I. Pendahuluan
didasarkan pada asas tanggung jawab Negara, asas berkelanjutan dan asas manfaat
Tuhan yang Maha Esa.2 Asas-asas ini kemudian berubah menjadi 14 asas pada
mata menjadi tanggung jawab pemerintah. Keterlibatan (peran serta) pihak swasta dan
pengelolaan lingkungan hidup. Sebab setiap dalam hal ini mempunyai hak dan
kewajiban berperan serta yang sama dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup.
Berbagai instrumen peraturan memberikan jaminan terhadap hak dan kewajiban untuk
turut berperanserta3 dalam pengelolaan lingkungan tersebut. Terutama dalam hal ini
adalah, meletakkan peran serta masyarakat (partisipasi) sabagai bagian dari hak atas
lingkungan (turunan dari HAM), yang dengan demikian seharusnya berimplikasi pada
dalam periode 1982 – 1987 terjadi peningkatan pemakaian pestisida sebesar 36%
dan total pemakaian insektisida pada tahun 1986 mencapai 1723 ton, yang berarti
hortikultura, dan perkebunan. Angkatan kerja yang termasuk petani adalah mereka
yang bekerja pada pertanian tanaman pangan (seperti padi, jagung, sagu), pemetik teh,
kelapa, kopra dan tanaman hortikultura. Petani tanaman pangan masih merupakan
jumlah terbesar, sehingga kesehatan petani sebagai modal awal untuk bekerja, maupun
risiko ketika bekerja harus dikelola dengan baik dan profesional untuk mendukung
produktivitas wilayah.
pengganggu tanaman. Menurut FAO pestisida adalah setiap zat atau campuran yang
termasuk vektor terhadap manusia dan penyakit pada binatang, tanaman yang tidak
disukai dalam proses produksi. Penggunaan pestisida pertanian Indonesia maju pesat
dan juga petani menjadi senang dengan melihat hasil tanam yang bagus serta tidak
secara sengaja ke dalam lingkungan dengan tujuan untuk membunuh beberapa bentuk
kehidupan. Idealnya pestisida hanya bekerja secara spesifik pada organisme sasaran
yang dikehendaki saja dan tidak pada organisme lain yang bukan sasaran. Tetapi
kenyataanya, kebanyakan bahan kimia yang digunakan sebagai pestisida tidak selektif
dan malah merupakan toksikan umum pada berbagai organisme, termasuk manusia
pestisida ini tidak akan menimbulkan masalah apabi la sesuai dengan aturan yang
diperbolehkan. Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku
maupun tidak langsung. Hal ini sehubungan dengan sifatnya yang toksik , serta
manusia, ternak, polusi lingkungan dan resistensi hama. Data yang dikumpulkan WHO
keracunan pestisida dan sekitar 500-1000 orang per tahun diantaranya mengalami
dampak yang sangat fatal seperti kanker, cacat, kemandulan dan gangguan pada
dipengaruhi oleh daya racun, volume dan tingkat pemajanan secara signifikan
menjadi semakin tinggi. Inilah pandangan umum yang masih berlaku di dunia sampai
saat ini termasuk juga Indonesia. Disamping segala keberhasilannya manusia semakin
dan juga rasa tanggungjawabnya terhadap kelangsungan hidup manusia di biosfer ini.
berharga, ternak dan manusia sendiri. Residu pestisida pada makanan dan lingkungan
semakin menakutkan. Hampir semua diantara kita pernah mendengar kata pestisida,
herbisida, insektisida atau nama lainnya. Hampir dalam semua sisi kehidupan kita tidak
bisa lepas dari pestisida dalam berbagai bentuknya. Dari gunung sampai pantai, dari
desa sampai kota. Petani di pegunungan pun tidak lepas dari penggunaan pestisida.
sebagai berikut ; “Semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan
pestisida yang sebagian besar adalah golongan organofosfat. Demikian pula pada
golongan organofosfat. Karena golongan ini lebih mudah terurai di alam. Penggunaan
pestisida di bidang pertanian saat ini memegang peranan penting. Sebagian besar
sangat efektif. Pestisida adalah bahan yang beracun dan berbahaya, yang bila tidak
dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan.
