Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENGENDALIAN VEKTOR RODENT


(PENGAWETAN DAN IDENTIFIKASI KUTU)
(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengendalian Vektor dan Rodent
Kelas A)
Senin, pukul 18.30 – 20.10 WIB Ruang Kuliah 4

Dosen Pengampu :
Prehatin Trirahayu N, S.KM.,M.Kes.

Disusun Oleh Kelompok :

1. Isnaini Rizki U 142110101008


2. Siti qodriyatul mardiyah 162110101051
3. Maudy Risma Slodia 162110101091
4. Anggi Garnasi 162110101175
5. Desy Kurnia Fadhila 162110101236
6. Citra Silanintyas P 172110101198

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya sehingga dalam
penulisan makalah ini penulis tidak mengalami hambatan yang berarti. Dalam
kesempatan ini pula, dalam penulisan makalah ini penulis mendapatkan banyak
bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya penulis juga ingin mengungkapkan
rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Ibu Ellyke, SKM.,M.KL. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Pengendalian Vektor dan Rodent yang telah memberikan materi kepada
penulis.
2. Orang tua dan rekan-rekan yang menempuh mata kuliah ini.
Penulis menyadari apabila nantinya terdapat kekurangan, kesalahan dalam
makalah ini, kami sangat berharap kepada seluruh pihak agar dapat memberikan
kritik dan juga sarannya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua.

Jember, 18 Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2

1.3 Tujuan.......................................................................................................2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3

2.1 Pengertian Kutu......................................................................................3

2.1.1 Pengertian kutu rambut (Pediculus humanus capitis)........................3

2.1.2 Pengertian Kutu badan (Pediculus humanus corporis)......................3

2.1.3 Pengertian Kutu kemaluan (phthirus pubis)......................................3

2.2 Klasifikasi.................................................................................................4

2.2.1 Klasifikasi Kutu rambut (Pediculus humanus capitis).......................4

2.2.2 Klasifikasi Kutu badan (pediculus humanus corporis)......................4

2.2.3 Klasifikasi Kutu kemaluan (phthirus pubis)......................................5

2.3 Jenis dan Morfologi/Struktur Tubuh Kutu...........................................5

2.3.1. Kutu rambut (Pediculus humanus capitis).........................................5

2.3.2. Kutu badan (pediculus humanus corporis).........................................6

2.3.3. Kutu kemaluan (phthirus pubis).........................................................7

2.4 Epidemiologi............................................................................................7

2.4.1 Kutu rambut (Pediculus humanus capitis).........................................7

2.4.2 Kutu badan (pediculus humanus corporis).........................................8

ii
2.4.3 Kutu kemaluan (phthirus pubis).........................................................8

2.5 Diagnosis Kutu pada Manusia...............................................................9

2.5.1 Kutu rambut (Pediculus humanus capitis).........................................9

2.5.2 Kutu badan (pediculus humanus corporis).......................................10

2.5.3 Kutu kemaluan (phthirus pubis).......................................................10

2.6 Siklus Hidup Kutu pada Manusia........................................................11

2.6.1 Pediculosis humanus capitis (Kutu Rambut)...................................11

2.6.2 Pediculus humanus corporis (Kutu Tubuh)......................................12

2.6.3 Phthirus pubis/Crab lause (Kutu Pubis/Kemaluan...........................13

BAB 3. METODE KEGIATAN...........................................................................15

3.1 Rancangan Kegiatan.............................................................................15

3.1.1 Waktu dan Tempat Kegiatan............................................................15

3.1.2 Alat dan Bahan.................................................................................15

3.2 Prosedur Kegiatan.................................................................................16

3.2.1 Pengamatan dan Pencarian Kutu rambut.........................................16

3.2.2 Pengawetan Kutu rambut.................................................................16

3.2.3 Identifikasi Kutu rambut..................................................................16

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................17

4.1. Hasil kegiatan........................................................................................17

4.2. Pembahasan...........................................................................................17

4.2.1 Pengaruh Terhadap Kesehatan.........................................................17

4.2.2 Pencegahan.......................................................................................18

4.2.3 Pengendalian kutu manusia..............................................................19

BAB 5. PENUTUP................................................................................................21

5.1. Kesimpulan............................................................................................21

iii
5.2. Saran.......................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perjuangan manusia melawan gangguan hama (Artropoda
pengganggu) sudah dimulai semenjak ia tercipta di muka bumi ini. Sebagian
hama menyerang manusia dan hewan ternak baik secara langsung dengan
menghisap darahnya, maupun tidak langsung sebagai penular berbagai jenis
penyakit atau sebagai pengganggu dengan caranya “nimbrung”/ menempel
pada inangnya sehingga menimbulkan gangguan fisik maupun psikis pada
inangnya. Beberapa jenis hama diantaranya yaitu lalat, nyamuk, kutu, pinjal,
caplak, tungau dan lain-lain .

