Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

Analisis Penerapan Kewaspadaan Universal Di Puskesmas Kecamatan ―X‖ Tahun 2018........1


Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Keselamatan Berkendara Ojek Online
Di Kabupaten Bogor Tahun 2018 ...........................................................................................9
Hubungan Antara Karakteristik, Kenyamanan, Dan Dukungan Sosial Dengan Perilaku
Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Petani Pengguna Pestisida Di Desa ―X‘‘ Tahun
2018 ..................................................................................................................................... 17
Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pengemudi Ojek Online Dan
Ojek Pangkalan Di Kota Bekasi Tahun 2017 ........................................................................ 29
Hubungan Karakteristik Pekerja Dengan Gejala Respiratorik Gangguan Saluran Pernapasan
Karena Debu Kayu Pada Pekerja Mebel Sektor Informal Di Kecamatan ―X‖ – Bogor Tahun
2018 ..................................................................................................................................... 39
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Di Department Area Produksi
Mcd, Plant M, Pt ―X‖ Tahun 2017 ........................................................................................ 51
Gambaran Tingkat Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pada Bagian Produksi I Di Pt.
―X‖ Menggunakan Metode Hazard Identification, Risk Assessment And Risk Control
(Hirarc) Tahun 2018 .............................................................................................................61
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Industri
Informal Pengelasan Di Kecamatan ―X‖, Kota Tangerang Tahun 2017 ................................. 71
Waste Kritis Pada Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro : Lean
Management Approach......................................................................................................... 81
Gambaran Umum Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Di Rumah Sakit
Umum Daerah Tebet Tahun 2018 ....................................................................................... 101

1
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, KENYAMANAN, DAN
DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETANI PENGGUNA
PESTISIDA DI DESA “X’’ TAHUN 2018
1
Miftahul Jannah, 2Sri Riptifah Tri Handari
1
Program studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan,Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Jakarta
2
Fakultas Kesehatan,Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Jakarta
itahmj@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Salah satu kegiatan dalam program intensifikasi pertanian adalah pemberantasan hama
dengan penggunaan pestisida. Pestisida memiliki banyak manfaat bagi sektor pertanian, tetapi juga memiliki
potensi bahaya yang besar bagi kesehatan seperti keracunan. Memperhatikan potensi bahaya yang dapat
ditimbulkannya, maka petani sebagai pengguna pestisida harus mempunyai pengetahuan yang memadai
tentang pestisida. Pengetahuan dapat diperoleh dari sosialisasi penyuluh pertanian setempat mengenai
pestisida, sehingga setelah mengetahui bahaya yang ditimbulkan, petani akan lebih memperhatikan
perilakunya dalam menggunakan alat pelindung diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara karakteristik, kenyamanan, dukungan sosial dengan perilaku penggunaan APD pada petani di desa
Babelan Kota.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode analitik dengan pendekatan cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah kelompok tani di desa ―X‖sebanyak 57 petani. Teknik sampel
yang digunakan adalah accidental sampling.
Hasil : Menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada variabel pendidikan (p=0,000),
kenyamanan APD (p=0,001), dukungan tokoh masyarakat (p=0,001), dukungan penyuluh pertanian
(p=0,001) dengan perilaku penggunaan APD. Sebaliknya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel
umur (p=0,709), jenis kelamin (p=1,000), pengetahuan (p=0,644), masa kerja (p=0,247) dengan perilaku
penggunaan APD pada petani pengguna pestisida di Desa ―X‖ Tahun 2018.
Kesimpulan : Sebagian besar responden berperilaku kurang baik dalam penggunaan APD dengan hasil
persentase sekitar 86%.
Saran : Peneliti menyarankan agar pihak penyuluh pertanian dapat lebih memberikan sosialisasi terkait
bahaya pestisida agar petani dapat mengubah perilakunya dalam penggunaan APD saat berkontak dengan
pestisida.

Kata Kunci : karakteristik, kenyamanan APD, dukungan sosial, perilaku penggunaan APD

ABSTRACT
Background: One of the activities in the agricultural intensification program is the eradication of pests with
the use of pesticides. Pesticides have many benefits for the agricultural sector, but also have great potential
dangers to health such as poisoning. Noting the potential hazards that can be caused, farmers as pesticide
users must have adequate knowledge about pesticides. Knowledge can be obtained from the socialization of
local agricultural extension workers regarding pesticides, so that after knowing the dangers posed, farmers
will pay more attention to their behavior in using personal protective equipment. This study aims to
determine the relationship between characteristics, comfort, social support and PPE use behavior in farmers
in “X”village.
Method: This research is a quantitative research with analytical method with cross sectional approach. The
sample in this study is a farmer group in the village of “X”as many as 57 farmers. The sample technique
used is accidental sampling.
Results: Showed that there were significant relationships between education variables (p = 0.000), comfort
of PPE (p = 0.001), support of community leaders (p = 0.001), social support (agricultural extension) (p =
0.001) with PPE use behavior. On the contrary there was no significant relationship between the variables

17
of age (p = 0.709), gender (p = 1.000), knowledge (p = 0.644), years of service (p = 0.247), with the
behavior of PPE use by farmers using pesticides in “X”Village.
Conclusion : Most respondents behave unfavorably in using PPE with a percentage of around 86%.
Suggestion: Researchers suggest that related agencies can provide more socialization related to the dangers
of pesticides so that farmers can change their behavior in the use of PPE when in contact with pesticides.

