Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PARASITOLOGI

ADE MASAYU MAHARANI


NIM. P07134219028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
2019
DAFTAR ISI

TINJAUAN PUSTAKA
A. Entamoeba hystolitica ............................................................................... 1
B. Entamoeba coli.......................................................................................... 5
C. Entamoeba gingivalis ................................................................................ 7
D. Dientamoeba fragilis................................................................................. 9
E. Iodamoeba butschlii .................................................................................. 11
F. Balantidium coli ........................................................................................ 13
G. Giardia lamblia ......................................................................................... 16
H. Trichomonas vaginalis .............................................................................. 19
I. Trichomonas hominis ................................................................................ 21
J. Trypanosoma gambiense........................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25

i
TINJAUAN PUSTAKA

A. Entamoeba hystolitica
1. Taksonomi
Entamoeba histolytica adalah penyebab penyakit amebiasis pada
manusia yang dapat menyerang usus (intestinal amoebiasis) dan
organ-organ selain usus (extra-intestinal amoebiasis) misalnya hati,
paru, otak dan kulit. Hospes parasit ini adalah manusia (Soedarto,
2011). Klasifikasi Entamoeba histolytica adalah:
Domain : Eukaryota
Filum : Amoebozoa
Kelas : Archamoebae
Ordo : Amoebida
Genus : Entamoeba
Spesies : Entamoeba hystolitica
(Pratiwi, 2015)
2. Ciri Morfologi
Entamoeba histolytica termasuk kelas Rhizopoda yang bergerak
menggunakan pseudopodi atau kaki semu. Terdapat tiga bentuk
morfologi, yaitu: bentuk tropozoit, bentuk prakista dan bentuk
kista(Soedarto, 2011)..
a. Tropozoit
Bentuk tropozoit adalah bentuk morfologi yang aktif bergerak,
dapat tumbuh dan berkembang biak, aktif mencari makanan, serta
bersifat invasif karena mampu memasuki organ dan jaringan tubuh
lainnya. Entamoeba histolytica bergerak menggunakan alat gerak
pseudopodi, sehingga pada bentuk tropozoit selalu berubah-ubah.
Bentuk tropozoit mempunyai ukuran sekitar 18-40 mikron.
Sitoplasma tropozoit terdiri dari ektoplasma yang jernih,
sedangkan endoplasmanya berbutir-butir (granuler). Pada

1
endoplasma sering ditemukan sel darah merah, sel leukosit dan
sisa-sisa. Tropozoit mempunyai inti yang berbentuk bulat,
berukuran antara 4-6 mikron. Entamoeba histolytica mempunyai
kariosom yang tampak seperti titik kecil yang terletak sentral dan
dikelilingi daerah terang (halo) yang jelas. Inti parasit ini
mempunyai selaput tipis yang dibatasi oleh butir-butir kromatin
yang halus dan rata(Soedarto, 2011).
b. Prakista
Prakista merupakan bentuk peralihan antara stadium kista dan
stadium tropozoit. Bentuk stadium prakista agak lonjong atau
bulat, berukuran antara 10-20 mikron, dan mempunyai pseudopodi
yang tumpul. Di dalam endoplasma prakista tidak ditemukan
eritrosit maupun sisa-sisa makanan, sedangkan inti dan struktur inti
prakista sesuai dengan inti dan struktur inti tropozoit (Soedarto,
2011).
c. Kista
Kista berbentuk bulat, mempunyai dinding dari hialin, dan
tidak aktif bergerak. Berdasar ukurannya terdapat dua jenis kista
amoeba, yaitu kista minutaform yang kecil ukurannya (antara 6-9
mikron), dan kista magnaform yang berukuran lebih besar (antara
10-15 mikron). Di dalam sitoplasma kista pada stadium awal
terdapat 1-4 badan kromatoid (chromatoid body). Juga terdapat
masa glikogen yang pada pewarnaan dengan iodin akan berwarna
coklat tua. Jika kista sudah matang akan ditemukan 4 buah inti
(quadrinucleate cyst) namun tidak dijumpai badan kromatoid
maupun masa glikogen (Soedarto, 2011).

2
Tropozoit Prakista Kista

3. Siklus Hidup

Kista matang yang tertelan manusia akan aktif dan berkembang


menjadi 4 stadium tropozoit metakistik, stadium ini kemudian
berkembang menjadi tropozoit di usus besar. Di rongga usus halus,
dinding kista dihancurkan dan terjadi eksistasi yang menyebabkan
bentuk minuta masuk ke rongga usus besar. Bentuk minuta berubah
menjadi bentuk histolitika yang patogen. Bentuk ini dikeluarkan
bersama feses (Padoli, 2013).

3
4. Patogenitas
Entamoeba hystolitica dapat menyebabkan penyakit amebiasis.
Entamoeba hystolitica yang memasuki mukosa usus besar dapat
mengeluarkan enzim hemolisis yang dapat menghancurkan jaringan
(lisis). Kemudian menuju lapisan submukosa dengan menembus
lapisan muskularis mukosa dan membuat kerusakan lebih luas.
Entamoeba hystolitica yang masuk ke aliran darah dapat tersebar ke
hati, paru-paru dan otak (Padoli, 2013).
Penyebaran ekstra intestinal Entamoeba histolytica yang berasal
dari amebiasis usus terjadi melalui aliran darah atau akibat terjadinya
abses usus yang pecah. Amebiasis hati terjadi karena adanya kontak
bahan infektif dengan jaringan hati. Pada penderita amebiasis hati
abses hati sering dijumpai di bagian posterosuperior lobus kanan hati.
Pada umumnya pada jaringan hati hanya terbentuk satu abses yang
besar ukurannya. Abses yang masih kecil ukurannya bentuknya bulat
atau lonjong, berisi cairan abses yang berwarna abu-abu kecoklatan.
Pada abses yang besar ukurannya dinding abses tebal dan berisi cairan
abses yang berwarna kuning atau kemerahan (Soedarto, 2011).
5. Cara Diagnosa
Diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan laporatorium dengan
menemukan Entamoeba hystolitica dalam feses. Bila tidak ditemukan,
maka perlu dilakukan pemeriksaan tiga kali berturut-turut.
Pemeriksaan serologi darah dilakukan untuk menunjang diagnosis
(Padoli, 2013).
6. Pengobatan
Penderita amebiasis akibat Entamoeba hystolitica dapat diobati
dengan beberapa cara, antara lain:
a. Dengan obat pembasmi amoeba peroral (melalui mulut), seperti
iodokuinol, paromomisin dan diloksanid, yang akan membunuh
parasit di dalam usus. Kemudian dilakukan pemeriksaan ulang

4
dalam waktu 1,3 dan 6 bulan setelah pengobatan untuk memastikan
bahwa penderita telah sembuh.
b. Obat untuk gangguan yang disebabkan oleh Entamoeba Histolytica
antara lain emetin hidroklorida, klorokuin, antibiotik, dan metro
nidazol, atau nitroimidazol.
(Pratiwi, 2015)

B. Entamoeba coli
1. Taksonomi
Entamoeba coli bentuknya mirip Entamoeba histolytica tetapi tidak
patogen bagi manusia. Protozoa ini sering dijumpai di dalam usus
manusia untuk membedakan dari Entamoeba histolytica yang patogen
(Soedarto, 2011). Klasifikasi Entamoeba coli adalah :
Domain : Eukaryota
Filum : Amoebozoa
Kelas : Archamoebae
Ordo : Amoebida
Genus : Entamoeba
Spesies : Entamoeba coli
(Issa, 2014)
2. Ciri Morfologi
Entamoeba coli memiliki tiga morfologi, yaitu:
a. Tropozoit
Bentuk tropozoit berukuran 20-40 mikron (lebih besar dari
E.histolytica), mempunyai sitoplasma kasar dengan endoplasma
yang tidak mengandung eritrosit. Bentuk inti yang memiliki
kariosom yang besar, terletak di pinggir sel, dan dikelilingi halo
yang lebar. Kromatin yang terdapat di sekitar selaput inti tampak
kasar. Tropozoit E.coli bergerak lambat (Soedarto, 2011).

5
b. Prakista
Prakista merupakan bentuk peralihan dari tropozoit menuju
kista.
c. Kista
Besarnya 15-22 mikron dan memiliki inti 2-8. Masa glikogen
maupun badan kromatoid tidak terdapat pada kista parasit ini
(Soedarto, 2011).
(Prianto dkk., 2004).

Tropozoit Prakista Kista


3. Siklus Hidup

6
Kista matang mengkontaminasi pada makanan, air, atau oleh
tangan. Terjadi ekskistasi (kista yang masuk ke dalam tubuh
membentuk amubula kemudian menjadi bentuk tropozoit, proses ini
terjadi di sekum (ileum). Selanjutnya, bermigrasi ke usus besar.
Tropozoit memperbanyak diri dengan cara membelah diri (binary
fission) dan menjadi kista. Kista keluar bersama feses.
4. Patogenitas
Tidak menimbulkan penyakit (bersifat komensal), dan digunakan
untuk diferensial diagnosis dengan Entamoeba histolytica (Prianto
dkk., 2004).
5. Cara Diagnosa
Diagnosis dilakukan dengan menemukan bentuk kista pada feses.
6. Pengobatan
Entamoeba coli tidak bersifat patogen pada manusia sehingga tidak
ada pengobatannya.

C. Entamoeba gingivalis
1. Taksonomi
Entamoeba gingivalis adalah parasit non-patogen yang habitatnya
di dalam rongga mulut terutama pada gigi berlubang dan sulkus
gingiva, serta di jaringan gingiva sekitar gigi khususnya pada keadaan
radang atau bernanah (Mardjiana, 1996). Klasifikasi Entamoeba
gingivalis adalah:
Domain : Eukaryota
Filum : Amoebozoa
Kelas : Archamoebae
Ordo : Amoebida
Genus : Entamoeba
Spesies : Entamoeba gingivalis

7
2. Ciri Morfologi
Entamoeba gingivalis hanya ditemukan trophozoit, dengan ukuran
5-35 mikron. Diameter trophozoit sebesar 10- 20 mikron, terdapat satu
buah nukleus dengan kariosom sentris. Kromatin granula besarnya
hampir sama dan susunannya tidak rata. Pada trophozoit terdapat
pseudopodia (Mardijana,1996).

Tropozoit

3. Siklus Hidup

Tidak ditemukan bentuk kista pada Entamoeba gingivalis.


Tropozoit hidup di rongga mulut manusia pada kelenjar gingiva dekat
pangkal gigi. Bentuk ini berpindah dari orang ke orang lain secara oral
(Centers of Disease Control and Prevention, 2019).

8
4. Patogenitas
Entamoeba gingivalis adalah parasit non-patogen sehingga tidak
menyebabkan penyakit tetapi habitatnya di dalam rongga mulut
terutama pada gigi berlubang dan sulkus gingiva, serta di jaringan
gingiva sekitar gigi khususnya pada keadaan radang atau bernanah
(Mardjiana, 1996).
5. Cara Diagnosa
Menurut Centers of Disease Control and Prevention (2019),
diagnosis Entamoeba gingivalis dilakukan dengan menemukan
tropozoit pada gusi atau gigi manusia. Parasit ini akan terlihat merusak
sel darah merah dan sel darah putih. Diagnosis juga dapat dilakukan
dengan pemeriksaan sputum terlihat fragmen inti dari sel darah putih
dalam vakuol makanan yang biasanya lebih besar daripada vakuol
yang terlihat pada Entamoeba histolytica.
6. Pengobatan
Entamoeba gingivalis tidak bersifat patogen pada manusia
sehingga tidak ada pengobatannya.

D. Dientamoeba fragilis
1. Taksonomi
Dientamoeba fragilis merupakan amoeba usus non-patogen yang
terkecil (Soedarto, 2011). Klasifikasinya adalah:
Kingdom : Protozoa
Filum : Parabasalia
Kelas : Trichomonadea
Ordo : Trichomonadida
Famili : Monocercomonadidae
Genus : Dientamoeba
Spesies : Dientamoeba fragilis
(Anggraini, 2019)

9
2. Ciri Morfologi
Dientamoeba fragilis hanya mempunyai bentuk tropozoit dengan
dua inti, berukuran antara 5-8 mikron. Sitoplasmanya tidak
mengandung eritrosit, tetapi mempunyai enam butir kromatin
berukuran besar yang tersusun mirip bintang (Soedarto, 2011).

Tropozoit
3. Siklus Hidup

Dientamoeba fragilis masuk ke tubuh manusia melalui tropozoit


yang tertelan. Tropozoit masuk ke usus besar kemudian berkembang

10
biak dengan melakukan pembelahan. Kemudian tropozoit keluar
bersama feses. Tidak ada bentuk kista pada Dientameba fragilis.
Penyebarannya melalui telur cacing, fecal dan oral (Anggraini, 2019).
4. Patogenitas
Dientamoeba fragilis merupakan amoeba usus terkecil yang
bersifat non-patogen sehingga tidak menyebabkan penyakit pada
manusia (Soedart0, 2011).
5. Cara Diagnosa
Diagnosis Dientamoeba fraglis adalah menggunakan pewarnaan
feses permanen. Sampel harus segera diperbaiki setelah pewarnaan
untuk menghindari degenerasi trofozoit dan pewarnaan juga harus
terjadi lebih cepat (Anggraini, 2019).
6. Pengobatan
Dientamoeba fragilis tidak bersifat patogen pada manusia sehingga
tidak ada pengobatannya.

E. Iodamoeba butschlii
1. Taksonomi
Iodamoeba butschlii hidup di dalam usus di daerah kolon dalam
bentuk trofozoit dan kista, namun jarang ditemukan dalam feses.
Iodamoeba butschlii merupakan amoeba usus non-patogen (Soedarto,
2011). Klasifikasi Iodamoeba butschlii adalah:
Kingdom : Animalia
Filum : Protozoa
Kelas : Rhizopoda
Ordo : Amoebida
Genus : Iodamoeba
Spesies : Iodamoeba butschlii
(Tumangger, 2018)

11
2. Ciri Morfologi
a. Tropozoit
Bentuk trofozoit yang lambat pergerakannya mempunyai
ukuran antara 8 sampai 12 mikron. (Soedarto, 2011).
b. Kista
Bentuk kista parasit yang berukuran 8 sampai 12 mikron ini
tidak mengandung badan kromatoid. Kista khas bentuknya karena
mempunyai masa glikogen (iodophylic body) yang besar, yang
tampak jelas pada pewarnaan dengan lugol (Soedarto, 2011).

Tropozoit Kista
3. Siklus Hidup

12
Kista tertelan kemudian masuk ke dalam tubuh. Terjadi ekskistasi
(kista yang masuk ke dalam tubuh membentuk amubula kemudian
menjadi bentuk tropozoit, proses ini terjadi di sekum (ileum).
Selanjutnya, bermigrasi ke usus besar. Tropozoit memperbanyak diri
dengan cara membelah diri (binary fission) dan menjadi kista. Kista
keluar bersama feses (Tumangger, 2018).
4. Patogenitas
Iodamoeba butschlii merupakan amoeba usus non-patogen
(Soedarto, 2011).
5. Cara Diagnosa
Diagnosis dilakukan dengan menemukan bentuk tropozoit atau
kista pada feses tetapi bentuk tropozoit sangat jarang ditemukan.
6. Pengobatan
Iodamoeba butschlii merupakan amoeba usus non-patogen
sehingga tidak ada pengobatannya.

F. Balantidium coli
1. Taksonomi
Balantidium coli adalah satu-satunya kelompokm cilliata yang
bersifat patogen bagi manusia. B. Coli menyebabkan penyakit
balantidiasis (Padoli, 2013). Hospesnya adalah manusia dan babi
(Prianto dkk., 2004).
Domain : Eukarya
Filum : Ciliophora
Kelas : Litostomatea
Keluarga : Balantidiidae
Genus : Balantidium
Spesies : Balantidium coli

13
2. Ciri Morfologi
a. Tropozoit
Balantidium coli bentuk trofozoitnya berukuran panjang 60-70
mikron dan lebar 40-50 mikron, mempunyai cekungan di bagian
anterior tubuhnya (peristom) dimana terdapat mulut (sitostom).
Ciliata ini tidak mempunyai usus, tetapi mempunyai anus
(cytopyge) yang terdapat di bagian posterior tubuh. Intinya
berjumlah dua, yaitu: makronukleus dan mikronukleus.
Makronukleus berukuran besar dan berbentuk ginjal dan
mikronukleus berbentuk seperti bintik kecil yang terdapat di
bagian cekungan dari makronukleus. Trofozoit mempunyai dua
buah vakuol kontraktil dan beberapa buah vakuol makanan yang
berisi sisa-sia makanan, leukosit dan eritrosit (Soedarto, 2011).
b. Kista
Bentuk kista bulat, berukuran garis tengah antara 50-60
mikron, mempunyai dua lapis dinding kista. Kista mempunyai
sitoplasma yang berbentuk granuler, mempunyai makronukleus,
mikronukleus dan sebuah badan retraktil. Vakuol kontraktil
kadang-kadang masih dapat ditemukan (Soedarto. 2011).

Tropozoit Kista

14
3. Siklus Hidup

Siklus hidup B. Coli berawal dari kista yang tertelan oleh manusia.
Dalam tubuh manusia, kista mengalami ekskistasi menjadi tropozoit.
Tropozoit masuk ke mukosa usus besar dan berkembang biak.
Kemudian berkembang menjadi kista dan keluar bersama feses
(Padoli).
4. Patogenitas
Balantidium coli adalah parasit zoonosis yang menyebabkan
balantidiosis yang menyebabkan infeksi usus dan disenteri pada
manusia (Soedarto, 2011). Feses penderita balantidiasis ditandai
dengan adanya lendir dan darah.
5. Cara Diagnosa
Diagnosis dilakukan dengan menemukan tropozoit atau kista
secara mikroskopis pada feses. Pengamatan awal yaitu adanya darah
dan lentir pada feses.
6. Pengobatan
Balantidiasis dapat diobati dengan obat anti parasit seperti
oksietrasiklin dengan dosis dewasa 4x 500 mg per hari (dosis anak 40
mg/kg berat badan, maksimum 2 gram) per hari selama 10 hari.
Metronidazol juga dapat digunakan sebagai obat dengan dosis 3x750

15
mg per hari (dosis anak 35-50 mg/kg berat badan/hari terbagi dalam 3
dosis) selama 5 hari atau iodoquinol yang diberikan dengan dosis
3x650 mg / hari (dosis anak 40 mg/kg/hari terbagi dalam 3 dosis)
selama 20 hari (Soedarto, 2011).

G. Giardia lamblia
1. Taksonomi
Giardia lamblia adalah protozoa flagellata yang bersifat patogen.
Giardia lamblia menyebabkan penyakit giardiasis. Hospesnya adalah
serigala, sapi, kucing, anjing dan beaver (Aini, 2018).
Kingdom : Protista
Filum : Sarcomastigophora
Kelas : Zoomastigophora
Ordo : Diplomonadida
Famili : Hexamitidae
Genus : Giardia
Spesies : Giardia lamblia
2. Ciri Morfologi
a. Tropozoit
Bentuk trofozoit yang mirip buah pir dengan tubuh yang
bilateral simetris. Panjang trofozoit sekitar 14 mikron dengan lebar
sekitar 7 mikron. Tropozoit mempunyai ujung anterior yang
melebar dan membulat, sedangkan bagian posterior meruncing.
Permukaan bagian dorsal cembung sedangkan bagian ventral
cekung. Trofozoit mempunyai 4 pasang flagel dengan panjang
antara 12-15 mikron, dua aksostil dan dua inti (Soedarto, 2011).
b. Kista
Kista Giardia lamblia yang bentuknya lonjong mempunyai 2-
4 buah inti, besarnya 10-14 mikron, dengan dua inti pada kista
muda serta empat inti pada kista matang (Prianto dkk., 2004).

16
Tropozoit Kista
3. Siklus Hidup

Kista adalah bentuk yang bertugas untuk penularan giardiasis. Baik


kista dan trofozoit dapat ditemukan dalam feses (tahap diagnosis)
Kista dapat bertahan beberapa bulan di air dingin. Infeksi terjadi
dengan menelan kista dalam air, makanan yang terkontaminasi, atau
melalui rute fecal-oral. Di usus kecil, terjadi ekskistasis yaitu

17
melepaskan trofozoit. Trofozoit berkembang biak dengan pembelahan
biner. Enkistasis terjadi ketika parasit menuju usus besar. Kista keluar
bersama feses (CDC, 2017).
4. Patogenitas
Giardia lamblia adalah protozoa flagellata yang bersifat patogen.
Giardia lamblia menyebabkan penyakit giardiasis. Feses penderita
giardiasis ditandai dengan adanya lemak.
5. Cara Diagnosa
Ditegakkan dengan ditemukan bentuk trofozoit dalam feses encer
atau cairan duodenum. Ditemukan bentuk kista dalam feses padat.
6. Pengobatan
Obat untuk penderita giardiasis adalah sebagai berikut:
a. Metronidazole dengan dosis dewasa 3 x 250 mg sehari diberikan
selama 5 hari atau 2 gram sehari selama 3 hari. Dosis untuk anak
adalah 3x5 mg/kg berat badan yang diberikan selama 5 hari.
b. Nitazoxanide diberikan pada orang dewasa dengan dosis 2x500
mg selama 3 hari, Dosis anak : umur 1-3 tahun 2x100 mg selama 3
hari, umur 4-11 tahun: 2x200 mg selama 3 hari. Tinidazole
diberikan pada orang dewasa sebagai dosis tunggal 2 gram,
sedangkan dosis tunggal untuk anak adalah 25-50 mg/kg berat
badan (maksimum 2 gram)badan.
c. Obat anti giardiasis lainnya yang dapat diberikan adalah
Paromomycin, Furazolidone dan Quinacrine. Paramomycin
diberikan dengan dosis dewasa maupun anak untuk sebesar 25-35
mg/kg/hari terbagi dalam 3 takaran yang diberikan selama 7 hari.
Furazolidone dosis dewasa adalah 4x100 mg yang diberikan
selama 7-10 hari, dan dosis anak 6 mg/kg/hari terbagi dalam 4
takaran yang diberikan selama 7-10 hari. Quinacrine dosis dewasa
3x100 mg diberikan selama 5 hari, dan dosis anak 3x2mg/kg (
maksimum 300 mg/hari) diberikan selama 5 hari.
(Soedarto, 2011)

18
H. Trichomonas vaginalis
1. Taksonomi
Penyebaran infeksi akibat Trichomonas vaginalis bersifat
kosmopolit, terutama banyak diderita oleh wanita. Parasit ini dapat
ditemukan pada alat kelamin maupun saluran kencing baik wanita
maupun laki-laki (Soedarto, 2011). Klasifikasinya adalah:
Kingdom : Animalia
Filum : Protozoa
Kelas : Zoomastigopho
Ordo : Mastigophora
Genus : Trichomonas
Species : Trichomonas vaginalis
(Pratiwi, 2015)
2. Ciri Morfologi
Trichomonas vaginalis hanya ditemukan dalam bentuk trofozoit.
Tropozoit besarnya 7-25 mikron. Terdapat empat flagel anterior dan
satu flagel posterior yang melekat pada tepi membran bergelombang.
Inti berbentuk lonjong, sitoplasma berbutir halus, ada aksostil dan
tidak ada benda parabasal (Prianto dkk., 2004).

Tropozoit
3. Siklus Hidup
Trichomonas vaginalis masuk melalui hubungan kelamin.
Habitatnya pada wanita yaitu di vagina bagian distal sedangkan pada

19
pria di uretra dan prostat. Parasit ini hidup di mukosa vagina dengan
memakan bakteri dan leukosit. Trichomonas vaginalis berkembang
biak secara pembelahan biner. Parasit ini tidak tahan dengan antibiotik
(Padoli, 2013).
4. Patogenitas
Trichomonas vaginalis pada wanita sering menyerang bagian
vagina dan uretra. Pada pria sering menyerangutretra, vesika trinaria
dan kelenjar prostat. Gejala yang ditimbulkan, antara lain: fluor albus,
pruritus vagina, disuria, uretritis, prostatitis dan prostato-vesikulitis
(Prianto dkk., 2004).
5. Cara Diagnosa
Diagnosis penyakit akibat Trichomonas vaginalis adalah dengan
adanya keluhan penderita, seperti: keputihan, rasa panas, gatal, sekret
encer putih kekuningan, berbau dan berbusa. Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan yaitu dengan menemukan parasit dari
sekret vagina, uretra, prostat dan urin (Prianto dkk., 2004).
6. Pengobatan
Penyakit akibat Trichomonas vaginalis dapat diatasi dengan obat
seperti berikut:
a. Metronidazol adalah obat pilihan yang dapat diberikan dengan
dosis yang berbeda untuk perempuan dan laki-laki. Pada penderita
perempuan obat diberikan 2x500 mg per hari selama 7 hari atau 2
gram dosis tunggal yang diberikan pada malam hari. Dosis anak
adalah 15 mg/kg berat badan per hari terbagi dalam 3 dosis minum.
Untuk pengobatan lokal metronidazol dapat diberikan dalam
bentuk tablet vaginal dengan dosis 500 mg per hari selama 10 hari.
Untuk penderita laki-laki, obat diberikan 2x250 mg per hari
selama 10 hari atau 2 gram dalam bentuk dosis tunggal yang
diberikan malam hari.
b. Obat-obat lainnya yaitu Tinidazol diberikan per oral dengan dosis
dewasa 2 gram dosis tunggal, sedang dosis tunggal anak 50 mg/kg

20
berat badan, maksimum 2 gram. Seknidazol diberikan per oral
dengan dosis 2 gram sebagai dosis tunggal; Nimorazol dberikan
dengan dosis 2x250 mg selama 6 hari atau diberikan 2 gram dalam
bentuk dosis tunggal; dan Ornidazol (Tiberal) diberikan dengan
dosis 2x750 mg atau dosis tunggal 1500 mg.

I. Trichomonas hominis
1. Taksonomi
Trichomonas hominis merupakan spesies trichomonas yang hidup di
usus (Soedarto, 2011). Klasifikasinya adalah:
Kingdom : Animalia
Filum : Protozoa
Kelas : Zoomastigophora
Ordo : Mastigophora
Genus : Trichomonas
Species : Trichomonas hominis
2. Ciri Morfologi
Trichomonas hanya mempunyai bentuk trofozoit. Trichomonas
mempunyai bentuk seperti buah pir, dengan panjang badan antara 10-
12 mikron. Memiliki satu inti yang bentuknya lonjong, terletak di
bagian tubuh anterior yang membulat, berada di dekat mulut parasit.
Terdapat 3-5 flagel bebas di daerah anterior tubuh. Satu flagel yang
paling tebal berjalan ke arah belakang sepanjang tepi tubuh,
membentuk undulating membrane, lalu ke luar dengan bebas di bagian
posterior tubuh parasit. Aksostil berjalan dari tengah tubuh parasit dan
berakhir di ujung tubuh bagian posterior sehingga berbentuk seperti
ekor (Soedarto, 2011).

21
Tropozoit
3. Siklus Hidup
Trichomonas hominis hidup dalam usus besar. Parasit ini
berkembang biak dengan pembelahan dan tidak membentuk kista.
Penularan terjadi dengan bentuk tropozoit. Tropozoit keluar bersama
dengan feses
4. Patogenitas
Trichomonas hominis dianggap non-patogen sehingga tidak
menyebabkan penyakit.
5. Cara Diagnosa
Diagnosis dilakukan dengan menemukan tripozoit pada feses
segar.
6. Pengobatan
Trichomonas hominis dianggap non-patogen sehingga tidak
menyebabkan penyakit dan tidak ada pengobatannya.

