Anda di halaman 1dari 4

Nama : Mutiara Candra Fitriana

NIT : 20201216
Prodi : TBJP 1A

Latar Belakang Masalah

Sektor pertanian adalah salah satu sektor kunci dalam pembangunan perekonomian
negara Indonesia karena Indonesia adalah negara agraris. Hal ini didukung dengan kondisi
iklim tropis sehingga mengalami hujan lebat dan sinar matahari sepanjang waktu, yang
merupakan elemen penting untuk pertanian. Sektor pertanian Indonesia memiliki luas lahan
lebih dari 7 juta hektare. Sektor pertanian Indonesia umumnya terdiri dari 2 jenis, yaitu lahan
perkebunan besar dan lahan produksi petani kecil.

Kementerian ATR/BPN melakukan pengecekan/pengukuran luas lahan baku


pwersawahan dan tercatat 7.463.948 hektare lahan baku persawahan. Seluruh luas lahan baku
persawahan pada 17 Desember tahun 2019 ditetapkan dengan Keputusan Menteri ATR/BPN
No.686/SK-PG.03.03/XII/2019. Data menunjukkan bahwa Pulau Jawa lah yang memiliki luas
lahan baku persawahan terbanyak. Jawa Timur menduduki sebagai provinsi dengan lahan baku
persawahan terluas di Pulau Jawa dan juga di Indonesia. Provinsi ini memiliki luas lahan baku
sebesar 1,2 jutahektare. Kemudian disusul oleh Jawa Tengah seluas 1.049.661 hektare dan
Jawa Barat seluas 928.218 hektare. Hal inilah yang menyebabkan Pulau Jawa disebut sebagai
lumbung padi nasional

Peningkatan sektor pertanian harus dilakukan, hal ini memerlukan berbagai sarana yang
mendukung agar hasil yang diperoleh memuaskan terutama untuk memenuhi kebutuhan
nasioanal dalam bidang pangan di Indonesia. Sarana yang mendukung peningkatan ini adalah
alat – alat pertanian, pupuk, dan bahan kimia atau biasa disebut pestisida. Seperti yang kita
ketahui, pupuk dan pestisida cukup berbahaya bagi lingkungan. Lalu, apakah itu pestisida?

Menurut Kementerian Pertanian Republik Indonesia, pestisida adalah semua zat kimia
dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk membasmi/membunuh
segala macam hama. Para ahli mengelompokkan pestisida agar mudah dikenal berdasarkan
jenis sasaran, bentuk fisik, asal bahan aktif, dan sifat cara kerja racun. Organisme yang menjadi
sasaran pestisida jenisnya ada insektisida, fungisida, herbisida, dan lain – lain. Pestisida
berdasarkan bentuk fisiknya berupa cair, padat, dan aerosol. Bahan aktif pestisida seperti
sintetik anorganik, organik organoklorin, heterosiklik, dan karbamat. Sedangkan pestisida
berdasarkan sifat dan cara kerja ada racun kontak, racun pernapasan, racun lambung, dan lain –
lain.

Kaitannya dengan lahan pertanian pestisida digunakan oleh petani untuk membasmi
hama pada tanaman. Namun, dalam memilih jenis pestisida para petani cenderung tertarik pada
merk yang sering digunakan oleh seseorang padahal banyak merk pestisida yang lain.
Ketergantungan petani akan pestisida dikarenakan adanya rasa ketakutan gagal panen yang
disebabkan oleh hama, hal ini menyebabkan penggunaan pestisida meningkat padahal akan
membahayakan petani itu sendiri

Pencemaran lingkungan khususnya pada lingkungan pertanian disebabkan oleh


penggunaan pupuk kimia serta pestisida. Pupuk kimia dan pestisida memang meningkatkan
produksi hasil pertanian namun dapat membahayakan manusia dan hewan yang ada. Penerapan
dalam bidang pertanian, kurang lebih hanya 20 persen pestisida yang mengenai sasaran
sedangkan sisanya jatuh ke tanah. Hal itu mengakibatkan pencemaran tanah, dan jika terbawa
oleh air irigasi maka bisa mengakibatkan pencemaran air. Apabila mengenai rantai makanan,
bisa mengakibatkan kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS atau sindrom dan sebagainya.

