KELOMPOK :
BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food and
Agriculture Organization (FAO) mendefinisikan bahwa pestisida adalah setiap zat yang
diharapkan sebagai pencegahan, menghancurkan atau pengawasan setiap hama termasuk
vektor terhadap manusia atau penyakit pada binatang, dan tanaman yang tidak disukai atau
binatang yang menyebabkan kerusakan selama proses produksi berlangsung, penyimpanan
atau pemasaran makanan, komiditi pertanian, kayu dan produksi kayu, atau bahan makanan
binatang (Sutarni, 2007).
Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk
mengendalikan jasad pengganggu yang merugikan manusia. Dalam sejarah peradaban
manusia, pestisida telah cukup lama digunakan di bidang kesehatan (bidang permukiman dan
rumah tangga) dan terutama dibidang pertanian (pengelolaan tanaman) (Kementrian
Pertanian, 2012).
Pajanan pestisida di tempat kerja dapat mengenai para pekerja yang terlibat dalam
pembuatan, formulasi, dan penggunaan pestisida. Biasanya pestisida masuk ke dalam tubuh
melalui saluran nafas dan absorpsi kulit, tetapi sejumlah kecil dapat memasuki saluran
gastrointesttinal (GI) karena menggunakan tangan atau peralatan yang tercemar. Jenis
keracunana ini akan lebih mungkin terjadi apabila menggunakan pestisida yang menyebabkan
keracunan akut (Lu, 2010).
Sebagian besar cara penggunaan pestisida oleh petani adalah dengan cara
penyemprotan. Saat penyemprotan merupakan keadaan dimana petani sangat mungkin
terpapar bahan kimia yang terdapat dalam pestisida yang digunakan. Bahaya yang dapat
terjadi saat penyemprotan tersebut dapat mengakibatkan gangguan yang dapat
mengakibatkan penyakit. Gangguan yang dapat terjadi antara lain adalah gangguan
pernafasan, keracunan, gangguan pada darah dan gangguan lainnya (Rahmawati dan
Martiana, 2014).
Penggunaan pestisida dengan dosis besar dan dilakukan secara terus menerus pada
setiap musim tanam akan menimbulkan beberapa kerugian, antara lain residu pestisida akan
terakumulasi pada produk-produk pertanian dan perairan, pencemaran pada lingkungan
pertanian, penurunan produktivitas, keracunan pada hewan, keracunan pada manusia yang
berdampak buruk terhadap kesehatannya (Kurniasih, Setiani dan Nugraheni, 2013). Menurut
data WHO dalam Priyanto (2010), paling tidak ditemukan 20.000 orang meninggal karena
keracunan pestisida dan sekitar 5.000 – 10.000 mengalami dampak yang sangat berbahaya
seperti kanker, cacat, mandul dan hepatitis dalam setiap tahunnya. Untuk mengatasi hal
tersebut, WHO menganjurkan untuk meningkatkan riset dalam bidang toksikologi, seminar-
seminar, kajian yang tujuannya untuk mengurangi efek toksik atau dampak negatif pestisida.
Selain itu harus dilakukan pemantauan dan penyuluhan untuk memastikan bahwa pemakaian
pestisida sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penggunaan haruslah ditujukan untuk membasmi organisme penggangu tanaman dan vektor
penyakit serta selektif dan menghindari seminimal mungkin kerugian yang terjadi pada
organisme nontarget (Priyanto, 2010).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan saya bahas
dalam makalah ini antara lain :
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini antara
lain :
D. Metode Penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pestisida
Pestisida (Inggris : Pesticide) berasal dari kata pest yang berarti organisme
pengganggu tanaman (hama) dan cide yang berarti mematikan atau racun. Jadi
pestisida adalah racun yang digunakan untuk membunuh hama. Menurut USEPA
(United States Environmental Protection Agency), pestisida merupakan zat atau
campuran yang digunakan unuk mencegah, memusnahkan, menolak, atau memusuhi
hama dalam bentuk hewan, tanaman dan mikroorganisme pengganggu (Soemirat,
2003 dalam Zulkanain, 2010).
Sampai saat ini diperkirakan terdapat lebih dari 80.000-100.000 hama dan
penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus, bakteri, organisme yang menyerupai
mikoplasma, riketsia, jamur patogen, gang-gang, dan tumbuhan parasit tingkat tinggi.
Diperkirakan terdapat 30.000 jenis gulma yang tersebar secara merata dengan 1.800
jenis gulma yang dapat menurunkan hasil panen secara serius, terdapat 3.000 jenis
nematoda yang menyerang tanaman dengan 1.000 jenis nematoda yang dapat
menimbulkan kerusakan, dan terdapat lebih dari 800.000 serangga dengan 10.000
jenis serangga dapat menyebabkan kerusakan berat pada tanaman (Sastroutomo,
1992). Pestisida secara luas digunakan untuk memberantas hama dan penyakit dalam
bidang pertanian. Selain itu pestisida juga digunakan dirumah tangga untuk
membasmi nyamuk, lalat, kepinding, kecoa dan berbagai serangga pengganggu
lainnya. Meskipun 11 pengunaan pestisida sangat menguntungkan, penggunaannya
yang berlebihan dan terus-menerus dapat menimbulkan efek yang bersifat negatif baik
pada penggunanya, hewan-hewan ataupun lingkungan sekitar.
2. Penggolongan Pestisida
Akarisida atau yang sering kita kenal dengan mitisida berasal dari kata akari
yang berarti kutu atau tungau, mengandung senyawa kimia beracun yang
digunakan untuk membunuh kutu, tungau, atau laba-laba.
2. Algisida
Algisida berasal dari kata alga yang berarti ganggang, mengandung senyawa
kimia yang biasanya digunakan untuk membunuh ganggang.
3. Avisida
Avisida berasal dari kata avis yang berarti burung. Senyawa avisida biasanya
digunakan untuk membunuh atau mengenyahkan burung.
4. Bakterisida
Bakterisida berasal dari kata bacterium yang berarti jasat renik. Bakterisida
mengandung senyawa kimia beracun yang dapat digunakan untuk membunuh
bakteri.
5. Fungisida
Fungisida berasal dari kata fungus yang berarti jamur yang mengandung
senyawa kimia beracun dan bisa digunakan ntuk membunuh atau mencegah
jamur.
6. Herbisida
Herbisida berasal dari kata herba yang memiliki arti tumbuhan semusim.
Herbisida mengandung senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk
membunuh tumbuhan pengganggu yang sering disebut dengan gulma.
7. Insektisida
Insektisida berasal dari kata insectum yang memiliki arti hewan berkuku.
Insektisida merupakan suatu bahan yang mengandung senyawa kimia beracun
yang dapat membunuh segala jenis serangga.
8. Larvisida
Larvasida berasal dari kata lar yang berarti topeng atau hantu. Larvasida
merupakan suatu senyawa kimia yang biasanya digunakan untuk membunuh
larva.
9. Moluskisida
Moluskisida berasal dari kata molluscus yang berarti tulang kerang lunak atau
berkulit tipis. Moluskisida merupakan senyawa kimia yang dapat digunakan
untuk membunuh bekicot, kerang atau hewan bertulang lunak lainnya.
10. Nematisida
Nematisida berasal dari kata nematode yang memiliki arti benang. Nematisida
merupakan racun yang dapat digunakan untuk mengendalikan hewan dengan
jenis nematode seperti cacing.
11. Ovisida
Ovisida berasal dari kata ovum yang berarti telur. Ovisida merupakan racun
yang dapat digunakan untuk membunuh telur.
12. Piscisida
Piscisida berasal dari kata piscis yang memiliki arti ikan. Piscisida merupakan
bahan senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mengandalikan ikan
mujair yang biasanya menjadi hama di dalam tambak atau kolam.
13. Predisida
Predisida berasal dari kata praeda yang berarti predator. Predisida sendiri
merupakan senyawa kimia beracun yang biasanya digunakan untuk
membuhun hewan predator atau pemangsa seperti ular.
14. Rodentisida
Rodentisida berasal dari kata roden yang berarti hewan penggerat. Rodentisida
merupakan racun kimia yang dapat digunakan untuk membunuh hewan-hewan
pengegerat seperti tikus.
15. Silvisida
Silvisida berasal dari kata silva yang berarti hutan. Silvisida adalah bahan
racun kimia yang biasanya digunakan untuk membunuh pohon liar yang
terdapat di hutan.
16. Termitisida
Termitisida berasal dari kata termes yang memiliki arti acing perusak kayu.
Termitisida merupakan senyawa kimia berbahaya yang biasanya digunakan
untuk membunuh rayap.
17. Atraktans
18. Khemosterilan
19. Defolian
20. Desikan
21. Feromon
Sama halnya seperti atraktans, feromon juga merupakan senyawa yang dapat
digunakan untuk memikat serangga atau hewan vertebrata.