Dampak negatif tersebut akan menimbulkan berbagai masalah baik secara langsung
seperti keracunan. Dampak negatif yang terjadi dari penggunaan pestisida pada
pengendalian hama adalah keracunan, khususnya para petani yang sering/ intensif
Peranan pestisida dalam sistem pertanian sudah menjadi dilema yang xix sangat
menarik untuk dikaji. Berpihak pada upaya pemenuhan kebutuhan produksi pangan
tidak dapat lagi dikesampingkan dalam sistem budidaya pertanian. Di pihak lain
residu pestisida. Dampak lain yang tidak kalah pentingnya adalah timbulnya
pencemaran air, tanah dan udara yang dapat mengganggu sistem kehidupan
frekuensi penggunaanya 2-3 penyemprotan dalam seminggu dan dosis yang digunkan
tidak sesuai pada aturan, pencampuran pestisida saat penyemprotan bias mencapai 3
jenis pestisida dalam sekali penyemprotan dari perilaku tersebut jelas berdampak
terhadap lingkungan (tanah, air dan udara). Berdasarkan dari permasalahan di atas,
akan dilakukan kajian lebih lanjut mengenai analisis kerusakan lingkungan akibat
Selatan.
1.
Berdasarkan pada rumusan masalah pada sub bab sebelumnya maka tujuan
1.
II. Tinjauan Pustaka
Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun yang lalu
(2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan tungau di Sumeria.
Sedangkan penggunaan bahan kimia beracun seperti arsenic, mercury dan serbuk
timah diketahui mulai digunakan untuk memberantas serangga pada abad ke15.
Kemudian pada abad ke-17 nicotin sulfate yang diekstrak dari tembakau mulai
digunakan sebagai insektisida. Pada abad ke-19 diintroduksi dua jenis pestisida alami
yaitu, pyretrum yang diekstrak dari chrysanthemum dan rotenon yang diekstrak dari
Pada tahun 1874 Othmar Zeidler adalah orang yang pertama kali mensintesis
ditemukan oleh ahli kimia Swiss, Paul Hermann Muller pada tahun 1939 yang dengan
penemuannya ini dia dianugrahi hadiah nobel dalam bidang Physiology atau Medicine
pada tahun 1948 (NobelPrize.org). Pada tahun 1940an mulai dilakukan produksi
pestisida sintetik dalam jumlah besar dan diaplikasikan secara luas (Daly et al., 1998).
Beberapa literatur menyebutkan bahwa tahun 1940an dan 1950an sebagai “era
negara maju, penjualan dan penggunaan pestisida diatur oleh pemerintah. Sebagai
contoh pada tahun 1972 di Amerika Serikat dibentuk Environmental Protection Agency
(EPA) yang bertanggung jawab atas regulasi pestisida (Willson, 1996). Akan tetapi
dalam implementasinya penggunaan pestisida sulit untuk dikontrol, maka pada tahun
pengendalian hama terpadu (PHT) atau Integrated Pest Management (IPM). PHT
merupakan sistem yang mendukung dalam pengambilan keputusan untuk memilih dan
menggunakan taktik pengendalian hama, satu cara atau lebih yang dikoordinasi secara
harmonis dalam satu strategi manajemen, dengan dasar analisa biaya dan keuntungan
1998).
berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang
berarti pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai pembunuh hama
yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi,
bakteri, virus, nematode, siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan
(Djojosumarto, 2008).
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida artinya pembunuh.
Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai pembunuh hama (Soemirat, 2003).
atas Peredaran dan Penggunaan Pestisida” yang dimaksud dengan pestisida adalah
semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk
bagian tanaman tidak termasuk pupuk, memberantas atau mencegah hama-hama air,
manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman ,
untuk bakteri.
terhadap sebuah program; kedua, masyarakat akan merasa memiliki dan menjamin
monitoring dan evaluasinya; ketiga partisipasi merupakan hak setiap warga Negara
strategi dan kebijakan pembangunan yang dilakukan pemerintah, dan ikut berperan dan
bertanggung jawab dalam pelaksanaan program pembangunan secara adil. Partisipasi
masyarakat dapat berupa partisipasi aktif dan pasif. Partisipasi pasif ialah masyarakat
dilibatkan dalam kegiatan yang telah dirancang, dilaksakan dan dikontrol oleh orang/
pihak lain. Sedangkan partisipasi aktif ialah proses melibatkan masyarakat Sebagai
subyek yang memiliki kekuatan untuk mengambil keputusan dan bertindak sendiri
model partisipasi publik sesuai dengan kebutuhan, terutama lingkup partisipasi yang
tidak akan maksimal tanpa didukung beberapa hal mengenai perubahan sosio kultur
c) adanya proses dialog dan komunikasi yang mengaeah pada kesepakatan bersama
lingkungan. Kondisi sosial ekonomi antara lain meliputi tingkat pendidikan, pendapatan,
kultur dan strata sosial dalam sistem kemasyarakatan. Program pembangunan ialah
waktu dan jarah tempuh, akses transportasi dan lain-lain. Tokoh masyarakat, tokoh
adat, tokoh agama, pimpinan desa/ kelurahan merupakan komponen yang sangat
partisipasi masyarakat dalam model tangga dengan delapan tingkat (Eight Rungs on
Ladder of Citizen Participation), berdasar tingkat peran, wewenang dan tanggung jawab
dalam proses pengambilan keputusan, mulai dari derajat tanpa partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan anggaran dana serta indikator dalam pembagian hasil kegiatan.