Kutu adalah serangga yang sangat mengganggu manusia karena


menghisap darah. Kutu juga bisa menjadi vektor penyakit. Di Indonesia,
sampai akhir tahun 1970an, permasalahan kutu banyak ditemukan di rumah,
gedung pertunjukan, hotel atau tempat lainnya dimana manusia tidur atau
duduk. Tetapi karena keberhasilan pengendalian dengan insektisida berbasis
organoklorin (al. DDT), kutu busuk hampir dapat dikendalikan secara penuh,
dan hampir tidak ada informasi tentang serangan kutu busuk dalam kurun
waktu 1980-2000. Tetapi akhir-akhir ini, terutama dalam 3-5 tahun terakhir,
kutu busuk mulai menjadi masalah, banyak ditemukan di hotel berbintang,
losmen asrama, dan sedikit di rumah tinggal. Sebenarnya permasalahan yang
(mulai) terjadi di Indonesia tidak separah permasalahan yang sudah terjadi di
banyak negara di Eropa, Amerika Serikat, Canada, dan Australia; bahkan
Malaysia dan Singapura mulai melaporkan adanya permasalahan dengan kutu
busuk. Di AS, misalnya pada tahun 2007 dilaporkan telah terjadi peledakan
populasi (out breaks) kutu busuk di 50 negara bagian.

Munculnya kembali kutu busuk, merupakan salah satu misteri dalam


Entomologi, mengingat serangga penghisap darah ini hampir tidak muncul
untuk jangka waktu puluhan tahun. Walaupun demikian, adalah fakta bahwa

1
dengan adanya globalisasi, orang dan barang dapat dengan mudah berpindah
dari satu tempat/negara ke tempat/negara lainnya. Mobilitas ini turut
memberikan kontribusi terhadap penyebaran kutu busuk ini ke seluruh dunia.
Indikasi ini dapat dilihat antara lain bahwa kutu busuk banyak ditemukan di
tempat orang datang dan pergi seperti hotel, losmen, apartemen dan asrama.
Kutu busuk (termasuk telurnya) dapat terbawa secara tidak sengaja beserta
pakaian, dalam koper/ransel, suitcase dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang mendasari penyusunan makalah ini
tentang kehidupan parasit ini dalam segala aspek yang kemudian di rangkum
dalam sub-sub pembahasan yang meliputi : pengertian kutu,
klasifikasi,morfologi, bagian-bagian tubuh kutu, epidemiologi, gejala klinik,
diagnosis, dan pengobatannya.

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui Mengetahui jenis spesies kutu beserta ciri dan
dampaknya bagi kesehatan manusia.
1.3.2 Untuk mengetahui cara pengendalian kutu.
1.3.3 Untuk mengetahui pengertian kutu, klasifikasi,morfologi, bagian-
bagian tubuh kutu, epidemiologi, gejala klinik, diagnosis, dan
pengobatannya.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kutu


Menurut new shouth wales departemen of eduaction and training
menyatakan kutu merupakan seragga parit kecil pada bagian tubuh atau pada
hewan, kutu merangkak dengan cepat sekali pada kepala manusia dan
memang rambut untuk bergerak cepat dan memakan darah manusia terdapat
3 jenis kutu Kutu di bagi menjadi tiga, kutu badan, kutu rambut, kutu
kemaluan.
2.1.1 Pengertian kutu rambut (Pediculus humanus capitis)
Kutu rambut (Pediculus humanus capitis) merupakan parasit yang
menginvasi kulit kepala manusia, tergolong ke dalam famili pediculidae
hidup dengan menghisap darah manusia dan dapat menyebabkan lesi pada
kulit. ( Saraswati ).

2.1.2 Pengertian Kutu badan (Pediculus humanus corporis)


Kutu badan (body lice) merupakan vektor tifus epidemik dan epidemik
relapsing fever di eropa dan amerika latin (sumantri2010). kutu tubuh
merupakan kutu yang hidup di pakaian dan bertelur di pakaian tubuh manusia
menempel pada kulit manusia hanya unutk mencari makan . Dan biasanya
hidup di daerah yang dingin. Global health Division of Parasitic Diseases
(2003)
Kutu badan adalah adalah kutu yang aneh karena hidupnya pada baju
(di daerah dingin yang kebisaan orangnya memakai baju rangkap lebih dari 2
dan lama tidak dicuci karena orang jarang berkeringat) (Nurhadi)

2.1.3 Pengertian Kutu kemaluan (phthirus pubis)


Kutu kemaluan (pubic lice) merupakan vektor yang biasanya di
temukan menempel pada rambut area kemaluan namun terkadang juga juga di
temukan pada rambut kasar di bagian tubuh lain (misalnya alis bulu mata,

3
jenggot, kumis, ketiak) Kutu ini juga termasuk pemakan darah manusia untuk
bertahan hidup, bianya menyebar melalui kontak seksual Global health
Division of Parasitic Diseases (2003).
Rudystina (2017) menyatakan Kutu kemaluan (Phthirus pubis) alias
kutu kelamin adalah serangga parasit kecil yang hidup di rambut kasar
manusia, termasuk rambut kemaluan. Meskipun kutu ini sering kali
ditemukan di daerah kemaluan, namun ia juga bisa ditemukan di bulu ketiak
dan kaki, rambut dada, perut, dan punggung, serta rambut wajah (seperti
janggut, kumis, bulu mata, dan alis). Tidak seperti kutu biasa, kutu kelamin
tidak tinggal di kulit rambut. Ia menyebar melalui kontak fisik yang
berdekatan, sering kali melalui kontak seksual.

2.2 Klasifikasi
2.2.1 Klasifikasi Kutu rambut (Pediculus humanus capitis)
Phylum : Artropoda,
Kelas : Insekta,
Ordo : Phthiraptera,
Sub Ordo : Anoplura
Famili : Pediculidae
Genus : Pediculus
Spesies : Pediculus humanus. Capitis.

2.2.2 Klasifikasi Kutu badan (pediculus humanus corporis)


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Phthiraptera
Sub ordo : Anoplura
Family : Pediculidae
Genus : Pediculus
Spesies : P. Humanus corporis
2.2.3 Kutu kemaluan (phthirus pubis)
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Phthiraptera

4
Sub ordo : Anoplura
Family : Pediculidae
Genus : Pediculus
Spesies : phthirus pubis

2.3 Jenis dan Morfologi/Struktur Tubuh Kutu


2.3.1. Kutu rambut (Pediculus humanus capitis)
Morfologi Pediculus humanus capitis dewasa memiliki ciri badan
pipih dan memanjang, berwarna putih abu – abu ,abdomen terdiri dari 9 ruas,
thorax dari kitin segemennya bersatu, mata P.h capitis terdapat pada bagian
kepala sebelah lateral, kepala berbentuk void dengan alat penusuk yang dapat
memanjang. P.h capitis mimiliki atena yang terletak pada bagian yang terdiri
atas ruas sebanyak 5 buah, selain itu pada bagian kepala terdapat probosis.
P.h capitis tidak memiliki sayap terdapat 3 sepasang kaki yang terdiri atas 5
ruas dan 1 capt berbentuk kait yang berfungsi unutuk pegangan erat paada
rambut penderita (rahman,2014) dalam pratiwi (2017)
P.h capitis jantan memiliki pajang tubuh kira – kira 2 mm, betuk alat
kelaminnya seperti huruf V ,sedangkan P.h capitis mimiliki panjang tubuh
kira –kira 3 mm dan bentuk alat kelaminya seperti huruf V terbalik. P.h
capitis betina memiliki lubang kelamin di tengah bagian dorsal pada abdomen
terakhir selama hidunya P.h capitis betina bertelur sekitar 140 butir (setiyo,
2007) dalam pratiwi (2017)

5
Sumber : https://www.slideshare.net/siskafiany/kutu-busuk-kutu-
kepala-kutu-kelamin-dan-pengendaliannya

2.3.2. Kutu badan (pediculus humanus corporis)


Diperkirakan kutu badan adalah kutu kepala yang turun kebawah.Kutu
badan berukuran jantan 2-3mm dan betina 2-3 mm, banyak terdapat didaerah
dingin, sedagkan di daerah tropis kebanyakan kutu kepala.Badan berwarna
kelabu, berbentuk pipih dan memanjang,Memiliki kepala ovoid sedikt
bersudut , Thorax dari chitin yang segmennya bersatu dan abdomen yang
terdiri dari 9 ruas, pada kepala tampak sepasang sederhana disebelah lateral,
sepasang antena pendek yang terdiri atas 5 ruas dan proboscis, alat penusuk
yang dapat memenjang, tiapa ruas torax yang telah bersatu memepunyai
sepasang kaki yang kuat yang terdiri dari 5 ruas dan berakhir sebagai 1 sapit
menyerupai kait yang berhadapan dengan tonjolan tibia untuk berpegang erat
pada rambut atau bulu, ruas abdomen terakhir pada dorsal dan 2 tonjolan
jenital dibagian lateral yang memegang rambut selama memegang telur.
( Anonim)

