Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK PENGGUNAAN PESTISIDA TERHADAP LINKUNGAN DAN MANUSIA

SERTA PENANGGULANGANNYA

Mardelinus Adrian Sertian Dou


2040201041
A1

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2021
ABSTRAK

Pestisida adalah suatu bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan hama.

Pestisida dapat digolongkan berdasarkan fungsi mekanisme biologisnya atau metode aplikasi.

Setiap penggunaan pestisida membawa beberapa resiko yang terkait. Pestisida memegang

peranan penting dalam melindungi tanaman, ternak, dan untuk mengontrol sumber-sumber

vektor penyakit (vector-borne diseases). Penggunaan pestisida oleh petani tidak terelakan.

Penggunaan pestisida yang memiliki kandungan bahan aktif pada suatu lingkungan akan

menimbulkan kemungkinan terjadinya pencemaran air tanah oleh suatu kontaminan. Untuk

menghindari dampak negatif dari penggunaan pestisida, maka perlu adanya peningkatan

pengetahuan dan praktik yang benar dalam menggunakan pestisida di lahan pertanian.

Disamping itu petani hendaknya menggunakan alat pelindung diri pada waktu menggunakan

pestisida serta menerapkan Pengelolaan Hama Terpadu.


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Mula-mula manusia membunuh hama secara sederhana yaitu dengan cara fisik dan

mekanik sebagai bentuk reaksi pertahanan alami manusia. Namun dengan semakin luasnya

daerah pertanian dan pertambahannya penduduk dunia caracara sederhana tersebut tak mampu

membendung peningkatan populasi dan keganasan hama.

kemudian dikembangkan cara-cara pengendalian hama yang lebih efektif dibandingkan

dengan metode fisik mekanik. Pengendalian dengan cara baru dikembangkan dan digunakan

seperti cara bercocok tanam penggunaan jenis tanaman yang tahan terhadap hama parasitoid dan

predator, dan penggunaan bahan kimia organik. Sampai pada era Perang Dunia II praktek

pengendalian hama masih banyak dilandasi oleh bermacam-macam pengetahuan biologi dan

ekologi sehingga cara-cara pengendalian hama kurang memberikan dampak negatif bagi

lingkungan hidup dan keamanan kehidupan manusia. Tetapi metode pengendalian yang

digunakan pada saat itu masih dianggap kurang efektif dan sering kurang praktis.

Pada era perang dunia ke II, mulai digunakannya insektisida organik sintetik. Hal ini

disebabkan karena pada permulaannya pestisida menunjukkan hasil yang mengagumkan dalam

efektifitas dan efisiensinya mengendalikan hama dibandingkan cara-cara pengendalian


sebelumnya. Pestisida ternyata sangat efektif, praktis dan mendatangkan keuntungan ekonomi

yang besar bagi petani. Tak heran setelah tahun 1950 an penggunaan pestisida pertanian

diseluruh dunia semakin tinggi dan industri pestisida berkembang sangat cepat sehingga menjadi

industri yang memiliki kekuatan ekonomi dan politik banyak negara di dunia. Sehingga timbul

kesan dan pandangan seakan-akan bahwa keberhasilan pembangunan pertanian tidak dapat

dilepaskan dari jasa pestisida.

Disamping segala keberhasilannya manusia semakin merasakan dampak negatif pestisida

yang semakin memprihatinkan rasa kemanusiaan dan juga rasa tanggung jawabnya terhadap

kelangsungan hidup manusia di biosfer ini. Bukti-bukti semakin berdatangan tentang banyak

korban pestisida baik binatang berharga, ternak dan manusia sendiri. Residu pestisida pada

makanan dan lingkungan semakin menakutkan manusia (Anonimous, 1993).

Dengan semakin meningkatnya pembangunan di berbagai sektor seperti pertanian,

kesehatan masyarakat, perdagangan dan industri, dikeluarkan lah Pasal 1 Peraturan Pemerintah

Nomor 7 tahun 1973, tentang “Pengawasan atas Peredaran dan Penggunaan Pestisida”.

Pestisida terbukti mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kesejahteraan

rakyat. Pestisida adalah bahan yang beracun dan berbahaya, yang bila tidak dikelola dengan baik

dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif tersebut akan

menimbulkan berbagai masalah baik secara langsung ataupun tidak, akan berpengaruh terhadap

kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti keracunan. Dampak negatif yang terjadi dari

penggunaan pestisida pada pengendalian hama adalah keracunan, khususnya para petani yang

sering/ intensif menggunakan pestisida (Bimas, 1990).


TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Pestisida
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh, jadi

pestisida adalah substansi kimia digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai

hama. Secara luas pestisida diartikan sebagai suatu zat yang dapat bersifat racun, menghambat

pertumbuhan/perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, pengaruh hormon,

penghambat makanan, membuat mandul, sebagai pengikat, penolak dan aktivitas lainnya yang

mempengaruhi OPT. Sedangkan menurut The United State Federal Environmental Pestiade

Control Act, Pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau

mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri,

jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteri atau jasad renik yang terdapat pada

manusia dan binatang lainnya. Atau semua zat atau campuran zat yang digunakan sebagai

pengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman. Terdapat berbagai jenis pestisida salah

satunya adalah Hidrokarbon Berklor. Kelompok senyawa ini sering sisebut sebagai organoklorin

walaupun penamaannya kurang tepat karena didalamnya termasuk fosfat organik yang

mengandung klor.

Pestisida yang banyak digunakan biasanya merupakan bahan kimia toksikan yang unik,

karena dalam penggunaannya, pestisida ditambahkan atau dimasukkan secara sengaja ke dalam

lingkungan dengan tujuan untuk membunuh beberapa bentuk kehidupan. Idealnya pestisida

hanya bekerja secara spesifik pada organisme sasaran yang dikehendaki saja dan tidak pada

organisme lain yang bukan sasaran. Tetapi kenyataanya, kebanyakan bahan kimia yang

digunakan sebagai pestisida tidak selektif dan malah merupakan toksikan umum pada berbagai
organisme, termasuk manusia dan organisme lain yang diperlukan oleh lingkungan (Keman,

2001).

Seperti disebutkan sebelumnya, penggunaan pestisida dalam aktifitas manusia sangat

beragam. Diantaranya adalah penggunaan pestisida di bidang pertanian, yang merupakan salah

satu upaya untuk peningkatan produk pertanian. Penggunaan pestisida ini tidak akan

menimbulkan masalah apabila sesuai dengan aturan yang diperbolehkan. Penggunaan pestisida

yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku dapat membahayakan kesehatan masyarakat dan

lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini sehubungan dengan sifatnya

yang toksik, serta kemampuan dispersinya yang tinggi yaitu mencapai 100% (Mangkoedihardja,

1999).

Klasifikasi Kimiawi Pestisida Organoklorin


Insektisida organoklorin dikelompokkan menjadi tiga golongan berikut:

1.      DDT dan analognya, misalnya BHC, dicofol, Klorobenzilat, TDE dan metoxychlor.

2.      Senyawa siklodien, misalnya aldrin, dieldrin, endrin, endusulfan dan heptaklor

3.      Terpena berklor, misalnya toksafen (Panut, 2008).

Sifat dan Cara kerja Organoklorin


Pada aplikasinya organoklorin bersifat non sistemik yaitu tidak diserap oleh jaringan

tanaman tetapi hanya menempel pada bagian luar tanaman disebut dengan insektisida kontak.

Disamping itu organoklorin juga sebagai racun kontak, insektisida yang masuk ke dalam tubuh

serangga lewat kulit dan ditranformasikan ke bagian tubuh serangga tempat insektisida aktif

bekerja (susunan saraf). Racun lambung atau racun perut adalah insektisida yang membunuh

serangga sasaran jika termakan serta masuk kedalam organ pencernaannya. Racun inhalasi
merupakan insektisida yang bekerja lewat sistem pernapasan. Racun pernapasan adalah

insektisida yang mematikan serangga karena mengganggu kerja organ pernapasan.

PEMBAHASAN

Peranan pestisida dalam bidang pertanian

Pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian hama. Prinsip penggunaan

pestisida secara ideal adalah sebagai berikut (Fischer, 1992 dan Natawigena, 1985) :

1.      Harus kompatibel dengan komponen pengendalian hama yang lain, yaitu komponen

pengendalian hayati,

2.      Efektif, spesifik dan selektif untuk mengendalikan hama tertentu

3.      Meninggalkan residu dalam waktu yang diperlukan saja,

4.     Tidak boleh persisten di lingkungan, dengan kata lain harus

mudah terurai,

5.     Takaran aplikasi rendah, sehingga tidak terlalu membebani

lingkungan,

6.      Toksisitas terhadap mamalia rendah (LD 50 dermal dan LD50 oralrelatif tinggi), sehingga aman

bagi manusia dan lingkungan hayati

7.      Dalam perdagangan (labelling, pengepakan, penyimpanan, dan transpor) harus memenuhi

persyaratan keamanan

8.      Harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut

Dampak Negatif Dalam Penggunaan Pestisida Dalam Kegiatan Pertanian

1.      Pencemaran air dan tanah


Di lingkungan perairan, pencemaran air oleh pestisida terutama terjadi melalui aliran air

dari tempat kegiatan manusia yang menggunakan pestisida dalam usaha mena ikkan produksi

pertanian dan peternakan. Jenis-jenis pestisida yang persisten (DDT, Aldrin, Dieldrin) tidak

mengalami degradasi dalam tanah, tapi malah akan berakumulasi. Dalam air, pestisida dapat

mengakibatkan biology magnification, pada pestisida yang persisten dapat mencapai komponen

terakhir, yaitu manusia melalui rantai makanan. Pestisida dengan formulasi granula, mengalami

proses dalam tanah dan air sehingga ada kemungkinan untuk dapat mencemari tanah dan air.

2.      Pencemaran udara

Pestisida yang disemprotkan segera bercampur dengan udara dan langsung terkena sinar

matahari. Pestisida dapat mengalami fotodekomposisi di udara. Pestisida mengalami perkolasi

atau ikut terbang menurut aliran angin. Makin halus butiran larutan makin besar kemungkinan

ikut perkolasi dan makin jauh ikut diterbangkan arus angin.

3.      Timbulnya spesies hama yang resisten

Spesies hama yang akan diberantas dapat menjadi toleran terhadap pestisida, sehingga

populasinya menjadi tidak terkendali. Ini berarti bahwa jumlah individu yang mati sedikit sekali

atau tidak ada yang mati, meskipun telah disemprot dengan pestisida dosis normal atau dosis

lebih tinggi sekalipun. Populasi dari spesies hama dapat pulih kembali dengan cepat dari

pengaruh racun pestisida serta bisa menimbulkan tingkat resistensi pestisida tertentu pada

populasi baru yang lebih tinggi, hal ini biasanya disebabkan oleh pestisida golongan

organoklorin.

4.      Timbulnya spesies hama baru atau ledakan hama sekunder

Penggunaan pestisida yang ditujukan untuk memberantas jenis hama tertentu, bahkan

dapat menyebabkan munculnya jenis hama yang lain. Ledakan hama sekunder tersebut dapat
terjadi beberapa saat setelah penggunaan pestisida, atau pada akhir musim tanam atau malah

pada musim tanam berikutnya. Ledakan hama sekunder dapat lebih merusak daripada hama

sasaran sebelumnya.

KESIMPULAN

Pestisida adalah bahan-bahan kimia yang tidak terlepas dari penggunaannya untuk

mengendalikan hama dan jasad pengganggu lainnya. Hingga saat ini ketergantungan petani

terhadap pestisida semakin tinggi untuk menghasilkan kuantitas dan kualitas produk. Hal

tersebut menyebabkan keseimbangan ekologis yang tidak sempurna (populasi hama tinggi,

musuh alami semakin punah).

Pestisida tidak saja membawa dampak yang positif terhadap peningkatan produk

pertanian, tapi juga membawa dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya. Pengarahan

dan penggunaan yang lebih tepat kepada para penggunaan dalam hal pemberian dosis, waktu

aplikasi, cara kerja yang aman, akan mengurangi ketidakefisienan penggunaan pestisida pada

lingkungan dan mengurangi sekecil mungkin pencemaran yang terjadi. Di sisi lain penggunaan

pestisida membawa bencana yang sangat hebat terhadap kesehatan petani dan konsumen akibat

mengkonsumsi produk yang mengandung residu. Dampak lain yang tidak kalah penting adalah

timbulnya pencemaran air, tanah dan udara yang dapat mengganggu sistem kehidupan organism

lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. Prinsip-prinsip Pemahaman Pengendalian Hama Terpadu. Konsep Pengendalian Hama Terpadu.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Bina Perlindungan Tanaman.B.I. Jakarta. 1993.
Bimas. Surat Keputusan Menteri Pertanian / Ketua Badan Pengendali BIMAS. 1990.
Depkes. 2000. Pencemaran pestisida dan pencegahannya. Infokesehatan.net.
http://www.infokes.com/today/artikeliew.html?item_ID =228&topic=keluarga. Tanggal sitasi 25
September 2002.
Djojosumarto P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian .
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Djojosumarto, Panut. (2008). Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta: Kanisisus.

Anda mungkin juga menyukai