Hal ini yang menjadi latar belakang penulis melakukan sebuah inovasi untuk
mengurangi penggunaan pestisida pada lahan pertanian

Permasalahan

PENGURANGAN PENGGUNAAN PUPUK KIMIA SERTA PESTISIDA PADA


LAHAN PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Sekarang ini para petani Indonesia sedang giat – giatnya menggunakan pestisida kimia.
Sesuai dengan artinya, pestisida kimia merupakan bahan kimia sintetik yang digunakan oleh
petani untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman/OPT. Pestisida menjadi perisai
andalan petani untuk mengendalikan OPT. Selain diaplikasikan di lahan , pestisida juga dapat
digunakan di rumah seperti racun tikus, kutu, nyamuk, kecoa dan masih banyak lagi. Oleh
karena itu, budaya pertanian yang sehat harus dibangun mulai saat ini, seperti prosedur
penggunaan, penyimpanan, hingga prosedur pembuanganya harus diperhatikan.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2019 mengenai Sistem Pertanian
Berkelanjutan yang berbunyi “Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan sebagai bagian dari
pertanian pada hakikatnya adalah pengelolaan sumber daya alam hayati dalam memproduksi
komoditas pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik dan
berkesinambungan dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup”. Pada prinsipnya, Sistem
Budidaya Pertanian Berkelanjutan bertujuan agar manfaat pertanian dapat dinikmati dalam
waktu yang lama atau jangka panjang. Beberapa hal yang mendukung untuk mewujudkan
Sistem Pertanian Berkelanjutan adalah menjaga kelestarian lingkungan supaya tanaman dapat
tumbuh dengan baik

Lahan pertanian di daerah saya mayoritas ditanami padi. Selama 1 tahun dapat ditanami
sebanyak 3 kali. Di zaman yang serba modern ini saya prihatin akan penggunaan pupuk serta
pestisida berbahan kimia pada lahan pertanian tersebut. Menurut para petani, jika lahan
pertanian mereka tidak diberi pupuk kimia seperti Urea, Phonska maka tanah akan sulit subur
dan jika pembasmian hama tidak menggunakan pestisida kimia, maka hama – hama yang ada
sulit menghilang dan bahkan bisa mengakibatkan gagal panen pada tanaman padi tersebut.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana dampak dari penggunaan pupuk kimia dan pestida pada lahan
pertanian?
2. Bagaimana cara mengurangi penggunaan pupuk kimia dan pestisida pada lahan
pertanian?

Solusi

1. Pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan petani melalui


program “Kelompok Tani”
Tingkat pengetahuan beberapa petani pedesaan terhadap penggunaan pestisida dan
pupuk kimia masih sangat rendah, jadi mereka menggunakannya dengan takaran yang
tidak sesuai. Kelompok Tani hadir sebagai wadah para petani untuk memahami tentang
langkah bijak penggunaan pestisida dan pupuk kimia. Terdapat seorang ketua yang
sudah berpengalaman dibidang pertanian dalam Kelompok Tani tersebut yang akan
membimbing para petani pedesaan tersebut. Haapannya para petani bisa memahami
dampak – dampak penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang mereka gunakan pada
lahan pertanian mereka.
2. Melakukan pengusiran/pembasmian hama dengan cara alami dengan tidak merusak
ekosistem yang ada.
Penggunaan pestisida untuk membunuh hama akan merusak ekosistem pada daerah
tersebut, misalnya didaerah saya para petani menggunakan pestisida untuk membunuh
hama tikus. Tikus – tikus tersebut akan mati dan hal ini mengakibatkan hewan
pemangsa tikus tidak bisa mendapatkan makanan dan membuat populasinya menurun.
Cara alami yang bisa digunakan yaitu dengan membuat sarang – sarang burung hantu di
wilayah lahan persawahan, burung hantu tersebut akan bersarang di sarang buatan
tersebut lalu akan memakan tikus yg ada di sawah karena tikus memang makanan
burung hantu. Secara tidak langsung maka hama tikus akan berkurang tanpa
menggunakan pestisida kimia.
3. Membuat inovasi pupuk organik dan pestisida berbahan alami ramah lingkungan.
Penggunaan pupuk kimia sebaiknya mulai dikurangi dan bisa beralih menggunakan
pupuk kompos. Pupuk kompos bisa kita peroleh dari kotoran ternak yang mungkin
jarang dimanfaatkan banyak orang. Cara lain untuk menyuburkan tanah dilahan
pertanian , yaitu dengan cara menanam tanaman yang berbeda setiap kali panen, jadi
dalam satu tahun lahan tersebut kita tanami padi, lalu bisa diganti jagung atau yang
lainnya. Setiap tanaman membutuhkan unzur zat yang berbeda. Maka dari itu berbeda
tanaman akan berpengaruh pada kesuburan tanah. Untuk pestisida alami bisa membuat
dengan tanaman – tanaman yang terkenal akan rasa pahitnya, seperti brontowali, daun
pepaya, mahoni yang diambil sarinya lalu bisa dijadikan pestisida untuk tanaman. Jadi
pupuk dan pestisida alami akan aman pada tanaman dan hisil panen juga aman
dikonsumsi.

Anda mungkin juga menyukai