Pediculus humanus corporis ini berukuran 30% lebih besar dari


pediculus humanus capitis dan mempunyai dua jenis kelamin yakni jantan

6
dan betina yang mana betina berukuran panjang 1,2 - 4,2 dan lebar kira – kira
setengah panjangnya, sedangkan yang jantan lebih kecil (maharani)

2.3.3. Kutu kemaluan (phthirus pubis)


Panjang dewasa 1,5-2 mm dan pipih, terdapat sepasang antena,
sepasang mata facet, hastellum alat mulut, thorax terdiri atas (protothorax,
mesothorax, metathorax), kaki kuat (3 pasang), pada prothorax kutu badan
antara coxa kaki 1 dan 2 terdapat 1 pasang spirakel. Telur (nits) kutu badan
berwarna putih jernih berukuran 1 mm mempunyai corona (operculum).
Nimpa berukuran 1-2 mm, mempunyai antena hanya bersegmen 3 buah,
bentuk hampir sama dengan imago hanya alat kelamin belum sempurna.
( Anonim)

Sumber : CDC- https://www.cdc.gov/parasites/lice/pubic/index.html

Sumber : http://reskyandrina.blogspot.co.id/2012/06/kutu-kelamin.html

2.4 Epidemiologi
2.4.1 Kutu rambut (Pediculus humanus capitis)
Kutu rambut Pediculus humanus capitis biasanya sering terjadi pada
anak – anak usia dini, kutu kepala tidak diketahui menularkan penyakit
namun bisa menyebabkan infeksi bakteri sekunder pada kulit kepala yang di
akibatkan goresan pada kulit , kutu rambut disebarkan secara langsung dari

7
rambut orang yang mempunyai kutu kepada orang yang sehat, transmisi ini
bisa terjadi ketika meminjam pakaian topi, kerudung, sisir, handuk, bantal,
sprei.(CDC:2013)

2.4.2 Kutu badan (pediculus humanus corporis)


Biasnya hidup di orang yang hyigne sanitasinya buruk , yang mana
terjadi kepada orang yang jarang ganti baju dan yang tidak mempunyai akses
mandi secara teraturseperti tuna wisma, pengungsi dan orang yang salamat
dari perang karena kondisi yang mendesak, penyebaran pediculus humanus
corporis secara tersebar secara langsung dengan seorang yang memiliki kutu
tubuh atau dari barang – barang seperti pakaian, tempat tidur, seprei handuk ,
kutu tubuh ini dapat menularkan penyakit seperti typus (CDC : 2013)
Tempat-tempat yang disukai kutu badan (Pediculus humanus corporis)
ialah kutu yang hidupnya pada baju (di daerah dingin orang memakai baju
rangkap lebih dari 2 dan lama tidak dicuci karena orang jarang berkeringat),
apabila hawa dingin maka dia bergerak ke tubuh hospes, jadi biasanya kutu
ini tinggal di pakaian lapis pertama , dan dapat juga tinggal rambut dada dan
ketiak kutu badan (Pediculus humanus corporis) menggigit pada tempat-
tempat di mana pakaian melekat pada badan ( Anonim)

Sumber : CDC- https://www.cdc.gov/parasites/lice/body/index.html

2.4.3 Kutu kemaluan (phthirus pubis)


Kutu kemaluan ini bisa di temukan seluruh dunia ban bisa terjadi
pada semua ras yang ada pada lapisan masyrakat, phthirus pubis biasanya
menyebar secara langsung langsung melalui kontak seksual dan paling sering
terjadi kepada orang dewasa, dan juga terkadang kutu kemaluan ( phthirus
pubis) dapat menyebar melalui kontak pribadi atau kontak dekat dengan
barang barang orang yang terinfeksi kutu kemaluan( phthirus pubis) seperti

8
handuk, sprei, kutu kemaluan ini tidak menyebarkan penyakit namun dapat
menyebabkan infeksi bakteri sekunder akibat goresan pada kulit (CDC: 2013)

Sumber : http://menjual-crystalx-asli.blogspot.co.id/2013/12/pengobatan-
kutu-kelamin-menggunakan-crystal-x.html

