A. Pendahuluan
Agar dihasilkan yang akurat sangat diperlukan quality control pada alat urine analyzer,
karena apabila tidak melalui proses quality control akan berpengaruh secara signifikan pada
hasil pemeriksaan. Penerapan quality control di laboratorium salah satunya dengan melakukan
pemeriksaan bahan kontrol sebelum pemeriksaan sampel. Pemeriksaan bahan kontrol pada
urine analyzer memberikan ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian karena tidak terlalu
sering dilakukan karena menganggap hasil pemeriksaan bahan kontrol pada alat urine analyzer
selalu bagus. Padahal, setiap alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan sampel sebelumnya
harus melalui proses quality control terlebih dahulu, yaitu pemeriksaan bahan kontrol setiap
hari sebelum pemeriksaan sampel.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu mengetahui gambaran hasil pemantapan
mutu internal pemeriksaan urin menggunakan urine analyzer di laboratorium klinik rutin SMF.
Patologi Klinik RSUP. DR. Hasan Sadikin Bandung bulan Maret 2017.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh bahan kontrol alat urine analyzer untuk pemeriksaan
urin sebanyak 2 kontrol level (normal dan abnormal) yang masingmasing berisi 12mL. Sampel
pada penelitian ini yaitu bahan kontrol alat urine analyzer untuk pemeriksaan urin di
Laboratorium Klinik Rutin SMF. Patologi Klinik RSUP. DR. Hasan Sadikin Bandung bulan
Maret 2017 sebanyak 30 sampel dalam 30 hari.
C. Prosedur Penelitian
a. Quality Control:
1) Tahap Pra analitik:
a) Siapkan reagen kontrol dan biarkan mencapai suhu ruang. Tunggu 15 menit sebelum
digunakan b) Cek kadaluarsa dari urine strip test yang ada pada kemasan botol c) Siapkan urine
analyzer untuk pengukuran bahan kontrol
2) Tahap Analitik:
a) Kocok reagen urin kontrol untuk menghomogenkan b) Lepaskan tutup botol dan teteskan ke
setiap bantalan urine test strip c) Periksa/ukur dengan urine analyzer dengan mengikuti Standar
Operating Procedure yang tercantum dalam buku petunjuk d) Catat hasil pemeriksaan
3) Tahap Post analitik:
Dari data pemeriksaan bahan kontrol yang telah didapat kemudian dilihat ada tidaknya
penyimpangan terhadap nilai rujukan. Dihitung pula rata-rata, Standar deviasi (SD), nilai bias
(d%), nilai koefisien variasi (KV%), kemudian diplotkan kedalam grafik.
b. Kalibrasi :
1) Tahap Pra analitik
a) Siapkan check strip untuk kalibrasi b) Siapkan urine analyzer untuk kalibrasi
2) Tahap Analitik
a) Letakkan check strip pada test strip tray b) Periksa/ukur dengan urine analyzer dengan
mengikuti Standar Operating Procedure yang tercantum dalam buku petunjuk c) Catat hasil
pemeriksaan
3) Tahap Post analitik
Dari data pemeriksaan kalibrasi yang telah didapat kemudian dilihat ada tidaknya
penyimpangan terhadap nilai rujukan yang tertera pada botol check strip
D. Hasil Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data hasil pemeriksaan bahan
kontrol urine analyzer di Laboratorium Klinik Rutin SMF. Patologi Klinik RSUP. DR. Hasan
Sadikin Bandung bulan Maret 2017, yang dilaksanakan pada hari kerja yaitu Senin – Jum’at.
1. Quality Control
5 Ph 3,14% 7,7%
9 Nitrit 0% 0%
2. Kalibrasi
Tabel 2 Hasil kalibrasi Arkray Aution Eleven AE4020 CHECK Serial No. 41207050
E. Pembahasan
Pemantapan mutu internal pemeriksaan urin menggunakan urine analyzer di Laboratorium
Klinik Rutin SMF. Patologi Klinik RSUP. DR. Hasan Sadikin Bandung bulan Maret 2017, tidak
ada data yang menyimpang dari rentang nilai bahan kontrol tersebut. Selain quality control,
kegiatan yang dilakukan dalam pemantapan mutu pemeriksaan urin menggunakan urine
analyzer yaitu kalibrasi pada alat urine alayzer Arkray Aution Eleven AE4020.
Pada pemantapan mutu internal ini menggunakan bahan kontrol yang telah diketahui nilai
kontrolnya. Hasil pemeriksaan bahan kontrol dilihat apakah masuk ke dalam rentang nilai
kontrol yang sudah ada atau tidak menggunakan metode dan alat yang sama. Jika semua nilai
kontrol masuk ke dalam nilai kontrol maka pemeriksaan pasein yang akan dilakukan akan tepat
dan dapat dipercaya.
Akurasi dihitung dari hasil pemeriksaan bahan kontrol sebagai nilai biasnya (d%). Pada bulan
Maret 2017, hasil pemeriksaan bahan kontrol pemeriksaan urin menggunakan urine analyzer
didapatkan nilai bias terendah yaitu 0% dan teringgi yaitu 7,7%. Akurasi dapat dinyatakan baik
dengan nilai d% tidak ada yang melebihi 10%, karena berdasarkan Permenkes RI (2003),
akurasi dinyatakan baik apabila d% < 10%. Ketelitian dinilai dari pemeriksaan bahan kontrol
sebagai nilai koefisien variasi (KV%). Pada bulan Maret 2017, hasil pemeriksaan bahan kontrol
untuk pemeriksaan urin menggunakan urine analyzer didapatkan nilai KV terendah yaitu 0%
dan tertinggi 34,9%. Berdasarkan Permenkes RI (2003), ketelitian dikatakan baik apabila nilai
KV% < 5%, sehingga ada beberapa parameter yang nilai KV% melebihi 5% yaitu pemeriksaan
glukosa, protein, urobilinogen, darah, keton dan leukosit. Menurut Sukorini (2010), secara
umum ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketelitian yaitu alat yang digunakan,
volume / kadar bahan yang diperiksa, waktu pengulangan, tenaga pemeriksa dan cara
pemeriksaan.
Kesalahan yang berkaitan dengan presisi berkaitan dengan kesalahan random yang dapat
diperkecil dengan cara melakukan pengukuran berulang-ulang. Jika pemeriksaan menunjukkan
hasil yang akurat tetapi tidak presisi maka akan terjadi keberagaman variabel yang besar pada
pengukuran yang menunjukkan masih adanya kesalahan acak yang terjadi pada pemeriksaan.
Ketelitian yang kurang baik dapat diminimalkan dengan melakukan pengukuran secara
berulang. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan bahan kontrol diantaranya pada
pemeriksaan bilirubin dan urobilinogen kestabilannya terganggu bila terkena sinar matahari.
Pemeriksaan darah dan nitrit pada urin akan berpengaruh pada kestabilan dengan berat jenis
urin tinggi, urin dengan jumlah protein yang meningkat. Pada pemeriksaan pH suhu yang terlalu
dingin akan memberikan pH rendah palsu. Pemeriksaan berat jenis urin dipengaruhi oleh pH
yang rendah dan kadar protein yang lebih dari 500mg/dL.
Pemeriksaan glukosa dipengaruhi oleh zat pengoksidasi seperti hipoklorit dan klorin.
Pemeriksaan protein dipengaruhi oleh pH yang bersifat alkali. Di laboratorium klinik rutin
SMF. Patologi Klinik RSUP. DR. Hasan Sadikin Bandung menggunakan dua level kontrol
dalam pemeriksaan bahan kontrol pemeriksaan urin menggunakan urine analyzer. Bahan
kontrol level 1 merupakan nilai kontrol normal dan level 2 merupakan high control. Selain
melakukan pemeriksaan bahan kontrol yang dilakukan setiap hari sebelum pemeriksaan pasien,
dilakukan juga kalibrasi pada alat tersebut yang dilakukan setiap seminggu sekali.
Kalibrasi yang dilakukan seharusnya menggunakan 2 check stick, yaitu check stick berwarna
putih dan check stick berwarna abu. Namun, di laboratorium klinik rutin SMF. Patologi Klinik
RSUP. DR. 40 Hasan Sadikin Bandung hanya menggunakan 1 check stick yaitu check stick
berwarna abu. Walaupun demikian tidak mengurangi ketepatan dan ketelitian dari alat tersebut,
sehingga pemeriksaan pada pasien dapat dikatakan baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kelemahan lainnya yaitu hasil pemantapan mutu internal yang dilakukan selama satu bulan
tidak dapat dilihat dengan baik karena idealnya pemantapan mutu dapat dilihat dengan baik
dalam satu trisemester atau satu periode tahunan.
F. Simpulan
Hasil penelitian menunjukan pemantapan mutu internal pada pemeriksaan urin menggunakan
urine analyzer menunjukkan nilai yang baik, kecuali untuk parameter tertentu (glukosa, protein,
urobilinogen, darah, keton dan leukosit) yang memiliki nilai presisi yang kurang baik. Hasil
kalibrasi menunjukkan nilai yang baik karena tidak ada data yang menyimpang. Dapat
disimpulkan semua parameter memiliki akurasi yang baik sedangkan presisi kurang baik untuk
parameter glukosa, protein, urobilinogen, darah, keton dan leukosit.
Marsetyo Edhiatmi : PEMANTAPAN MUTU INTERNAL PEMERIKSAAN URIN DI
LABORATORIUM KLINIK RUTIN SMF. PATOLOGI KLINIK RSUP. DR. HASAN
SADIKIN BANDUNG
ABSTRACT
Internal quality assurance is prevention and surveillance activities carried out by each laboratory
continuously to prevent or reduce the incidence of error / deviation in order to obtain the proper
examination results. Application of quality control in the laboratory of one of them by performing
a control material prior to the examination of samples, so that test results are accurate and can be
accounted for. Urine analyzer is a tool used for chemical examination of urine. This study aims to
describe the accuracy and precision in urine using the urine analyzer in laboratory of routine
clinic SMF. Clinical Pathology of RSUP. DR. Hasan Sadikin Bandung in March 2017. Quality
control using control material assayed namely control material known reference value.While
calibration using special check strips for Arkray Aution Eleven AE4020. The results of this study
show the internal quality assurance on urine examination using a urine analyzer showed a good
value, except for certain parameters (glucose, protein, urobilinogen, blood, ketones and
leukocytes), which has a value of precision is not good. The calibration results show good value
because there is no deviant data. It can be concluded all parameters have good accuracy whereas
precision is not good for glucose, protein, urobilinogen, blood, ketone and leukocyte parameters.
INTISARI
assurance) laboratorium kesehatan adalah bertindak, serta tidak tergesa-gesa dan tidak
menjamin ketelitian dan ketepatan hasil Sikap ketelitian sangat dibutuhkan dalam
pemeriksaan laboratorium (Permenkes RI, mencapai hasil yang maksimal. Tujuan dari
(PMI) dan Pemantapan Mutu Eksternal aspek analitik dan klinis, mempertinggi
(PME). Pemantapan mutu internal adalah kesiagaan tenaga sehingga tidak akan
kegiatan pencegahan dan pengawasan yang terjadi hasil yang salah, memastikan bahwa
tidak terjadi atau mengurangi kejadian error sumbernya, membantu perbaikan pelayanan
pemeriksaan yang tepat (Depkes RI, 2008). Kegiatan pemantapan mutu internal
dari seorang analis yang melakukan analitik dan post-analitik. Kesalahan pada
pemeriksaan. Seorang analis harus teliti dan saat praanalitik 68%, pada tahap analitik
tidak boleh tergesa-gesa. Hal tersebut 19% dan tahap post analitik 13% (Hadi A,
akan Aku perIihatkan kepadamu tanda- otomatis, sehingga alat-alat tersebut harus
Ayat diatas menjelaskan bahwa dengan melakukan quality control pada alat
Allah tidak menyukai makhluk yang tersebut. Beberapa alat yang sering
Urine analyzer, merupakan salah satu alat tempat di Rumah Sakit Hasan Sadikin
yang sering digunakan untuk pemeriksaan Bandung pula memberikan ketertarikan
di laboratorium yaitu untuk pemeriksaan penulis untuk melakukan penelitian karena
urin. Parameter yang diperiksa pada alat jumlah pasien pemeriksaan urin di
urine analyzer yaitu berat jenis, pH, Laboratorium Klinik Rutin SMF.
leukosit, nitrit, darah (eritrosit), glukosa, Patologi Klinik Rumah Sakit Hasan
keton, urobilinogen, bilirubin dan protein. Sadikin Bandung rata-rata 35 sampel urin
Menurut Dina (2016), urine setiap harinya. Hal tersebut menunjukkan
analyzer sangat bermanfaat bagi pemantapan mutu internal pada
laboratorium yang setiap harinya memiliki pemeriksaan urin menggunakan urine
banyak sampel laboratorium untuk analyzer sangat penting untuk dilakukan
diperiksa. Selain bermanfaat untuk agar memperoleh hasil yang akurat.
mengurangi human error karena pembacaan Pada artikel ini peneliti meneliti
tes manual, alat urine analyzer 3 dapat Gambaran hasil pemantapan mutu internal
memberikan hasil yang lebih akurat. pemeriksaan urin menggunakan urine
Quality control pada alat urine analyzer analyzer di laboratorium klinik rutin SMF.
sangat penting, karena apabila tidak melalui Patologi Klinik RSUP. DR. Hasan Sadikin
proses quality control akan berpengaruh Bandung bulan Maret 2017.
secara signifikan pada hasil pemeriksaan. Metode Penelitian
Penerapan quality control di laboratorium
Penelitian ini menggunakan metode
salah satunya dengan melakukan
deskriptif, yaitu mengetahui gambaran hasil
pemeriksaan bahan kontrol sebelum
pemantapan mutu internal pemeriksaan urin
pemeriksaan sampel. Pemeriksaan bahan
menggunakan urine analyzer di
kontrol pada urine analyzer memberikan
laboratorium klinik rutin SMF. Patologi
ketertarikan penulis untuk melakukan
Klinik RSUP. DR. Hasan Sadikin Bandung
penelitian karena tidak terlalu sering
bulan Maret 2017.
dilakukan karena menganggap hasil
pemeriksaan bahan kontrol pada alat urine Populasi pada penelitian ini adalah
analyzer selalu bagus. Padahal, setiap alat seluruh bahan kontrol alat urine analyzer
yang akan digunakan untuk pemeriksaan untuk pemeriksaan urin sebanyak 2 kontrol
sampel sebelumnya harus melalui proses level (normal dan abnormal) yang masing-
quality control terlebih dahulu, yaitu masing berisi 12mL. Sampel pada
pemeriksaan bahan kontrol setiap hari penelitian ini yaitu bahan kontrol alat urine
sebelum pemeriksaan sampel. Pemilihan analyzer untuk pemeriksaan urin di
Marsetyo Edhiatmi : PEMANTAPAN MUTU INTERNAL PEMERIKSAAN URIN DI
LABORATORIUM KLINIK RUTIN SMF. PATOLOGI KLINIK RSUP. DR. HASAN
SADIKIN BANDUNG
Sadikin Bandung bulan Maret 2017, tidak pemeriksaan urin menggunakan urine
ada data yang menyimpang dari rentang analyzer didapatkan nilai KV terendah
nilai bahan kontrol tersebut, baik untuk yaitu 0% dan tertinggi 34,9%. Berdasarkan
kontrol level 1 maupun level 2. Selain Permenkes RI (2003), ketelitian dikatakan
quality control, kegiatan yang 38 dilakukan baik apabila nilai KV% < 5%, sehingga
dalam pemantapan mutu pemeriksaan urin berdasarkan table 4.1 ada beberapa
menggunakan urine analyzer yaitu kalibrasi parameter yang nilai KV% melebihi 5%
pada alat urine alayzer Arkray Aution yaitu pemeriksaan glukosa, protein,
Eleven AE4020. urobilinogen, darah, keton dan leukosit.
Pada pemantapan mutu internal ini Menurut Sukorini (2010), secara umum ada
menggunakan bahan kontrol yang telah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
diketahui nilai kontrolnya. Hasil ketelitian yaitu alat yang digunakan,
pemeriksaan bahan kontrol dilihat apakah volume / kadar bahan yang diperiksa,
masuk ke dalam rentang nilai kontrol yang waktu pengulangan, tenaga pemeriksa dan
sudah ada atau tidak menggunakan metode cara pemeriksaan. Ketelitian terutama
dan alat yang sama. Jika semua nilai dipengaruhi oleh kesalahan acak yang tidak
kontrol masuk ke dalam nilai kontrol maka dapat dihindari yang disebabkan oleh
pemeriksaan pasein yang akan dilakukan ketidakstabilan. Salah satu cara agar nilai
akan tepat dan dapat dipercaya. presisinya menjadi baik yaitu 39 dengan
Akurasi dihitung dari hasil meminimalkan kesalahan yang terjadi.
pemeriksaan bahan kontrol sebagai nilai Kesalan yang berkaitan dengan
biasnya (d%). Pada bulan Maret 2017, hasil presisi berkaitan dengan kesalahan random.
pemeriksaan bahan kontrol pemeriksaan Kesalahan random selalu akan muncul,
urin menggunakan urine analyzer tetapi dapat diperkecil dengan cara
didapatkan nilai bias terendah yaitu 0% dan melakukan pengukuran berulang-ulang.
teringgi yaitu 7,7%. Berdasarkan tabel 4.1 Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang
akurasi dapat dinyatakan baik dengan nilai akurat tetapi tidak presisi maka akan terjadi
d% tidak ada yang melebihi 10%, karena keberagaman variabel yang besar pada
berdasarkan Permenkes RI (2003), akurasi pengukuran yang menunjukkan masih
dinyatakan baik apabila d% < 10%. adanya kesalahan acak yang terjadi pada
Ketelitian dinilai dari pemeriksaan bahan pemeriksaan.
kontrol sebagai nilai koefisien variasi Ketelitian yang kurang baik dapat
(KV%). Pada bulan Maret 2017, hasil diminimalkan dengan melakukan
pemeriksaan bahan kontrol untuk pengukuran secara berulang dengan melihat
Marsetyo Edhiatmi : PEMANTAPAN MUTU INTERNAL PEMERIKSAAN URIN DI
LABORATORIUM KLINIK RUTIN SMF. PATOLOGI KLINIK RSUP. DR. HASAN
SADIKIN BANDUNG
kecuali untuk parameter tertentu (glukosa, Hadi, A. (2007). Sistem Manajemen Mutu
Laboratorium. Jakarta: Gramedia ISO/IEC
protein, urobilinogen, darah, keton dan 17025:2005. Persyaratan Umum
leukosit) yang memiliki nilai presisi yang Kompetensi Laboratorium Pengujian dan
Laboratorium Kalibrasi
kurang baik. Hasil kalibrasi menunjukkan
Prodia Group. (2016). Urin Rutin. Tersedia
nilai yang baik karena tidak ada data yang dalam
menyimpang. Dapat disimpulkan semua http://prodia.co.id/ProdukLayanan/Pemeriks
aanLaboratoriumDe tails/urine-rutin
parameter memiliki akurasi yang baik [diakses pada 27 November 2016]
sedangkan presisi kurang baik untuk Permenkes RI. (2013). Peraturan Menteri
parameter glukosa, protein, urobilinogen, Kesehatan RI No. 43 Tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang
darah, keton dan leukosit. Baik. Jakarta: Menteri Kesehatan RI 43
Daftar Pustaka
Al-Qur’an dan Terjemahannya. (2012). Jakarta:
Kementerian Agama RI