Anda di halaman 1dari 6

Analisis Kasus Mengenai Pencemaran Lingkungan Ini Dalam Rangka

Memenuhi Tugas Mata kuliah Hukum Lingkungan Dengan Dosen : Moh.


Ali, M.H

Analisis Dampak Lingkungan Serta Kesehatan Akibat Penggunaan Pestisida


Berbahan Kimia
(M. Rifqi Arifin, S20191114)
Prodi Hukum Keluarga Fakultas Syariah, Insitut Agama Islam Negeri Jember

Pendahuluan

Disadari atau tidak, sebenarnya masalah pencemaran lingkungan mau


tidak mau akan merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia dalam hubungannya dengan alam. Manusia memang kurang
daya penguasaanya, artinya jika kemampuan manusia menguasai alam meningkat,
maka akan lebih sedikit masalah yang akan dihadapi. Peristiwa pencemaran baru
dapat dikatakan sebagai pencemaran lingkungan bila lingkungan yang tercemar
adalah lingkungan hidup manusia, yang terkena dampak akibat negatif (yang tidak
diinginkan adalah manusianya dan didalam lingkungan tersebut terdapat bahan-
bahan berbahaya yang disebabkan oleh peradaban manusia itu sendiri.1

Pencemaran Lingkungan Hidup menurut Undang-Undang No. 32 Tahun


2009 Tentang Pengelolaan Dan Perlindungan Lingkungan Hidup. Dalam Pasal 1
ayat 14 dicantumkan bahwa, Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1973, Pestisida merupakan


zat kimia dan bahan lain yang digunakan untuk memberantas hama
tanaman.Pestisida merupakan pilihan utama cara mengendalikan hama, penyakit
dan gulma, karena dapat membunuh langsung jasad pengganggu. Kemanjurannya
1
Nurhasmawaty Pohan, “Pestisida Dan Pencemaran nya”, (e-USU Repository : Universitas
Sumatera Utara, 2004), hlm. 1
dapat diandalkan, penggunaannya mudah, tingkat keberhasilannya tinggi,
ketersediaannya mencukupi dan mudah di dapat serta biayanya relatif murah.
Namun, penggunaan pestisida juga merugikan.2

Dalam penggunaan pestisida terhadap tumbuhan di lapangan dalam


beberapa kasus bahkan hempir seluruhnya pada pertanian daerah Wuluhan,
Jember. Aspek pengamanan dalam penggunaannya, misalnya petani dalam
menyemprotkan pestisida ke tanaman tanpa menggunakan alat pelindung seperti
masker dan sarung tangan, namun kenyataannya petani hanya menggunakan
tangan kosong tidak menggunakan alat pelindung. Menurut Banowati (2017)
petani memerlukan pengetahuan tentang sistem yang cocok untuk kondisi
lingkungan tertentu mereka, karena itu akan budidaya membantu mereka
memaksimalkan hasil total tanpa mengabaikan tanah stabilitas, kesuburan tanah,
erosi, dan kerusakan lingkungan regional dan global. Oleh karena itu, peran
pemerintah disini sangat dibutuhkan dalam memberikan penyuluhan atau
sosialisasi bagi petani seluruh daerah khusus Wuluhan, Jember. Agar mereka
dapat mengetahui cara penggunaan pestisida dengan baik dan benar.

Pembahasan

Menurut peraturan pemerintah RI No. 7 Tahun 1973, yang dimaksud


dengan Pestisida ialah Semua zat kimia dan bahan-bahan lain serta zasad-zasad
renik dan virus yang digunakan untuk:

 Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak


tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian.
 Memberantas rerumputan.
 Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tak diinginkan.
 Mencegah hama-hama air.
 Membrantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia. 3

2
Devy Ravina Dhiaswari,Apik Budi Santoso, Eva Banowati, “Pengaruh Perilaku Petani Bawang
Merah dan Penggunaan Pestisida terhadap Dampak bagi Lingkungan Hidup di Desa Klampok
Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes”, (Jurnal Edu Geography : Vol 7, No 3, 2019), hlm. 204.
3
Nurhasmawaty Pohan, “Pestisida Dan Pencemaran nya”, (e-USU Repository : Universitas
Sumatera Utara, 2004), hlm. 2
Perdagangan pestisida pun semakin lama semakin meningkat baik jumlah
maupun bahan aktifnya. Berdasarkan data pencatatan dari Badan Perlindungan
Lingkungan Amerika Serikat, saat ini lebih dari 2.600 bahan aktif pestisida telah
diedarkan di pasaran. Lebih dari 35.000 formula pestisida telah dipasarkan di
Seluruh dunia. Bahan aktif yang termasuk persistent organic pollutants (POPs)
Ada 12 jenis senyawa, yaitu DDT, aldrin, dieldrin, endrin, klordan, heptaklor,
mirek, Toxafene, hexaklorobenzen (HCB), poliklorinasi bifenil (PCB), dioxan,
dan furan (Hosseinpour dan Rottler, 1999). Peningkatan ini terjadi khususnya
pada negara- negara berkembang.4

Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-Undang No. 8 Tahun


1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan Pedoman Periklanan Alat Kesehatan,
Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga-Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan RI Tahun 1994, tetapi
pengguna pestisida hanya terbatas memperoleh informasi melalui aturan atau
anjuran penggunaan produk yang tertulis pada label produk. Pendidikan sering
diperuntukkan hanya untuk para petugas pengendali hama dari Departemen
Kesehatan. Kemasan pestisida tidak selalu mencantumkan peringatan khusus
adanya dampak keracunan atau gangguan kesehatan. Dengan pelabelan yang
kurang layak ini masyarakat harus bertanggung jawab untuk menghindari
substansi yang dianggap tidak baik bagi dirinya sendiri. Ini berarti, masyarakat
harus belajar lebih banyak tentang memilih dan menggunakan pestisida yang
aman.

Selain beberapa masalah mengenai Kesehatan serta Kemanan petani dalam


penggunaan pestisida yang dalam hal ini merupakan golongan Bahan Kimia
Beracun Berbahaya(B3), Juga timbul beberapa masalah yang merujuk pada
pencemaran lingkungan. Mulai dari pencemaran air, tanah serta udara. B3 sendiri
Menurut UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Pasal 1 ayat 21 : “Bahan berbahaya dan beracun yang
selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena

4
Titiek Siti Yuliani, Hermanu Triwidodo, Kooswardhono Mudikdjo, Nurmala K. Panjaitan, dan
Sjafrida Manuwoto, “PERILAKU PENGGUNAAN PESTISIDA: STUDI KASUS PENGENDALIAN HAMA
LINGKUNGAN”, (Forum Pascasarjana : Vol. 32, No. 3, Juli 2011), hlm. 196
sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia
dan makhluk hidup lain.”

Dalam kasus umim pencemaran tanah sebagai contoh yang terjadi di


Wuluhan, Jember serta terjadi hampir di seluruh dunia. Sebenarnya tidak semua
jenis insekta, cacing (nematoda) dan lain-lain merupakan hama dan penyakit bagi
tanaman, akan tetapi racun serangga telah membunuhnya. Sebagai contoh, di
dalam segumpal tanah pertanian yang subur yang beratnya 0,5 g, Terdapat kira-
kira 1 trilyun bakteri, 200 juta jamur, 25 juta alga, 15 juta protozoa dan juga
cacing, insekta dan makhluk kecil lainnya. Makhluk-makhluk kecil ini sangat
diperlukan untuk kesuburan tanah selanjutnya. Apabila penyemprotan dilakukan
berlebihan atau takaran yang dipakai terlalu banyak, maka yang akan terjadi
adalah kerugian. Tanah di sekitar tanaman akan terkena pencemaran pestisida.
Akibatnya makhluk-makhluk kecil itu banyak yang ikut terbasmi, sehingga
kesuburan tanah menjadi rusak karenanya. Serta dengan adanya hal demikian
maka, bukan tidak mungkin akan timbul permasalahan baru berkaitan dengan
kekeringan serta kegersangan akibat penggunaan Pestisida yang berlebihan.

Dalam Pasal 53 UU No. 32 Tahun 2009, menyebutkan bahwa “(1) Setiap


orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup wajib
melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

(2) Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:

a. pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan


lingkungan hidup kepada masyarakat;
b. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
c. penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
dan/atau
d. cara lain yang sesuai dengan p ilmu pengetahuan dan teknologi.
Harus diakui walaupun pestisida sangat berbahaya, peningkatan produksi
pertanian dapat tercapai justru dengan bantuan pestisida. Pencemaran yang
disebabkan oleh pestisida bukan hal sepele. Tetapi kalau cara pemakaian pestisida
dilakukan dengan sangat hati-hati, kemungkinan besar pencemaran dapat
dihindari atau setidaknya mengurangi bahayanya pembatasan pemakaian
pestisida.

Bagaimanapun juga pestisida adalah racun. Sebenarnya kalau ada kerugian yang
ditimbulkan oleh pestisida, maka yang paling menderita adalah manusia. Manusia
harus bertanggung jawab terhadap kerusakan yang timbul, karena semua kegiatan
pencegahan hama adalah hasil karya manusia dan di tujukan untuk pemenuhan
kebutuhannya. Manusia adalah pelaku utama pemberantasan hama. Karena itu
selain perlindungan terhadap tanah, air, dan hewan lainnya dari bahaya pestisida,
perlindungan pertama justru harus diberikan terhadap manusia. 5

Namun beberapa hal yang bersifat merugukan tersebut dapat ditekan,


Apabila pestisida dipakai dalam batas-batas kewajaran sesuai dengan petunjuk
penggunaan kiranya merupakan tindakan yang bisa memperkecil lingkup risiko
yang harus ditanggung manusia dan alam.Pemakaian pestisida secara berlebihan.
Oleh karena itu masalah pestisida menuntut perhatian semua pihak, tidak hanya
Pemerintah, tidak hanya si pemakai jasa. Kita semua memikul tanggung jawab
bersama atas lingkungan hidup kita sendiri. Pestisida bukan hanya menjadi
tanggung jawab pabrik penghasil, dan tanggung jawab pemerintah yang memberi
izin produksi, tapi menjadi tanggung jawab semua pihak, semua bangsa dan
semua negara.

Daftar Pustaka

Pohan. Nurhasmawaty, “Pestisida Dan Pencemaran nya”, (e-USU Repository :


Universitas Sumatera Utara, 2004).

Dhiaswari. Devy Ravina, dkk, “Pengaruh Perilaku Petani Bawang Merah dan
Penggunaan Pestisida terhadap Dampak bagi Lingkungan Hidup di Desa

5
Ibid, hlm. 8
Klampok Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes”, (Jurnal Edu Geography : Vol
7, No 3, 2019).

Yuliani. Titiek Siti, dkk, “Perilaku Penggunaan Pestisida: Studi Kasus


Pengendalian Hama Lingkungan”, (Forum Pascasarjana : Vol. 32, No. 3, Juli
2011), hlm. 196

Anda mungkin juga menyukai