OLEH :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
BAB 1 PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Selain para petani dihadapkan pada lahan persawahan yang semakin berkurang,
rendahnya harga gabah, langka dan mahalnya harga pupuk. sulitnya menentukan
masa tanam akibat perubahan cuaca yang mulai tidak dapat diprediksi serta
serangan hama dan penyakit tanaman lainnya menjadi momok bagi para petani
saat ini. Untuk mengendalikan semua itu, tentu dibutuhkan pengetahuan para
petani dan dukungan sarana dan prasarananya. namun, tidak mudah untuk
memperolehnya karena keterbatasan persediaan. Walaupun para petani mampu
mengeluarkan biaya cukup mahal untuk memperoleh harapan hasil panen yang
cukup baik. bisa sima seketika akibat serangan berbagai hama.
Penerapan PHT dapat dilakukan dengan skala kawasan atau dalam kawasan yang
sama, merupakan kegiatan pemberdayaan dan pendayagunaan petani baik alumni
maupun non alumni SLPHT. Harapannya dapat memberikan solusi dalam
penanganan permasalahan OPT Skala Kawasan dan terjadinya sinergisme strategi
pengelolaan OPT oleh petani dalam kawasan yang sama, sehingga dapat
memberikan kontribusi yang nyata dan terukur terhadap program penanganan
produksi. Kegiatan penerapan PHT Skala Kawasan ini dialokasikan kepada
Kelompok Tani yang bisa melakukan penanaman padi dua kali dalam satu tahun.
Prinsip PHT adalah penggunaan tanaman sehat, pelestarian musuh alami,
pengamatan mingguan, dan petani sebagai ahli PHT. Upaya dalam pelaksanaan
prinsip PHT salah satunya melakukan pelestarian musuh alami dengan
memberikan habitat dan menyediakan makanan bagi musuh alami, yaitu rumput-
rumputan dan vegetasi lain pada habitat lahan padi. (Karindah. Purwaningsih, dan
Agustin. 2015), Penerapan PHT Skala Kawasan harus efisien secara teknik agar
mendapatkan produksi padi maksimal dengan tingkat penggunaan faktor-faktor
produksi yang memegang peranan penting karena kurang tepatnya jumlah dan
kombinasi faktor produksi dapat mengakibatkan rendahnya produksi yang
dihasilkan atau tingginya biaya produksi dan rendahnya produksi dan rendahnya
biaya pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya pendapatan petani. (Rahayu
dan Riptanti, 2010).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Hama Penggerek batang Padi , yang merupakan salah satu hama utama di
tanaman padi. Hama tersebut pertama kali muncul diawali dengan adanya kupu-
kupu atau ngengat yang bertelur didaun-daun tanaman padi, ngengat atau kupu-
kupu dari penggerek batang tidaklah bahaya karena tidak menyerang langsung
pada tanaman padi, namun yang perlu diawasi adalah telur dari ngengat atau
kupu-kupu tersebut.Hama Penggerek Batang menyerang tanaman padi pada
semua fase pertumbuhan tanaman mulai dari persemaian hingga menjelang
panen.
Gejala yang ditemukan sebelum padi berbunga disebut sebagai sundep dan gejala
serangan yang dilakukan setelah malai keluar dikenal sebagai beluk. Sundep
menyerang pada fase vegetatif (fase pertumbuhan) yang ditandai dengan daun
padi muda menguning tergulung lalu mengering dan mati. Sedangkan Beluk
menyerang pada fase generatif (fase berbunga/berbuah) yang ditandai dengan
bunga atau buah padi yg baru keluar berwarna putih, berguguran, gabahnya
kosong (gabuk).
Pada masa tidak ada pertanaman padi atau tanaman padi masih stadia vegetatif,
dewasa walang sangit bertahan hidup/berlindung pada barbagai tanaman yang
terdapat pada sekitar sawah. Setelah tanaman padi berbunga dewasa walang
sangit pindah ke pertanaman padi dan berkembang biak satu generasi sebelum
tanaman padi tersebut dipanen.
Cnaphalocrocis medinalis atau dikenal dengan nama Hama Putih Palsu (HPP) /
Hama Pelipat Daun pada tanaman padi. Serangan hama ini akan berdampak besar
terhadap keberhasilan panen padi bila kerusakan pada daun di fase vegetatif dan
fase generatif melampaui ambang batas lebih besar dari 50%. Serangan HPP pada
fase vegetative lebih berpotensi merugikan dibandingkan dengan fase generative
Tanda pertama adanya hama putih palsu adalah adanya ngengat berwarna kuning
coklat yang memiliki tiga buah pita hitam dengan garis lengkap atau terputus
pada bagian sayap depan dan pada saat beristirahat, ngengat berbentuk
segitiga.Selanjutnya, kerusakan yang terjadi ditandai dengan adanya warna putih
pada daun di pertanaman . Ulat memakan jaringan hijau daun dari dalam lipatan
daun meninggalkan permukaan bawah daun yang berwarna putih.
DAFTAR PUTAKA
Arifin, M., dan Agus Iqbal. 1993. Arah, strategi, dan program
penelitian
biodiversitas dan interaksi komponen ekosistem pertanian
tanaman pangan sebagai unsur dasar pengelolaan hama secara
alamiah Seminar Hama Tanaman, 4-7 Maret 1993 di Sukarami.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai
penelitian Tanaman Pangan Sukarami
Astuthi, M.M.M., S. Ketut., I.W. Susila., G.N. Alit., S. Wirya dan I.P.
Sudiarta. (2012). Efikasi Minyak Atsiri Tanaman Cengkeh
(Zyzigium aromaticum (L) Meer & Perry), Pala (Myristica
fragrans Houtt) dan Jahe ( Zingiber officinale Rosc) terhadap
Mortalitas Ulat Bulu Gempinis dari Famili Lymantriidae.
J.Agric.Sci. and Biotechnol.ISSN ;23020-113.Vol.1, No.1, Juli
2012
Tigaw, L dan Ch. Salaki. (2015). Uji Efektivitas ekstrak bawang putih
dan Tembakau sebagai bioinsektisida terhadap kutu daun
Myzus persicae pada tanaman cabai. Jurnal Eugenia Vol. 21 (3)
Oktober, 2015