2.5 Diagnosis Kutu pada Manusia


2.5.1 Kutu rambut (Pediculus humanus capitis)
Mendiagnosis kutu kepala sering dilakukan dengan cara menemukan
kutu mati, kutu dewasa, dan telur pada kulit kepala atau rambut seseorang
yang terinfeksi, karena kutu dewasa dan nifma sangat kecil perlu dilakukan
dengan menggunakan sisir begigi rapat atau halus supaya dapat memfalitasi
identifikasi kutu hidup.krean kutu ramput ini menghidari cahaya biasanya
dapat dilihat langsung di rambut bagian belakang telinga atau bagian
belakang dekat dengan leher, biasanya telur melekat pada ¼ inci jika lebih
dari pangkal batang rambut hampir selalu tidak dapat hidup (menetas atau
mati).namun karena telur ini snagt kecil terkadang sering ada kendala dalam
membedakan telur dengan ketombe.(CDC.2013)

9
2.5.2 Kutu badan (pediculus humanus corporis)
Kutu badan ini di diagnosis dengan menemukan telur atau kutu badan
ini dalam jahitan pakaian, atau dilihat ketika merangkak ke kulit dalam hal ini
perlu akan kaca pembesar unutk melihat telur kutu tersebut (CDC.2013)

Sumber CDC- https://www.cdc.gov/parasites/lice/body/index.html

2.5.3 Kutu kemaluan (phthirus pubis)


Kutu kemaluan ini pendek dan bentuknya seperti kepiting dan dilihat
dari fisiknya sangat berbeda dengan kutu kepala, dalam mengdiagnosis kutu
kemaluan dengan menemukan kutu kemaluan ini atau telur yang yang
menempel pada daerah kemaluan, namun tak jarang juga jika kutu kemaluan
ini di temukan di alis, bulu mata, kumis, ketiak (CDC:2013)

Sumber : http://www.heilsutorg.is/is/hreyfing-lifsstill/skemmtilegar-
stadreyndir-um-likaman-augnharin-okkar?cal_month=-110

10
Sumber : http://infokita-terkini.blogspot.co.id/2017/05/mengerikan-
ratusan-kutu-kelamin-singgah.html

2.6 Siklus Hidup Kutu pada Manusia


2.6.1 Pediculosis humanus capitis (Kutu Rambut)

a. Siklus hidup pada kutu kepala dimulai dengan adanya peletakan telur yang
ditempelkan pada rambut kepala. Telur diletakkan di dekat pangkal atau
akar rambut. Kutu betina akan meletakkan 6 telur/hari.

11
b. Sesudah 1-2 hari, telur menetas menjadi nimfa, mengalami tiga kali
pengupasan kulit. Pengupasan kulit pertama berlangsung 3-4 hari,
begitupun pengupasan kulit kedua dan ketiga.

c. Sesudah tiga kali mengalami pengupasan kulit, nimfa akan berubah


menjadi kutu dewasa dalam waktu 7 sampai 14 hari lamanya.

d. Kutu rambut ini hanya mampu hidup selama kurang 48 jam tanpa
menghisap darah dan sedangkan telurnya mampu bertahan selama kurang
lebih 1 minggu di luar rambut atau kulit kepala manusia.

2.6.2 Pediculus humanus corporis (Kutu Tubuh)

a. Siklus hidup dari kutu badan hampir sama dengan kutu rambut. Hanya saja
tempat hidup dari kutu ini adalah di sofa, kasur, sprei, dan baju.
b. Kutu ini dapat hidup tanpa darah kurang lebih selama 3 hari.

12
c. Kutu ini hanya menempel pada tubuh manusia ketika dia akan menghisap
darah. Kutu ini mampu bertahan hidup kurang lebih selama 18 hari, dan
selama waktu tersebut kutu tubuh dapat mengahsilkan 270 – 300 telur.

2.6.3 Phthirus pubis/Crab lause (Kutu Pubis/Kemaluan)

Gambar 1. Siklus Hidup Kutu Kemaluan

a. Siklus hidup kutu kemaluan berawal dari telur dari induk sebelumnya.
Kutu kemaluan memiliki telur yang berwarna putih dengan ukuran 0,6
hingga 0,8 mm.
b. Pada saat induk kutu meletakkan telurnya, telur tersebut diletakkan pada
rambut atau pada serabut-serabut pakaian.
c. Telur-telur ini akan menempel dengan erat pada rambut atau serabut
pakaian, sehingga tidak mudah jatuh atau terlepas.
d. Telur-telur ini dapat bertahan pada rambut atau pakaian selama berbulan-
bulan.
e. Untuk waktu menetasnya, telur-telur ini dapat menetas dalam waktu 5
hingga 11 hari dengan rentang suhu 21 hingga 36 derajat celcius. Embrio
dalam telur yang keluar nantinya disebut nimfa.