Keywords : characteristics, PPE comfort, social support, APD usage behavior

PENDAHULUAN memiliki potensi bahaya yang besar.


Dalam rangka mencukupi kebutuhan Penggunaan pestisida secara tidak bijaksana
pangan, pemerintah melakukan kebijakan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif
dengan mencanangkan program intensifikasi baik bagi manusia maupun lingkungan
pertanian. Salah satu kegiatan dalam program (Ameriana, 2008). Akibat yang ditimbulkan
intensifikasi pertanian adalah pemberantasan adalah keracunan, baik akut maupun kronis.
hama dan penyakit tanaman yang menjadi Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit
ancaman terhadap produksi pertanian. kepala, pusing, mual, muntah dan sebagainya.
Pemberantasan hama dan penyakit tersebut Keracunan pestisida yang akut berat dapat
dilakukan dengan penggunaan pestisida. Petani menyebabkan penderita tidak sadarkan diri,
di Indonesia menjadi sangat tergantung dengan kejang-kejang bahkan kematian (Djojosumarto,
keberadaan pestisida, hal ini diketahui data dari 2008).
Kementerian Pertanian bahwa terjadi Mengingat manfaat pestisida dalam
peningkatan jumlah pestisida dari tahun ke usaha perlindungan tanaman dan hasil
tahun dengan jumlah paling banyak yang pertanian, serta memperhatikan potensi bahaya
digunakan adalah insektisida (Direktorat yang dapat ditimbulkannya, maka petani
Jendral Prasarana dan Sarana Direktorat Pupuk sebagai pengguna pestisida harus mempunyai
dan Pestisida Kementerian Pertanian, 2011). pengetahuan yang memadai tentang
Pestisida dapat diartikan sebagai pengelolaan pestisida agar terhindar dari risiko
pembunuh hama (Djojosumarto, 2000). keracunan. Promosi kesehatan tentang risiko
Pestisida telah digunakan sebagai sarana untuk keracunan pestisida dan cara pengelolaan
mengendalikan organisme pengganggu pestisida yang aman merupakan salah satu cara
tumbuhan (OPT) di Indonesia sejak sebelum untuk meningkatkan pengetahuan dan
Perang Dunia ke II. Berbagai uji coba pemahaman petani dalam pengelolaan pestisida.
penggunaan pestisida pada tanaman padi Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman
menunjukkan bahwa pestisida dapat melindungi tentang pengelolaan pestisida, diharapkan dapat
tanaman dari serangan OPT. Tanaman dapat mengubah perilaku petani.
tumbuh dengan baik sehingga dapat Petani yangs sering kontak dengan
meningkatkan hasil pertanian dibandingkan pestisida sangat rentan terkena efek bahaya dari
tanaman tanpa aplikasi pestisida pestisida tersebut. Keracunan pestisida yang
(Rahayuningsih, 2009). terjadi dapat dibedakan menjadi dua yaitu akut
Selain memiliki banyak manfaat bagi dan kronis. Gejala yang ditimbulkan dapat
sektor pertanian, penggunaan pestisida juga berupa iritasi mata, mual, muntah, batuk,
Environmental Occupational Health and Safety Journal • Vol.1 No.1 | 18
kejang otot, gangguan pada system organ, dan membuktikan bahwa kasus keracunan pestisida
bahkan dapat menyebabkan kanker serta mengalami peningkatan dari tahun 2003 sampai
kematian (Alsuhendra dan Ridawati, 2013). dengan tahun 2014. Peningkatan kasus tersebut
Angka kejadian keracunan pestisida dapat diakibatkan karena jumlah penggunaan
tersebut kemungkinan disebabkan oleh banyak pestisida semakin banyak dan pengguna
faktor. Adapun faktot-faktor tersebut meliputi pestisda tidak mematuhi anturan cara
faktor internal seperti umur, jenis kelamin, penggunaan pestisida yang benar.
pendidikan, pengetahuan, sikap perilaku, dan Dalam laporan Pratama tahun 2008,
faktor eksternal seperti luas lahan, lama berdasarkan laporan hasil kegiatan Dinkes
penanganan, penggunaan Alat pelindung Diri Kabupaten Bekasi tahun 2005-2007.
(APD) dan jenis tanaman yang disemprot Pemeriksaan kolinesterase para petani di
(Achmadi, 2005). Kabupaten Bekasi, jumlah petani yang
Keracunan pestisida disebebkan karena mengalami keracunan dari tahun ke tahun
paparan langsung oleh pestisida (menghirup, makin meningkat, pada tahun 2005 telah
terkena percikan, atau menyentuh sisa dilakukan uji kolinesterase terhadap 200 petani
pestisida). WHO dan UNEP memperkirakan yang tersebar di 4 Kecamatan di Kabupaten
telah terjadi 1-5 juta kasus keracunan pestisida Bekasi, dengan hasil : keracunan berat
pada lingkungan pekerja di Negara yang sedang sebanyak 38 petani, keracunan sedang 67
berkembang (Alsuhendra dan Ridawati, 2013). petani, keracunan rendah 90 petani dan dengan
Menurut World Health Organization (WHO) nilai normal 5 petani. Pada tahun 2006 telah
