Oleh :
Kelompok 3
Kelas B
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi dan Parasitologi dalam
Keperawatan dengan dosen pengampu Ns. Kushariyadi, S.Kep., M.Kep.
Oleh :
Diana Newvitasari 172310101188 Dellia Ayu Fitria 202310101038
Adista Putri Maya R. 202310101030 Indri Widiasari 202310101121
Ita Dwi Maulida 202310101032 Ali Hasan 202310101132
Beti Werdiningsih 202310101034 Aeni Fitriyah 202310101136
Reza Lailiyathul Putri 202310101037
I
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran serta kemudahan pada kami sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Soil Transmitted Helminth ".
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Mikrobiologi dan Parasitologi dalam Keperawatan dengan dosen pengampu Ns.
Rismawan Adi Yunanto, S.Kep., M.Kep. Tak lupa kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan akalah
ini dengan bimbingan, arahan, koreksi, serta saran yang telah diberikan.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kami penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Kami menyadari bahwa makalah kami
tidak terlepas dari kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun tentunya sangat kami harapkan.
Penulis
II
RINGKASAN
III
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………………………………………………………….I
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………....II
RINGKASAN……………………………………………………………………………………………………………………III
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………IV
BAB 1 ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1
1.2 TUJUAN ............................................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum................................................................................................. 2
1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................................................ 2
1.3 RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 2
1.4 MANFAAT ........................................................................................................... 3
BAB 2 ............................................................................................................................ 4
TINJAUAN TEORI ........................................................................................................ 4
2.1 MORFOLOGI NEMATODA USUS ..................................................................... 4
2.1.1 Morfologi Ascaris Lumbricoides (Cacing Gelang) ......................................... 4
2.1.2 Morfologi Trichuris Trichiura (Cacing Cambuk) ............................................ 5
2.1.3 Morfologi Hookworm (Cacing Tambang) ....................................................... 5
2.2 HABITAT NEMATODA USUS ........................................................................... 6
2.3 SIKLUS HIDUP NEMATODA USUS .................................................................. 6
2.3.1 Ascaris lumbricoides (Cacing Gelang) ........................................................... 7
2.3.2 Trichuris trichiura (Cacing Cambuk) ............................................................... 9
2.3.3 Hookworm (Cacing Tambang) ...................................................................... 12
2.4 PATOGENESIS DAN PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT ASCARIS
LUMBRICOIDES (CACING GELANG) .................................................................. 14
2.4.1 Patogenesis penyakit akibat Ascaris Lumbricoides ........................................ 14
2.4.2 Pencegahan AkibatAscaris lumbricoides(Cacing Gelang) .............................. 15
IV
2.4.3 Pengobatan akibat Ascaris lumbricoides(Cacing Gelang) .............................. 16
2.5 PATOGENESIS DAN PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT TRICURIS
TRICHURA (CACING CAMBUK) .......................................................................... 17
2.5.1 Patogenesis Akibat Trichuri Trichura ............................................................ 17
2.5.2 Pencegahan AkibatTricuris trichura(Cacing Cambuk) ................................... 18
2.5.3 Pengobatan akibat Tricuris trichura(Cacing Cambuk) .................................... 18
2.6 PATOGENESIS DAN PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT HOOKWORM
(CACING TAMBANG) ............................................................................................ 19
2.6.1 Tahap Perkembangan Penyakit ..................................................................... 19
2.6.2 Pencegahan AkibatHookworm (Cacing Tambang) ........................................ 19
2.6.3 Pengobatan akibat Hookworm (Cacing Tambang) ......................................... 20
BAB 3 .......................................................................................................................... 21
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 21
3.1 PERAN PERAWAT ............................................................................................ 21
BAB 4 .......................................................................................................................... 23
PENUTUP .................................................................................................................... 23
4.1 KESIMPULAN ................................................................................................... 23
4.2 SARAN ............................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 24
LAMPIRAN ................................................................................................................. 25
V
BAB 1
PENDAHULUAN
Saat ini penyakit kecacingan telah menginfeksi lebih dari 24% penduduk
dunia dan tersebar di Negara tropis dan subtropis termasuk di Asia Tenggara
(Alsakina, 2018). Asia tenggara merupakan salah satu wilayah yang memiliki
prevalensi tinggi infeksi cacing di dunia. Di Indonesia, infeksi cacing masih
merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat karena pravalensinya
masih tinggi yaitu kurang lebih 45-65%, bahkan di wilayah tertentu yang
memiliki sanitasi lingkungan buruk, panas dan kelembapan tinggi prevalensi
infeksi cacing biasa mencapai 80%. Salah satu hospes nematode usus yaitu
manusia (Idris, 2017).
1
menyebabkan kekurangan gizi, anemia dan juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan fisik dan mental pada masa kanak-kanak (Idris, 2017).
1.2 TUJUAN
2
1.4 MANFAAT
1. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi nematoda usus
2. Mahasiswa dapat mengetahui habitat nematoda usus
3. Mahasiswa dapat megetahui siklus hidup nematoda usus
4. Mahasiswa dapat mengetahui patogenesis dan pencegahan penyakit akibat
Ascaris Lumbricoides
5. Mahasiswa dapat mengetahui patogenesis dan pencegahan penyakit akibat
Trichuris Trichura
6. Mahasiswa dapat mengetahui patogenesis dan pencegahan penyakit akibat
cacing tambang
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
4
betina dan jantan dapat dilihat pada ekornya (ujung posterior), dimana jantan
ujung ekornya melengkung kearah ventral (Irianto, 2009).
5
Morfologi telur pada cacing tambang memiliki bentuk lonjong, tidak
berwarna dan berukuran sekitar 65 x 40 mikron. Telur cacing ini sangat tipis
yang dapat tembus cahaya atau sinar dan mengandung embrio yang
mempunyai empat blastomer. Larva cacing tambang mempunyai 2 stadium
larva, yaitu larva rabditiform yang tidak infektif, memiliki bentuk tubuh agak
gemuk dengan panjang sekitar 250 mikron dan larva filariform yang infektif,
memiliki berbentuk langsing panjang tubuhnya sekitar 600 mikron.
6
infeksi pada manusia atau binatang parasit tidak berkembang menjadi cacing
melainkan menjadi larva yang akan mengembara ke organ visceral atau kulit.
Pada umumnya cacing betina akan bertelur tetapi ada pula yang
ovovivipar. Terdapat dua cara siklus hidup larva sebelum menjadi cacing
dewasa, yaitu cara pertama larva bermigrasi ke paru-paru melalui aliran darah
sebelum berkembang pada usus. Contohnya pada cacing tambang, Ascaris
lumbriocodes, dan Strongyloides stercolaris. Cara kedua yaitu proses larva
menjadi dewasa tidak perlu bermigrasi pada paru-paru, contohnya pada
cacing Trichuris trichiura.
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelmintes
Kelas : Nematoda
Ordo : Rhabdidata
Familia : Ascaroidea
Genus : Ascaris
b. Siklus Hidup
7
Gambar 2.2. Siklus Hidup Ascaris lumbricoides
Diunduh dari:
http://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/biology.html
Pada penderita penyakit yang disebabkan oleh acing dewasa dan larva
biasanya muncul gejala atau gangguan. Gangguan yang terjadi biasanya
batuk, demam dan eosinophilia hal ini terjadi jika orang tersebut rentan
terjadi pendarahan kecil pada dinding alveolus. Gangguan yang disebabkan
oleh cacing dewasa biasanya lebih ringan, seperti timbul gejala mual, nafsu
makan berkurang, dan diare(konstipasi). Sedangkan gejala klinis pada infeksi
berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga memperberat
keadaan malnutrisi. Efek yang serius terjadi bila cacing-cacing ini
menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus). Pada keadaan
tertentu, cacing dewasa mengembara ke saluran empedu, apendiks, atau
bronkus dan menimbulkan keadaan gawat darurat sehingga kadang-kadang
perlu tindakan operatif (Sutanto, 2008).
8
2.3.2 Trichuris trichiura (Cacing Cambuk)
9
Telur Cacing Cambuk (Trichuris trichiura) mempunyai ciri-ciri: ukuran
50 x 25 mikron, warna kecoklatan, bentuk seperti tong atau guci, terdapat
operkulum dikedua kutub, mengandung ovum yang fertil (Irianto, 2009 : 30)
Trichuris trichiura tersebar luas diseluruh dunia, tetapi didaerah yang
berprevalensi tinggi adalah daerah tropis dan subtropics. Di daerah yang
beriklim sedang mereka yang paling sering diinfeksi adalah yang tinggal di
lembaga-lembaga seperti panti asuhan, lembaga permasyarakatan, dan rumah
sakit jiwa (Sandjaja, 2007).
Infeksi ringan trichuriasis dengan beberapa ekor cacing umumnya tidak
menimbulkan keluhan bagi penderita. Pada infeksi yang berat, penderita akan
mengalami gejala dan keluhan berupa anemia berat dengan hemoglobin yang
dapat kurang dari tiga persen, diare yang berdarah, nyeri perut, mual dan
muntah dan berat badan menurun. Kadang-kadang dapat terjadi prolapse
rectum yang dengan melalui pemeriksaan proktoskopi dapat dilihat adanya
cacinng-cacing dewasa pada kolon atau rektum penderita (Soedarto, 2010 :
194).
Pemeriksaan mikroskop atas tinja untuk menemukan telur cacing yang
khas bentuknya. Rektoskopi dapat menunjukan adanya cacing dewasa yang
melekat pada mukosa usus. Pemeriksaan darah menunjukan gambaran
eosinofilia (Soedarto, 2010). Pengobatan dapat dilakukan dengan cara
pemberian mebendazol dengan dosis 2 x 100 mg selama 3 hari atau dosis
tunggal 500 mg, albendazol dosis tunggal 400 mg, dan oksantel pirantel
pamoat dosis tunggal 10-15 mg/kg BB. Penderita yang mengalami anemia
diobati dengan preparat besi disertai dengan perbaikan gizi penderita
(Soedarto, 2010 : 195).
a. Klasifikasi
10
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Familia : Trichuridae
Genus :Trichuris
b. Siklus Hidup
11
Diunduh dari:
http://www.cdc.gov/parasites/whipworm/biology.html
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Strongylida
Famili : Ancylostomatidae
- Necator americanus
- Ancylostoma brazilliense
- Ancylostoma ceylanicum
- Ancylostomacaninum
b. Siklus Hidup
12
Siklus hidup cacing Hookworm atau cacing tambang dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
Diunduh dari:
https://medlab.id/cacing-tambang-hook-worm/
13
mikrositer dan eosinofilia. Cacing tambang biasanya tidak menyebabkan
kematian, tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja turun (Staf Pengajar
FKUI, 2008).
14
di jejenum berkopulasi dan bertelur dengan masa hidup 6-24 bulan. Dan
kemudian siklus terulang kembali.
15
Berdasarkan kepada siklus hidup dan sifat telur cacing ini, maka upaya
pencegahannya dapat dilakukan dengan sanitasi yang baik dan tepat guna,
hygiene keluarga dan hygiene pribadi seperti :
16
3. Mebendazole, diberikan dengan dosis 100 mg dua kali perhari
selama 3 hari berturut-turut.
4. Cyclobendazole, adalah derivat benzimidazole baru yang dapat
membunuh Ascaris lumbricoides.
17
Infeksi berat Trichuris trichiura sering disertai dengan infeksi cacing lainnya
atau protozoa. Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang 11
jelas atau sama sekali tanpa gejala (Taniawati et al, 2008). Infeksi kombinasi
dengan tipe cacing yang lain seperti Ascaris lumbricoides , Necator
americanus, dan Ancylostoma duodenale dapat menyebabkan growth
stunting, retardasi mental, dan defek kognitif pada edukasi (Bethony et al,
2006). Bila terdapat di appendix akan menimbulkan gejala appendicitis
(Soebaktiningsih, 2014).
18
2.6 PATOGENESIS DAN PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT
HOOKWORM (CACING TAMBANG)
Dilaporkan bahwa lebih dari 500 juta manusia diseluruh dunia terinfeksi
cacing tambang, namun yang paling tinggi terdapat didaerah yang memiliki
pravelansinya yinggi yaitu daerah tropis yang lembab dengan hygiene sanitasi
yang rendah seperti di Asia Tenggara. Ancylostoma duodenale juga banyak
ditemukan di daerah Afrika Utara, daerah lembah Sungai Nil, India bagian
utara serta ada juga di Amerika Selatan.