J. Trypanosoma gambiense
1. Taksonomi
Trypanosoma sp adalah parasit yang hidup dalam darah manusia.
Hospes atau hewan vektor dari parasit ini adalah alat penghisap darah.
Salah satu spesies Trypanosoma adalah Trypanosoma gambiense.
Klasifikasinya adalah:
Kingdom : Protista
Filum : Sarcomastigophora

22
Kelas : Zoomastigophora
Ordo : Kinetplastida
Famili : Trypanosomatidae
Genus : Trypanosoma
Spesies : Trypanosoma gambiense
2. Ciri Morfologi
Trypanosoma sp memiliki morfologi umum sebagai berikut:
a. Parasit mempunya 2 stadium yaitu flagel dan non-flagel. Stadium
flagel berbentuk langsing sedangkan stadium non-flagel berbentuk
bulat atau lonjong.
b. Inti berbentuk bulat sentral berfungsi menyediakan makanan bagi
parasit.
c. Memiliki kinetoplas yaitu benda bulat atau batang dan berukuran
lebih kecil daripada inti. Kinetoplas terdiri dari benda parabasal
dan blefaroblas.
d. Flagel adalah bulu cambuk sebagai alat gerak parasit.
e. Parasit memiliki undulanting membrane.
f. Panjangparasit sekitar 35 mikron.
3. Siklus Hidup
Pada manusia terdapat stadium troposmastigot yang hidup dalam
darah dari parasit ini. Parasit ini berkembang biak dengan cara belah
pasang longitudinal. kemudian akan berpindah ke esofagus, faring,
mulut, kemudian masuk ke kelenjar ludah setelah 15 hari lamanya.
Trypanosoma gambiense lalat menjadi infektif setelah 20 hari. Infeksi
akan terjadi melalui tusukan lalat Glassina yang mengandung stadium
tripomasigot metasiklik. Cara penularan ini disebut anterior inoculative
(Aini, 2018)
4. Patogenitas
Tripanosomiasis atau disebut African sleeping sickness yaitu penyakit
tidur pada manusia.

23
5. Cara Diagnosa
Diagnosis dilakukan melalui ejala klinis dan menemukan parasit dalam
darah, cairan otak, cairan pungsi sum-sum tulang.
6. Pengobatan
Obat bagi penderita penyakit tidur akibat Trypanosoma gambiense
adalah suramin atau pentamidin. Tiparsamid digunakan jika susunan
saraf sudah terkena efek dari penyakit ini. Dapat juga digunakan
melarsopol : Mel B (arsobal) (Aini, 2018)

24
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, P., Made V. K., Laily N. H., Rosalinda D. K., Farreldio P. K. 2019.
Dientamoeba Fragilis. Malang: Universitas Brawijaya.
Centers of Disease Control and Prevention, 2017. Giardiasis. Diakses pada 21
Maret 2020 dari https://www.cdc.gov/dpdx/giardiasis/index.html
Centers of Disease Control and Prevention, 2019. Entamoeba gingivalis. Diakses
pada 21 Maret 2020 dari
https://www.cdc.gov/dpdx/entamoebagingivalis/index.html
Issa, R. 2014. Non-Pathogenic Protozoa. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Scienc. 6(3): 31.
Mardijana, A. 1996. Parasitologi Kedokteran Cestoda Protozoa. Jember: PSKG
Universitas Jember.
Padoli. 2013. Mikrobiologi dan Parasitologi Modul II. Jakarta: Badan PPSDM
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Pratiwi, F. E. 2015. Makalah Praktikum Parasitologi Entamoeba histolytica dan
Trichomonas vaginalis. Surabaya: Universitas Hang Tuah.
Prianto, J., Tjahaya P. U., Darwanto. 2004. Atlas Parasitologi Kedokteran.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Soedarto. 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Yogyakarta: Sagung Seto.
Tumangger, S. 2018. Tijauan Pustaka Protozoa. Medan: Universitas Sari Mutiara.

25

Anda mungkin juga menyukai