Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

KERACUNAN PESTISIDA

Disusun oleh:
KELOMPOK I
1. Christiani D B Simanjuntak (462017018)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pestisida digunakan hampir di seluruh dunia dan digunakan dari pertanian yang
kecil sampai pertanian yang besar di masyarakat desa dan masyarakat Kota untuk
memberantas hama-hama domestik seperti kecoak, semut, lalat, tikus, nyamuk dan
binatang pengganggu lainnya. Penggunaan pestisida oleh masyarakat luas dikarenakan
harganya yang relatif murah, tahan, efektif dalam jumlah kecil, beracun untuk banyak
organisme dan butuh sedikit tenaga kerja, cepat daya bunuhnya dan bisa dibeli dimana
saja.
Indonesia merupakan negara yang mata pencaharian penduduknya sebagian besar
sebagai petani, dan juga dikenal sebagai Negara Agraris. Di Indonesia, banyak yang
menjadikan pertanian sebagai penghasilan utama di daerahnya. Adapun cara yang
digunakan petani untuk mempertahankan hasil pertaniannya dengan menggunakan bahan
kimia, yaitu pestisida. Pestisida ini berfungsi untuk membunuh hama-hama tanaman
dalam memperpanjang kelangsungan hidupnya.
Keracunan pestisida merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
banyak terjadi di negara berkembang. Diperkirakan oleh World Health Organization
(WHO) bahwa sekitar 18,2 per 100.000 pekerja pertanian mengalami keracunan pestisida
terkait pekerjaan di seluruh dunia. Selain itu, lebih dari 168.000 orang meninggal akibat
keracunan pestisida setiap tahun, dengan sebagian besar berasal dari negara berkembang.
Keracunan kronis mengacu pada efek jangka panjang atau paparan yang lebih rendah
terhadap zat beracun, seperti ketika aplikator pestisida sering dibasahi dengan semprotan
selama praktik penyemprotan yang tidak aman. Efek dari paparan kronis tidak segera
muncul setelah paparan pertama namun membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
menghasilkan gejala. Pestisida akan terus terakumulasi dalam tubuh, dan perlahan
merusak jaringan tubuh. Seseorang yang sering terpapar dengan dosis rendah pestisida
semacam itu dapat mengalami gejala keracunan lama setelah paparan pertama. Paparan
kronis termasuk keracunan inhalasi oral kronis dan kontak kulit kronis (Muktia &
Oktarlina, 2019).
Kesalahan dalam menggunakan pestisida dapat menyebabkan keracunan akut dan
kronis. Keracunan tersebut terjadi pada pekerja seperti petani, pengencer pestisida,
pekerja pabrik/gudang pestisida dan bahkan juga pada manusia yang tidak ada hubungan
pekerjaannya dengan pestisida. Keracunan akut dapat mengontaminasi melalui kulit,
saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan dapat mengakibatkan kematian apabila
mencapai dosis tertentu.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Pestisida adalah zat yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan hama.
Beberapa jenis hama yang paling sering ditemukan adalah serangga dan beberapa di
antaranya merupakan vektor penyakit. Penyakit-penyakit yang penularannya melalui
vektor antara lain malaria, onkosersiasis. filariasis, demam kuning, riketsia, meningitis,
tifus dan pes. Insektisida membantu mengendalikan penularan penyakit-penyakit ini
(Mutia & Oktarlina, 2019).
Ma’arif, Suhartono, & D (2016) juga menjelaskan bahwa pestisida adalah subtansi
yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida
berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh. Jadi secara
sederhana pestisida diartikan sebagai pembunuh hama yaitu tungau, tumbuhan
pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi, bakteri, virus, nematode,
siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Pestisida digunakan di berbagai bidang atau kegiatan, mulai dari rumah tangga,
kesehatan, pertanian, dan lain-lain. Disamping manfaatnya, pestisida juga berpotensi
juga meracuni dan membasmi makhluk hidup lainnya, termasuk tanaman dan serangga
yang berguna, binatang serta manusia. Hal ini dikarenakan kebanyakan bahan aktif
dalam pestisida tidak memiliki efek toksisitas yang spesifik, sehingga mempengaruhi