dalam Priyatno (2009) paling tidak ditemukan dilakukan juga uji kolinesterase terhadap 200
20.000 orang meninggal karena keracunan petani yang tersebar di 4 Kecamatan di
pestisida dan sekitar 5.000 – 10.000 mengalami Kabupaten Bekasi, hasilnya adalah : keracunan
dampak yang sangat berbahaya seperti kanker, berat 64 petani, keracunan sedang 64 petanu,
cacat, mandul, hepatitis dalam setiap tahunnya. keracunan rendah 70 petani sedangkan yang
Menurut hasil penelitian PANAP dari normal hanya 2 petani.
Purwati (2010), terdapat 317 kasus keracunan Sedangkan pada tahun 2007 hasil dari
pestisida di beberapa wilayah di Indonesia pada pemeriksaan kolinesterase serta survei tentang
tahun 2010. Selain itu, menurut data Sentra persepsi, pengetahuan, higiene perorangan,
Informasi Keracunan Nasional (Sikernas) pada penggunaan APD yang dilakukan Dinas
tahun 2015 terdapat 710 kasus keracunan Kesehatan Kabupaten Bekasi tahun 2007
pestisida diberbagai wilayah di Indonesia terhadap 200 petani didapatkan hasil sebagai
dikarenakan terpapar pestisida baik dengan berikut : kolinesterase darah terhadap 200
sengaja maupun tidak sengaja. Kasus keracunan petani adalah : keracunan berat 81 petani
pestisida di Jawa Timur pada tahun 2015 (40,50%), keracunan sedang 68 petani
dengan korban sebanyak 29 orang dikarenakan (34,00%), keracunan ringan 36 petani
penggunaan pestisida yang tidak tepat dan (18,00%), sedangkan dengan nilai normal 15
terpapar dengan cara terhirup. Hal tersebut petani (7,50%).
19 | Environmental Occupational Health and Safety Journal • Vol.1 No.1 • Juli 2020
Tingkat keracunan pestisida pada petani memiliki lahan pertanian sehingga masyarakat
di Kabupaten Bekasi Tahun 2008 dengan berkerja sebagai petani. Salah satunya adalah
sampel sebanyak 120 didapatkan hasil 30,9% Kecamatan Babelan.
keracunan sedang, 25,8% keracunan ringan, Kecamatan Babelan mempunyai
20,8% keracunan berat, dan petani yang tidak penduduk yang bekerja sebagai petani sebanyak
mengalami keracunan atau normal adalah 2825 jiwa (BPS Kab. Bekasi, 2014). Petani ini
22,5%. tersebar di sembilan desa yang berada di bawah
Kabupaten Bekasi merupakan salah satu pemerintahan Kecamatan Babelan. Salah satu
daerah yang memiliki potensi pertanian yang desa tersebut yaitu desa Babelan Kota.
masih tinggi. Kondisi ini dibuktikan dengan Desa ―X‖merupakan salah satu desa
masih tersedianya lahan pertanian di setiap dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai
kecamatan. Hasil pertanian yang dihasilkan petani. Jenis pertanian yang dilakukan yaitu
tidak hanya tanaman pangan saja tetapi terdapat tanaman pangan berupa padi. Berdasarkan
pula tanaman hortikultura seperti sayur – observasi awal yang peneliti lakukan di Desa
sayuran. Kabupaten Bekasi terdiri dari 23 ―X‖pada bulan Juli 2018 terhadap 20 orang
kecamatan dengan masing – masing kecamatan
petani dijumpai bahwa pada proses yang berada di kelompok tani Desa ―X‖dan
penyemprotan pestisida petani di Desa Pengambilan sampel dalam penelitian ini
―X‖tidak menggunakan alat pelindung diri. dengan teknik probability sampling yaitu
Hasilnya sekitar 70% petani tidak menggunakan accidental sampling dengan
menggunakan alat pelindung diri (APD) menggunakan rumus slovin dan untuk
seperti, baju lengan panjang, celana panjang, mengantisipasi hilangnya unit eksperimen
alat pelindung kepala, masker, serta sepatu maka dilakukan koreksi dengan proporsi droup
kerja. Para petani beranggapan bahwa out, maka dari itu sampel yang digunakan
menggunakan alat pelindung diri sering dalam penelitian yaitu 56,66 orang atau
menimbulkan ketidak nyamanan pada proses dibulatkan menjadi 57 orang.
penyemprotan pestisida. Data didapat dari responden dengan
Berdasarkan latar belakang diatas, kuesioner meliputi karakteristik, pengetahuan,
peneliti tertarik melakukan penelitian tentang dukungan sosial dan perilaku penggunaan
perilaku penggunaan alat pelindung diri APD pada petani pengguna pestisida, serta
(APD) pada petani di Desa ―X‖Tahun 2018. dianalisis menggunakan SPSS 20 dengan hasil
analisis univariat dan analisis bivariat.
METODE
Penelitian yang penulis lakukan adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian kuantitatif dengan metode analitik Analisis Univariat
dengan desain cross sectional. Analisis data Variabel N %
menggunakan alat ukur kuesioner. Perilaku Penggunaan
Jumlah populasi sebesar 106 orang petani APD

Environmental Occupational Health and Safety Journal • Vol.1 No.1 | 20


Baik 8 14% persentase sekitar 74%. Menurut Mulyanti (2008)
Kurang Baik 49 86% jenis kelamin identitas seksual yang melekat pada
Umur diri seseorang yang digolongkan menjadi dua
20-45 tahun 23 40% kategori, yaitu: laki-laki dan perempuan.
46-65 tahun 34 60% Hasil penelitian univariat variabel
Jenis Kelamin pendidikan memberikan gambaran bahwa
Laki-laki 42 74% sebagian besar responden mempunyai pendidikan
Perempuan 15 26% Sekolah Dasar (SD) dengan hasil persentase
Pendidikan sekitar 38,6%. Menurut Notoadmodjo (2007),

Tidak Sekolah 5 8,80% pendidikan seseorang mempengaruhi cara berfikir

SD 22 38,60% dalam menghadapi pekerjaan. Pada umumnya

SMP 19 33,30% semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang

SMA 11 19,30% pernah dicapai seseorang, maka semakin banyak

Pengetahuan
Hasil penelitian univariat variabel
Baik 47 82,50%
perilaku penggunaan APD memberikan gambaran
Kurang Baik 10 17,50%
bahwa sebagian besar responden berperilaku
Masa Kerja
kurang baik dalam penggunaan APD dengan hasil
>15 tahun 23 40%
persentase sekitar 86%. Menurut Depnaker
<15 tahun 34 60%
(2006), Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat
Kenyamanan APD
yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
Nyaman 6 10,50%
seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya
Tidak Nyaman 51 89,50%
mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di
Peran Tokoh
tempat kerja.
Masyarakat
Hasil penelitian univariat variabel umur
Baik 11 19,30%
memberikan gambaran bahwa sebagian besar
Kurang Baik 46 80,70%
responden mempunyai umur rata-rata 46-65 tahun
Peran Penyuluh
dengan hasil persentase sekitar 60%. Menurut
Pertanian
Mulyanti (2008) petani yang memiliki umur yang
Baik 8 14%
semakin tua (>50 tahun) biasanya semakin lamban
Kurang Baik 49 86%
mengadopsi ilmu baru atau inovasi baru yang
pula pengetahuan yang didapat dan dipelajari oleh
dijelaskan oleh penyuluh dan cenderung hanya
orang tersebut.
melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa
Hasil penelitian univariat variabel
diterapkan oleh masyarakat setempat.
pengetahuan memberikan gambaran bahwa
Hasil penelitian univariat variabel jenis
sebagian besar responden mempunyai
kelamin memberikan gambaran bahwa sebagian
pengetahuan baik dengan hasil persentase sekitar
besar responden adalah laki-laki dengan hasil
82,5%. Menurut Notodmodjo (2003), berdasarkan

21 | Environmental Occupational Health and Safety Journal • Vol.1 No.1 • Juli 2020
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang mayoritas berada dalam kategori kurang baik
didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari yaitu sekitar 86%. Menurut Mulyanti (2008),
pada perilaku yang tidak didasari oleh perilaku petani terhadap penggunaan APD sangat
pengetahuan. dipengaruhi oleh perilaku dari dinas pertanian
Hasil penelitian univariat variabel masa atau penyuluh pertanian setempat.
kerja memberikan gambaran bahwa sebagian
besar responden mempunyai masa kerja >15 Analisis Bivariat
Tahun dengan hasil persentase sekitar 60%.
Menurut Mulyanti (2008) pengalaman seseorang
dalam bekerja dapat diperoleh berdasarkan masa
kerja, semakin lama bekerja maka pengalaman
yang diperoleh akan lebih banyak.
Hasil penelitian univariat variabel
kenyamananan memberikan gambaran bahwa
sebagian besar responden tidak nyaman dalam
penggunaan APD dengan hasil persentase sekitar
89,5%. Menurut Imamkhasani (1991), APD
adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam pekerjaan yang
fungsinya mengisolasi pekerja dari bahaya di
tempat kerja. Karena itu adalah penting APD bisa
digunakan oleh pekerja secara nyaman dan tidak
menimbulkan bahaya baru. Banyak alasan pekerja
enggan menggunakan APD salah satunya adalah
karena faktor kenyamanan.
1. Hubungan Umur dengan Perilaku Penggunaan
Hasil penelitian univariat variabel peran
APD
tokoh masyarakat memberikan gambaran bahwa
Berdasarkan tabel diatas diketahui pada
peran tokoh masyarakat dalam memberi dukungan
responden yang berusia 46-65 tahun lebih banyak
penggunaan APD pada responden mayoritas
(87,9%) yang berperilaku kurang baik dalam
berada dalam kategori kurang baik yaitu sekitar
penggunaan APD dibandingkan yang berperilaku
80,7%. Menurut Mulyanti (2008), salah satu peran
baik (12,1%). Begitu pula responden yang berusia
tokoh masyarakat yaitu mengingatkan petani
20 - 45 tahun lebih banyak (83,3%) yang
untuk menggunakan APD agar tidak terkena
berperilaku kurang baik dalam penggunaan APD
bahaya dari pestisida.
dibandingkan yang berperilaku baik (16,7%).
Hasil penelitian univariat variabel peran
Sehingga dapat diketahui bahwa tidak terdapat
penyuluh pertanian memberikan gambaran bahwa
hubungan yang signifikan antara usia dengan
peran penyuluh pertanian dalam memberi
perilaku penggunaan APD pada petani di Desa
dukungan penggunaan APD pada responden

Environmental Occupational Health and Safety Journal • Vol.1 No.1 | 22


―X‖dengan hasil uji statistik Chi-Square (54,5%) yang berperilaku baik dalam penggunaan
didapatkan nilai (P-value = 0,709). APD dibandingkan yang berperilaku kurang baik
Hal ini sejalan dengan penelitian yang (45,5%). Sebaliknya, responden yang
dilakukan oleh MF Nizar (2016) di Rumah Sakit berpendidikan SMP lebih banyak (94,4%) yang
Baptis Kota Kediri, bahwa tidak ada hubungan berperilaku kurang baik dalam penggunaan APD
antara usia dengan kepatuhan dalam pemakaian dibandingkan yang berperilaku baik (5,6%).
alat pelindung diri nilai sig. 0,075 > α 0,05. Responden yang berpendidikan SD lebih banyak
2. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan (95,7%) yang berperilaku kurang baik dalam
Perilaku Penggunaan APD penggunaan APD dibandingkan yang berperilaku
Berdasarkan tabel diatas diketahui pada baik (4,3%). Responden yang tidak sekolah lebih
responden yang berjenis kelamin laki - laki lebih banyak (100%) yang berperilaku kurang baik
banyak (86%) yang berperilaku kurang baik dalam penggunaan APD dibandingkan yang
dalam penggunaan APD dibandingkan yang berperilaku baik. Sehingga dapat diketahui bahwa
berperilaku baik (14%). Demikian pula responden terdapat hubungan yang signifikan antara
perempuan lebih banyak (85,7%) yang pendidikan dengan perilaku penggunaan APD
berperilaku kurang baik dalam penggunaan APD pada petani di Desa ―X‖dengan hasil uji statistik
dibandingkan yang berperilaku baik (14,3%). Chi-Square didapatkan nilai (P-value = 0,000).
Sehingga dapat diketahui bahwa tidak terdapat Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin semakin tinggi pendidikan, maka semakin besar
dengan perilaku penggunaan APD pada petani di pula kemungkinan seseorang untuk memperoleh
Desa ―X‖dengan hasil uji statistik Chi-Square informasi. Semakin banyak informasi yang
didapatkan nilai (P-value=1,000). didapatkan, maka akan semakin besar pula
Hal ini sejalan dengan penelitian yang pengetahuan yang ia miliki. Berbeda dengan
dilakukan oleh Apriluana, dkk (2016) di Rumah penelitian yang dilakukan oleh Adriyanto (2017)
Sakit PHC Surabaya, bahwa tidak terdapat di PT Petrokimia Gresik menyatakan antara
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin tingkat pendidikan dengan perilaku penggunaan
dengan perilaku penggunaan APD dengan hasil alat pelindung diri tidak memiliki hubungan
uji statistik Chi-Square didapatkan nilai (P- dengan hasil uji statistik Chi-Square didapatkan
value=0,940). Hal ini karena apapun jenis nilai (P-value=1,000).
kelaminnya tidak mempengaruhi menggunakan 4. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku
atau tidak menggunakan APD. Jenis kelamin laki- Penggunaan APD
laki atau perempuan mempunyai kesempatan yang Dari tabel diatas, diketahui pada responden
sama untuk menggunakan atau tidak yang tingkat pengetahuannya baik lebih banyak
menggunakan APD. (87%) yang berperilaku kurang baik dalam
3. Hubungan antara Pendidikan dengan Perilaku penggunaan APD dibandingkan yang berperilaku
Penggunaan APD baik (13%). Demikian pula responden yang
Berdasarkan tabel diatas diketahui pada tingkat pengetahuannya kurang baik lebih banyak
responden yang berpendidikan SMA lebih banyak (81,8%) yang berperilaku kurang baik dalam
23 | Environmental Occupational Health and Safety Journal • Vol.1 No.1 • Juli 2020
penggunaan APD dibandingkan yang berperilaku penggunaan APD dibandingkan yang berperilaku
baik (18,2%). Sehingga dapat diketahui bahwa baik (21,7%). Demikian pula responden yang
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara bekerja ≤ 15 tahun lebih banyak (91,2%) yang
pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD berperilaku kurang baik dalam penggunaan APD
pada petani di Desa ―X‖dengan hasil uji statistik dibandingkan yang berperilaku baik (8,8%).
Chi-Square didapatkan nilai (P-value=0,644). Sehingga dapat diketahui bahwa tidak terdapat
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh hubungan yang signifikan antara masa kerja
Arifin (2012) yang menunjukkan bahwa tidak dengan perilaku penggunaan APD pada petani di
terdapat hubungan yang bermakna pengetahuan Desa ―X‖dengan hasil uji statistik Chi-Square
dengan kepatuhan pekerja dalam pemakaian APD didapatkan nilai (P-value=0,247).
di bagian Coal Yard PT X Unit 3 & 4 dengan Mulyaningsih (2013) dalam Wibowo (2013)
hasil uji statistik Chi-Square didapatkan nilai (P- dalam Khafidhatul Febriani (2018) berpendapat
Value = 0,227). orang yang memiliki lama kerja yang lebih lama
Penelitian ini tidak selaras dengan penelitian kadang-kadang produktivitasnya menurun karena
(Gunawan, Mudayana and Artikel, 2016) terjadi kebosanan.
menyatakan Berdasarkan hasil uji chi square Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang
diperoleh nilai P Value (0,004), dinyatakan ada dilakukan oleh Apriluana, dkk (2016) di Rumah
kemaknaan secara statistik antara pengetahuan Sakit PHC Surabaya, bahwa terdapat hubungan
dengan perilaku penggunaan APD dan nilai CI yang signifikan antara masa kerja dengan perilaku
95%: 1,927-2,927 yang berarti Ho ditolak dan Ha penggunaan APD dengan hasil uji statistik Chi-
diterima dengan interpretasi ada hubungan antara Square didapatkan nilai (P-value=0,003).
pengetahuan dengan perilaku penggunaan alat 6. Hubungan antara Kenyamanan APD dengan
pelindung diri pada pekerja bagian produksi PT Perilaku Penggunaan APD
Katingan Indah Utama. Berdasarkan tabel diatas diketahui pada
Menurut konsep dari Sanders dalam responden yang tidak nyaman saat memakai APD
Winarsunu (2008) menjelaskan bahwa perilaku lebih banyak (92,3%) yang berperilaku kurang
berbahaya khususnya faktor individu tidak hanya baik dalam penggunaan APD dibandingkan yang
dipengaruhi oleh pengetahuan saja, akan tetapi berperilaku baik (7,7%). Sedangkan responden
dapat pula dipengaruhi oleh sikap dan yang nyaman saat memakai APD lebih banyak
kenyamanan APD yang dirasakan oleh pekerja. (80%) yang berperilaku baik dalam penggunaan
Konsep Sanders lebih dalam menjelaskan bahwa APD dibandingkan yang berperilaku kurang baik
perilaku berbahaya juga dapat dipengaruhi oleh (20%). Sehingga P value = 0,001 dibandingkan
faktor manajamen dan lingkungan. dengan ∝ = 0,05 jadi, dapat disimpulkan bahwa p
5. Hubungan antara Masa Kerja dengan Perilaku value > ∝ artinya ada hubungan antara
Penggunaan APD kenyamanan APD dengan perilaku penggunaan
Berdasarkan tabel diatas diketahui pada APD. Sedangkan berdasarkan analisis kekuatan
responden yang bekerja >15 tahun lebih banyak hubungan diperoleh OR =48,00 artinya tingkat
(78,3%) yang berperilaku kurang baik dalam kenyamanan APD berpeluang 48 kali untuk

Environmental Occupational Health and Safety Journal • Vol.1 No.1 | 24


mempengaruhi perilaku penggunaan APD pada masyarakat. Tokoh masyarakat memiliki peranan
petani. penting untuk memberi keputusan dalam
Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang bermasyarakat. Salah satu peran tokoh masyakat
dilakukan oleh Ginting (2017) di Sumatera Utara, dalam penelitian ini yaitu berupa ajakan untuk
menunjukkan bahwa nilai signifikan variabel menggunakan APD saat bekerja.
kenyamanan penggunaan APD terhadap perilaku Hal ini sejalan dengan penelitian Sumarna
penggunaan alat pelindung diri sebesar 0,029 (2012) di Kota Makassar, yang menemukan dari
(p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hasil analisis spearman menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kenyamanan APD dengan hubungan dukungan sosial dengan penggunaan
perilaku penggunaan alat pelindung diri pada sarung tangan dan masker dengan nilai ρ=0.000
karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung (ρ<0.05).
Garbus Pagar Merbau. Menurut konsep dari Hasil penelitian ini tidak selaras dengan
Sanders dalam Winarsunu (2008) menjelaskan penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2017)
bahwa perilaku salah satunya dapat dipengaruhi pada karyawan di bagian pengolahan PTPN 2
oleh kenyamanan ADP yang dirasakan oleh Tanjung Garbus Pagar Merbau, yang menyatakan
pekerja. bahwa tidak ada hubungan signifikan dukungan
7. Hubungan antara Tokoh Masyarakat dengan sosial dengan pemakaian APD dengan nilai P-
Perilaku Penggunaan APD value =0,550.
Hasil analisis hubungan antara tokoh 8. Hubungan antara Penyuluh Pertanian dengan
masyarakat dengan perilaku penggunaan APD Perilaku Penggunaan APD
diperoleh dukungan tokoh masyarakat yang Hasil analisis hubungan antara penyuluh
kurang baik lebih banyak (95,6%) yang pertanian dengan perilaku penggunaan APD
berperilaku kurang baik dalam penggunaan APD diperoleh dukungan penyuluh pertanian yang
dibandingkan yang berperilaku baik (4,4%), kurang baik lebih banyak (93,8%) yang
Sebaliknya, responden yang mendapatkan berperilaku kurang baik dalam penggunaan APD
dukungan tokoh masyarakat yang baik hasilnya dibandingkan yang berperilaku baik (6,2%),
netral (50%) baik yang perilaku penggunaan APD Sebaliknya, responden yang mendapatkan
nya baik maupun yang kurang. Sehingga dapat dukungan penyuluh pertanian yang baik lebih
diketahui bahwa terdapat hubungan yang banyak (55,6%) yang berperilaku baik dalam
signifikan antara dukungan tokoh masyarakat penggunaan APD dibanding dengan yang
dengan perilaku penggunaan APD pada petani di berperilaku kurang baik (44,4%). Sehingga dapat
Desa ―X‖dengan hasil uji statistik Chi-Square diketahui bahwa terdapat hubungan yang
didapatkan nilai (P-value=0,001). Sedangkan signifikan antara penyuluh pertanian dengan
berdasarkan analisis kekuatan hubungan diperoleh perilaku penggunaan APD pada petani di Desa
OR =21,50 artinya dukungan tokoh masyarakat ―X‖dengan hasil uji statistik Chi-Square
berpeluang 21 kali untuk mempengaruhi perilaku didapatkan nilai (P-value=0,001). Sedangkan
penggunaan APD pada petani. Dukungan sosial berdasarkan analisis kekuatan hubungan diperoleh
dalam penelitian ini salah satunya adalah tokoh OR =18,75 artinya dukungan penyuluh pertanian
25 | Environmental Occupational Health and Safety Journal • Vol.1 No.1 • Juli 2020
berpeluang 18 kali untuk mempengaruhi perilaku (p=0,709), jenis kelamin (p=1,000),
penggunaan APD pada petani. pengetahuan (p=0,644), masa kerja (p=0,247)
Hasil ini sejalan dengan Mulyanti (2008) di dengan perilaku penggunaan APD pada petani
Lembang Bandung, perilaku petani terhadap pengguna pestisida di Desa ―X‖Tahun 2018.
penggunaan APD sangat dipengaruhi oleh
perilaku dari dinas pertanian atau penyuluh SARAN
pertanian setempat. Penyuluh harus banyak 1. Bagi Penyuluh Pertanian
memberikan sosialisasi maupun program - Disarankan penyuluh dapat meningkatkan
pelatihan dan pemahaman tentang bahaya sosialisasi lebih lanjut mengenai bahaya
pestisida ke petani agar dapat menggunakan dan dampak dari terpapar pestisida dan manfaat
merawat APD dengan benar. Dengan adanya penggunaan alat pelindung diri (APD) agar
penyuluh pertanian maka, petani sangat terbantu petani dapat mengaplikasikan pengetahuan
untuk meningkatkan pengetahuan tentang bahaya yang dimilikinya dengan cara memakai alat
dan akibatnya jika pada saat bekerja tidak pelindung diri untuk melindungi dirinya.
menggunakan APD. Serta petani pun akan patuh - Disarankan penyuluh pertanian dapat
untuk selalu berperilaku menggunakan APD. berkoordinasi ke tokoh masyarakat setempat
mengenai dampak pestisida, karena
KESIMPULAN masyarakat dalam suatu wilayah biasanya
1. Sebagian besar responden berperilaku kurang lebih mengikuti arahan dari tokoh yg dihormati
baik dalam penggunaan APD dengan hasil (tokoh masyarakat).
persentase sekitar 86%.
2. Sebagian besar responden berumur 46 – 65 2. Bagi Tokoh Masyarakat
tahun (60%), jenis kelamin laki – laki (74%), Disarankan dapat mendekatkan diri ke petani
pendidikan SD (38,6%), pengetahuan baik agar dapat mengingatkan petani tentang
(82,5%), masa kerja >15 tahun (60%), tidak pentingnya pemakaian alat pelindung diri,
nyaman saat penggunaan APD (89,5%), peran karena peran tokoh masyarakat sangat
tokoh masyarakat kurang baik (80,7%), peran berpengaruh bagi perubahan perilaku
penyuluh pertanian kurang baik (86%). penggunaan APD petani.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3. Bagi Peneliti Lain
hubungan yang signifikan pada variabel Disarankan peneliti lain melakukan
pendidikan (p=0,000), kenyamanan APD penelitian serupa dengan meneliti variabel
(p=0,001), dukungan tokoh masyarakat yang belum diteliti antara lain variabel sikap,
(p=0,001), dukungan penyuluh pertanian kepercayaan dan ketersediaan APD serta
(p=0,001) dengan perilaku penggunaan APD responden penelitian dapat lebih spesifik lagi
pada petani pengguna pestisida di Desa seperti petani sayuran organik atau petani buah
―X‖Tahun 2018. organik.
4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara variabel umur DAFTAR PUSTAKA