22. Repelan
B. Jika dilihat dari cara kerjanya, pestisida dapat digolongkan menjadi berikut
(Djojosumarto, 2000):
A. Insektisida Menurut cara kerja atau gerakannya pada tanaman setelah
digunakan, insektisida secara kasar dapat dibedakan menjadi:
a. Insektisida Sistemik
b. Insektisida Nonsistemik
b. Racun Kontak
c. Racun Pernafasan
B. Fungisida
b. Fungisida Sistemik
a. Multiside Inhibitor
b. Monoside Inhibitor
C. Herbisida
Senyawa dari golongan ini merupakan fenol dengan dua gugus nitro
(NO2) yang terikat pada dua atom karbonnya. Senyawa dengan golongan ini
memiliki spectrum yang luas sehingga bisa digunakan sebagai insektisida,
fungisida dan herbisida. Pestisida golongan ini berperan dalam memacu proses
pernafasan sehingga menghasilkan energi yang berlebihan dari yang
diperlukan. Akibatnya dapat menimbulkan proses kerusakan jaringan di dalam
tubuh. Contoh dari pestisida ini adalah Morocidho 40EC.
5. Piretroid
6. Fumigan
7. Petroleum
Pestisida jenis ini terbuat dari minyak bumi seperti minyak tanah.
Minyak tanah ini secara alami dapat berfungsi sebagai herbisida. Contoh
pestisida golongan petroleum adalah minyak tanah.
8. Antibiotik
A. Toksisitas Pestisida
1. Kategori I
2. Kategori II
3. Kategori III
B. Keracunan Pestisida
Terdapat empat macam pekerjaan yang dapat menimbulkan terjadinya
kontaminasi dalam penggunaan pestisida, yaitu :
Gas dan partikel semprotan yang sangat halus sepeti kabut asap
dan fogging dapat masuk ke dalam paru-paru, sedangkan partikel yang
lebih besar akan menempel pada selaput lendir hidung atau
kerongkongan. Bahaya menghirup pestisida lewat saluran pernafasan
juga dipengaruhi oleh LD50 pestisida yang terhisap, ukuran partikel,
dan bentuk fisik pestisida.
a. Keracunan Akut
● Efek Lokal
● Efek Sistemik
Efek Sistemik dapat terjadi apabila pestisida masuk ke
dalam tubuh dan mempengaruhi sistem dalam tubuh. Kemudian
pestisida akan di bawa oleh darah menuju seluruh bagian tubuh
dan dapat mempengaruhi mata, jantung, paru-paru, ginjal, hati,
lambung, otot, safat, dan otak.
b. Keracunan Kronis
1) Golongan Organosfosfat
2) Golongan Karbamat
Cara kerja senyawa golongan ini menyerupai golongan
organosfosfat. Dikarenakan senyawa karbamat cepat terurai
maka pengaruhnya terhadap enzim cholinesterase menjadi tidak
beraturan. Senyawa golongan ini dapat masuk melalui kulit,
mulut, dan juga saluran pernafasan. Gejala keracunan yang
ditimbulkan oleh senyawa ini juga tidak berbeda dengan
senyawa golongan organofosfat.
3) Golongan Organoklorin
4) Golongan Bipiridilium
5) Golongan Arsen
6) Golongan Antikoagulan
b. Status Gizi
c. Status Kesehatan
d. Jenis Kelamin
e. Tingkat Pendidikan
Pendidikan formal yang diperoleh seseorang akan memberikan
tambahan pengetahuan bagi individu tersebut, dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan tentang pestisida
dan bahayanya juga lebih baik jika dibandingkan dengan tingkat
pendidikan yang rendah, sehingga dalam pengelolaan pestisida, tingkat
pendidikan tinggi akan lebih baik.
b. Lama kerja
c. Jenis Pestisida
A. Kesimpulan
1. Pestisida dapat digolongkan kedalam beberapa jenis, diantaranya berdasarkan
kegunaan dan asal katanya, cara kerjanya.
2. Resiko dalam penggunaan pestisida terdapat resiko bagi keselamatan
pengguna, resiko bagi konsumen serta resiko bagi lingkungan, serta pestisida
mempunyai dampak bagi sosial ekonomi.
3. Pestisida memiliki toksisitas yang dimana dibagi kedalam 3 kategori, yaitu
Kategori I, Kategori II,dan Kategori III. Keracunan pestisida dapat melalui
beberapa cara diantaranya kontaminasi melalui kulit, melalui saluran
pernafasan, serta melalui pencernaan melalui mulut. menurut quijano
keracunan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : keracunan akut dan keracunan
kronis.
4. Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya keracunan terbagi menjadi dua,
yaitu faktor internal dan eksternal, faktor internal terdiri atas : umur, status
gizi, status kesehatan, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. faktor eksternal
terdiri atas : dosis, lama kerja, jenis pestisida, dan pemakaian APD.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA