Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN PESTISIDA DENGAN KADAR HEMOGLOBIN


PADA PETANI PADI DIDESA BUARAN BAMBU KECAMATAN PAKUHAJI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Program Setudi Sarjana Keperawatan/Diploma Kebidanan

Disusun Oleh :

ADE FIRMAN FAUZY


NIM : 18215001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN/KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YATSI TANGERANG
TAHUN 2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pertanian salah satu sektor pembangunan yang bermanfaat dalam
kehidupan manusia. Pertanian berperan penting dalam menompang
perekonomian suatu negara salah satunya adalah indonesia, Indonesia
merupakan negara agraris yang sebagian besar dari penduduknya bermata
pencarian sebagai petani, apabila hasil pertaniannya diserang oleh hama,
maka dapat menurunkan hasil pertanian dan bahkan petani sama sekali
tidak dapat menikmati hasil pertanian itu sendiri, oleh karna itu petani
menggunakan bahan kimia sebagai penolong dalam bidang pertanian
untuk mempertahankan hasil pertaniannya demi memperpanjang
kelangsungan hidupnya. Adapun bahan kimia yang seriang digunakan
oleh petani biasanya disebut dengan pestisida. (Maranata et al. 2014).
Pestisida sangat bermanfaat dalam menunjung perolehan hasil tani
yang maksimal dalam sistem pertanian, pestisida memiliki berbagai
manfaat mulai dari pemberantasan dan pencegahan hama pada tanaman,
merangsang dan mengatur pertumbuhan tanaman dan berbagai manfaat
lainnya, hal ini tentu menjadi keuntungan tersendiri bagi petani dalam
meningkatkan taraf hidupnya. (Ramli et al. 2016)
Ketergantungan petani akan penggunaan pestisida telah mengalami
peningkatan di indonesia, pada tahun 1998 dari 11.587,2 ton menjadi
17,977.2 ton pada tahun 2000. Penggunaan pestisida yang paling banyak
dilakukan adalah pada tanaman hortikultural terutama tanaman padi dan
sayuran (hasibuan 2015)
Keberadaan pestisida saat ini menjadi sangan penting bagi petani
karena pestisida mudah digunakan dan memiliki daya bunuh tinggi.
Pestisida yang beredar telah berbentuk formulasi, yaitu campuran bahan
aktif dan bahan tambahan. Tercatat bahwa di indonesia Pada tahun 2019
jumblah pestisida di kementrian pertanian mencapai 4.437 yang terdiri dari
inseksida sebanyak 1.530 formulasi, dan herbisida sebanyak 1.162
formulasi, fungisida, rodentisida dan pestisida rumah tangga sebanyak
1.745 formulasi (kementan 2019)
Setiap bahan kimia mempunyai efek negatif tersendiri begitu juga
dengan pestisida, petani indonesia terutama yang berada diperdesaan
masih banyak yang mengabaikan penggunaan pestisida sesuai dengan
anjuran, penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan anjuran terkadang
ditemukan pada sebagian besar petani diperdesaan
Paparan pestisida dapat berdampak bagi kesehatan manusia terutama
kesehatan petani. Dari data menurut organisasi kesehatan dunia (WHO),
pada tahun 2017 menunjukan bahwa terjadinya kasus keracunan pada
pekerja pertanian sekitar 18,2 per 100,000 petani di seluruh dunia dan
lebih dari 168.000 meninggal karna keracunan pestisida setiap tahunnya di
negara berkembang (hamidah et al.2018). diperkirakan setiap tahun terjadi
3 juta kasus keracunan pada petani dengan tingkat kematian mencapai
250.000 korban jiwa menurut organisasi kesehatan dunia (WHO).
Terdapat beberapa sifat keracunan yang disebabkan oleh pestisida
bersifat akut dan kronis, keracunan ini dibedakan dari perbedaan kualitas
paparan. Keracunan akut terjadi apabila efek keracunan pestisida langsung
saat penggunaan pestisida, sedangkan keracunan kronis terjadi dalam
pemaparan kadar rendah dalam jangka panjang atau pemaparan dalam
waktu yang singkat akibat kronis. Keracunan kronis dapat ditemukan
dalam bentuk kelainan syaraf atau mutagenitas dan ada beberapa dampak
kronis keracunan pestisida pada organ paru-paru, lambung, hati dan usus.
selain itu individu yang terpapar oleh pestisida bisa mengalami penyakit
paru-paru lainnya dan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
mengidap kangker (pamungkas 2017) terpaparnya pestisida berdampak
pada komponen yang ada dalam tubuh manusia yaitu darah. Karena
pestisida dapat menggangu organ-organ pembentuk sel-sel darah, sel-sel
darah terdiri dari 3 komponen, trambosit, sel darah putih, sel darah merah.
Sel darah terbanyak dalam tubuh adalah sel darah merah. Sel darah merah
mempunyai protein utama yaitu hemaglobin (rangga 2014). Secara
fisiologi hemaglobin berfungsi dalam proses mengikat dan membawa
oksigen dari paru paru ke jaringan tubuh da membawa karbondioksida dari
seluruh tubuh ke paru-paru, penggunaan pestisida mempunyai efek racun
pada organisme targetnya yaitu hama. Namun pada kenyataanya
pengunggunaan pestisida menimbulkan resiko karna sebagian besar bahan
aktif yang terdapat pada pestisida tidak cukup spesifik toksisitasnya
sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan dapat
mempengaruhi kadar hemaglobin. Pengaruh pestisida terhadap kadar
hemaglobin karena kandungan sulfur yang tinggi pada pestisida sehingga
membentuk ikatan sulfhemoglobin dan methahemoglobin didalam sel
darah merah, sulfhemoglobin merupakan pembentukan hemaglobin yang
berikatan dengan atom sulfur di dalamnya dan menyebabkan hemaglobin
menjadi tidak normal dan tidak dapat menjalankan fungsinya dalam
menghantarkan oksigen. Adanya sulfhemoglobin dan methahemoglobin
dalam darah akan menurunkan kadar hemoglobin (s sartika 2018)
Pengaruh paparan pestisida terhadap kesehatan para petani sudah
seharusnya menjadi perhatian masyarakat terutama para tenaga medis,
berdasarkan latar belakang diatas maka hal ini menarik dan perlu
dilakukan penelitian tentang hubungan penggunaan pestisida dengan kadar
hemaglobin pada petani padi didesa buaran bambu kecamatan pakuhaji
kabupaten tangerang.