manipulasi, artinya responden merasa tidak pernah mendapatkan undangan atau turut
keputusan dalam hal ini pemegang kekuasaan. Manipulasi merupakan tingkatan peran
serta yang paling rendah, dimana masyarakat hanya dianggap obyek saja dalam
kemitraan, artinya masyarakat memiliki hak yang luas untuk menyampaikan pendapat,
sejajar dengan pengambil keputusan. Partisipasi responden dalam menentukan dan
mengikuti pelatihan masuk dalam kategori manipulasi, artinya tidak ada peran
keahlian dan pengetahuan terkait lingkungan hidup. Hal ini terlihat, bahwa misalnya
masyarakat secara umum tidak bisa mengatasi problem hama pada sayuran mereka,
masih terdapat sampah anorganik di dalam tong komposter, atau tidak memiliki
Terhadap tingkatan peran serta dalam kegiatan fisik masuk dalam kategori
kekuasaan dalam membagi, menentukan dan melaksanakan kegiatan fisik dalam Desa
Berseri maupun KRPL. Keterlibatan dalam kegiatan fisik telah melibatkan semua
juga terlihat bahwa sebagian masyarakat lebih banyak terlibat dalam kegiatan fisik,
Penggunaan pestisida dapat menimbulkan dampak yang negatif, baik itu bagi
penggunaannya harus dilakukan sesuai dengan aturan. Dampak negatif ini akan terus
terjadi seandainya kita tidak hati-hati dalam memilih jenis dan cara penggunaannya.
Adapun dampak negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan pestisida diantaranya:
terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar terurai
Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah tercemar
pestisida. Bila seorang ibu menyusui memakan makanan dari tumbuhan yang
telah tercemar pestisida maka bayi yang disusui menanggung resiko yang lebih
besar untuk teracuni oleh pestisida tersebut daripada sang ibu. Zat beracun ini
akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu yang diberikan. Dan kemudian racun ini
2. Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan masuk ke dalam
sistem biota air (kehidupan air). Konsentrasi pestisida yang tinggi dalam air
dapat membunuh organisme air diantaranya ikan dan udang. Sementara dalam
kadar rendah dapat meracuni organisme kecil seperti plankton. Bila plankton ini
termakan oleh ikan maka ia akan terakumulasi dalam tubuh ikan. Tentu saja
akan sangat berbahaya bila ikan tersebut termakan oleh burungburung atau
manusia. Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah turunnya populasi burung
pelikan coklat dan burung kasa dari daerah Artika sampai daerah Antartika.
pestisida organiklor yang menjadi penyebab rusaknya dinding telur burung itu
sehingga gagal ketika dierami. Bila dibiarkan terus tentu saja perkembangbiakan
burung itu akan terhenti, dan akhirnya jenis burung itu akan punah.
3. Ada kemungkinan munculnya hama spesies baru yang tahan terhadap takaran
pestisida yang diterapkan. Hama ini baru musnah bila takaran pestisida
pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun
bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir
cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom) dan sebagainya (Sa’id, 1994).
Pada masa sekarang ini dan masa mendatang, orang lebih menyukai produk pertanian
yang alami dan bebas dari pengaruh pestisida walaupun produk pertanian tersebut di
dapat dengan harga yang lebih mahal dari produk pertanian yang menggunakan
mudah terurai (Sa’id, 1994). Penyemprotan dan pengaplikasian dari bahan-bahan kimia
oleh sinar ultraviolet atau diserap hujan dan jatuh ke tanah (Uehara, 1993).