Environmental Occupational Health and Safety Journal • Vol.1 No.1 | 26


Achmadi , Abu dan Cholid Narkubo. 2005, Depnakertrans. 2006, Undang-Undang
Metode Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara. Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003.
Alsuhendra dan Ridawati. 2013, Bahan Toksik Yogyakarta: Pustaka Media.
Dalam Makanan. Bandung: PT. Remaja Direktorat Jenderal Pupuk dan Pestisida
Rosdakarya. Kementrian Pertanian 2011, Pedoman
Ameriana. 2008, Perilaku Petani Sayuran dalam Penggunaan Pestisida
Menggunakan Pestisida Kimia. J. Hort 18 (1) Djojosumarto. P. 2000, Teknik Aplikasi Pestisida
: 95- 106. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Andriyanto. M.R. 2017, Hubungan Predisposing Djojosumarto.P. 2008, Pestisida dan Aplikasinya.
Factor Dengan Perilaku Penggunaan APD Jakarta : Agromedia Pustaka.
Pada Pekerja Unit Produksi I Pt Petrokimia Ginting. E. A. 2017, Faktor-Faktor Yang
Gresik. The Indonesian Journal of Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan
Occupational Safety and Health. Vol. 6, No. Alat Pelindung Diri (APD) Pada Karyawan
1, Hal 37-47. Di Bagian Pengolahan PTPN LI Tanjung
Apriluana, G., Laily, K., Ratna, S. 2016, Garbus Pagar Merbau Tahun 2017. Skripsi,
Hubungan Antara Usia, Jenis Kelamin, Lama Universitas Sumatra Utara.
Kerja, Pengetahuan, Sikap, dan Ketersediaan Imamkhasani. S. 1991, Dasar-dasar Keselamatan
Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Perilaku Kerja Bidang Kimia dan Pengendalian
Penggunaan APD Pada Tenaga Kesehatan. Bahaya Besar. Jakarta : ILO.
Jurnal. Universitas Lambung Mangkurat. Mulyanti. 2008, Faktor presdiposing, Enabling
http. dan Reinforching terhadap Penggunaan Alat
ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/JPKMI/a Pelindung Diri dalam Asuhan Persalinan
rticle/download/2754/2400 Diakses 27 Normal di Rumah Sakit Meuraxa Banda
Agustus 2017. Aceh Medan. Thesis, Sekolah Pascasarjana
Arifin, B., Arif. S. 2012, Faktor Faktor Yang Universitas Sumatra Utara.
Berhubungan Dengan Kepatuhan Pekerja Nizar. M.F. 2016, Hubungan Karakteristik
Dalam Pemakaian Alat Pelindung Diri Pekerja Dengan Kepatuhan Dalam
(APD) di Bagian Coal Yard PT X Unit 3 & 4 Pemakaian Alat Pelindung Diri (Apd) Pada
Kabupaten Jepara Tahun 2012. Jurnal Petugas Laboratorium Klinik Di Rumah
Kesehatan Masyarakat Vol 2, Nomor 1 tahun Sakit Baptis Kota Kediri. Jurnal Preventia.
2013. Vol 1 No 1.
https://media.neliti.com/media/publications/1 Notoatmodjo. S. 2003, Pendidikan dan Perilaku
8861-ID-faktor-faktor- yangberhubungan- Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
dengan- kepatuhan -pekerja- dalam- Notoatmodjo S. 2007. Promosi kesehatan dan
pemakaian-alat-pel.pdf Diakses 14 ilmu perilaku. Rineka cipta : Jakarta
September 2017. Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan
BPS Kabupaten Bekasi 2014. Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
27 | Environmental Occupational Health and Safety Journal • Vol.1 No.1 • Juli 2020
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : Wonosobo.http://www.panap.net. Diakses
24/Permentan/Sr.140/4/2011 Tentang Syarat tanggal 14 Agustus 2018.
Dan Tatacara Pendaftaran Pestisida. Rahayuningsih, Edia. 2009, Analisis Kuantiatif
Priyatno. D. 2009, Mandiri Belajar SPSS. Perilaku Pestisida Di Tanah. Yogyakarta :
Yogyakarta : Mediakom. UGM.
Purwati, A. 2010, Penelitian Pesticide Action Winarsunu. T. 2008, Psikologi Kesehatan Kerja.
Network and the Pasific (PANAP) tentang Malang : UMM Perss.
bahaya pestisida di

Environmental Occupational Health and Safety Journal • Vol.1 No.1 | 28

Anda mungkin juga menyukai