah, dengan pot sekalipun.
2. Karena pestisida tidak hanya beracun bagi hama, tetapi dapat juga
mematikan organisme yang berguna, ternak piaraan, dan bahkan manusia,
maka agar terhindar dari dampak negatif yang timbul, penyimpanan dan
penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati dan dilakukan sesuai
petunjuk.
3. Ketahui dan pahami dengan yakin tentang kegunaan suatu pestisida.
Jangan sampai salah berantas. Misalnya, herbisida jangan digunakan untuk

9
membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum tentu mati,
sedangkan tanah dan tanaman telah terlanjur tercemar.
4. Ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan
pabrik atau petugas penyuluh.
5. Jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida. Tanyakan terlebih
dahulu pada penyuluh. Jangan telat memberantas hama, bila penyuluh
telah menganjurkan menggunakannya.
6. Jangan salah pakai pestisida. Lihat faktor lainnya seperti jenis hama dan
kadang-kadang usia tanaman juga diperhatikan.
7. Gunakan tempat khusus untuk pelarutan pestisida dan jangan sampai
tercecer.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37061909/RODENTISIDA_AKARISIDA_MOLUSKI
SIDA
http://adhienbinongko.blogspot.com/2012/10/makalah-pestisida-
epidemiologi.html
https://kanalispolban.wordpress.com/chemlib/makalah/makalah-pencemaran-
pestisida/
http://eksistensialis.blogspot.com/2014/01/pengendalian-hama-tikus-
dengan_12.html

11

Anda mungkin juga menyukai