1.2 Rumusan masalah


Desa buaran bambu terletak di kecamatan pakuhaji kabupaten tangerang
merupakan daerah perdesaan dengan penduduk mayoritas bekerja sebagai
petani padi, dan pada umumnya petani didesa tersebut masih mengabaikan
penggunaan pestisida sesuai dengan anjuran
Pada latar belakang diatas maka dibuat rumusan masalah: apakah ada
hubungan penggunaan pestisida dengan kadar hemoglobin pada petani
padi didesa buaran bambu kecamatan pakuhaji kabupaten tangerang?

1.3 Tujuan peneliti


1.3.1 Tujuan umum
Menganalisi hubungan penggunaan pestisida dengan kadar hemoglibin
pada petani padi didesa buaran bambu kecamatan pakuhaji kabupaten
tangerang
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengukur kadar hemoglobin (HB) darah petani padi di desa buaran
bambu.
2. Menganalisi antara jumlah jenis pestisida dengan kadar hemoglobin
petani padi di desa buaran bambu
3. Menganalisi hubungan antara penggunaan APD dengan kadar
hemoglobin petani padi di desa buaran bambu
4. Menganalisis hubungan antara kadar hemoglobin yang tidak normal
pada petani padi di desa buaran bambu
1.4 Manfaat peneliti
1.4.1 Bagi peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan wawasan dan
pengetahuan, memahami dan menganalisis hubungan penggunaan
pestisida terhadap kadar hemoglobin (HB) pada petani padi di desa
buaran bambu kecamatan pakuhaji
1.4.2 Bagi institusi (STIKes Yatsi)
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi informasi dan referensi untuk
pengembangan pengetahuan mahasiswa mengenai bahaya paparan
pestisida terhadap petani
1.4.3 Bagi petani
Sebagai bahan informasi dan menambah pengetahuan petani mengenai
dampak resiko penggunaan pestisida bagi kesehatan terutama kadar
hemoglobin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pestisida
2.1.1 Pengertian pestisida
Pestisida adalah golongan bahan kimia yang digunakan untuk
membasmi hama dan gulma, baik insekta atau tanaman penggangu
seperti hama jamur. Secara luas pestisida digunakan berbagai macam
bidang mulai dari pertanian, ruamah tangga bahkan kesehatan dan lain-
lai. Disamping manfaatnya, pestisida mempunyai efek negatif bagi
manusia banyak menimbulkan keracunan. (okta.2017)
Pestisida berasal dari bahasa inggris yaitu (pest:hama dan
cide:membunuh). Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang berguna
untuk mengedalikan dan membunuh berbagai jenis hama yang dapat
mengganggu tanaman (bella amalia,2021)
SK mentri nomor 431.1/kpts/TP.207/7/2001, semuah zat kimia/bahan
lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk memberantas dan
mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian
rumput atau hasil pertanian, memberantas gulma, mengatur atau
merangsang pertumbuhan bagian tanaman tidak termasuk pupuk,
mencegah atau memberantas hama-hama liar pada hewan piaraan dan
ternak, mencegah atau memberantas hama-hama air, mencegah atau
memberantas binatang dan jadas renik dalam rumah tangga,
memberantas atau mencegah binnatang binatang termasuk serangga yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu
dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air
2.1.2 Faktor-faktor keracunan pestisida
Faktor yang mempengaruhi keracunan pestisida dapat di bedakan
menjadi 2 kelompok yaitu:
1. Faktor diluar tubuh
1. Masa kerja petani
Merupakan waktu berapalama petani berkerja, semakin lama
melakukan penyemprotan perhari maka semakin tinggi pula
pemaparan yang terjadi.menurut Permenaker
No.per-03/men/1986. Menyebutkan bahwa untuk menjaga
efek yang tidak diinginkan maka dianjurkan supaya tidak
melebihi 4 jam perhari dalam seminggu.(j kesehatan
masy,2018)
Menurut budiawan(2018) bahwa semakin lama petani
melakukan penyemprotan maka semakin banyak paparan
pestisida yang menempel dalam tubuh sehingga terjadi
pengikatan chalinesterase darah oleh pestisida.
2. Kebiasaan memakai alat pelindung diri (APD)
Racun dalam pestisida umumnya bersifat kontak oleh sebab
itu penggunaan APD pada petani sangatlah penting disaat
menyemprotkan pestisida untuk menghindari kontak langsung
dengan pestisida tersebut (fiananda,2014)

2. Faktor didalam tubuh


Kesehatan petani
Petani yang memiliki setatus gizinya buruk lebih cenderung
beresiko keracunan yang lebih besar bila bekerja dengan
pestisida, buruknya keadaan gizi akan berakibat menurunnya
daya tahan tubuh dan meningkatnya kepekaan terhadap
infeksi. Protein yang ada di tubuh sangan terbatas sehingga
pembentukan enzim kolinesterase terganggu.
Kadar hemoglibin, petani yang anemia memiliki resiko lebih
besar bila bekerja dengan pestisida.

2.1.3 Mekanisme pestisida masuk dalam tubuh


Pestisida masuk kedalam tubuh melalui 3 cara yaitu:
1. Kontraminasi lewat kulit
Merupakan kontaminasi yang sering terjadi, lebih dari 90% kasus
keracunan pestisida disebabkan kontraminasi lewat kulit
2. Kontraminasi lewat hidung
Keracunan pestisida karna pertikel pestisida terhisap lewat hidung
dan masuk kedalam paru-paru dan pertikel yang lebih besar akan
menempel diselaput lendir hidung atau dikerongkongan.
3. Kontraminasi lewat mulut
Pristiwa keracunan lewat mulut tidak sering terjadi dibandingkan
kontaminasi kulit atau keracunan karna terhirup, contoh oral intake
seperti makan minum merokok ketika berkerja dengan pestisida
(oktofa setia,2017)
2.1.4 Dampak paparan pestisida
Beberapa penelitian membuktikan adanya hubungan riwayat anemia
dengan paparan pestisida menyebabkan penurunan kadar hemoglobin
a) Anemia
Kejadian anemia dapat terjadi pada penderita keracunan
argonofosfat karena terbentuknya gugus sulfhemoglobin dan
methemoglobin didalam sel darah merah. Sulfhemoglobin terjadi
karena kandungan sulfur yang tinggi pada pestisida sehingga
ikatan slufhemoglobin. Hal ini menyebabkan hemoglobin menjadi
tidak normal dan tidak dapat menjalankan fungsinya dalam
menghantarkan oksigen. Karna pestisida dalam tubuh akan
merusak hemoglobin sehingga berkurangnya jumbla hemoglobin
atau dikenal dengan anemia (kurniasih,2013

3.1 Hemoglobin (Hb)


3.1.1 Definisi
Hemoglobin merupakan senyawa kimia kompleks yang terdapat
dalam darah, yang menyebabkan darah berwarna merah. Karna
pada sel darah merah terdapat hemoglobin yang menjadi
pigmen/zat warna bagi darah. Jadi hemoglobin adalah suatu
molekul yg terdiri atas gabungan molekul heme dan globin yang
merupakan kandungan utama dalam eritrosit yang berfungsi untuk
mengikat oksigen diparu-paru dan melepaskan oksigen di seluruh
tubuh. Hermanu (2009) menambahkan bahwa “ hemoglobin suatu
zat dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkat zat asam
dari paru-paru ke seluruh tubuh dan memberikan warna merah
pada sel dara merah.” (rismayanti 2016)
Apabila jumblah hemoglobin dalam darah berkurang maka
akan menyebabkan anemia, dan menimbulkan beberapa gejala
seperti lemah,lesu,letih dan pusing (ramli,2015)

