Disusun Oleh :
MILA JAHRA
MITA. N
MIFTAH F.
M. REKSA
PUTRI N.S.N.
PUTRI R.
RATNA R.
RIKI S.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kimia klinik penggunaan fotometer untuk pengukuran secara
fotometri sangat banyak dan hampir semua pemeriksaan kimia darah selalu
menggunakan fotometer untuk menentukan kadar suatu zat terlarut dalam
serum.
Pemantapan akurasi dilakukan untuk mengenali kemungkinan adanya
penyimpangan akibat kesalahan sistematik dalam proses analisis sampel
pasien. Kesalahan sistematik menyebabjan akurasi hasil pemeriksaan kurang
baik. Kesalan sistematik biasanya disebabkan oleh metode pemeriksaan yang
dipakai, pipet yang kurang baik akurasinya, reagen yang rusak atau salah cara
melarutkannya, panjang gelombang yang dipakai, kurva yang tidak linear.
Bahan kontrol yang digunakan disebut bahan control akurasi yang kadar setiap
komponennya diketahui atau dinyatakan sebagai nilai rujukan. Apabila nilai
hasil analisis bahan control yang diperiksa terletak didalam daerah control
tertentu, maka dapat dianggap bahwa hasil analisis sampel pasien cukup tepat
dan terandalkan
B. Tujuan
Siswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kimia darah secara fotometri
dengan end point.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
C. Titik Akhir (End Point)
1. Blanko
a. Blanko Udara
Teknik pengukuran dengan cara mengukur udara sebagai
blanko dan dilanjutkan dengan pengukuran bahan uji. Dengan cara ini
koreksi perubahan indeks bias larutan masih kurang teliti. Cara ini
biasanya dilakukan pada pemeriksaan cara kinetik, yang mana tidak
memerlukan perubahan indeks bias larutan, tapi perubahan konsentrasi
larutan per satuan waktu.
b. Blanko Aquabidest
Cara pengukuran ini sebagai baseline digunakan aquabidest,
sehingga saat transmisi 100% atau aboserben 0,000 menggunakan
medium aquabidest. Lalu dilakukan pengukuran blanko reagent,
standard dan sampel. Cara inilah yang umum dilakukan pemeriksaan
dalam kimia klinik rutin.
c. Blanko Sampel
Cara ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan akibat sampel
yang berwarna atau keruh, sehingga perlu dilakukan penambahan
sampel pada larutan blanko sehingga diukur sebagai blanko sampel.
Cara ini digunakan pada pemeriksaan bilirubin total dan direk.
Kemudian dilakukan pengukuran sampel dan dikalikan faktor maka
didapatkan kadar bahan uji.
2. Faktor
Dalam bahasan ini membahas teknik pengukuran yang terkait
dengan penggunaan blanko, namun sebagai acuan hasil/konsentrasi sampel
dikalikan dengan nilai faktor. Cara ini efektif dan efisien dalam
penggunaan reagensia, namun tidak selalu menunjukkan hasil yang baik
apabila fotometer yang digunakan tidak lakukan penghitungan ulang
faktor dengan bantuan standard atau bahan kontrol apabila : lampu yang
digunakan telah tua atau lebih dari 3000 jam sehingga meredup, filter yang
sudah tua, kuvet yang sudah memburam, pergantian merek reagensia dan
3
suhu pengukuran yang berbeda. Oleh sebab itu sebaiknya penggunaan
faktor ini diperbaharui secara berkala dengan bantuan standard atau serum
kontrol/darah kontrol. Istilah ini disebut grade, baik upgrade value atau
downgrade value dari faktor tersebut. Biasanya cara ini digunakan pada
pengukuran kadar hemoglobin cara cyanmethemoglobin.
3. Standard
Cara pengukuran ini juga terkait dengan penggunaan blanko,
namun sebagai acuan hasil/konsentrasi sampel berdasarkan hasil perkalian
silang absoben sampel dengan konsentrasi standard dibagi dengan
absorben standard. Cara lebih baik dibandingkan menggunakan faktor,
namun yang paling berpengaruh adalah konsentrasi standard harus stabil
dan memiliki simpangan baku (SD) dibawah 5% atau 1% tergantung
parameter yang digunakan. Adanya kekeringan larutan standard akibat
penyimpanan dalam suhu kulkas 2-8C karena terjadi penguapan
menyebabkan lebih pekat sehingga kadar standar tinggi yang berakibat
kadar sampel lebih rendah. Usaha untuk mengkoreksi dengan bantuan
serum kontrol ketelitan dan ketepatan. Dikenal teknik pengukuran ini
berdasarkan jumlah standar yang digunakan terdiri atas :
a. Tunggal
Apabila pengukuran hanya berdasarkan atas 1 standar saja.
b. Multipel
Apabila melebihi 1 standar dalam pengukuran. Biasanya ini digunakan
pada pembuatan kurva kalibrasi standar. Apabila dideret standar tadi
dengan kosentrasi yang rendah menuju tinggi, maka akan diperoleh
kurva linear dengan kemiringan (slope) 45lurus, yang berarti
pengukuran telah tepat dan baik. disamping itu akan diperoleh
intercept dan coefisien variasi yang baik juga
4
D. Cara Kerja Photometer (Lipoprotein)
1. Prinsip kerja HDL metode langsung
Kilomikron, VLDL dan LDL dihancurkan secara khusus melalui
reaksi enzimatik. Kolesterol yang tertinggal dari fraksi HDL diukur
melalui reaksi enzimatik khusus oleh adanya surfactant spesifik HDL.
Kombinasi ini membuat lebih spesifik untuk HDL dari metode lain.
Cara kerja HDL metode langsung (manual).
Disiapkan 3 tabung reaksi untuk blanko reagen (RB), sampel,dan
standar. Kemudian pada tabung pertama dipipet 10 µl aquadest dan 750 µl
reagen 1 (R1) campur dengan hati-hati, inkubasi 5 menit pada suhu 37˚C.
setelah itu tambahkan dengan reagen 2 (R2) sebanyak 250 µl, campur
dengan hati-hati kemudian inkubasi selama 5 menit. Selanjutnya pada
tabung kedua dipipet standar sebanyak 10 µl dan reagen 1 (R1) sebanyak
750 µl kemudian campur dengan hati-hati, inkubasi selama 5 menit pada
suhu 37˚C. Setelah diinkubasi tambahkan reagen 2 (R2) sebanyak 250 µl,
campur dengan hati-hati kemudian inkubasi selama 5 menit pada suhu
37˚C. dan yang terakhir pada tabung ketiga, dipipet sampel sebanyak 10 µl
dan reagen 1 (R1) sebanyak 750 µl kemudian dicampur dengan hati-hati,
diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37˚C. Setelah diinkubasi
ditambahkan reagen 2 (R2) sebanyak 250 µl, campur dengan hati-hati
kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37˚C. Setelah ketiga
tabung diinkubasi selama 5 menit, dibaca blanko, standar dan sampel
berurutan pada panjang gelombang 578 nm.
2. Prinsip kerja Humastar 300 (Otomatik)
Humastar 300 sebagai alat full otomatik untuk pemeriksaan kimia
klinik. Karena pada alat ini kita hanya memasukkan reagen dan
sampel,seterusnya alat akan bekerja sendiri mulai dari pemipetan sampai
hasil pengukuran. Alat ini dihubungkan dengan system komputer dimana
alat ini akan bekerja sesuai dengan perintah yang kita catat dikomputer.
Komputer adalah otak dari alat ini. Ketika akan melakukan pengukuran
suatu parameter,maka alat ini hanya bekerja untuk parameter itu. Proses
pemipetan sampel dan reagen telah terprogram di dalam memori untuk
5
setiap pengukuran pararneter tertentu sam halnya dengan alat semi
otomatik, alat ini juga mempunyai mekanisme perubahan sinar dari
polikromatik menjadi monokromatik sehingga konsentrasi suatu zat yang
diukur dapat ditentukan seperti pada alat semi otomatik.
3. Prinsip kerja HDL metode tidak langsung
Dengan pemberian phosphotungstat acid dan ion magnesium
kedalam sampel maka kilomikron, VLDL dan LDL mengendap
(presipitasi). Serum + HDL separating reagent → sentrifuge → HDL
fraksi (supernatan) + kilomikron, VLDL, LDL, fraksi (presipitasi) Setelah
dipusingkan dalam supernatan hanya terdapat HDL yang kadar
kolesterolnya ditentukan dengan metode kalorimetrik enzimatik.
4. Cara kerja HDL metode tidak langsung
Disiapkan 3 tabung reaksi untuk presipitasi, blanko dan sampel,
kemudian dipipet 250 µl sampel lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan reagen presipitasi HDL sebanyak 500 µl, setelah
itu dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu 37˚C lalu
disentrifus dengan kecepatan 10000 rpm selama 2 menit. Kemudian
diambil supernatan sebanyak 100 µl lalu dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang lain kemudian ditambahkan reagen kolesterol sebanyak 1000
µl kemudian campur lalu diinkubasi pada suhu 37˚C selama 10 menit lalu
standar dan sampel terhadap blanko reagen dibaca pada photometer dalam
waktu 6 menit dengan panjang gelombang 546 nm.