13
BAB 3. METODE KEGIATAN

3.1 Rancangan Kegiatan


3.1.1 Waktu dan Tempat Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Senin / 26 Maret 2018
Pukul : 18.00 – 19. 40 WIB
Tempat : R . 4 Gedung A FKM

3.1.2 Alat dan Bahan

ALAT BAHAN
Handscoon Kutu manusia
Masker Formalin
Gunting
Gelas air mineral
Plastik
Kertas
Bulpoin
penggaris
3.2 Prosedur Kegiatan
3.2.1 Pengamatan dan Pencarian Kutu rambut
a. Melakukan pengamatan pada tempat hidup kutu rambut.
b. Pencarian kutu rambut dilakukan pada pagi hari setelah melakukan
pengamatan pada tempat yang diduga menjadi tempat hidup kutu
rambut.
c. Penangkapan kutu rambut dilakukan dengan menggunakan handscoon
dan masker dengan menggunakan bantuan senter.

14
d. Setelah kutu rambut tertangkap, kutu rambut dimasukkan kedalam
wadah tertutup, bisa menggunakan plastik atau botol bekas.

3.2.2 Pengawetan Kutu rambut


Pengawetan kutu rambut dengan menggunakan larutan pengawet
(formaline). Tingkatan formaline disesuaikan dengan kondisi anatomi tubuh
vektor yang mau diawetkan. Berikut prosedur pengawetan kutu manusia :
a. Matikan kutu manusia dengan menggunakan air dengan cara
merendam kutu manusia tersebut ke dalam air, lalu angkat jika sudah
dalam kondisi mati.
b. Lalu masukkan ke dalam larutan formaline sesuai kadarnya
c. Lama perendaman di dalam larutan formaline tergantung struktur
tubuh kutu rambut
d. Setelah waktu perendaman selesai, selanjutnya kutu rambut dijemur
di bawah terik sinar matahari, agar bau formaline hilang dan kering.

3.2.3 Identifikasi Kutu rambut


a. Lakukan pengukuran terhadap tubuh kutu rambut mulai dari bagian
anthena hingga abdomen dengan menggunakan penggaris lalu
identifikasi jenisnya berdasarkan data yang diperoleh
b. Catat hasil identifikasi dan pengukuran, lalu siapkan media untuk kutu
rambut yang telah diawetkan.

15
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil kegiatan


4.2. Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Terhadap Kesehatan
Kutu rambut bukan merupakan bahaya utama pada kesehatan maupun
sebagai vektor penyakit, namun dapat mengganggu karena menyebabkan
eritema kulit kepala, gatal dan bahkan menyebabkan kemungkinan terjadinya
infeksi sekunder{( James, 2003) dalam artikel: aktivitas anti kutu rambut}

Perilaku dari kutu kepala ini dapat menyebabkan anemia sedangkan


ciri awal dari adanya kutu ini adalah iritasi yang dapat menyebabkan masalah
fisiologis dan sosial. Hasil penelitian dari (Speare dkk, 2005) menyebutkan
bahwa satu individu kutu kepala bisa menghisap darah manusia sebanyak
0,008 ml/hari per 3 kali makan per ekor atau 0,24 ml/ bulan. Bahkan dalam
kasus infeksi kutu kepala lebih parah, kutu kepala dapat menghisap darah
sebanyak 2,3 ml / hari atau 69,6 ml / bulan. Nilai ini menunjukkan nilai yang
signifikan sebagai penyebab anemia.

Sinaga (2013) menyatakan bahwa kutu kepala merupakan salah satu


parasit obligat yang menjadikan manusia sebagai inangnya. Kutu kepala
menyebabkan gatal dan hasil dari reaksi gigitan dapat menyebabkan infeksi,
demam, dan juga secara fisiologis merasa tidak nyaman karena gatal. Dalam
kasus lainnya, infeksi yang disebabkan oleh kutu kepala pada tingkat
keparahan ditandai dengan adanya pengelupasan dan pengerasan kulit kepala,
terutama di daerah belakang kepala. Pada penderita yang tidak mendapatkan
pengobatan, rambut bisa menjadi kusut dengan adanya cairan yang
mengandung sel - sel mati (exudate) dan mempermudah untuk jamur
menginfeksi daerah tersebut.

16
Kutu rambut (Pediculus humanus capitis) merupakan parasit yang
menginvasi kulit kepala manusia, tergolong ke dalam famili pediculidae
hidup dengan menghisap darah manusia dan dapat menyebabkan lesi pada
kulit. Kutu rambut sangat mengganggu aktivitas manusia karena dapat
menyebabkan gatal pada kepala, kemerahan dan bahkan pada kondisi infeksi
berat, helaian rambut akan melekat satu sama lainnya dan mengalami
pengerasan, serta ditemukan adanya eksudat nanah akibat dari peradangan
gigitan parasit tersebut. Orang yang terinfestasi kutu rambut biasanya
mengalami iritasi, papul kemerahan dan luka pada kulit kepala.

