Anda di halaman 1dari 6

Anopheles sp.

1. Taksonomi

Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut: (Borror, 1992)

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Culicidae

Sub famili : Anophelini


Gambar 1. Anopheles sp. (Sumber :
Genus : Anopheles www.environmentalscience.bayer.co.id)

Spesies : Anopheles sp.

Indonesia memiliki 80 spesies Anopheles tetapi hanya 24 spesies yang terbukti


membawa parasit malaria.

2. Morfologi

Gambar 2. Morfologi Anopheles sp. (Sumber : Hadi dkk, 2009)


Telur Anopheles sp. berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks
dan bagian atasnya konkaf. Telur diletakkan satu per satu di atas permukaan air
serta memiliki sepasang pelampung yang terletak di bagian lateral. Di tempat
perindukannya, larva Anopheles mengapung sejajar dengan permukaan air. Pada
stadium pupa terdapat tabung pernafasan yang disebut respiratory trumpet yang
berbentuk lebar dan pendek yang berfungsi untuk mengambil O2 dari udara. Pada
stadium dewasa, jantan dan betina memiliki palpi yang hampir sama dengan
panjang proboscisnya, namun pada nyamuk jantan palpi pada bagian apikal
berbentuk gada yang disebut club form sedangkan pada nyamuk betina ruas
tersebut mengecil. Bagian posterior abdomen sedikit lancip. Sayap pada bagian
pinggir ditumbuhi sisik-sisik yang berkelompok sehingga membentuk
belang-belang hitam putih. (Safar, 2010)

3. Habitat dan Perilaku

Jenis Anopheles sp. yang hidup di habitat air mengalir, antara lain Anopheles
palmatus, Anopheles barbumbrosus, Anopheles vagus, Anopheles hunteri,
Anopheles barbirostris, Anopheles sinensis, Anopheles nigerrimus, Anopheles
sundaicus, Anopheles subpictus, dan Anopheles maculates (Mattingly, 1969).
Anopheles sp. yang hidup di habitat air menggenang hanya ditemukan pada
habitat air tanah dan habitat air bawah permukaan tanah (Safitri, 2009).
Berdasarkan waktu menggigit, secara umum nyamuk Anopheles aktif mencari
darah pada waktu malam hari, mulai dari senja hingga tengah malam tetapi ada
pula yang mulai tengah malam hingga menjelang pagi (Depkes, 2004).
Berdasarkan tempat perindukannya, vektor malaria dapat dikelompokkan dalam
tiga tipe yaitu berkembang biak di daerah persawahan, perbukitan/hutan dan
pantai/aliran sungai (Sutanto dkk, 2008).

4. Siklus Hidup
Gambar 3. Siklus Hidup Anopheles sp. (Sumber : Purnomo dan Haryadi, 2007)

Anopheles mengalami metamorfosis sempurna yaitu stadium telur, larva,


kepompong, dan dewasa yang berlangsung selama 7-14 hari. Tahapan ini dibagi
ke dalam dua habitatnya lingkungan air (aquatik) dan daratan (terrestrial).
Nyamuk dewasa muncul dari lingkungan aquatik ke lingkungan terresterial
setelah menyelesaikan daur hidupnya. Oleh sebab itu, keberadaan air sangat
dibutuhkan untuk kelangsungan hidup nyamuk, terutama masa larva dan pupa.
Nyamuk Anopheles betina dewasa meletakkan 50-200 telur satu persatu di dalam
air atau bergerombol tetapi saling lepas. Telur Anopheles mempunyai alat
pengapung dan untuk menjadi larva dibutuhkan waktu selama 2 sampai 3 hari,
atau 2 sampai 3 minggu pada iklim-iklim lebih dingin. Pertumbuhan larva
dipengaruhi faktor suhu, nutrien, ada tidaknya binatang predator yang
berlangsung sekitar 7 sampai 20 hari bergantung pada suhu. Kepompong (pupa)
merupakan stadium terakhir di lingkungan aquatik dan tidak memerlukan
makanan. Pada stadium ini terjadi proses pembentukan alat-alat tubuh nyamuk,
seperti alat kelamin, sayap, dan kaki. Lama stadium pupa pada nyamuk jantan
antara 1 sampai 2 jam lebih pendek dari pupa nyamuk betina, hal tersebut
menyebabkan nyamuk jantan akan muncul kira-kira satu hari lebih awal daripada
nyamuk betina yang berasal dari satu kelompok telur. Stadium pupa ini memakan
waktu lebih kurang 2 sampai dengan 4 hari. (Rinidar, 2010)

5. Penyakit dan Penyebarannya


Nyamuk Anopheles merupakan vektor penyebab penyakit malaria. Penyakit
malaria merupakan penyakit yang penyebarannya sangat luas di dunia. Penyakit
malaria ditemukan di seluruh Indonesia dengan derajat keparahan dan berat
infeksi yang bervariasi. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Jenis nyamuk
Anopheles yang berperan dalam penularan penyakit malaria di daerah tertentu
sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. (Soedarto, 1992).

