Anda di halaman 1dari 6

Toksikkologi Pertanian/Hama/Pestisida

Anggota Kelompok :
Muhammad Nardo Saputra - 227053120
Jermiko Christian Jonetran Rahul - 227053162
Patrick Michael Nadiva Agung – 227053131
Muhammad Fatier Rosaudy 227053109
Muhammad Indra Pratama - 227053146
Virza Otaviana - 227053144

Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Vokasi
Universitas Balikpapan
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan..............................................................................................................................3
Latar Belakang.........................................................................................................................................3
Rumusan Masalah...................................................................................................................................3
Tujuan Penulisan.....................................................................................................................................3
BAB II Pembahasan..............................................................................................................................4
Pengertian toksikologi nabati..................................................................................................................4
Manfaat, Bahaya, Risiko Penggunaan Pestisida Nabati...........................................................................4
BAB III Penutup....................................................................................................................................5
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Peraturan menteri Pertanian Nomor : 07 /Permentan /SR. 140 /2 /2007 mendefinisikan
bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad renik serta virus yang digunakan
untuk: 1) memberantas atau mencegah hama-hama tanaman, bagian-bagian tanaman atau
hasil-hasil pertanian, 2) Memberantas rerumputan, 3) Mematikan daun dan mencegah
pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan, 4) Mengatur atau merangsang pertumbuhan
tanaman atau bagianbagian tanaman, tidak termasuk pupuk, 5) Memberantas atau mencegah
hamahama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak, 6) Memberantas dan mencegah hama-
hama air, 7) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan,dan 8) Memberantas atau mencegah
binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu
dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuh -tumbuhan
dan berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman. Pestisida nabati tidak
meninggalkan dampak residu berbahaya pada tanaman maupun lingkungan serta dapat dibuat
dengan mudah menggunakan bahan yang murah dan peralatan yang sederhana.
(Kusumawati & Istiqomah, n.d.)

Tujuan tugas ini dibuat untuk mengetahui manfaat, bahaya, resiko, dari pestisida nabati

Rumusan Masalah
1. Bahaya penggunaan pestisida tanpa pengetahuan yang cukup dalam
menggunakannya
2. Efek penggunaan pestisida terhadap lingkungan
3. Manfaat penggunaan pestisida terhadap tanaman.

Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pestisida nabati
2. Bagaimana manfaat, bahaya, risiko penggunaan pestisida nabati
3. Mengetahui regulasi yang membawahi penggunaan pestisida di Indonesia
BAB II
Pembahasan
Pengertian toksikologi nabati
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuh -tumbuhan
dan berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman. Pestisida nabati tidak
meninggalkan dampak residu berbahaya pada tanaman maupun lingkungan serta dapat dibuat
dengan mudah menggunakan bahan yang murah dan peralatan yang sederhana.
(Kusumawati & Istiqomah, n.d.)

Manfaat, Bahaya, Risiko Penggunaan Pestisida Nabati


2.A. Manfaat

1. Mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan


(ramah lingkungan).

2. Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang.

3. Dapat membunuh hama/penyakit seperti ekstrak dari daun pepaya, tembakau,


biji mahoni, dsb.

4. Dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman: tanaman orok-orok,


kotoran ayam.

5. Bahan yang digunakan nilainya murah serta tidak sulit dijumpai dari sumberdaya
yang ada di sekitar dan bisa dibuat sendiri.

6. Mengatasi kesulitan ketersediaan dan mahalnya harga obat-obatan pertanian


khususnya pestisida sintetis/kimiawi.

7. Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan
dengan penggunaan pestisida sintesis. Penggunaan dalam dosis tinggi sekalipun,
tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati.

8. Tidak menimbulkan kekebalan pada serangga.

2.B. Bahaya dan Risiko


Penggunaan pestisida kimia yang berlebihan tersebut tentu saja meninggalkan
residu dalam tanah, air, dan akan masuk ke dalam produk pertanian yang akan
menurunkan kualitas lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia dan mahluk
hidup lainnya" (Mubushar et al. 2019). (Kusumawati & Istiqomah, n.d.)
"Paparan pestisida dalam jangka panjang ini dapat mengganggu kesehatan organ
mata, kulit, pernafasan, jantung, pencernaan, serta sistem syaraf" (Rola dan Pingali
1993). (Kusumawati & Istiqomah, n.d.)

Bersasarkan (PERMENPERTA N0. 43/2019, n.d.)


Tentang :
1) Jenis Bahan Aktif dan Bahan Tambahan yang dilarang. sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 huruf a tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
2) Selain jenis Bahan Aktif dan Bahan Tambahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), jika:
a. mempunyai- efek karsinogenik berdasarkan International
Agency for Research on Cancer (IARC) (kategori I dan Ila) dan
Food and Agriculture Organization (FAO)/ World Health
Organization (WHO) Joint Meeting on Pesticide Residues
(JMPR);
b. mempunyai efek mutagenik dan teratogenic berdasarkan FAO
dan WHO;
c. merupakan golongan antibiotik yang menyebabkan resistensi
obat pada manusia; dan/atau
d. termasuk Persistent Organic Pollutants (POPs) berdasarkan
Konvensi Stockholm, dilarang.
3) Dalam hal Bahan Aktif dan Bahan Tambahan terdapat Relevant
Impurities, harus mengikuti spesifikasi yang ditetapkan oleh
FAO dan/atau WHO.
4) Dalam hal tidak terdapat acuan spesifikasi Relevant Impurities
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), harus disertakan laporan 5 (lima)
kali pengulangan proses produksi atau 5 (lima) batch analyisis dan
analisa resiko (risk assessment).

BAB III
Penutup
A. Kesimpulan

Toksikologi nabati adalah cabang ilmu toksikologi yang mempelajari efek toksik
(beracun) dari pestisida nabati atau pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan
terhadap manusia, hewan, dan lingkungan. Dalam konteks pestisida nabati, fokus toksikologi
nabati adalah pada pestisida yang berasal dari sumber alami, seperti ekstrak tumbuhan, dan
digunakan untuk mengendalikan serangan hama pada tanaman.
Pestisida nabati memiliki beberapa manfaat, seperti mudah terurai di alam
(biodegradable), relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang, efektif
membunuh hama/penyakit tanaman, dapat digunakan sebagai pengumpul atau perangkap
hama tanaman, bahan yang digunakan nilainya murah dan mudah ditemukan, mengatasi
kesulitan ketersediaan dan harga tinggi obat-obatan pertanian sintetis/kimia, dosis yang
digunakan tidak terlalu mengikat, dan tidak menimbulkan kekebalan pada serangga. Namun,
penggunaan pestisida nabati juga tidak sepenuhnya tanpa risiko.

Pestisida nabati juga memiliki bahaya dan risiko, terutama jika digunakan secara
berlebihan. Penggunaan pestisida kimia berlebihan dapat meninggalkan residu dalam tanah, air,
dan produk pertanian, yang dapat menurunkan kualitas lingkungan dan membahayakan
kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya. Paparan pestisida dalam jangka panjang dapat
mengganggu kesehatan organ mata, kulit, pernafasan, jantung, pencernaan, serta sistem syaraf.

Regulasi terkait penggunaan pestisida nabati juga mengandung aturan yang ketat,
termasuk larangan terhadap jenis bahan aktif dan bahan tambahan tertentu yang memiliki efek
karsinogenik, mutagenik, teratogenik, atau merupakan golongan antibiotik yang menyebabkan
resistensi obat pada manusia, serta bahan-bahan yang termasuk Persistent Organic Pollutants
(POPs) berdasarkan Konvensi Stockholm. Selain itu, spesifikasi relevan impurities juga harus
diikuti sesuai dengan ketetapan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) dan/atau World
Health Organization (WHO).

Penggunaan pestisida nabati, meskipun lebih ramah lingkungan dan relatif aman
dibandingkan dengan pestisida kimia, masih memerlukan pengelolaan yang bijaksana dan sesuai
dengan regulasi yang berlaku untuk meminimalkan dampak negatifnya pada manusia, hewan,
dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
(PERMENPERTA N0. 43/2019, n.d.)
(Kusumawati & Istiqomah, n.d.)

Anda mungkin juga menyukai