baik organisme target, non target, manusia maupun lingkungan dan ekosistem secara
keseluruhan (Pamungkas, 2016).
2.2 Klasifikasi
Menurut Priyanto (2009) pestisida digolongkan berdasarkan :
1. Penggolongan berdasarkan kegunaannya, yaitu :
a. Insektisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk membunuh serangga
b. Larvasida, yaitu pestisida yang digunakan untuk membunuh larva serangga
c. Fungisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk membunuh jamur (mould)
d. Mitisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk membunuh “mitest”
e. Rodentisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk membunuh hewan pengerat
f. Herbisida yaitu pestisida yang digunakan untuk membunuh semak-semak dan
tanaman pengganggu
g. Molusida, yaitu pestisida yang digunakan untuk membunuh keong
Pestisida dapat membunuh organisme di atas dengan cara menimbulkan keracunan
(sebagai senyawa beracun), oleh karena itu kemungkinan juga beracun atau toksik pada
manusia. Pada manusia, pestisida dapat sangat toksik atau bahkan dapat menyebabkan
kematian.
2. Pestisida diklasifikasi berdasarkan jenis, paparan dan rute masuk. Penggolongan
Pestisida berdasasarkan jenis :
a. Insektisida
Pestisida khususnya insektisida merupakan kelompok pestisida yang
terbesar dan terdiri atas beberapa sub kelompok kimia yang berbeda, yaitu
Organoklorin, Organofosfat, Karbamat, Piretroid.
b. Herbisida.
Ada beberapa jenis herbisida yang toksisitasnya pada hewan belum
diketahui dengan pasti.
a) Senyawa klorofenoksi,
b) Herbisida biperidil,
c) Herbisida lainnya seperti dinitro-okresol (DNOC), amitrol
(aminotriazol), karbamatprofam dan kloroprofam.
c. Fungisida
Seperti senyawa merkuri, senyawa dikarboksimida, derivat ftalimida,
senyawa aromatic, fungisida lain adalah senyawa Nheterosiklik tertentu.
d. Rodentisida
Antara lain Warfarin, Tiourea, Natrium fluoroasetat dan fluoroasetamida,
Rodentisida lainnya mencakup produk tumbuhan misalnya alkaloid striknin.
Perangsang susunan syaraf pusat kuat, squill merah, yang mengandung
glikosida skilaren A dan B.
e. Fumigan
Sesuai namanya, kelompok pestisida ini mencakup beberapa gas, cairan
yang mudah menguap dan zat padat yang melepaskan berbagai gas lewat
reaksi kimia. Dalam bentuk gas, zat-zat ini dapat menembus tanah untuk
mengendalikan serangga-serangga, hewan pengerat dan nematoda tanah.
Banyak fumigant misalnya akrilomtril, kloropikrm dan etilen bromida adalah
zat kimia reaktif dan dipergunakan secara luas dalam industri kimia. Beberapa
fumigan bersifat karsinogenik seperti etilen bromida, 1,3-dikloropropen.
3. Penggolongan pestisida berdasasarkan paparannya, yaitu akut, sub-kronis, dan
kronis. Toksisitas oleh pestisida dapat dibagi menjadi tiga jenis utama,
berdasarkan waktu paparan pestisida dan seberapa cepat gejala toksik
berkembang.
Jenis toksisitas berdasarkan sejauh mana paparan pestisida :
a. Toksisitas Akut
Terjadi dari satu insiden paparan (paparan jangka pendek tunggal).
b. Toksisitas Subkronis
Terjadi dari insiden berulang paparan selama beberapa minggu atau bulan
(paparan antara, biasanya kurang dari masa hidup organisme yang terkena).
c. Toksisitas Kronis
Terjadi dari insiden paparan berulang selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun (paparan jangka panjang berulang, kadang-kadang
berlangsung untuk seluruh kehidupan organisme yang terekspos). Toksisitas
kronis adalah kemampuan pestisida untuk menyebabkan efek kesehatan yang
merugikan selama periode yang panjang, biasanya setelah paparan berulang
atau terus menerus, yang dapat berlangsung untuk kegiatan orang yang
terkena. Jenis toksisitas pestisida ini bukan hanya untuk masyarakat luas,
tetapi juga bagi mereka yang bekerja langsung dengan pestisida, mengingat
potensi paparan pestisida yang ditemukan di komoditas, air, dan udara.
4. Bedasarkan rute masuknya, pestisida dapat masuk ke tubuh manusia dengan tiga
cara umum, yaitu :
a. Melalui kulit (kontak),
b. Mulut (menelan),
c. dan paru-paru (inhalasi).

Anda mungkin juga menyukai