1. Stadium larva
2. Kelainan pada kulit atau Ground itch dan juga kelainan paru-paru
3. Stadium dewasa, namun pada stadium ini tergantung pada
spesies dan jumlah cacing serta keadaan gizi pada penderita
Kedua jenis cacing tambang ini menghisap darah hospes, meka akan
terjadi infeksi berat dan menahun. Dengan begitu dapat menimbulkan anemia
mikrositer hipokrom. Infeksi ringan tanpa gejala, akan tetapi bila telah
menahun akan menurunkan gaya/presisi kerja yang akhirnya terjadi anemia
yang menahun dan akan berakibat Decompensatio cordis.
19
2.6.3 Pengobatan akibat Hookworm (Cacing Tambang)
Pengobatan cacing tambang sendiri dapat dilakukan dengan
mebendazole, albendazole, pirantel pamoat. Untuk mencegah terjadinya
penyakit akibat cacing tambang dapat melakukan tidak BAB disembarang
tempat, menggunakan alas kaki saat beraktivitas (Staf Pengajar FKUI, 2011).
20
BAB 3
PEMBAHASAN
C. Sebagai Pendidik
21
Perawat sebagai pendidik menjalankan perannya dalam memberikan
pengetahuan, informasi, dan pelatihan ketrampilan kepada pasien, keluarga
pasien maupun anggota masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan (Susanto 2012, dalam Suryadi, 2013).
D. Sebagai Peneliti
22
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Nematoda usus atau cacing giling merupakan pasrasit bagi manusia yang
hidup pada usus manusia. Nematoda ini biasanya hidup pada tanah tetapi ada juga
yang tidak memerlukan media tanah, dan masuk dalam tubuh melalui sela pada
kulit, dan memiliki bentuk yang berfarasi mulai dari silindris dan lainnya. Cacing
ini biasanya terdapat pembeda antar setiap jenis golongan cacing dan biasanya
memiliki ukuran berfariasi. Untuk jenis nematoda ini sendiri perkembangannya
dengan bertelur.
Spesies ini lebih banyak dijumpai pada lingkungan tropis yang lembab
seperti negara bagian garis khatulistiwa, utamanya indonesia. Dengan ukuran
jantan lebih kecil daripada betina dan larva dari cacing ini pada masa larva hidup
pada sirklus darah. Sedangkan sengan siklus tubuh atau perkembangannya
terdapat dua cara siklus hidup larva sebelum menjadi cacing dewasa, yaitu cara
pertama larva bermigrasi ke paru-paru melalui aliran darah sebelum berkembang
pada usus. Cara kedua yaitu proses larva menjadi dewasa tidak perlu bermigrasi
pada paru-paru, contohnya pada cacing Trichuris trichiura. Dengan jenis yang
beragam dan bermacam tentunya jika sesorang belum terserang caci
alangkabainya dengan memberikan obat cacing pada dirinya.
4.2 SARAN
Sebaiknya setelah mendengar penjelasan mengenai Nematoda Usus,
pembaca dapat memproteksi diri menjaga diri agar tidak sampai terkena cacing.
Dan lebih menerapak gaya hidup sehat pada kehidupan sehari hari, dan kita
sebagai seorang perawat hendaknya lebih memperdalam sosialisasi dan
pembekalan mengenai bahaya nematoda usus.
23
DAFTAR PUSTAKA
Alsakina, N., Adrial., Nita, A.(2018). Identifikasi Telur Cacing Soil Transmitted
Helminths pada Sayuran Selada (Lactuca Sativa) yang Dijual oleh
Pedagang Makanan di Sepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan Kota
Padang.Jurnal Kesehatan Andalas, Vol 7 No. 3
Bedah, S., A. Syafitri. 2018 . Infeksi Kecacingan Pada Anak Usia 8-14 Tahun Di
RW007 Tanjung Lengkong Kelurahan Bidaracina, Jatinegara, Jakarta
Timur. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 10(1) : 2301-92455.
24
LAMPIRAN
Lembar Konsultasi
Tanda tangan
No Tanggal Isi Konsultasi
konsulen
25