3.1.2 Kadar hemoglobin


kadar hemoglobin adalah ukuran figmen respiratirik dalam butiran
darah merah. Jumblah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-
kira 15 gram setiap 100 ml dan jumlah ini biasa disebut 100 persen”
dan kadar hemoglobin bervariasi, namun WHO menetepksn batas
kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin.
(WHO dalam arisman,2011)

3.1.3 Fungsi hemoglobin


Hemoglobin dalam darah membawa oksigen dari paru-paru
keseluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida
dari seluruh sel keparu-paru untuk dikelurkan dari tubuh. (Eppy
setiowati,2019)
Menurut depkes RI adapun fungsi hemoglobin antara lain:
a) Mengantur pertukaran oksigen dengan karbondioksida
didalam jaringan jaringan tubuh
b) Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa
keseluruh jaringan jaringan tubuh untuk dipakai sebagai
bahan bakar
c) Membawa karbondioksida dari jaringan jaringan tubuh
sebagai hasil metabolisme keparu-paru untuk dibuang apakah
seseorang itu dapat diketahui dengan pengukuran kadar
hemoglobin (widiyawati,2008)
3.1.4 Nilai normal kadar hemoglobin
Menurut world health organization 2001 Nilai normal kadar
hemoglobin sebagai berikut :
a) Umur 5-11 tahun <11,5 g/dl
b) Umur 12-14 tahun ≤ 12,0 g/dl
c) Wanita > 12,0 g/dl
d) Laki-laki > 13,0 g/dl

3.1.5 Faktor faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin


Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin yaitu:
1. Kecukupan protein dan zat besi
Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi
terhambat sehingga akan terjadi defisiensi besi dan mengalami
kekurangan kadar hemoglobin, dan di samping itu kekurangan zat
besi juga menurunkan kadar hemoglobin. (marisa,2020)
2. Aktivitas fisik
Aktivias fisik seseorang dapat berpengaruh atas terjadinya
penurunan kadar hemoglobin, prubahan yang terjadi pada kadar
hemoglobin melalui aktivitas fisik terjadi akibat perubahan volume
plasma, keseimbangan pH dan hemolisis intravaskular (VA
agustina,2020)
3. Kebiasaan merokok
Merokok mempengaruhi kadar saturasi oksigen dalam darah salah
satunya mempengaruhi proses asteoblas.
Apabila kadarnya menurun mineral kalsium akan banyak terbuang
dan menimbulkan kerapuhan tulang, kerapuhan tulang ini akan
mengganggu proses pembentukan hemoglobin, apabila
pembentukan hemoglobin berkurang menyebabkan kadar
hemoglobin menurun (VA agustina,2020
4. Pajanan pestisida
Akan terbentuk ikatan sulfur dari pestisida dengan hemoglobin
membentuk sulfhemoglobin.oksidasi berlebihan akibat
terhambatnya enzim cholinesterase akan merubah senyawa ferro
menjadi ferri dan membentuk methemoglobin kedua bahan akan
mengganggu fungsi hemoglobin untuk mengikat dan
menghantarkan oksigen. (P yushananta,2021)

3.1.6 Pembentukan hemoglobin


Hemoglobin dimulai dalam eritroblas sampai berlangsung pada
tingkat normoblas dan retikulosit bagian dari darah.
Hemoglobin disintesis dari asam asesat dan gliserin. Sintesis ini
terjadi dalam mitokondria langkah awal pembentukan pirol, empat
senyawah pirol bergabung menjadi satu membentuk senyawa
protoproferin berikatan dengan besi yang membentuk molekul
heme. Empat molekul heme berikatan satu molekul globulin ,
molekul globulin disintesis dalam ribosom retikulum endoplasma
membentuk hemoglobin (VA agustina,2020)

3.1.7 Kerangka teori

Penggunaan pestisida  masa kerja petani


 waktu penyemprotan
 kelengkapan (APD)
oral Petani terpapar pestisida
inhalasi Faktor yang
mempengaruhi kadar
kulit Pestisida masuk kedalam tubuh hemoglobin :
 Kecukupatan
protein dan zat
besi
Keracunan akibat pestisida
 Aktivitas fisik
 Kebiasaan
merokok
Pembentukan sulfhemoglobin dan  Pajanan
methemoglobin dalam SDM pestisida

Kadar hemoglobin rendah

Gambaran 1. Kerangka teori

Anda mungkin juga menyukai