Pestisida bergerak dari lahan pertnaian menuju aliran sungai dan danau yang
dibawa oleh hujan atau penguapan, tertinggal atau larut pada aliran permukaan,
terdapat pada lapisan tanah dan larut bersama dengan aliran air tanah. Penumpahan
yang tidak disengaja atau membuang bahanbahan kimia yang berlebihan pada
permukaan air akan meningkatkan konsentrasi pestisida di air. Kualitas air dipengaruhi
Lembang dan Pengalengan tanah disekitar kebun wortel, tomat, kubis dan buncis telah
tercemar oleh residu organoklorin yang cukup tinggi. Juga telah tercemar beberapa
sungai di Indonesia seperti air sungai Cimanuk dan juga tercemarnya produk-produk
hasil pertanian.
Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dan tidak sesuai dengan aturan yang
berlaku dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Berikut ini diuraikan beberapa dampak negatif yang mungkin timbul akibat penggunaan
1. Pencemaran air dan tanah Di lingkungan perairan, pencemaran air oleh pestisida
terutama terjadi melalui aliran air dari tempat kegiatan manusia yang
mengalami degradasi dalam tanah, tapi malah akan berakumulasi. Dalam air,
dan air sehingga ada kemungkinan untuk dapat mencemari tanah dan air.
menurut aliran angin. Makin halus butiran larutan makin besar kemungkinan ikut
3. Timbulnya spesies hama yang resisten Spesies hama yang akan diberantas
terkendali. Ini berarti bahwa jumlah individu yang mati sedikit sekali atau tidak
ada yang mati, meskipun telah disemprot dengan pestisida dosis normal atau
dosis lebih tinggi sekalipun. Populasi dari spesies hama dapat pulih kembali
dengan cepat dari pengaruh racun pestisida serta bisa menimbulkan tingkat
resistensi pestisida tertentu pada populasi baru yang lebih tinggi, hal ini biasanya
pestisida yang ditujukan untuk memberantas jenis hama tertentu, bahkan dapat
tersebut dapat terjadi beberapa saat setelah penggunaan pestisida, atau pada
akhir musim tanam atau malah pada musim tanam berikutnya. Ledakan hama
resurgesi antara lain adalah (a) butir semprotan pestisida tidak sampai pada
tempat hama berkumpul dan makan; (b) kurangnya pengaruh residu pestisida
pestisida; (c) predator alam mati terbunuh pestisida; (d) pengaruh fisiologis
insektisida kepada kesuburan hama. Hama bertelur lebih banyak dengan angka
kematian hama yang menurun; (e) pengaruh fisiologis pestisida kepada tanaman
sedemikian rupa sehingga hama dapat hidup lebih subur (Djojosumarto, 2000)..
fungisida dan herbisida untuk membasmi hama tanaman, hewan, dan gulma
dapat ikut terbunuh. Misalnya, burung dan vertebrata lain pemakan spesies yang
tersebut mengandung residu tinggi, bahkan pada tingkat yang sangat fatal. Se
bagai akibatnya, banyak burung-burung pemangsa yang mati. Begitu juga pada
binatang jenis kelelawar. Golongan ini ternyata tidak terlepas dari pengaruh
pertanian, mulai dari tahap pembenihan hingga hasil pertanian merupakan suatu hal
bijaksana dan tepat, mengingat konsumen akhir dari produk pertanian adalah manusia.
pestisida yang tidak tepat dapat mencemari lingkungan dan merusak keseimbangan
ekosistem secara luas, yang pada akhirnya akan berdampak secara tidak langsung
dengan berbagai cara antara lain dengan pengelolaan dan penggunaan pestisida yang
benar dan aman, pengawasan kegiatan yang be rkaitan dengan pestisida dan terutama
bagi sektor pertanian . Pencemaran pestisida dapat ditekan dengan penerapan sistem
bagian dari lingkungan, ternyata telah menempatkan manusia pada posisi strategis.