5. Prinsip kerja photometer sumifin 1904 C
Alat ini mempunyai prinsip kerja yang sama dengan photometer
4020 yaitu larutan sampel yang dimasukkan pada alat akan masuk pada
suatu ruang dimana sinar monokromatik yang diserap oleh larutan sampel
adalah sebanding dengan zat yang akan diukur dalam sampel itu.
Selanjutnya ke detektor dan dicatat hasilnya hingga muncul pada layar
alat.
6. Kalibrasi photometer Sumifin-1904 C
Tes tertentu memerlukan kalibrasi dengan suatu standar atau lebih.
Kalibrasi dapat dapat diprogram untuk metode pengukur endpoint maupun
6
twopoint. Pada metode endpoint, kalibrasi dapat dilakukan dengan ataupun
tanpa reagen blanko dan sampel sedangkan metode twopoint hanya dapat
dilakukan dengan atau tanpa reagen blanko. Kalibrasi Berdasarkan standar
dapat dilakukan dengan melihat stabilitas reagen, batch reagen, serta jenis
tes. Di dalam menjalankan kalibrasi berdasarkan standar dapat dilakukan 3
langkah, yaitu:
1. Memprogram kalibrasi
2. Pengukuran kalibrasi
3. Mendaftarkan kaibrasi
Pemantapan mutu intralaboratorium
Pemantapan mutu intralaboratorium dilakukan oleh laboratorium
klinik untuk mengendalikan mutu analisisnya setiap hari. Pada dasarnya
pemantapan mutu intralaboratorium dapat dibagi dalam dua bentuk, yaitu
pemantapan presisi dan pemantapan akurasi.
Pemantapan presisi adalah untuk mengenali kemungkinan adanya
penyimpangan akibat kesalahan acak yang terjadi dalam suatu proses
analisis sampel pasien. Kesalahan acak menyebabkan presisi hasil
pemeriksaan menjadi kurang baik. Kesalahan acak dapat terjadi karena
kepekaan suhu, arus/tegangan listrik, waktu inkubasi, proses
pemerikasaan, cara memipet. Kesalahan acak tidak dapat dihilangkan,
hanya dapat dikurangi sampai batas tertentu dengan cara melakukan
pemeriksaan dengan teliti, menggunakan alat dan reagen yang lebih baik
serta prosedur pemeriksaan yang benar. Pelaksanaannya pada setiap seri
pemeriksaan dengan mengikut sertakan suatu bahan control yang sering
disebut sebagai bahan kontrol presisi.
Setelah didapatkan sekitar 20 nilai hasil bahan kontrol dari
minimal 20 seri pemeriksaan (atau 20 hari), maka nilai-nilai tersebut
dievaluasi secara statistik. Dari keduapuluh nilai tersebut dihitung nilai
rata-rata dan simpang bakunya serta batas-batas 2 SB dan 3 SB. Hasil
hitungan tersebut digambarkan pada suatu kartu control dan nilai-nilai
setiap hasil analisis bahan-kontrol dicantumkan pada kartu-kontrol
7
tersebut. Apabila nilai-nilai tersebut memenuhi kriteria kontrol tertentu,
maka hasil analisis sampel pasien dianggap terkontrol.
Pemantapan akurasi dilakukan untuk mengenali kemungkinan
adanya penyimpangan akibat kesalahan sistematik dalam proses analisis
sampel pasien. Kesalahan sistematik menyebabjan akurasi hasil
pemeriksaan kurang baik. Kesalan sistematik biasanya disebabkan oleh
metode pemeriksaan yang dipakai, pipet yang kurang baik akurasinya,
reagen yang rusak atau salah cara melarutkannya, panjang gelombang
yang dipakai, kurva yang tidak linear. Bahan kontrol yang digunakan
disebut bahan control akurasi yang kadar setiap komponennya diketahui
atau dinyatakan sebagai nilai rujukan. Apabila nilai hasil analisis bahan
control yang diperiksa terletak didalam daerah control tertentu, maka dapat
dianggap bahwa hasil analisis sampel pasien cukup tepat dan terandalkan
(Widjaja A,dkk, 1994)
Tabel 1
Pemeriksaan Yang Memerlukan Puasa
8
Gastrin Puasa 12 jam
Aldosteron Puasa 12 jam
Homocycteine Puasa 12 jam
Lp (a) Puasa 12 jam
PTH Intact Puasa 12 jam
Apo A1 Dianjurkan puasa 12 jam
Apo B Dianjurkan puasa 12 jam
9
BAB III
PENUTUP
10
DAFTAR PUSTAKA
https://jafararea30.wordpress.com/laboratorium-klinik/
http://azmalardianto.blogspot.co.id/2014/04/pemeriksaan-kimia-klinik.html
11