Anda di halaman 1dari 6

Total protein terdiri atas albumin (60%) dan globulin (40%).

Bahan pemeriksaan yang


digunakan untuk pemeriksaan total protein adalah serum. Bila menggunakan bahan
pemeriksaan plasma, kadar total protein akan menjadi lebih tinggi 3 5 % karena pengaruh
fibrinogen dalam plasma.
Cara yang paling sederhana dalam penetapan protein adalah dengan refraktometer
(dipegang dengan tangan) yang menghitung protein dalam larutan berdasarkan perubahan
indeks refraksi yang disebabkan oleh molekul-molekul protein dalam larutan. Indeks refraksi
mudah dilakukan dan tidak memerlukan reagen lain, tetapi dapat terganggu oleh adanya
hiperlipidemia, peningkatan bilirubin, atau hemolisis.
Saat ini, pengukuran protein telah banyak menggunakan analyzer kimiawi otomatis.
Pengukuran kadar menggunakan prinsip penyerapan (absorbance) molekul zat warna. Protein
total biasanya diukur dengan reagen Biuret dan tembaga sulfat basa. Penyerapan dipantau
secara spektrofotometri pada 545 nm. Albumin sering dikuantifikasi sendiri. Sedangkan
globulin dihitung dari selisih kadar antara protein total dan albumin yang diukur.
Albumin dapat meningkatkan tekanan osmotik yang penting untuk mempertahankan
cairan vaskular. Penurunan albumin serum dapat menyebabkan cairan berpindah dari dalam
pembuluh darah menuju jaringan sehingga terjadi edema.
Rasio A/g merupakan perhitungan terhadap distribusi fraksi dua protein yang penting,
yaitu albumin dan globulin. Nilai rujukan A/G adalah > 1.0. Nilai rasio yang tinggi
dinyatakan tidak signifikan, sedangkan rasio yang rendah ditemukan pada penyakit hati dan
ginjal. Perhitungan elektroforesis merupakan perhitungan yang lebih akurat dan sudah
menggantikan cara perhitungan rasio A/G.
Nilai

Rujukan

DEWASA : protein total : 6.0 - 8.0 g/dl; albumin : 3.5 - 5.0 g/dl

ANAK : protein total : 6.2 - 8.0 g/dl; albumin : 4.0 - 5.8 g/dl

BAYI : protein total : 6.0 - 6.7 g/dl; albumin : 4.4 - 5.4 g/dl

NEONATUS : protein total : 4.6 - 7.4 g/dl; albumin : 2.9 - 5.4 g/dl

Anna Poedjiadi, Dasar-Dasar Biokimia, UI Press, Jakarta, 1994

Frances K. Widmann, alih bahasa : S. Boedina Kresno, dkk.,Tinjauan Klinis Atas Hasil
Pemeriksaan Laboratorium, EGC, Jakarta, 1992.

Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, edisi 6, EGC,
Jakarta, 2007.

Kratz, Alexander et. al., The Plasma Proteins, dalam : Lewandrofwski, Kent (ed.), Clinical
Chemistry : Laboratory Management and Clinical Correlations, Lippincott William &
Wlkins, Philadelphia, USA, 2002.

Mansjur Hawab, Pengantar Biokimia, Bayumedia Publishing, Malang, 2003.

Ronald A. Sacher & Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit & Dewi
Wulandari, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta,
2004.

1. Metode Brom Cresol Green (BGC)


Perinsip pemeriksaan albumin dengan metode BGC yaitu Serum ditambahkan pereaksi
albumin akan berubah warna menjadi hijau, kemudian diperiksa pada spektrofotometer.
Intensitas warna hijau ini menunjukkan kadar albumin pada serum.
Pada pemeriksaan albumin menggunakan metode ini diperlukan alat yaitupipet mikro,
yellow tip dan blue tip, tabung reaksi dan rak tabung. Diperlukan pula bahan sebagai
berikut : serum, pereaksi, reagent 30 m mol/ l, citrat buffer ph 4,2 0,26 m mol/ l, bromocresol
green, standart 5 gr/dl
Cara Kerja
Membuat Serum
Sampling darah vena di pasien
Memasukkan darah pada tabung reaksi lalu disentrifuge dengan 8 rpm selama 10
menit
Serumnya dipindahkan ke dalam tabung yang lain, endapannya tidak terpakai.

Membuat sediaan
Menyiapkan 3 tabung reaksi masing masing diisi menggunakan mikropipet
10mikroliter serum, 10 mikroliter aquades, dan 1 0mikroliter standar.
Kemuadian masing-masing tabung tadi diisi 1000 mikroliter reagen BCG.

Diinkubasi 3 tabung tersebut pada suhu 37 celsiun selama lebih dari 10 menit kurang
dari 60 menit.
Menggunakan alat fotometer untuk pemeriksaan
Nyalakan Fotometer, atur panjang gelombang 546 nanometer, faktor 005,0, program
c/ST. Jika salah hasil akan fatal.
Memasukkan blanko ke dalam corong, lalu tekan zero jika muncul angka lalu buang
blanko pada corong, Kembali masukkan standar dan tekan tombol standar jika keluar
angka maka standar dibuang. Angka yang muncul diabaikan. Terakhir memasukkan
sempel dan tekan result, keluar angkanya catat sebagai hasil dan Buang sampel pada
corong. Matikan fotometer.

2.

Metode Biuret

Prinsip penetapan kadar albumin dalam serum dengan metode Biuret adalah pengukuran
serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari albumin yang bereaksi dengan pereaksi biuret
dimana, yang membentuk kompleks adalah protein dengan ion Cu2+ yang terdapat dalam
pereaksi biuret dalam suasana basa. Semakin tinggi intensitas cahaya yang diserap oleh alat
maka semakin tinggi pula kandungan protein yang terdapat di dalam serum tersebut.
Pemeriksaan albumin menggunakan metode ini dibutuhkan alat yaituTabung reaksi, Rak
tabung reaksi, Pipet tetes, Pipet mikro,Sentrifugator, Spektrofotometer UV-Vis. Diperlukan
pula

bahan yaituLarutan

Natrium

Sulfit

25%, Serum/plasma, Ether, Pereaksi

Biuret,

danAquadest.
Dalam pereaksi biuret terkandung 3 macam reagen yaitu reagen yang pertama adalah
CuSO4 dalam aquadest dimana reagen ini berfungsi sebagai penyedia ion Cu2+ yang
nantinya akan membentuk kompleks dengan protein. Reagen yang kedua adalah K-Na-Tartrat
yang berfungsi untuk mencegah terjadinya reduksi pada Cu2+ sehingga tidak mengendap.
Reagen yang ketiga adalah NaOH dimana fungsinya adalah membuat suasana basa. Suasana
basa akan membantu pembentukan Cu(OH)2yang nantinya akan menjadi Cu2+ dan
2OH-.Penambahan natrium sulfit dan ether ini adalah berguna untuk memisahkan antara
albumin dengan protein plasma lainnya seperti globulin, fibrinogen dan lain-lain. Selanjutnya
didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan cairan, lapisan atas terdiri dari ether dan protein plasma
lainnya. Sedangkan bagian bawah mengandung albumin sehingga lapisan bagian atas
dibuang dan lapisan bagian bawah kemudian ditambahkan dengan pereaksi biuret dan
dikocok.
Cara Kerja
1.
2.
3.
4.

Disiapkan tabung reaksi yang telah diisi 2 mL larutan Natrium Sulfit25%.


Ke dalam tabung tersebut dipipetkan 0,2 mL serum/plasma, 2 mL ether dan dicampur.
Tabung dipusingkan dengan sentrifugator
Selanjutnya ether dan larutan protein (larutan bagian atas terdiri dari protein dan

ether) dikeluarkan dengan penghisap.


5. Tabung dimiringkan lalu cairan bagian atas diambil dengan pipet mikro melalui
dinding Tabung
6. Larutan yang tersisa adalah larutan yang mengandung albumin (larutan ini yang
kemudian akan dimasukkan ke dalam tabung reaksi tes).
7. Disiapkan 3 tabung reaksi dan masing-masing diberi label larutan test, larutan standar
dan blanko kemudian dimasukkan pereaksi biuret, larutan albumin, larutan standar
dan aquades.

8. Pada tabung test dimasukkan pereaksi biuret dan larutan albumin masing-masing 1,0
ml. Pada tabung larutan standar dimasukan pereaksi biuret dan larutan standar
masing-masing sebanyak 1,0 ml. Pada tabung blanko dimasukkan pereaksi biuret dan
aquadest masing-masing sebanyak 1,0 ml.
9. Campuran tersebut ditangguhkan selama 14-30 menit, lalu dibaca dalam
spektrofotometer pada panjang gelombang 540-546.
10. Rentang normal untuk kadar albumin dalam serum adalah 0,5-1,2 gram/dL

I. Interpretasi Hasil
Nilai normal albumin dalam darah yaitu :
1.

Orang dewasa / tua :

3,5 5,0 g / dl

2.

Anak-anak

4 - 5,9 g / dl

3.

Bayi

4.4 - 5.4 g/dl

4.

Neonatus

2.9 - 5.4 g/dl

Jika terjadi kelainan sebagai berikut :


Hipoalbuminemia
1.

Orang dewasa / tua :

< 3,5 5,0 g / dl

2.

Anak-anak

< 4 - 5,9 g / dl

3.

Bayi

< .4 - 5.4 g/dl

4.

Neonatus

< 2.9 - 5.4 g/dl

Hiperalbuminemia
1.

Orang dewasa / tua :

> 3,5 5,0 g / dl

2.

Anak-anak

> 4 - 5,9 g / dl

3.

Bayi

> 4.4 - 5.4 g/dl

4.

Neonatus

> 2.9 - 5.4 g/dl

Anda mungkin juga menyukai