Secara logis manusia di satu sisi adalah (bagian) lingkungan itu sendiri, di sisi lain
mengenai hak dan kewajiban yang mencakup antara lain hak mendapatkan informasi
ialah salah satu Desa di Kabupaten Jombang yang berhasil merintis dan
mengembangkan Program Desa Berseri dan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari
pengelolaan lingkungan hidup di Desa Mojokrapak melalui program Desa Berseri dan
KRPL dianalisis berdasarkan keterlibatan dan peran serta masyarakat dalam kehadiran
pengelolaan anggaran dana serta indikator dalam pembagian hasil kegiatan masuk
dalam kategori Pemberian Informasi atau dikategorikan dalam derajat Partisipasi Semu.
bantuan dalam bentuk uang, pemikiran atau yang lain. Motivasi masyarakat untuk
terlibat sebagian besar karena faktor internal individu, yaitu harapan dan keinginan
untuk hidup di lingkungan desa yang indah, bersih dan nyaman. Sedangkan alasan
untuk tidak terlibat, sebagian karena alasan hambatan internal individu masing-masing
antara lain waktunya tersita untuk mencari nafkah dan persepsi bahwa lingkungan desa
sudah baik. Secara umum partisipasi masyarakat di Desa Mojokrapak dalam program
KRPL dan Desa berseri berhubungan dengan status kepemilikan rumah dan
dan aspirasi serta membuat keputusan demi kesejahteraannya. Secara umum, tingkat
merupakan tahap yang paling rendah sedangkan tahap pelaksanaan, menikmati hasil
dan evaluasi sudah tergolong tinggi. Hal ini disebabkan oleh trust mereka terhadap elit
RW dan pengelola, kesadaran untuk mengelola lingkungan yang tinggi, dan
Pada Penelitian Yandi dan Ma’ruf (2019) Partisipasi masyarakat menjadi hal
yang penting dalam pelaksanaan program pemerintah. Berjalan atau tidaknya program
pemerintah terlihat dari respon dan peran masyarakat dalam program tersebut.
Program Kasih Setia sebagai program pengelolaan lingkungan di Kota Mojokerto yang
kualitatif. Fokus dari penelitian ini adalah jenis-jenis partisipasi masyarakat dalam
dalam hal partisasi tenaga dan partisipasi barang. Dalam pelaksanaan kegiatan
menyumbang ide serta menyumbangkan beberapa alat kerja untuk kerja bakti dan
menyumbangkan uang untuk menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, teduh, indah
dan aman. Jadi dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
keterlibatan barang pribadi dan uang pribadi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan
ketrampilan banyak warga yang belum sepenuhnya terlibat. Adapun saran yang
diajukan peneliti adalah Masyarakat lebih aktif lagi dalam menyumbangkan ide atau
lingkungan dan kegiatanya bisa efektif serta karang taruna Kelurahan Wates lebih
dilibatkan dalam kegiatan lingkungan agar kegiatanya bisa berjalan dengan baik
serangan hama dan penyakit tanaman yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas
produksi. Secara umum budidaya sayuran secara monokultur dalam hamparan yang
luas akan meningkatkan potensi terjadinya serangan hama dan penyakit tanaman.
permasalahan hama dan penyakit yang menyerang sayuran agar kehilangan hasil
informasi yang mereka dapatkan dari petani lainnya. Berdasarkan penelitian Wahyuni
kebijakan, serta persepsi petani yang masih keliru tentang pestisida. Hal ini berdampak
pada penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan petunjuk dan aturan yang tepat.
Pola penggunaan pestisida harus tepat jenis, dosis, waktu penggunaan, cara
pada tanaman. Pestisida yang digunakan selain mengenai hama sasaran dan musuh
alami juga dapat mengenai tanaman, tanah, dan air. Pestisida yang mengenai hama
sasaran sekitar 20% dan sisanya jatuh ke tanah dan terakumulasi di dalam tanah
(Sa’id, 1994; Dwifianti, 2013). Residu ini dapat bertahan lama dalam tanah sampai
organik, dan mengatur jumlah populasi fauna lainnya (Moldenke, 2001). Pengunaan
bahan kimia seperti pestisida dan pupuk kimia sangat berpengaruh terhadap
arthropoda tanah lebih tinggi dibandingkan dengan kebun jeruk dengan pemakaian
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pada penelitian ini dilakukan
kajian tentang dampak penggunaan pestisida oleh petani bawang merah di Kecamatan
Anggeraja terhadap residu pestisida di Kecamatan Anggeraja. Frekuensi penggunaan
pada umumnya tergantung dari faktor psikologis yaitu adanya rasa ketakutan dan
kekhawatiran akan gagal panen (Rahman 2018). Kerangka pemikiran penelitian dapat
Penggunaan Pestisida:
Jenis Pestisida
Frekuensi Penggunaan
Dampak negative
pada Lingkungan