4.2.2 Pencegahan
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat mencegah penyebaran
penularan kutu kepala :

a. Kutu Rambut

1) Menghindari adanya kontak langsung

2) Tidak menggunakan pakaian seperti topi, scarf, jaket, kerudung,


kostum olahraga, ikat rambut secara bersamaan

3) Tidak menggunakan sisir, sikat, handuk secara bersamaan.

b. Kutu Tubuh

1) Slalu menjaga kebersihan tubuh dengan mandi secara teratur dan


mengganti pakaian dengan pakaian bersih minimal seminggu sekali
dan mencuci pakaian yg terinfeksi minimal seminggu sekali

2) Cuci pakaian dan sprei yang terkontaminasi dg air panas (min 130°F
atau 54°C) & dikeringkan dg suhu tinggi. Pakaian dan barang lain yg
tidak dapat dicuci di dry-cleaned atau dibungkus dg plastik dan
disimpan selama 2 minggu.

c. Kutu Kelamin

1) Semua kontak seksual dari orang yang terinfeksi harus diperiksa.

17
2) Semua orang yang terinfeksi harus dirawat.

3) Pakaian atau barang yang diguankan oleh orang yang terinfeksi harus
direndam dalam air panas dengan suhu 130°F. Pakaian atau barang
yang tidak bisa dicuci dimasukkan dalam kantong plastik dan
disimpan selama 2 minggu.

4) Jangan berbagi pakaian, selimut, dan handuk yang digunakan oleh


orang terinfeksi kutu.

5) Jangan menggunakan semprotan fumigan atau kabut karena dapat


menjadi racun jika terhirup atau diserap melalui kulit.

6) Orang yang memiliki kutu pubis harus diperiksa dan diobati untuk
setiap penyakit menular seksual lainnya (PMS) yang mungkin ada.

4.2.3 Pengendalian kutu manusia


Selama ini, teknik untuk mengendalikan kutu kepala masih bertumpu
pada penggunaan insektisida anti kutu. Dikahawatirkan terlalu seringnya
menggunakan insektisida dapat memicu resistensi kutu kepala terhadap
insektisida tersebut. Bahan kimia yang sering digunakan untuk
mengendalikan kutu adalah bahan kimia termasuk berbagai insektisida
sintetis yang bersifat racun saraf seperti DDT, lindane, malathion,
carbaryl,dan permetrin (Burgess, 2004). Disamping dampak resistensi
terhadap kutu itu sendiri, penggunaan obat kutu sintetik mengakibatkan
dampak buruk bagi penggunanya. Lindane merupakan salah satu insektisida
berbahaya yang digunakan untuk membasmi kutu kepala.
Tetapi ada beberapa tanaman yang diteliti dapat membasmi kutu
rambut. Seperti tanaman nimba Azadirachta indica A. Juss memiliki aktivitas
melawan kutu rambut dengan kandungan zat aktifnya berupa azadirachtin,
suatu molekul tetranortriterpenoid organik, yang mirip dengan hormon
peranggas serangga, yang mengganggu siklus hidup serangga. Sedangkan
minyak tanaman teh merupakan senyawa turunan tanaman asli Australia,
Melaleuca alternifolia, dan komponen utama pada minyak tanaman teh
berupa terpinen-4-ol telah dilaporkan memiliki potensi membunuh kutu

18
rambut pada konsentrasi 10% dalam isopropanol {(Downs et al, 1999). dalam
artikel: aktivitas anti kutu rambut}
Selain minyak nimba dan minyak tanaman teh, tanaman saga rambat
Abrus precatorius juga dilaporkan memiliki khasiat sebagai insektisida. Efek
ekstrak biji Abrus precatorius terhadap Pediculus humanus capitis dewasa dan
nimfa menunjukkan bahwa pada 15% konsentrasi minyak biji dalam eter
petroleum mampu membunuh seratus persen kutu kepala manusia.
Tanaman srikaya annona squamosal L juga diketahui memiliki
aktivitas sebagai anti kutu rambut. daun dari tanaman asli Amerika tropis ini
mengandung saponin dan berifat insektisida, sehingga mampu membasmi
kutu rambut.

19
BAB 5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kutu
merupakan parasit. Dan selama kutu tersebut masih dalam keadaan hidup
mereka akan sangat menganggu , kebiasaan mereka hanya menghisap darah
kecuali kutu beras. Kutu tidak bisa hidup tanpa darah, berikut merupakan
jenis-jenis kutu penghisap darah : Kutu Busuk, Kutu Kucing, Kutu Kepala,
dan kutu pubis. Sedangkan Kutu beras itu sendiri merupakan serangga kecil
yang gemar menghuni biji-bijian yang disimpan yang akan sangat merugikan
jika mereka memakan semua biji-bijian yang telah disimpan.