Di Indonesia, salah satu daerah yang belum terbebas dari penyakit malaria
adalah provinsi Lampung. Situasi penyakit malaria baik di kota maupun
kabupaten di provinsi Lampung cukup tinggi, berdasarkan Annual Malaria
Incidence per 1000 penduduk. Daerah yang paling banyak ditemukan malaria
klinis adalah di Tanggamus yaitu sebesar 14,95 ‰ (Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung, 2007). Dari waktu ke waktu dan pada daerah yang sama atau berbeda
angka AMI tersebut ternyata tidak selalu konstan. Pada beberapa daerah yang
telah belasan tahun tidak ada kasus malaria, tiba-tiba menjadi endemis kembali.
Hal ini berhubungan dengan terjadinya perubahan lingkungan yang memudahkan
perkembangan nyamuk vektor malaria. Dengan derajat infeksi yang bervariasi,
penyakit malaria tersebar luas di berbagai daerah. Malaria dapat mudah menyebar
pada sejumlah penduduk, terutama pada penduduk yang bertempat tinggal di
daerah perkebunan, pantai, hutan, dan persawahan (Anies, 2005).

6. Penanganan dan Pengendalian

Program pengendalian malaria di Indonesia telah mencapai target penurunan


angka kejadian malaria atau Annual Parasite Incidence (API) di Indonesia dalam
lima tahun terakhir (2011-2015). Dari 422.447 kasus pada 2011 menjadi 217.025
pada tahun 2015. Dengan demikian, kemajuan dalam pengendalian malaria
mampu menurunkan 5% kasus dalam lima tahun terakhir dan dari 1,75 per 1000
penduduik pada tahun 2011 menjadi 0,85 per 1000 penduduk pada tahun 2015.
(Juliyah, 2016)

Pemberantasan secara sederhana ini adalah dilakukan untuk Anopheles


aconitus dan Anopheles sundaicus yang merupakan vektor malaria. Dalam
pemberantasan ini terlebih dahulu dilakukan pengamatan dengan melihat umur
tanaman padi, khususnya tanaman padi rata-rata 4 minggu setelah tanam, karena
hal ini menerangkan densitas aconitus mulai meninggi. Tempat perindukan
nyamuk anopheles aconitus adalah tempat yang tertutup oleh tanaman air,
sedangkan bila permukaan airnya bersih densitasnya rendah, sementara itu tinggi
rendahnya densitas anopheles aconitus sulit di ramalkan. (Nurmaini, 2003)
Efektifitas pengendalian vektor dapat diketahui dengan menggunakan uji
insektisida kimia pada nyamuk. Namun, penggunaan insektisida ini perlu
dikendalikan, jika kurang terkendali dapat berakibat terjadinya resistensi pada
nyamuk seperti Anopheles. Pengetahuan tentang penerapan mekanisme resistensi
dianggap sangat penting bagi keberhasilan strategi pengendalian vektor.
Pengembangan dan optimalisasi penggunaan produk insektisida dengan
menggunakan bahan aktif insektisida perlu memperhatikan perkembangan
mekanisme resistensi vektor nyamuk malaria. (Nwane et al., 2013)

DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2005. Manajemen Berbasis Lingkungan (Solusi Mencegah dan Menanggulangi


Penyakit Menular). Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Borror, D., J. Triplehorn, dan N.F, Johnson. 1992. Pengenelan Pelajaran Serangga.
Edisi ke-6. Alih bahasa S.Partosoedjono, Penyunting M.D.Brotowidjoyo. Gadjah
Mada University. Yogyakarta.

Depkes RI. 2004. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Ditjen P2MPL.
Jakarta.

Dinkes. 2007. Profil Data Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2007. Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung. Lampung.
Hadi, H.M., Tatwojo, U., dan Rahadian, R. 2009. Biologi Insekta : Entomologi.
Yogyakarta : Graha Ilmu.

Juliyah. 2016. Kasus Malaria Di Indonesia Menurun 5 Tahun Terakhir. Info Publik.

Mattingly, P.F. 1969. The Biology of Mosquito-Borne Disease. George Allen and
Unwin LTD. London.

Nurmaini. 2003. Mengidentifikasi Vektor dan Pengendalian Nyamuk Anopheles


aconitus Secara Sederhana. Sumatera Utara : Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara.

Nwane P, Etang J, Chouaїbou M, Toto JC, Koffi A, Mimpfoundi R. 2013. Multiple


Insecticide Resistance Mechanisms in Anopheles gambiae s.l. Populations from
Cameroon, Central Africa. Parasit Vectors ;6:41.

Purnomo, H., dan Haryadi, N.T. 2007. Entomologi. Jember : Center for Society
Studies.

Rinidar. 2010. Pemodelan Kontrol Malaria Melalui Pengelolaan Terintegrasi Di


Kemukiman Lamteuba, Nangroe Aceh Darussalam. Thesis. Medan : Sekolah
Pascasarjana Program Doktor Universitas Sumatera Utara.

Safar, R. 2010. Parasitologi Kedokteran: Protozoologi, Entomologi dan Helmintologi.


Cetakan I. Bandung: Yrama Widya.

Safitri. 2009. Habitat Perkembangbiakan Dan Beberapa Aspek Perilaku Anopheles


sundaicus Di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan. Thesis.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soedarto. 1992. Penyakit - Penyakit Infeksi di Indonesia. Widya Medika, Jakarta.

Sutanto, Inge, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S. 2008. Parasitologi Kedokteran.
Edisi ke-4, hlm.189-255. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai