Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENGENDALIAN VEKTOR DAN RODENT

IDENTIFIKASI VEKTOR KUTU BUSUK

(disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pengendalian Vektor dan Rodent Kelas A)

Dosen Pengampu:
Prehatin Trirahayu N., S.KM., M.Kes.

Disusun Oleh
Kelompok 3:

1. Luluk Indah S. 172110101026


2. Dewi Farakh M 172110101068
3. Setyo Pujo Santoso 172110101081
4. Widhia Setyani 172110101140
5. Kurnia Suci Pratiwi 172110101181

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur mendalam kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya maka makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik. Salam dan salawat semoga selalu tercurah pada baginda Rasulullah
Muhammad SAW.

Makalah yang berjudul “ Konsep Dasar Pengendalian Vektor Kutu Busuk” ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pengendalian Vektor dan Rodent.
Kami mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan yang telah
diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan makalah ini
hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih tersebut kami sampaikan kepada:

1. Ibu Prehatin Trirahayu N.,S.KM., M.Kes, selaku dosen pembimbing yang


telah memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyusunan makalah ini.

2. Orang tua dan rekan-rekan yang menempuh mata kuliah yang telah

memberikan dukungan moril.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi materi
maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
dalam penyempurnaan makalah ini. Terakhir kami berharap, semoga makalah ini dapat
memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya
bagi kami.

Jember, 13 April 2019

Penulis

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
Daftar Isi .................................................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................. iii
Bab I Pendahuluan .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan ................................................................................................................................. 2
2.1 Pengertian Kutu Busuk ........................................................................................................... 2
2.2 Klasifikasi dan Morfologi Kutu Busuk ................................................................................... 2
2.3 Ciri Fisiologi ........................................................................................................................... 4
2.4 Jenis Kutu Busuk .................................................................................................................... 5
2.5 Reproduksi Kutu Busuk (Cimex sp)........................................................................................ 8
2.6 Habitat Kutu Busuk................................................................................................................. 8
2.7 Perilaku Kutu Busuk ............................................................................................................... 9
2.8 Siklus Hidup Kutu Busuk ....................................................................................................... 9
2.9 Persebaran Kutu Busuk di Indonesia .................................................................................... 11
2.10 Dampak Kutu Busuk ............................................................................................................. 12
2.11 Pengendalian ......................................................................................................................... 13
2.12 Teknik Pengendalian Lingkungan ...................................................................................... 14
2.13 Pencegahan ......................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka....................................................................................................................................... 24

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Morfologi ............................................................................................................................... 4


Gambar 2 fisiologi .................................................................................................................................. 4
Gambar 3 Jantan dan Betina ................................................................................................................... 6
Gambar 4 Jantan dan Betina ................................................................................................................... 7
Gambar 5 Siklus Hidup ......................................................................................................................... 10
Gambar 6 Siklus Hidup ......................................................................................................................... 11
Gambar 7 Siklus Hidup ......................................................................................................................... 11

iii
Bab I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kutu busuk, cimex sp merupakan ektoparasit penghisap darah manusia dan hewan dari
ordo Hemiptera dan famili Cimicidae, yang penyebarannya di negara subtropis dan tropis.
Vektor tersebut sangat menganggu kehidupan manusia dalam segi kesehatan, dimana
Kesehatan merupakan hal yang sangat vital bagi manusia untuk bisa melakukan kegiatan
sebagaimana mestinya. Jika kesehatan terganggu, maka waktu juga akan tersita untuk
menangani masalah kesehatan. Faktor yang sangat mempengaruhi kesehatan adalah
bagaimana kondisi lingkungan yang ada di sekitar kita.

Terdapat banyak vektor yang dapat ditemui di dalam rumah, khususnya kamar tidur.
vektor yang spesifik dan banyak ditemui di lingkungan dan sangat berpengaruh terhadap
ancaman kesehatan kita adalah nyamuk, lalat, kecoa atau lipas, kutu manusia, pinjal, rodentia
atau tikus, dan kutu busuk.

Muncul dan menyebarnya permasalahan kutu busuk di berbagai belahan dunia ini, seiring
dengan era global yang memudahkan manusia dan barang bergerak dari satu daerah atau
negara ke daerah atau negara lain. Meningkatnya mobilitas ini memungkinkan kutu busuk
turut terbawa bersama barang bawaan, koper, pakaian, tas, koper, ransel, kardus, dan lainnya
ke seluruh dunia. Ditemukannya banyak kutu busuk di hotel, losmen, asrama-asrama
mahasiswa, apartemen, atau tempat-tempat orang datang dan pergi, merupakan indikasi ini
bahwa kutu busuk mungkin terbawa bersama orang-orang tersebut. Kutu busuk dan telurnya
bisa terbawa bersama tas, koper, pakaian dan lainnya.

1.2 Rumusan masalah


a. Bagaimana morfologi, daur hidup dan pencegahan dari kutu butu busuk?
b. Bagaimana cara pengawetan kutu busuk?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui morfologi, daur hidup dan pencegahan dari kutu butu busuk
B. Mengetahui cara pengawetan kutu busuk

1
Bab II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kutu Busuk


Kutu busuk merupakan serangga hama yang ditemukan di China pada tahun 1980-an,
bahkan tahun 1979 infestasi pertama kali dilaporkan di kota Shanghai. Dua jenis kutu busuk
C. lectularius dan C. hemipterus sering ditemukan di China. Kasus infestasi kutu busuk pada
kurun waktu 1999-2006 banyak terjadi di asrama pekerja, mahasiswa, militer, hotel dan
penjara, sedangkan pada tahun 2008 dan 2009 infestasi kutu busuk ditemukan pada alat
transportasi yaitu kereta api. Wilayah Shenzhen termasuk daerah yang paling tinggi
terinfestasi kutu busuk, karena daerah ini banyak didatangi buruh pabrik dari berbagai daerah
di wilayah China (wang & wen, 2011)

Kutu busuk (bedbug) tergolong ke dalam serangga penghisap darah yang dalam
bahasa lokal dikenal dengan nama tinggi (bahasa Jawa), kepinding, tumbila (bahasa Sunda),
atau bangsat. Adapun dalam bahasa latin, jenis kutu busuk di Indonesia adalah Cimex
hemipterus, Famili Cimicidae, Ordo Hemiptera

Kutu busuk atau bed bug adalah serangga yang sangat mengganggu manusia karena
menghisap darah yag pada umumnya berada pada tempat tidur, kursi ataupun sofa. Kutu
busuk memerlukan darah untuk bertahan hidup sejak menetas, menjadi nimfa, berganti kulit
dan menjadi dewasa. Kutu busuk betina bertelur sekitar 200 butir dimana 3-4 butir telur
setiap harinya. Dalam 5 bulan kutu busuk mencapai dewasa pada ukuran 6-10 mm dan dapat
hidup sampai 10 bulan. (Intan Ahmad, -)

2.2 Klasifikasi dan Morfologi Kutu Busuk


Klasifikasi Kutu Busuk

Kingdom : Animalia
Filum: Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hemiptera
Sub ordo: Heteroptera
Infra ordo : Cimicomorpha
Famili: Cimicidae
Genus : Cimex

2
Spesies : Cimex hemipterus
Morfologi kutu busuk dewasa
Memiliki tubuh yang berbentuk oval, pipih dorso-bagian perut. berwarna kuning kecoklatan.
setelah mekan darah berwarna coklat kemerahan.
1. Kepala
Kepala pendek, luas dan lancip. Memiliki mata majemuk yang emnonol. Mempunyai
sepasang antena. Mata majemuk berbentuk oval, hitam dan sessile. Terdapat 4
segmen pada antena. segmen pertama lebh pendek, segmen 3 dan 4 lebih ramping dan
transparan. Memiliki rambut halus seperti segmen antena. Bulu bulu halus tidak
ditemukan di mata dan antena.
2. Mulut
Mulut digunakan untuk menusuk dan menghisap terletak di sisi ventral kepala.Tterdiri
dari labium segitiga, labium sepanjang 3 segmen yang mencapai di dasar prothorax
dan dipasangkan mandibula dan stylets rahang atas seperti pisau. Stylets mandibula
membuat tusukan pada kulit dan stylets maksila memasuki luka. Air liur masuk ke
dalam tusukan dan mencegah pembekuan darah.
3. Thorax
Pajang thorax 3 segmen. Prothorax lebih besar dari pada mesothorax dan metathorax.
Prothorax umunya ditemukan dua kali selebar panjangnya dan terdapat bulu-bulu
halus. Mesothorax berbentuk lipatan segitiga dan crescentric. Setiap segmen thorax
terdapat sepasang kaki bersendi. Sehingga terdapat 3 pasang kaki. Setiap kaki terdiri
atas linear segmen yaitu coxa. Trokanter, femur, tibia, dan tarsus. Bentuk coxa rata
dan pendek . Trokanter menyatu dengan tulang paha lebih luas dan terkuat dari kaki.
tibia rmping dan lebih panjang. tarsus terdiri dari 3 segmen. Kedua cakar berada pada
ujung tarsus. Femur dan tibia ditutupi oleh duri halus. Di sisi ventral dari somite
toraks ketiga adalah sepasang kelenjar bau. Kelenjar ini menghasilkan sekresi
berminyak sebagai pertahanan terhadap predator.
4. Perut
Mempunyai 8 segmen. segmen 1 dan 2 menyatu bersama. Pada perut jantan lebih
runcing dan melengkung. Terdapat sebuah aedeagus di bagian ujung perut jantan.
Pada betina, perut lebih luas dan bulat. Terdapat sebuah sayatan kecil terlihat pada sisi
kiri dari segmen ke 4. Sayatan ini merupakan pembukaan kantong ketika reproduksi
yang dikenal dengan organ berlese. Seluruh perut ditutupi oleh rambut kecil di kedua
punggung dan sisi ventral. (RAHMAN, 2012)

3
Gambar 1 Morfologi
(RAHMAN, 2012)

2.3 Ciri Fisiologi

Gambar 2 fisiologi
sumber:https://www.google.com/search?q=gambar+morfologi++kutu+busuk&tbm=isch&so
urce=iu&ictx=1&fir=sgQIXGFs0nh4M%253A%252CZDT6tnLUwsUvkM%252C_&vet=1&
usg=AI4_kTEa6sMtJ1xf1eNJ8zRvtGRn9xIFw&sa=X&ved=2ahUKEwjc4pjXzPvhAhVx8X
MBHX1CCwYQ9QEwAHoECAcQBA#imgrc=sg-QIXGFs0nh4M:

Kutu busuk memiliki bentuk kepala pendek, lebar dan bagian ujung meruncing, serta
mata majemuk yang menonjol. Antena terdiri atas empat segmen, segmen pertama lebih
pendek dari segmen lain, segmen ketiga dan keempat lebih ramping dan transparan dibanding
dua segmen lainnya. Keempat segmen antena ditutupi rambut-rambut halus. Bagian mulut

4
terletak di bagian sisi ventral kepala digunakan untuk menusuk dan mengisap. Bentuknya
seperti paruh dan terdiri atas dua pasang stilet, yaitu mandibula stilet yang digunakan untuk
merobek kulit inang dan maksila stilet kemudian masuk menembus luka bekas tusukan untuk
mengisap darah. Bagian toraks terdiri atas tiga segmen protoraks, mesotoraks dan metatoraks.
Sayap mengalami rudimenter . Kutu busuk memiliki bentuk tubuh oval dan pipih
dorsoventral. Kutu busuk dewasa berukuran 6-7 mm, berwarna kuning pucat atau coklat.
Namun setelah kenyang darah warna tubuh kutu busuk akan berubah menjadi coklat
kemerahan. Bentuk kutu busuk dewasa jantan dapat dibedakan dari betina yaitu ujung
abdomen yang lebih runcing dibanding betina dan memiliki bagian aedeagus yang
melengkung (Septiane, 2015).

2.4 Jenis Kutu Busuk


Kutu busuk atau bed bug dibagi menjadi dua jenis, yaitu Cimex hemipterus dan Cimex
lectularis. Keduanya merupakan jenis kutu busuk yang umum menyerang manusia.
a. Cimex hemipterus
1) Tempat hidup
Merupakan jenis kutu busuk/ bed bug yang banyak ditemukan di daerah-
daerah beriklim tropis, seperti halnya di negara-negara di Asia Tenggara,
namun di beberapa negara empat musim juga telah ditemukan tropical bed
bug (Cimex Hemipterus) ini. Cimex hemipterus lebih menyukai bahan-bahan
seperti kayu, paper stone, plester, atau tekstil untuk tempat perlindungan
(Roberts dan Janovy, 2000; Usinger, 1966 dalam Fargo, 2003).
2) Ciri Morfologi Cimex Hemipterus
Cimex Hemipterus dewasa berwarna coklat kemerahan dan panjangnya bisa
mencapai kurang lebih 8 mm. Bed bug ini memiliki bentuk tubuh yang pipih
dan tidak memiliki sayap, memiliki antena yang terdiri dari empat segmen,
yaitu dua segmen distal yang tercakup dalam sensilla untuk meningkatkan
persepsi sensorik. Rambut-rambut sensorik tersebut juga berlimpah di kaki,
dada, dan perut. Kutu busuk memiliki mata majemuk serta pronotum
sclerotized (tepat setelah kepala, pada bagian pertama thorracic somite atau
segmen tubuh) yang dua kali lebih luas daripada panjangnya. Cimex
hemipterus juga memiliki kaki yang tidak memiliki perekat/daya tempel
yang kuat, tetapi memungkinkan gerakan cepat di tubuh inang. Di bagian
perut pada thorracic somite ketiga atau segmen tubuh ketiga terdapat

5
sepasang kelenjar aroma. Kelenjar ini menghasilkan sekresi berminyak yang
dianggap sebagai mekanisme pertahanan diri terhadap predator. Cimex
hemipterus betina memiliki tubuh yang lebih luas dan lebih panjang dari
Cimex hemipterus jantan. Namun, Cimex hemipterus betina memiliki bulu
sensor yang lebih pendek daripada jantan (Roberts and Janovy, 2000; Singh,
et al., 1996 dalam Fargo, 2003).

Gambar 3 Jantan dan Betina


Sumber: First records of the tropical bed bug Cimex hemipterus
(Heteroptera: Cimicidae) from Russia. Gapon (2016). A, Jantan; B, Betina

Menurut Gapon (2016), pronotum dari spesimen Cimex hemipterus adalah


2.10-2.37 kali lebih lebar dari tubuhnya; ruang intraokular pada jantan
adalah 4,27–5,20 kali lebarnya mata; panjang tubuh jantan yaitu 5,0-6,15
mm sedangkan betina 5,15-6,55 mm.
3) Pertumbuhan Cimex hemipterus
Telur Cimex hemipterus menetas dalam waktu kira-kira sepuluh hari dan
larva melewati serangkaian lima instar sebelum mencapai usia dewasa.
Setiap instar membutuhkan makanan berupa darah yang kan berpengaruh
pada peningkatan berat tubuh Cimex. Diperlukan 37 hingga 128 hari bagi
telur untuk mencapai kedewasaan apabila berada pada daerah bersuhu
tinggi. Pada fase instar ini, nafsu makan kutu busuk cenderung sangat tinggi
(Newberry, 1989; Roberts and Janovy, 2000; Usinger, 1966 dalam Fargo,
2003).
b. Cimex lectularius

6
1) Tempat Hidup
Cimex lectularius banyak ditemukan di negara-negara beriklim sedang.
Sama halnya dengan Cimex Hemipterus, Cimex lectularius juga
menyukai tempat-tempat yang memiliki celah-celah kecil untuk
bersembunyi.
2) Morfologi Cimex lectularius
Kedua spesies (C. hemipterus dan C. lectularius) memiliki morfologi
yang hampir sama. Spesies terebut dapat dibedakan dengan adanya
flensa lateral yang terbalik pada margin pronotum pada thorax C.
lectularius, hal tersbut membuat toraks relatif jauh lebih luas daripada
tropical bedbug, meskipun flensa lateral ini kurang jelas pada bedbug
yang belum mencapai tahap dewasa (Dogget dkk, 2012). Berbeda
dengan C. hemipterus, C. lectularius memiliki warna yang lebih terang.

Gambar 4 Jantan dan Betina


Sumber: Alamy Stock Photo. Bash, A. (2009).
https://www.alamy.com/stock-photo-bed-bug-cimex-lectularius-male-and-
female-on-white-background. A, betina; B, jantan.

3) Pertumbuhan Cimex lectularius


Pada kedua spesies kutu busuk, ada lima tahap remaja, yang disebut
"Instar," yang merupakan versi mini dari penampilan bedbug dewasa

7
pada umumnya meskipun berbeda warna. Instar pertama memiliki
panjang sekitar 1 mm dan berwarna putih pudar saat tidak diberi
makan/darah, kemudian menjadi merah-coklat tua dan memiliki panjang
5 sampai 6mm panjang saat dewasa dewasa meskipun dalam kondisi
unfed atau belum medapat makan. Semua bedbug baik pada tahap nimfa
hingga dewasa dari kedua jenis kelamin membutuhkan darah untuk
nutrisi dan perkembangan (Dogget dkk, 2012).

2.5 Reproduksi Kutu Busuk (Cimex sp)


Kutu busuk memiliki metode kawin yang langka yang dikenal sebagai inseminasi
traumatis. Cimex sp jantan memiliki aedeagus kecil, atau penis, yang terletak di pangkal
appendage (suatu struktur berupa tonjolan tubuh dan mampu bergerak secara aktif) yang
disebut paramere dan melengkung ke kiri. Paramere dimasukkan ke dalam takikan yang
dikenal sebagai sinus paragenital di sisi kanan segmen perut kelima betina. Selanjutnya,
Cimex sp jantan melepaskan sperma ke dalam "kantung" yang dikenal sebagai spermalege
tempat sperma berjalan melalui hemocoel ke konsep mani (organ yang terletak di dasar
saluran telur). Sperma kemudian melakukan perjalanan melalui dinding saluran telur agar
dapat membuahi telur. Cimex jantan akan melakukan kawin secara berulang-ulang dengan
Cimex betina, bahkan tidak jarang Cimex jantan menunjukkan perilaku homoseksual
(Newberry, 1989; Roberts and Janovy, 2000; Usinger, 1966 dalam Fargo, 2003).

2.6 Habitat Kutu Busuk


Kutu busuk (Cimex sp) terbagi menjadi dua spesies yang umum menyerang manusia,
diantaranya yaitu kutu busuk yang hidup di negara-negara beriklim sedang (C. lectularius)
serta kutu busuk yang hidup di negara-negara beriklim panas (C. hemipterus). C. lectularius
juga dapat ditemukan pada ayam, kelinci, dan kelelawar (Nobele,ER.,1989 dalam Sumanto
dan Almahidy, 2010).
Menurut Sumanto dan Almahidy (2010) Kutu busuk atau bed bugs juga menyukai
alas tidur yang terbuat dari “galar” sebagai tempat bersarang dan berkembangbiak, daripada
kasur. Guna melangsungkan hidupnya dan berkembangbiak, kutu busuk atau bed bug atau
Cimex sp ini lebih banyak ditemukan di tempat-tempat yang ventilasinya kurang baik, di
tempat-tempat lembab, serta pada tempat-tempat yang relatif gelap.

8
2.7 Perilaku Kutu Busuk
Semua kutu busuk atau bed bugs jantan dan betina pada tahap nimfa hingga dewasa
membutuhkan darah untuk nutrisi dan perkembangan. Kutu busuk (Cimex sp) menyukai
karbondioksida yang dihasilkan manusia (host), suhu tubuh, dan berbagai senyawa yang
dipancarkan di kulit, lalu mereka berjalan menuju host untuk mendapat makanannya karena
bed bugs tidak terbang atau melompat. Host yang disukai bed bugs adalah manusia, tetapi
bed bugs juga dapat mendapatkan makanannya dari hewan berdarah panas lainnya, termasuk
hewan peliharaan. Bed bugs cenderung tidak hidup di tubuh manusia, dan satu-satunya
kontak adalah ketika menghisap darah yang terjadi setiap beberapa hari saat host sedang
tidur.
Sebagai spesies samar, bed bugs bersifat fotofobik (melakukan aktivitasnya saat
gelap) dan karenanya menjadikan bed bugs cukup “rahasia”. Menurut Dogget dkk (2012) bed
bugs umumnya mencari makan pada malam hari, yaitu antara pukul 01.00 - 05.00 pagi. Bed
bugs tidak mampu bertahan hidup apabila terkena panas matahari langsung. Pada siang hari,
bed bugs mencari perlindungan di berbagai celah dan menjadi inaktif. Bed bugs selalu
berdekatan untuk kontak satu sama lain dan lepaskan feromon agregasi untuk membantu
merelokasi tempat persembunyian mereka setelah mencari makan. Keberadaan tempat
persembunyian bed bugs ditandai dengan adanya bercak feses bed bugs itu sendiri. Bed bugs
juga melepaskan alarm feromon, yaitu aroma khas yang dihasilkan ketika merasa terancam.

2.8 Siklus Hidup Kutu Busuk


Kutu Busuk dewasa panjangnya mencapai 6-7 mm, berbentuk oval dan rata. Kutu
busuk berwarna merah kecoklatan dan dapat berubah menjadi coklat tua dan membengkak
setelah menghisap darah. Kutu busuk mempunyai 3 segemntasi yaitu paruh, 4 segmen antena,
dan vestigial sayap. Sayap bagian kutu busuk bermodifikasi menjadi tonjolan hemelitra,
sedangkan sayap belakang menghilang, ehingga kutu busuk tidak memiliki sayap. Tubunya
rata di bagian perutnya yang ditutupi dengan rambut pendek berwarna emas. Kutu busuk
berbau khas yaitu pengap dan manis yang berasal dari zat kimia aldehida yang diproduksi
oleh kelenjar yang terletak di bagian ventral metathorax. (Weatherston dan Percy 1998
dalam (Harlan, 2006)). Ujung perut biasnya berbentuk runcing pada pria daripada wanita.
Siklus hidup dari telur adalah 5 minggu pada 75-80 % RH dan 28-32 derajat celcus. Kutu
busuk dapat bertahan dan tetap aktif pada suhu serendah 7 derajat celcius, jika bertahan pada
sungu menengah selama beberapa jam pada suhu 45 derajat kutu busuk mati. Kutu busuk
memiliki 5 nymphalinstar, masing-masing membutuhkan satu darah makanan untuk

9
berkembang biak ke tahap selanjutnya. Setiap betina kutu busuk dapat bertelur 200-500 telur
pada masa hidupnya selama 2 tahun atau lebih (Usinger 1966, Krinsky 2002, dalam Harold J.
Harlan).

Kutu busuk mengalami metamorfosis yang tidak sempurna yaitu diawali dengan tahap
telur, nimfa, dan dewasa. Perkembangan kutu busuk membutuhkan waktu 6 minggu hingga
beberapa bulan tergantung temperatur dan ketersediaan bahan makanannya. Kutu busuk
dewasa jantan maupun betina menghisap darah dari sejak menjaadi nimfa hingga dewasa
pada malam hari sekitar 10-15 menit. Kemudian akan menghisap darah lagi setelah 3 hari.
(Hadi, 2011)

Gambar 5 Siklus Hidup


Sumber:
https://www.google.com/search?q=siklus+kutu+busuk&safe=strict&tbm=isch&source=iu&ict
x=1&fir=_1Le0Ib3hh0gaM%253A%252CMtM1n3Gk0eemDM%252C_&vet=1&usg=AI4_-
kQar6NPPUTFcwgmEFKOGrNoj-
vEmg&sa=X&ved=2ahUKEwilptaHkaDhAhWLtI8KHeyAAYwQ9QEwA3oECAkQCA#img
rc=VXvbplvN7mw6fM:&vet=1

10
Gambar 6 Siklus Hidup
Sumber :
https://www.google.com/search?q=siklus+kutu+busuk&safe=strict&tbm=isch&source=iu&ict
x=1&fir=_1Le0Ib3hh0gaM%253A%252CMtM1n3Gk0eemDM%252C_&vet=1&usg=AI4_-
kQar6NPPUTFcwgmEFKOGrNoj-
vEmg&sa=X&ved=2ahUKEwilptaHkaDhAhWLtI8KHeyAAYwQ9QEwA3oECAkQCA#img
rc=Pbyat05YiyZjdM:&vet=1

Gambar 7 Siklus Hidup


https://academic.oup.com/labmed/article/43/5/141/2657637

2.9 Persebaran Kutu Busuk di Indonesia


Sampai akhir tahun 1970an, permasalahan kutu busuk di Indonesia banyak ditemukan di
rumah, gedung pertunjukan, hotel atau tempat-tempat umum lainnya dimana manusia tidur

11
atau duduk. Sampai pada kurun tahun 1920-2000 karena keberhasilan pengendalian dengan
insektisida berbasis organoklorin (al. DDT), kutu busuk praktis hampir dapat dikendalikan
secara penuh, dan hampir tidak ada informasi tentang serangan kutu busuk. Namun, pada 5-6
tahun terakhir ini, kutu busuk mulai ditemukan lagi di sejumlah losmen, hotel berbintang, dan
sedikit rumah tinggal (Ahmad, 2016).
Sebenarnya, permasalahan kutu busuk atau bed bug yang mulai terjadi di Indonesia tidak
separah permasalahan yang sudah terjadi di banyak negara di Eropa, Amerika Serikat,
Canada, dan Australia; bahkan Malaysia dan Singapura mulai melaporkan adanya
permasalahan dengan kutu busuk. Seperti halnya di Amerika Serikat, pada tahun 2007 telah
dilaporkan terjadinya wabah (out breaks) kutu busuk di 50 negara bagian. Munculnya
kembali kutu busuk atau bed bug ini, merupakan salah satu misteri dalam Entomologi,
mengingat serangga penghisap darah ini hampir tidak muncul untuk jangka waktu puluhan
tahun. Sehingga dalam hal ini, adalah fakta bahwa dengan adanya globalisasi, manusia dan
barang dapat dengan mudah berpindah dari satu tempat/negara ke tempat/negara lainnya.
Mobilitas ini turut memberikan kontribusi terhadap penyebaran kutu busuk ini ke seluruh
dunia. Indikasi ini dapat dilihat antara lain bahwa kutu busuk banyak ditemukan di tempat
orang datang dan pergi seperti hotel, losmen, apartemen dan asrama. Kutu busuk (termasuk
telurnya) dapat terbawa secara tidak sengaja melalui pakaian, dalam koper/ransel, suitcase
dsb.

2.10 Dampak Kutu Busuk


Gigitan kutu busuk menyebabkan gatal- gatal karena air liur kutu busuk mengandung
senyawa anestesi. Gigitan dari kutu busuk sering menyebabkan ruam yang terdiri dari kluster
kecil pruritus, papula eritematosa atau wheals. Gigitan tidak menyakitkan dan biasanya tidak
terasa sampa beberapa jam. Kemudian timbul peradangan lokal, sehingga biasanya jika
dgaruk berulang-ulang tambah membesar. Kulit menjadi kemerahan disekitar gigitan. Gigitan
kutu busuk ditandai dengan benjolan kecil keputihan dikulit dan digaruk berulang akan
berdarah dan muncul infeksi sekunder.
Lesi eritematosa pada kulit di tempat pemberian kutu busuk, satu per serangga
(Gambar 3). Ini biasanya gatal dan, jika tidak diabrasi, sembuh dalam seminggu.
berdiameter 5 mm hingga 2 cm. Lesi sembuh secara spontan dalam 2-6 minggu, tetapi
hiperpigmentasi pascainflamasi permanen dapat terjadi.

12
Dampak gigitan kutu busuk terhadap kesehatan:

1. Tidak diketahui sebagai carrier atau bukan.


2. Gigitan dapat menyebabkan reaksi alergi dengan pembengkakan,
3. kemerahan, dan gatal.
4. Infeksi kulit dan jaringan parut dapat terjadi
5. goresan.
6. Mayoritas orang tidak bereaksi terhadap bed bug
7. gigitan.
8. Kesulitan/ kurang tidur akibat gangguan dari kutu busuk adalah efek samping yang
serius.
9. Mengurangi tingkat kewaspadaan, kehilangan produktivitas, dan berpengaruh pada
mood seseorang.

2.11 Pengendalian
Perpindahan kutu busuk dari satu tempat ke tempat lainnya terutama telur
yang menempel pada kasur, pakaian, sprei dan lain-lain yang mudah sekali menempel
tanpa diketahui keberadaannya. Sehingga diharapkan tidak memindahkan apapun dari
kamar karena penyebaran kutu busuk ke tempat lain sangat mudah sekali terjadi.
Langkah-langkah mudah cara pengendalian kutu busuk:

1. Cari tahu di mana bed bugs bersembunyi. Bed bugs tidak hanya tinggal di
matras/kasur (meskipun itu tempat yang disukai bed bug). Periksalah setiap sisi, di
bawah dan di beakang meja rias, atau tempat-tepat gelap lainnya yang memungkinkan
sebagai tempat persembunyian bed bug.
2. Vakum seluruh ruangan/ rumah dengan hati-hati. Cara tersebut akan cepat
menurunkan jumlah bedd bug. Buanglah kantong atau isi vakum ke dalam kantong
plastik, tuup rapat, lalu buang dengan benar.
3. Vacumming saja tidak akan menghilangkan kutu, berikan uap pada tiap furnitur di
rumah untuk membunuh bed bug yang tersisa dan telur-telur yang tersembunyi. Alat
uap tersebut tersedia di toko-toko maupun secara online.
4. Waktu penguapan tergantung pada suhunya, semain tinggi suhu maka semakin cepat
proses pemusnahan kutu.Lakukan penguapan secara perlahan dan hati-hati untuk

13
menghindari resiko terbakar.Cuci semua karpet, karpet, dan benda-benda berbahan
kain lainnya dengan air panas. Keringkan pada suhu yang tinggi. Barang yang tidak
memungkinkan untuk dicuci dapat dimasukkan ke dalam drier setidaknya selama 20
menit untuk membunuh kutu busuk.

2.12 Teknik Pengendalian Lingkungan


a. Modifikasi Lingkungan
Modifikasi lingkungan dimaksudkan sebagai upaya mengubah kondisi lingkungan
yang bersifat permanen, seperti melakukan vacumming, penguapan pada perabot
rumah, mencuci pakaian, sprei, dan perabot rumah lainnya dengan air panas,
menjemur perabot rumah yang ditinggali bed bugs, dll. Upaya modifikasi ini
umumnya membutuhkan nilai investasi yang besar karena butuh membangun
infrastruktur.

b. Manipulasi Lingkungan
Sedang manipulasi lingkungan merupakan upaya merubah kondisi lingkungan yang
bersifat sementara (efek jangka pendek), seperti menjaga hygiene sanitation rumah,
misalnya menjaga kebersihan rumah dan perabot rumah, serta memperbaiki ventilasi
rumah, mengingat bed bug merupakan serangga yang menyukai tempat lembab dan
gelap. Sedangkan untuk pengendalian bed bug secara biologi yaitu dengan
memberikan predator bagi bed bug seperti laba-laba. Laba-laba tertentu mampu
membunuh bed bug. Namun, pengendalian biologi kutu busuk melalui predator ini
kurang efektif, karena akan diperlukan upaya lain lagi untuk menghilangkan predator
nantinya. Kedua, bed bug pandai bersembunyi dan mereka biasanya mencari area di
dekat tempat tidur inang celah di dekat tempat tidur untuk bersembunyi. Sehingga,
tidak mungkin bagi host untuk mengijinkan laba-laba atau predator bagi bed bug
untuk berada di tempat tidurnya.

2.13 Pencegahan
a. Waspadai tanda-tanda kutu tersebut sebagai: bangun dengan gigitan; melihat bug
langsung; atau gelap bintik-bintik merah atau hitam di tempat tidur, karpet,
dinding dan mebel.
b. Menemukan kutu busuk lebih awal adalah kunci mencegah penyebarannya.
c. Periksa furnitur bekas dengan cermat sebelum dibawa ke rumah Anda.

14
d. Cari tanda-tanda kutu di bantal, ritsleting, jahitan, dan di bawahnya termasuk
mata air dan bingkai.
e. Gunakan pembesar gelas jika memungkinkan.
f. Waspadai barang di lorong dan tempat sampah.
g. Lihatlah kasur dan tempat umum lainnya ketika berada di tempat yang asing. Bed
bug dapat menumpang pulang di pakaian atau koper Anda.

15
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan secara
observasi secara langsung untuk mengetahui keadaan dan kualitas kutu busuk
yang akan di amati.Observasi ini dilakukan untuk mengidentifikasi siklus kutu
busuk agar dapat mengetahui peranan kutu busuk sebagai vektor dari penyakit.

3.2 Waktu dan Tempat


Waktu pencarian, identifikasi dan pengawetan kutu busuk dilakukan pada hari
Rabu, 08 Mei 2019. Untuk pengawetan dilakukan pada hari Rabu, 08 Mei 2019 di
lobby FKM Universitas Jember. Untuk pencarian kami lakukan di sela-sela kasur
karena kutu busuk lebih menyukai tempat yang gelap dan lembab untuk berkembang
biak. Kutu busuk kami dapatkan disalah satu kerabat teman kami di Gebang.

3.3 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam mengidentifikasi kecoa adalah sebagai berikut:

1. Alat
a. Botol
b. Wadah plastik
c. Penggaris
d. Pinset
e. Cat kuku
f. Lem
g. Plastik laminating
h. Kertas manila

2. Bahan
a. Kutu busuk
b. Aseton
c. Preparat
d. Figora

3.4 Prosedur Kerja


a. Lakukan pencarian kutu busuk. Kegiatan ini dilakukan di tempat-
tempat yang lebih disukai oleh kutu busuk seperti sofa, kasur dan
sebagainya.
b. Melakukan penangkapan kutu busuk dan taruh dalam botol plastik
secara hati-hati agar kutu busuk tidak mudah mati akibat dari sentuhan
tangan yang terlalu keras. Usahakan dalam menangkap kutu busuk
harus cepat agar tidak mudah lari dan segera tutup wadah yang akan
digunakan.
c. Melakukan pengawetan kutu busuk. Pengawetan ini dilakukan dengan
cara menetesi aseton ke kutu busuk yang ada dalam wadah.

16
d. Biarkan beberapa menit kemudian angkat kutu busuk dan taruh kutu
busuk sampai mengering.
e. Tetesi aseton dari setiap kutu busuk mulai dari telur, nimfa1, nimfa 2,
nimfa 3, nimfa 4 dan kutu busuk dewasa.
f. Identifikasi kutu busuk
 Lakukan pengukuran pada kutu busuk dengan menggunakan
penggaris.
 Catat hasil dari identifikasi dan pengukuran.
 Siapkan media untuk kutu busuk yang telah diawetkan.
g. Pengawetan kutu busuk
 Siapkan alat dan bahan
 Tempel kertas manila pada figora
 Berikan cat kuku pada preparat
 Taruh kutu busuk pada preparat yang telah diberikan cat kuku
 Berikan lem belakang atas bawah pada kutu busuk yang telah
ditaruh di preparat
 Tempel hasil pada kertas manila
 Tutup figora dengan kertas laminating agar tertutup.

17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Identifikasi
a. Klasifikasi kutu busuk
1. Kingdom : Animalia
2. Filum: Arthropoda
3. Class : Insecta
4. Ordo : Hemiptera
5. Sub ordo: Heteroptera
6. Infra ordo : Cimicomorpha
7. Famili: Cimicidae
8. Genus : Cimex
9. Spesies : Cimex hemipterus
b. Ciri-ciri
1. Kutu busuk jantan dewasa

a. Bentuk tubuh memanjang


b. Ukuran tubuh 0,6 cm.
c. Memiliki warna coklat kehitaman.
d. Memiliki jumlah kaki 6. Sepasang terletak di depan, sepasang di tengah dan
sepasang dibelakang.
e. Memiliki sepasang antena.
f. Abdomen terdiri dari 5 segmen.
g. Sepasang dua mata.
2. Kutu busuk betina dewasa

18
a. Bentuk tubuh melebar
b. Pipih
c. Abdomen terdiri dari 6 segmen.
d. Jumlah kaki 6 buah.
e. Warna coklat kehitaman.
f. Ukuran tubuh 0,5 cm.
3. Telur

a. Telur berwarna putih.


b. Ukuran tubuh 0,1 cm.
c. Bentuk bulat memanjang.
4. Instar 1

a. Berwarna coklat transparan.


b. Ukuran tubuh 0,2 cm.
c. Berbentuk bulat memanjang.
5. Instar 2

a. Berwarna coklat muda.


b. Perut sudah mulai berisi.
c. Ukuran tubuh 0,25 cm.

19
6. Instar 3

a. Berwarna coklat kehitaman.


b. Ukuran 3,5 cm.
c. Bentuk bulat memanjang.
7. Instar 4

a. Berwarna coklat kehitaman.


b. Ukuran tubuh 4,7 cm.
c. Segmen pada tubuh sudah mulai terlihat.
8. Instar 5

a. Memiliki ukuran tubuh 5 cm.


b. Berbentuk pipih melebar.
c. Kaki sudah mulai terlihat jelas.

4.2.Proses Pengawetan
Metode pengawetan kutu busuk menggunakan aseton. Karena ketika
menggunakan zat pengawet yang lain kutu busuk akan mudah hancur. Langkah
pertama dalam proses pengawetan yaitu kutu diletakkan didalam kaca preparat dan
dilihat dengan manual karena masih dapat dijangkau dengan mata telanjang untuk
mengetahui semua siklus hidup dari kutu busuk. Kemudian, ditetesi dengan aseton
dan dibiarkan beberapa saat. Selanjutnya, dilakukan pengukuran dengan
menggunakan penggaris untuk mengetahui panjang dan catat hasilnya. Setelah itu,
kutu busuk yang telah ditaruh dipreparat dapat ditempel pada figora dengan
menggunakan lem.

20
4.3.Hambatan
1. Sulitnya mencari kasur yang ada kutu busuknya.
2. Sulitnya menangkap kutu busuk yang lari dengan cepat.
3. Instar Kutu busuk yang terlalu kecil sehingga sulit ditemukan.
4. teknik pengambilan kutu busuk yang sulit karena badannya mudah hancur.

21
BAB IV. PENUTUP Commented [(1]:

4.1 Kesimpulan
Kutu Busuk atau Cimex bertahan hidup dengan menghisap darah yang dapat
menimbulkan gatal-gatal karena mengeluarkan air lendir yang mengandung bakteri.
Habitatnya berada pada kasur dan pakaian atau sejenis kain-kainan, yang dapat
menimbulkan kotoran. Serta yang membedakan antara jantan dan betina adalah
ukuran tubuh yang lebih lebar betina, dan pada ujung abdomen jantan lebih menonjol
dari pada betina.
4.2 Saran
Masyarakat diharapkan dapat melakukan pengendalian, pencegahan dengan
menjaga lingkungan sekitar agar tidak ada perkembangbiakan kutu busuk
dilingkungan sekitar. Keberadaan kutu busuk, dapat ditimbulkan akibat dari
lingkungan yang kotor sehingga perlu diwaspadai dan adanya tindakan untuk menjaga
kebersihan diri maupun lingkungan. Walaupun kutu busuk belum diketahui dampak
penyakit yang ditimbulkan melainkan hanya iritasi maupun rasa gatal. Namun, perlu
diketahui bahwa kutu busuk merupakan vektor yang mengganggu baik kesehatan
maupun lingkungan.

22
23
Daftar Pustaka
Ahmad, Intan. 2016. Fakta Tentang Kutu Busuk (Bed Bugs), Cimex Hemipterus
(Hemiptera:Cimicidae) dan Cara Pengendaliannya. [https://multisite.itb.ac.id/wp-
content/uploads/sites/56/2016/06/Bed-bug-or-kutu-busuk-Cimex.pdf (diakses pada 5
April 2019)].
Dogget, Stephen L., Dominic E. Dwyer, Pablo F. Penas, dan Richard C. Russell. “Bed Bugs:
Clinical Relevance and Control Options.” Clinical Microbiology Reviews, 2012: 164-
192.
Fargo, D. 2003. Cimex Hemipterus, Animal Diversity Web.
[https://animaldiversity.org/accounts/Cimex_hemipterus/ (diakses pada 5 April 2019)].

Goddard, J. & Deshazo, R., 2009. Bed Bugs (Cimex lectularius) and Clinical Consequences
of Their Bites.

Hadi, U. K., 2011. BIOEKOLOGI BERBAGAI JENIS SERANGGA PENGGANGGU


PADA HEWAN TERNAK DI INDONESIA DAN PENGENDALIANNYA. p. 6.

Harlan, H. J., 2006. Bedbugs 101 :The Basics of Cimex Lectularius.


https://www.researchgate.net/publication/263133743_Bed_Bugs_101_the_Basics_of_C
imex_lectularius

Intan Ahmad, P. (-). fakta tentang kutu busuk. multisite itb, https://multisite.itb.ac.id/wp-
content/uploads/sites/56/2016/06/Bed-bug-or-kutu-busuk-Cimex.pdf.

Midwest Pesticide Action Center. Bed Bugs A Factsheet From Safer Pest Control Project.
[https://www.tsc.k12.in.us/uploaded/Buildings_Grounds/BedBugsFactsheet.pdf
(diakses pada 5 April 2019)].
Rahman, H. R. K. A. M. M., 2012. Morphology And Biology Of The Bedbug, Cimex
Hemipterus. Pp. 126-130.

Septiane, E. (2015). Studi Infestasi Dan Resistensi Kutu Busuk, Cimex hemipterus
(Hemiptera: Cimidae) terhadap tiga golongan insektisida di bogor. ITB,
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/2015ese.pdf.

Sumanto, Didik, dan Fuad Almahidy. “Survei Keberadaan Serangga Cimex Sp Pada
Lingkungan Rumah Tangga dikaitkan dengan Kadar Hemoglobin Penghuni Rumah di
Desa Gebang Sukodono Sragen .” Prosiding Semiar Nasional Unimus, 2010: 42-48.

24
wang, c., & wen, x. (2011). Bed bug infestations and control practices in china: implications
for fighting the global bed bug resurgence. J Insect, 2:83-
9.doi:19.3390/insects2020083.ISSN 2075-4450.

Daftar Gambar:

Bash, A. 2009. Alamy Stock Photo. [https://www.alamy.com/stock-photo-bed-bug-cimex-


lectularius-male-and-female-on-white-background (diakses pada 6 April 2019)].
Gapon. 2016. First records of the tropical bed bug Cimex hemipterus (Heteroptera:
Cimicidae) from Russia. [https://pdfs.semanticscholar.org/ (diakses pada 6 April
2019)].
Olesen, Jacob. What are The Natural Predator of Bed Bugs. Bed Bugs Bites. [SerialOnline]
[https://www.bedbugsbites.net/natural-predators-bed-bugs/ (diakses pada 13 Mei
2019)].
Sunarsih, Elvi. 2011. “Penerapan Konsep Manajemen Lingkungan untuk Pengendalian
Vektor Malaria (Suatu Konsep Pemikiran)”. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2 (1),
7-14.

25
Notulesi:

Pertanyaan:

1. Istifani Shafira (172110101142)


Disebutkan bahwa tanda-tanda adanya kutu busuk yaitu adanya bercak feses,
jelaskan?
2. Syarofatul imamah (172110101107)
Bagaimana kutu busuk dapat menghisap darah manusia sedangkan hidupnya di kasur
atau di sofa?
3. Khoirunnisa’ (172110101126)
a. Ada dua jenis kutu busuk, apakah bisa keduanya hidup di Indonesia?
b. Berapa lama hidup kutu busuk tanpa menghisap darah?

Jawaban:

1. Telah dilihat gambar bahwa adanya bercak. Bercak tersebut merupakan feses dari
kutu busuk. Bercak ini memiliki ciri warna gelap yaitu hitam. Ketika kutu busuk
selesai menghisap darah manusia, kutu busuk akan mengeluarkan fesesnya di area
sekitar kutu busuk menghisap darah. Untuk mengetahui bercak tersebut termasuk
feses kutu busuk atau enggak dapat melakukan hal dibawah ini yaitu:
a. Siapkan tissu
b. Basahi tissu dengan air bersih
c. Usapkan pada bercak hitam yang ada di sofa atau kasur
d. Cium baunya, ketika berbau maka dapat disebut dengan feses kutu busuk dan
kenali baunya karena bau kutu busuk memiliki ciri khas seperti walang sangit.
2. Kutu merupakan hewan yang tidak dapat hidup di tubuh manusia maka kutu busuk
hidup disela-sela kasur, bantal, maupun sofa dan tempat lembab maupun gelap

26
lainnya untuk berkembang biak. Kutu busuk akan kontak dengan manusia ketika
membutuhkan makanan yang berupa darah host. Pergerakannya yang cepat akan sulit
diketahui kapan akan diserang oleh kutu busuk karena hanya meninggalkan bentol-
bentol ditubuh manusia dan merah. Kutu busuk akan aktif ketika di malam hari yaitu
pukul 01.00-05.00 pagi karena pada siang hari kutu busuk akan kembali ke habitatnya
yaitu di sela-sela kasur untuk mencari perlindungan diri dan menjadi inaktif.
3.
a. Bisa keduanya hidup di Indonesia karena kutu busuk dapat hidup di negara
seperti Asia Tenggara dengan daerah beriklim tropis (beriklim sedang dan
beriklim panas).
b. Untuk kutu busuk yang tidak menghisap darah manusia atau tanpa makan dapat
bertahan hidup selama 2-4 bulan tergantung pada suhu yang ada disekitarnya. Suhu
yang dibutuhkan kutu busuk yaitu 7 derajat celcius dan jika bertahan pada suhu
menengah selama beberapa jam pada suhu 45 derajat celcius kutu busuk akan mati.

27

Anda mungkin juga menyukai