5.2. Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan sebagai hasil kajian
makalah ini adalah
1. Bahwa seorang Calon Tenaga Analis Kesehatan yang sangat berperan
dalam membantu dokter untuk mendiagnosa suatu penyakit, sudah
sepatutnya memiliki pengetahuan, Keterampilan/Skill dan Juga Kiat dalam
Kompetensinya, khususnya bidang parasitologi
2. Setelah mengetahui cara pengendalian yang tepat, hendaknya dapat
diterapkan di kehehidupan sehari-hari untuk menghindari serangan Parasit
ini yang dapat menyebabkan Penyakit ruam-ruam, alergi, dan anemia.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, olehnya


itu kami mengharapkan agar kiranya, pembaca dapat memberikan masukan
atau kritik sebagai bahan pertimbangan agar pada kesempatan berikutnya,
dapat meminimalisir keselahan-kesalahan dalam penyusunan karya tulis
sehingga bisa menghasilkan karya tulis yang lebih baik lagi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Center for Disease Control and Prevention (CDC) : Parasites-Lice-Pubic ”Crab”


Lice. https://www.cdc.gov/parasites/lice/pubic/biology.html

CDC. (2013, september 13). Parasites - Lice - Body Lice. Retrieved maret 17,
2018, from https://www.cdc.gov/parasites/lice/body/index.html

CDC. (2013, september 13). Parasites - Lice - Pubic Lice. Dipetik maret 21,
2018, dari https://www.cdc.gov/parasites/lice/pubic/biology.html

CDC. (2013, september 13). Parasites - Lice - Body Lice. Dipetik maret 17, 2018,
dari https://www.cdc.gov/parasites/lice/body/index.html

CDC. (2013, september 13). Parasites - Lice - Head Lice. Dipetik maret 2018,
2018, dari https://www.cdc.gov/parasites/lice/head/epi.html

InfectiusLandscape:Typhus.http://www.infectionlandscapes.org/2011/06/typhus.ht
ml

Maharani, P. K. (2010). LTM pediculosis corporis. Retrieved maret 17, 2018,


from https://id.scribd.com/doc/55009735/LTM-pediculosis-corporis

Nurhadi Ogi.2010. parasitologi – Athropoda “ kutu”.Makalah pemenuhan


tugas .Bandung. Sekolah Tinggi Farmasi Bandung. Januari.

Pratiwi N.A. Budi.S.Nuoini Fitri. 2017. Gambaran Kejadian Penyakit Pedikulosis


Kapitis Pada Pondok Pesantren X Daerah Genuk Semarang.
Thesis.Semarang : Universitas Muhammdiyah Semarang

Pengendalian Vektor Kutu (Lice). kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-


content/uploads/2008/05/pengendalian-kutu-dan-pinjal.pdf

Pediculosis Image Library : Head Lice.


http://www.mcdinternational.org/trainings/malaria/english/DPDx5/HTML/I
mageLibrary/G-L/HeadLice/body_HeadLice_il3

21
Rudystina, A. (2017, september 6). Ciri Ciri Anda memiliki kutu kemaluan .
Retrieved maret 17, 2018, from https://hellosehat.com/hidup-sehat/seks-
asmara/ciri-ciri-kutu-kemaluan-kutu-kelamin/

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/56348/4/Chapter%20II.pdf di akses 17
maret 2018

Saraswati Nurmala. Ativitas Anti Kutu Rambut (Pediculus Humanus Capitis)


Dari Minyak Esensial Tanaman Nimba, Teh, Saga Rambat Dan Sriyaka.
jurnal farmaka suplemen volume 15. No 2. Hal 241- 250

Saraswati N., dkk. (t.thn.). Aktivitas Anti Kutu Rambut. Diambil kembali dari
jurnal.unpad.ac.id: jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/download/13337/pdf

Vonny, M. (2014). Peranan Kebersihan Kulit Kepala dan Rambut dalam


Penanggulangan Epidemiologi Pediculus Humanis Capitis . Diambil
kembali dari e-journal.unair.ac.id: https://e-
journal.unair.ac.id/JNERS/article/viewFile/2958/2130

ZA Rahman. http://eprints.undip.ac.id/44909/3/03.Bab_2.pdf

Zahrotul. (2014). Usaha Manusia Melawan Gangguan Hama. Diambil kembali


dari http://digilib.uinsgd.ac.id: digilib.uinsgd.ac.id/6139/4/4_BAB1.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai