Anda di halaman 1dari 38

MODUL PRAKTIKUM HEMATOLOGI

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH LENGKAP

Disusun oleh:

Tri Dyah Astuti, S.ST.,M.Kes

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA


Jl. Siliwangi Ring Road Barat No. 63 Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta

2020
MODUL PRAKTIKUM HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH LENGKAP

Disusun Oleh :
Tri Dyah Astuti, S.ST., M.Kes

Cetakan III, September 2020

ISBN : 978-623-5957-10-4

Diterbitkan

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta


Jl. Siliwangi Ring Road Barat No. 63 Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta
Telp : (0274) 4469199, Fax : (0274) 4469204
Email : Info@unisayogya.ac.id
Website : www. unisayogya.ac.id

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Berkat


limapahan Rahmat dan Hidayahnya-Nya sehingga dapat menysun modul praktikum
laboratorium darah lengkap ini dapat disusun dengan seksama. Modul praktikum ini dibuat
sebagai upaya untuk mendukung pembelajaran mahasiswa dalam mencapai kompetensi dan
mampu mengaplikasikan keilmuan teknologi laboratorium medis dalam penyelesaian
masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi sesuai dengan nilai, norma,
dan etika akademik.
Panduan praktikum ini berisi tentang pemeriksaan Hemoglobin Metode Sahli,
Hemoglobin Metode Cyanmeth, Hematokrit, Laju Endap Darah, Hitung Jumlah Eritrosit,
Hitung Jumlah Leukosit, Hitung Jumlah Trobosit, Hitung Jumlah Eosinofil, Hitung Jenis
Leukosit, Retikulosit, Sediaan Apusan Darah Tepi. Panduan praktikum ini diperuntukkan
bagi mahasiswa semester III Program studi D4 Teknologi Laboratorium.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan modul praktikum ini. Kritik dan saran juga sangat dibutuhkan demi
pengembangan IPTEK khususnya dalam bidang studi Teknologi Laboratorium Medis.
Semoga modul praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan meningkatkan kualitas
pembelajaran serta mendukung tercapainya kompetensi Teknologi Laboratorium Medis
khususnya mengenai konsep studi darah lengkap. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, September 2020

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i


HALAMAN PENERBIT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iv
DESKRIPSI MATA KULIAH ........................................................................................... v
Pemeriksaan Hb Sahli ....................................................................................................... 1
Pemeriksaan Hb Cyanmeth ............................................................................................... 3
Pemeriksaan Hct Mikrometode.......................................................................................... 5
Pemeriksaan Hct Makrometode ........................................................................................ 7
Pemeriksaan Led ............................................................................................................. 9
Pemeriksaan Hitung Sel Eritrosit ...................................................................................... 11
Pemeriksaan Hitung Sel Leukosit ...................................................................................... 14
Pemeriksaan Hitung Sel Trombosit ................................................................................... 17
Pemeriksaan Indeks Eritrosit ........................................................................................... 20
Pemeriksaan Hitung Sel Eosinofil ..................................................................................... 22
Pemeriksaan Hemogram ................................................................................................... 25
Pemeriksaan Retikulosit ................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 38

iv
v
A. DESKRIPSI

Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) merupakan suatu jenis
pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat
respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu, pemeriksaan ini juga sering dilakukan
untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.
Adapun yang termasuk dalam pemeriksaan darah lengkap antara lain Hemoglobin Metode
Sahli, Hemoglobin Metode Cyanmeth, Hematokrit, Laju Endap Darah, Hitung Jumlah
Eritrosit, Hitung Jumlah Leukosit, Hitung Jumlah Trobosit, Hitung Jumlah Eosinofil, Hitung
Jenis Leukosit, Retikulosit, Fragilitas Osmotik, Sediaan Apusan Darah Tepi.
Modul pemeriksaan laboratorium darah lengkap dibuat dengan harapan agar mahasiswa
D4 Teknologi Laboratorium Medis memiliki pengetahuan dan wawasan tentang komponen-
komponen darah beserta fungsinya, jenis- jenis gangguan pada darah, teknik- teknik
pemeriksaan darah umum dan khusus beserta kendali mutu pada pemeriksaan darah umum
dan khusus.
Setiap pemeriksaan pada modul ini dilakukan validasi metode meliputi :
1. Akurasi : untuk melihat akurasi metode pemeriksaan yang harus dilakukan adalah
dengan menilai % Recovery larutan Kontrol yang sudah diketahui konsentrasinya,
serta % kesalahan (%D).

% Kesalahan = Kadar Kontrol Sebenarnya-Kadar Kontrol yang terukur Jika %


Recovery larutan kontrol pada kisaran dari 90-110 % dan % Kesalahan maksimal 10
%, maka akurasi metode adalah baik.
2. Presisi berdasarkan Reprodusibilitas
Jika diantara kelompok praktikum memiliki hasil yang berdekatan, misalnya semua
kelompok mendapatkan hasil di kisaran 1 g, maka presisi nya adalah baik.
3. Presisi berdasarkan Repeatabilitas
Jika seorang praktikan, mengulangi pemeriksaan secara minimal duplo (2x) dan
hasilnya sama atau memiliki hasil yang berdekatan, misalnya seorang praktikan
melakukan titrasi dan mendapatkan hasil yang stabil di kisaran 10 mL, maka presisi
titrasi nya adalah baik.
4. Sensifisitas (tidak dilakukan karena diperlukan variasi pelarut organik untuk ekstraksi
dan waktu tidak cukup)
5. Linearitas (tidak dilakukan karena diperlukan variasi konsentrasi kontrol dan waktu
tidak cukup)
6. Limit of Detection atau LOD (tidak dilakukan karena diperlukan variasi konsentrasi
kontrol dan waktu tidak cukup)
7. Limit of Quantification LOQ (tidak dilakukan karena diperlukan variasi konsentrasi
control dan waktu tidak cukup)

vi
Tabel 1. Validasi Metode Pemeriksaan
Parameter Validasi Nilai Seharusnya Hasil Praktikum Kesimpulan
Metode (Rujukan) Hasil
Pemeriksaan Praktikum
(baik/tidak)
Kadar control Sesuai dengan kadar
kontrol sebenarnya
% Recovery 90-110
% Kesalahan Maksimal 10 %
Akurasi % Recovery 90-110
Presisi Setiap kelompok
(Reprodusibilitas) praktikum memiliki
hasil yang
berdekatan
Presisi Seorang praktikan
(Repeatabilitas) mengerjakan
pengulangan
mendapatkan hasil
yang berdekatan
Spesifisitas Belum diketahui Tidak diperiksa
Sensitifitas Belum diketahun Tidak diperiksa
Linearitas R2=0,9900,
R=0,9990
Limit of Detection Belum diketahui Tidak diperiksa
(LOD)
Limit of Belum diketahui Tidak diperiksa
Quantification
(LOQ)
Penilaian Secara Keseluruhan

vii
ACARA PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN


METODE SAHLI
A. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) metode Sahli dengan cara
yang benar serta mengetahui kadar hemoglobin dalam darah.

B. Metode
Metode Sahli

C. Prinsip
Ke dalam sampel darah ditambahkan larutan asam lemah, maka hemoglobin akan diubah menjadi
asam hematin (acid hematin) berwarna coklat tua. Selanjutnya dilakukan penambahan aquadest
sampai warna yang terjadi sama dengan warna standard pada hemoglobinometer.

D. Dasar teori
Hemoglobin adalah komponen utama dari sel darah merah, merupakan protein terkonjugasi
yang berfungsi untuk transportasi oksigen dan karbon dioksida. Derivat hemoglobin terdiri dari
hemiglobin (methemoglobin), sulfhemoglobin (SHb), dan karboksihemoglobin
(carboxyhemoglobin). Kadar hemoglobin dapat diperiksa dengan beberapa metode antara lain cara
tallquist, sahli, cu-sulfat, fotoelektrik (cyanmethemoglobin, oksihemoglobin dan alkali hematin),
cara automatik.
Metode sahli merupakan metode konvensional yang sudah umum digunakan dalam penentuan
kadar Hb. Pada Metode tersebut Hb dihidrolisis dengan HCL menjadi globin ferroheme.
Ferroheme dioksidasi oleh oksigen yang ada diudar menjadi ferriheme yang akan bereaksi dengan
ion Cl membentuk ferriheme-chlorid yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini
dibandingkan dengan warna standar (pengamatan langsung) sehingga subjektivitas turut
mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Beberapa faktor penyebab kesalahan dalam pemeriksaan hemoglobin cara sahli antara lain
disebabkan oleh alat atau reagen yang kurang sempurna, mulai dari volume pipet Hb tidak selalu
tepat 20µl, warna standar yang memudar, kadar HCl yang tidak terkontrol. Kesalahan juga bisa
terjadi dari personel yang melakukan pemeriksaan, misal pengambilan darah kurang baik, mata
sudah lelah, penyinaran atau penerangan yang kurang, terdapatnya gelembung dalam pemeriksaan,
pada pemakain pipet tidak dibilas, pengenceran yang salah, pemeriksaan lebih dari 5 menit dan
sebagainya.

E. Alat
Hemoglobinometer (hemometer) sahli, yang terdiri :
1. Standar warna Hb
2. Batang pengaduk
3. Tabung hemometer
4. Pipet Pasteur
5. Pipet sahli 20 μl
6. Sikat
7. Tissue / Kertas saring
8. Botol coklat

1
F. Bahan
1. Sampel : Darah vena + EDTA, darah kapiler ataupun darah arteri
2. Reagen : HCl 0,1N dan Aquades]

G. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Masukkan Hcl 0,1N kedalam tabung Hb sampai skala 2 (± 5 tetes).
3. Homogenkan sapel darah, dan pipet darah dengan menggunakan pipet sahli sebanyak 20μl.
Hapus darah yang melekat pada ujung pipet dengan tissue.
4. Alirkan darah dari pipet ke dalam dasar tabung Hb yang berisi Hcl 0.1 N, hati-hati dan jangan
sampai ada gelembung. Catat waktu.
5. Angkat pipet tersebut sedikit, lalu isap dan tiupkan kembali larutan Hcl 0.1 N pada tabung Hb
tersebut sampai tidak ada darah yang tersisa pada pipet.
6. Aduk tabung Hb tersebut dengan menggunakan batang pengaduk supaya darah dan Hcl 0.1 N
tercampur homogen dan berwarna coklat tua.
7. Masukkan tabung Hb pada komparator.
8. Tambahkan aquades setetes demi setetes dan diaduk menggunakan batang pengaduk setiap
penambahan aquades.
9. Bandingkan warna yang terbentu pada tabung Hb dengan standar warna pada standar warna
permanen. Usahakan dalam membandingkan warna, tabung Hb diutar sehingga saat
membandingkan warna, garis-garis sekala tidak terlihat.
10. Persamaan warna campuran dan standar warna harus dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah
saat darah dan HCl dicampur.
11. Bacalah kadar hemoglobin dalam g/dl

H. Nilai norma
Dewasa laki-laki = 13 – 16 gr%
Dewasa wanita = 12 – 14 gr %

I. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan


1. Kemampuan membandingkan warna tidak dapat disamakan antara pemeriksa satu dengan
yang lain.
2. Sumber cahaya yang kurang terang
3. Kelelahan dalam melihat dan membandingkan warna
4. Tabung pengencer atau standar warna permanen yang sudah kusam
5. Pemipetan yang kurang tepat
6. Ukuran pipet tidak sesuai dengan jumlah bahan yang diambil, perlu dikalibrasi
7. Alat-alat yang digunakan masih kotor atau masih basah
8. Pengambilan sampel yang kurang tepat
9. Pipet Hb tidak dilakukan pembersihan pada ujung pipet setelah dipakai untuk menghisap
sampel pemeriksaan
10. Pipet Hb tidak dibilas setelah memasukkan sampel darah
11. Adanya gelembung pada tabung pengencer
12. Kesalahan dalam membaca skala pada tabung pengencer
13. Waktu pembacaan hasil lebih dari 5 menit

2
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN
METODE CYANMETHEMOGLOBIN

A. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Kadar Haemoglobin (Hb) metode
Cyanmethemoglobin serta mengetahui kadar hemoglobin dalam darah.

B. Metode
Kolorimetri Cyanmethemoglobin

C. Prinsip
Darah diencerkan dengan larutan kalium sianida dan kalium ferri sianida. Kalium feri sianida
mengoksidasi Hb menjadi methemoglobin dan kalium sianida menyediakan ion sianida untuk
membentuk cyanmethemoglobin, yang memiliki penyerapan maksimum yang luas pada panjang
gelombang 540 nm. Absorbansi larutan diukur dalam spektrofotometer dan nilai dibandingkan
dengan larutan standar cyanmethemoglobin.

D. Dasar Teori
Hemoglobin adalah pigmen berwarna merah dan dapat menyerap cahaya maksimal pada
panjang gelombang 540 nm. Penetapan Hemoglobin metode Fotometrik Sianmet-Hemoglobin di
laboratorium, ditentukan dengan berbagai cara diantaranya dengan kolorimetrik seperti cara
sianmet-hemoglobin (HiCN) dan cara oksihemoglobin (HbO2). Berdasarkan International Council
for Standardization in Haematology (ICSH) menganjurkan pemeriksaan kadar Hb dengan metode
sianmethemoglobin. Metode ini mudah dilakukan, memiliki standar yang stabil dan dapat
mengukur semua jenis hemoglobin kecuali sulfhemoglobin. Metode fotometrik ini sudah
diintergrasikan ke dalam alat pengukur hitung sel otomatis.
Komposisi reagen yang dipakai adalah larutan sianida yang bersifat toksik aatu beracun
dengan komposisi sebagai berikut:
K3Fe(CN)6 : 200 mg
KH2PO4 : 140 mg
KCN : 50 mg
Aquades : 1000 ml
Non Ionic detergen : 0,5-1 ml
Larutan Drabkin termasuk laarutan berbahaya, sehingga ada beberpa hal yang harus
diperhatikan dalam penyimpanan, antara lain larutan disimpan pada lemari yang terkunci, setelah
melaukan pemeriksaan dengan menggunakan larutan ini segera mencuci tangan, larutan disimpan
pada botol coklat atau gelap. Larutan drabkin stabil dalam kurun waktu beberapa bulan, jika
larutan ini disimpan pada suhu ruangan melebihi 30ºC. Ketika disimpan, larutan ini disimpan pada
suhu 4-60ºC dan ketika hendak dipakai, larutan ini dihangatkan terlebih dahulu pada suhu
ruangan. Penyimpanan dalam bentuk dibekukan tidak disarankan karena larutan drabkin ini dapat
teurai. Reagen ini jernih dan berwarna kuning pucat, jika larutan berwarna keruh atau sudah
memudar maka larutan tersebut harus dibuang.

E. Alat
1. Pipet volume 5 ml
2. Mikropipet 20 μl
3. Tabung reaksi

3
4. Rak tabung reaksi
5. Spektrofotometer/ Fotometer
6. Tissue

F. Bahan
1. Sampel: Darah vena + EDTA, darah kapiler ataupun darah arteri
2. Reagen: Larutan Drabkins

G. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Pipet reagen Drabkin sebanyak 5,0 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi
3. Pipet sampel darah sebanyak 0,02 ml (20μl) dengan pipet Hb
4. Masukkan pipet sampel kedalam tabung dalam tabung reaksi yang telah diisi reagen drabkin,
darah dikeluarkan perlahan-lahan, lalu isap reagen drabkin tersebut dan tiupkan kembali
larutan tersebut sehingga tidak ada darah yang tertinggal didalam pipet.
5. Campur isi tabung hingga homogen, inkubasi kurang lebih 5 menit
6. Bacalah intensitas warna yang terjadi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 540
nm, sebagai blanko digunakan larutan drabkin.

H. Nilai normal
Dewasa laki-laki = 14 – 16 gr/dl
Dewasa wanita = 12 – 14 gr/dl

I. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan


1. Spesimen darah tidak homogen saat kan dilakukan pemeriksaan
2. Pengambilan darah pada aliran darah vena yang tidak tepat
3. Teknis pemasangan tourniquet yang terlalu lama
4. Bercampurnya cairan jaringan pada sampel darah kapiler
5. Penusukan pada aliran pembuluh darah vena yang masih basah karena alcohol
6. Tidak tepat dalam pengambilan reagen dan sampel
7. Darah pada pipet lupa tidak dibersihkan sebelum dimasukkan dalam reagen
8. Pipet darah tidak dibilas saat memasukkan sampel kedalam tabung drabkin
9. Kuvet yang digunakan basah ataupun kotor

4
PEMERIKSAAN HEMATOKRIT (Hct)
METODE MIKROKAPILER

A. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan hematokrit mikrokapiler dengan benar dan mampu
menentukan hasil dari pemeriksaan hematokrit mikrokapiler

B. Metode
Mikrohematokrit

C. Prinsip
Spesimen darah dimasukkan dalam tabung mikrokapiler sebanyak ¾ tabung, salah satu ujung
tabung ditutup dengan dempul dan dilanjutkan proses sentrifugasi dengan kecepatan 15.000 rpm
selama 15 menit. Hasil dari sentrifugasi akan tampak kolom eritrosit, buffy coat dan plasma.
Tinggi kolom eritrosit menunjukkan nilai hematocrit dan dibaca dengan skala pembaca..

D. Dasar teori
Pemeriksaan Hct merupakan pengukuran volume eritrosit/dL darah, yang dinyatakan dengan
% dari volume darah keseluruhan. Hematokrit dapat menunjukkan persentase sel darah merah
tehadap volume darah total. Nilai hematokrit digunakan untuk mengetahui ada tidaknya anemia
dan digunakan juga untuk menghitung nilai eritrosit rata-rata. Salah satu metode yang digunakan
dalam pemeriksaan Hct adalah metode mikrohematokrit. Metode tersebut cukup efektif dan efisien
karena selain sederhana, sampel darah yang digunakan sedikit dengan waktu pemeriksaan lebih
singkat. Sampel darah pada pemeriksaan hematokrit metode mikrohematokrit umumnya
digunakan darah kapiler. Sampel darah diambil pada ujung jari menggunakan alat tusukan (blood
lancet). Blood lancet bisa dipasangkan pada autoclick, agar kedalaman tusukan dapat diatur sesuai
kebutuhan.
Pada metode mikrometode ini ada beberapa sumber kesalahan dalam penetapan nilai
hematocrit antara lain, dalam pemakaian darah kapiler, bahan pemeriksaan dibiarkan lebih dari 6-8
jam, bahan pemeriksaan tidak dicampur dengan baik sebelum digunakan, darah yang digunakan
mengandung bekuan, kecepatan dan lama pemutaran tidak sesuai, kosentrasi antikoagulan tidak
sesuai, pembacaan hasil yang salah.

E. Alat
1. Centrifuge mikrohematokrit
2. Skala pembaca
3. Tabung kapiler, panjang 75 mm, diameter 1,5
4. Sumbat lempung / creatosil
5. Lanset steril

F. Bahan
1. Sampel : Darah Vena+ EDTA atau darah kapiler
2. Reagen : Alkohol 70 %

G. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Isi tabung kapiler dengan darah sampai ¾ tabung
3. Sumbat ujung tabung dengan sumbat lempung / creatosil / wax

5
4. Masukkan tabung kapiler yang sudah diisi darah ke dalam sentrifuge mikrohematokrit, dimana
ujung tabung yang tidak disumbat berada didekat titik tengah sentrifuse.
5. Sentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm
6. Baca tinggi kolom eritrosit sebagai nilai hematokrit dengan menggunakan skala pembaca atau
alat khusus

H. Nilai Normal
Pria : 40-48 vol %
Wanita : 37-43 vol %

I. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan


1. Spesimen darah tidak homogen saat akan dilakukan pemeriksaan
2. Pengambilan darah pada aliran darah vena yang tidak tepat
3. Teknis pemasangan tourniquet yang terlalu lama
4. Bercampurnya cairan jaringan pada sampel darah kapiler
5. Penusukan pada aliran pembuluh darah vena yang masih basah karena alcohol
6. Adanya bekuan pada tetesan darah kapiler yang diambil karena proses pengerjaan yang lambat
7. Interprestasi hasil yang keliru
8. Pembacaan yang kurang teliti

6
PEMERIKSAAN HEMATOKRIT
METODE MAKROHEMATOKRIT

A. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan makrohematokrit dengan benar dan mampu
menentukan hasil dari hasil pemeriksaan makrohematokrit

B. Metode
Makrohematokrit

C. Prinsip
Sampel darah (bercampur antikoagulan) dimasukkan ke dalam tabung wintrobe dan disentrifus
selama 30 menit dengan kecepatan 3000 rpm sehingga akan dihasilkan lapisan sel darah, Buffy
coat dan plasma. Ketebalan/tinggi kolom sel darah merah diukur dan hasilnya dinyatakan sebagai
nilai hematokrit dalam satuan persen

D. Dasar teori
Pemeriksaan hematocrit dengan menggunakan metode makrohematokrit dapat menggunakan
darah dengan antikoagulan EDTA maupun heparin yang dimasukkan dalam tabung wintrobe yang
berukuran 2.5-3.0 mm dan skala 0-10 mm. Nilai hematokrit dapat digunakan sebagai tes skrining
sederhana untuk anemia, sebagai referensi kalibrasi untuk metode otomatis hitung sel darah, dan
secara kasar untuk membimbing keakuratan pengukuran hemoglobin. Nilai hematokrit yang
dinyatakan dalam g/L adalah sekitar tiga kali kadar hemoglobin. Sehubungan dengan nilai estimasi
dari hemoglobin dan sel darah merah, nilai hematokrit juga dapat digunakan dalam perhitungan
indek eritrosit.
Nilai hematokrit dari sampel adalah perbandingan antara volume eritrosit dengan volume
darah secara keseluruhan. Nilai hematokrit dapat dinyatakan sebagai presentase atau sebagai
pecahan desimal (SI), Liter (L). Dalam pemeriksaan hematokrit jenis antikoagulan yang digunakan
adalah asam heparin kering atau etilen diamin tetra asetat (EDTA).
Penentuan hematokrit dilakukan dengan sentrifuge. Tinggi kolom eritrosit, buffy coat dan
kolom plasma harus diperhatikan. Buffy coat adalah lapisan merah keabu-abuan antara eritrosit
dan plasma. Dalam buffy coat terdiri dari sel leukosit dan trombosit. Plasma berwarna orange atau
hijau menunjukkan peningkatan kadar bilirubin, sedangkan merah menunjukkan hemoglobinemia
akibat spesimen mengalami hemolisis.

E. Alat
1. Sentrifuge
2. Tabung wintrobe
3. Pipet Pasteur
4. Lidi

F. Bahan
1. Sampel : Darah Vena + EDTA atau Darah Vena + Heparin
2. Reagen : Alkohol 70 %

7
G. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Isi tabung wintrobe dengan darah vena dengan antikoagulan sampai angka 100
3. Tabung wintrobe dimasukkan dalam tabung reaksi dan dikelilingi dengan kapas agar saat
disentrifugasi tidak goyang. Tabung tersebut disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama
30 menit
4. Dibaca volume eritrosit, diperiksa juga tebal dan ciri-ciri lapisan tinggi buffy coat dan
plasma.
5. Dihitung nilai hematokrit dengan cara : Tinggi kolom/volume eritrosit yang didapat dikalikan
100% dibagi tinggi total volume darah.

H. Nilai Normal
Pria : 40-48 vol %
Wanita : 37-43 vol %

I. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan


1. Spesimen darah tidak homogen saat akan dilakukan pemeriksaan
2. Pengambilan darah pada aliran darah vena yang tidak tepat
3. Teknis pemasangan tourniquet yang terlalu lama
4. Bahan pemeriksaan dibiarkan lebih dari 6-8 jam
5. Bahan pemeriksaan tidak dicampur dengan baik sebelum digunakan
6. Darah yang digunakan mengandung bekuan
7. Kecepatan dan lama pemutaran tidak sesuai
8. Kosentrasi antikoagulan tidak sesuai
9. Pembacaan hasil yang salah

8
PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH

A. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan LED dengan baik dan benar serta mampu menentukan
hasil dari pemeriksaan LED.

B. Metode
Westergren.

C. Prinsip
Darah diencerkan dengan antikoagulan dengan perbandingan yang sesuai kemudian
dimasukkan ke dalam pipet atau tabung khusus (westergren) yang diletakkan tegak lurus, dan hasil
dibaca dalam mm/jam. Pengendapan sel-sel darah terutama sel eritrosit dapat diukur atau
ditentukan setelah 1 (satu) jam lamanya.

D. Dasar teori
Laju Endap Darah (LED) merupakan kecepatan sedimentasi sel eritrosit di dalam plasma yang
diendapkan dengan metode tertentu dengan satuan mm/jam. Laju endap darah dapat dilakukan
dengan dua metode, yaitu metode westergren dan metode wintrobe. Pemeriksaan LED metode
Westergren umumnya dilakukan sebagai uji pendahuluan untuk melihat atau memeriksa kondisi
radang atau infeksi didalam tubuh seseorang. Sampel darah diberi antikoagulan (misalnya EDTA)
beserta larutan fisiologis dengan perbandingan 1: 4. Darah dalam tabung Westergren 200 mm
diletakkan vertikal selama 1 jam untuk diamati seberapa jauh sel darah merah menggendap ke
dasar tabung.
Beberapa faktor yang turut mempengaruhi nilai LED adalah kadar fibrinogen, rasio sel darah
merah dibandingkan dengan plasma darah, keadaan sel darah merah yang abnormal, dan faktor
teknis lainnya. Kadar fibrinogen meningkat saat terjadi radang atau infeksi sehingga sel-sel darah
merah lebih mudah membentuk rouleaux dan lebih cepat mengendap, tabung westergren yang
lebih panjang akan lebih lebar besar dibandingkan dengan tabung yang lebih pendek atau wintrobe.
Untuk memastikan hasil yang dapat dipercaya, kolom darah harus setinggi mungkin. Diameeter
internal tabung harus lebih dari 2,5 mm, selain itu tabung harus diletakkan pada posisi vertikal.
Pemeriksaan LED secara aplikasi meningkat secara nyata pada gangguan monoklonal protein
darah seperti beberapa mieloma atau makroglobulinemia, dalam hiperglobulinemia poloklonal
karena perandangan parah, dan dalam hiperfibrinogenemia. Selain itu LED meningkat pada
penyakit inflamasi aktif seperti artritis reumatoid, infeksi kronis, penyakit kolagen, dan neoplastik.
Fase-fase dalam pengendapan eritrosit pada pemeriksaan LED ada 3, yaitu fase pertama, fase
of aggregation : karena pada fase eni eritrosit mulai saling menyatukan diri sehingga pengendapan
eritrosit dalam fase ini berlangsung lambat sekali. Fase kedua fase pengendapan eritrosit
berlangsung cepat, karena setelah agregasi maka rasio antara volume dengan luas permukaannya
menjadi mengecil sehingga pengendapan berlangsung lebih cepat. Pada fase ini juga terbentuk
rouleux. Fase ketiga, pada fase ini kecepatan eritrosit mulai berkurang seiring dengan pemadatan
pengendapan eritrosit.

E. Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Tabung Westergren

9
F. Bahan
1. Sampel: Darah vena+EDTA atau darah vena tanpa antikoagulan
2. Reagen: NaCl 0,85% atau natrium citrate 3.2%

G. Cara Kerja
1. Diambil darah vena kemudian diencerkan dengan natrium citrate 3.2% dengan perbandingan
4:1
2. Jika menggunakan darah EDTA, maka sampel diencerkan dengan NaCl 0.85% dengan
perbandingan 4:1. Sampel dihomogenkan sebelum diencerkan
3. sampel darah yang sudah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan kedalam tabung
westergren sampai tanda/skala 0
4. Letakkan pipet westergren pada rak LED dengan posisi vertikal atau tegak lurus pada suhu 18-
25ᵒC
5. Baca hasilnya setelah 1 jam dalam satuan mm/jam.

H. Nilai normal
Laki-laki = < 10 mm/jam
Wanita = < 15 mm/jam

I. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan


1. Spesimen darah tidak homogen saat akan dilakukan pemeriksaan
2. Pengambilan darah pada aliran darah vena yang tidak tepat
3. Teknis pemasangan tourniquet yang terlalu lama
4. Kemiringan letak tabung
5. Perbandingan antikoagulan dengan sampel yang tidak sesuai
6. Pengisian tabung tidak tepat diangka 0
7. Adanya gelembung pada tabung westergren
8. Adanya bekuan pada sampel
9. Pembacaan lebih dari 1 jam

10
PEMERIKSAAN JUMLAH SEL ERITROSIT
METODE BILIK HITUNG

A. Tujuan
Mahasiswa mengetahui teknis pemeriksaan hitung jumlah sel eritrosit dalam darah dan mampu
menginterprestasikan hasil pemeriksaan

B. Metode
Bilik Hitung (Manual)

C. Prinsip
Pengenceran darah dalam pipet eritrosit dengan larutan Hayem menyebabkan lisis sel leukosit dan
trombosit sehingga memudahkan perhitungan jumlah sel eritrosit. Darah diencerkan 200x dan sel
eritrosit dihitung pada 5 bidang sedang ditengah pada kamar hitung Improved Neubaure.

D. Dasar teori
Eritrosit atau sel darah merah merupakan merupakan sel yang berbentuk bikonkaf dengan
diamter 7 μm dan merupakan sel yang jumlahnya terbesar dalam darah, yaitu sekitar 4.5 juta – 5.0
juta / mm3 darah. Bikonkavitas memunginkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel secara cepat
dengan jarak yang pendek antara membran dan inti sel. Warna kuning kemerahan disebabkan
adanya kandungan zat yang disebut hemoglobin (Hb). Sel darah merah tidak memiliki inti sel,
mitokondria dan ribosom serta tidak dapat bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis dan
pembentukan protein.
Eritrosit dan sel-sel lain diproduksi pada sumsum tulang dan memiliki masa hidup 120 hari.
Sel yang sudah tua didestruksikan dan dibuang di system retikuloendotelial terutama di spleen. Sel
ini mengandung hemoglobin yang bertugas membawa oksigen dari paru-paru menuju jaringan
tubuh. Agar dapat menjalankan fungsinya, sel ini harus mempertahankan struktur bikonkaf, lentur,
memiliki lingkungan internal yang konstan agar hemoglobin dapat menjalankan fungsinya,
kelangsungan hidup eritrosit harus normal, sifat fissik dan kimiawinya harus dipertahankan.
Perhitungan jumlah sel eritrosit dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode manual dan
otomatis. Metode manual dapat dilakukan dengan dua cara, cara dengan pipet thoma dan dengan
tabung reaksi. Perhitungan sel eritosit dengan menggunakan pipet thoma eritrosit dengan skala 0.5,
1, 101, terdapar butiran merah didalam pipet. Perhitungan dengan tabung, yaitu reagen
ditambahkan dengan sampel darah dimana pengenceran sama dengan pengenceran ketika
menggunakan pipet thoma sebanyak 200x. Kamar yang digunakan dalam menghitung sel adalah
improved neubeur, luas setiap bidang kecil 1/400 mm2, tinggi kamar hitung 1/10 mm, sedangkan
eritrosit dalam kamar hitung dihitung dalam 5 x 16 bidang kecil = 80 bidang kecil, yang jumlah
luasnya 1/5 mm2.

E. Alat
1. Pipet Eritrosit
2. Kamar hitung Improved Neubauer
3. Deck glass
4. Mikroskop
5. Tabung reaksi
6. Pipet Pasteur

11
F. Bahan
Sampel : Darah vena + EDTA
Reagen : Larutan Hayem, Gower, Ress ecker, Toison, NaCl 0.85%, formal sitrat
: Hayem terdiri dari Na sulfat, NaCL, Mercury chloride, dan aquadest
: Gower terdiri dari Na sulfat, asam asetat glasial dan aquadest.
G. Cara Kerja
Menggunakan Pipet thoma
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Hisaplah darah sampai tanda 0,5. bersihkan bagian luar pipet.
3. Dengan pipet yang sama hisaplah larutan Hayem sampai tanda 101. hati-hati jangan sampai
terjadi gelembung udara.
4. Lepaskan karet penghisap lalu tutup kedua ujung pipet dengan kedua ujung jari
5. Kocoklah selama 2-3 menit
6. Siapkan kamar hitung Improved Neubauer dan deck glas dalam keadaan bersih.
7. Campuran darah dan reagen dalam pipet thoma sebelum dimasukkan dalam kamar hitung
dibuang 3-4 tetes pertama lalu tetes berikutnya dimasukkan dalam kamar hitung
8. Masukkan dalam kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung pipet dengan sudut 300 pada
pemukaan kamar hitung maka dengan sendirinya kamar hitung akan terisi cairan.
9. Biarkan kamar hitung selama 1-2 menit dalam cawan petri yang dialasi dengan kapas basah
10. Hitung jumlah eritrosit dengan menggunakan lensa obyektif 10X terlebih dahulu, kecilkan
difragma, fokuskan pada bidang garis-garis ditengah 40 x
11. Hitung semua eritrosit dalam 5 bidang yang tersusun dari 16 bidang kecil ditenggah.

Menggunakan Tabung
1. Siapkan alat dan bahan
2. Tabung yang sudah kering dan bersih ditambahkan 2000 µl reagen hayem atau gower
3. Reagen pada tabung reaksi tersebut dikurangi sebanyak 10 µl dengan menggunakan mikro
pipet
4. Homogenkan darah yang akan diambil untuk pemeriksaan, dan ambil sampel darah sebanyak
10 µl dengan menggunakan mikro pipet. Hapus kelebihan darah pada ujung mikropipet dan
bilas sampel darah yang masih ada didalam pipet dengan reagen yang ada dalam tabung
tersebut
5. Tabung dihomogenkan dan diinkubasi selama 3-5 menit.
6. Siapkan kamar hitung Improved Neubauer dan deck glas dalam keadaan bersih.
7. Letakkan cover glas pada garis-garis kamar hitung yang akan dipakai dalam perhitungan sel
8. Homogenkan sampel, dan masukkan dalam kamar hitung dengan bantuan pipet Pasteur
menyentuh tepi cover glass
9. Masukkan daam kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung pipet dengan sudut 300 pada
pemukaan kamar hitung maka dengan sendirinya kamar hitung akan terisi cairan.
10. Biarkan kamar hitung selama 1-2 menit dalam cawan petri yang dialasi dengan kapas basah
11. Hitung jumlah eritrosit dengan menggunakan lensa obyektif 10X terlebih dahulu, kecilkan
difragma, fokuskan pada bidang garis-garis ditengah 40 x
12. Hitung semua eritrosit dalam 5 bidang yang tersusun dari 16 bidang kecil ditenggah

12
Gambar 3 : Bilik Hitung

H. Perhitungan
N = X.1/t. P
A
Keterangan :
X = Jumlah sel yang dihitung
t = Tinggi kamar hitung
P = Pengenceran
A = Luas kamar yang dihitung

I. Nilai Normal
Dewasa pria : 5,5 jt -6,5 jt / μl darah
Dewasa wanita : 3,8 jt – 4,8 jt / μl darah

J. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan


1. Alat yang digunakan tidak bersih dan basah
2. Spesimen darah tidak homogen saat akan dilakukan pemeriksaan
3. Pengambilan darah pada aliran darah vena yang tidak tepat
4. Teknis pemasangan tourniquet yang terlalu lama
5. Perbandingan antikoagulan dengan sampel yang tidak sesuai
6. Pemipetan atau pengenceran kurang tepat
7. Larutan pengencer sudah terkontaminasi dengan bahan lain
8. Adanya gelembung udara pada pipet thoma
9. Kesalahan dalam menentukanbilik hitung sel
10. kesalahan dalam menentukan jenis sel yang dihitung
11. Ketidak telitian dalam menghitung sel
12. Kesalahan dalam menggunakan lensa obyektif

13
PEMERIKSAAN JUMLAH LEUKOSIT
METODE BILIK HITUNG

A. Tujuan
Mahasiswa mengetahui teknis pemeriksaan hitung jumlah sel leukosit dalam darah dan mampu
menginterprestasikan hasil pemeriksaan

B. Metode
Bilik hitung (Manual)

C. Prinsip
Darah diencerkan dengan menggunakan larutan asam lemah, dimana sel-sel eritrosit dan trombosit
akan lisis dan sel leukosit tetap bertahan. Dengan adanya asam lemah akan mempermudah
perhitungan sel leukosit karena darah akan menjadi encer. Jumlah sel leukosit dapat dihitung
dengan bantuan mikroskop dengan perbesaran lemah dan menentukan jumlahnya dengan
menggunakan factor konversi dimana hasilnya dinyatakan dalam jumlah leukosit per µl darah.

D. Dasar teori
Leukosit adalah sel darah putih berbentuk bulat, memiliki inti, dengan ukuran sel 9 - 20 µm,
dan jumlah sel dalam darah sekitar 4.0 – 11.0 ribu.mm3. Sel leukosit dibentuk pada sumsum tulang
dan jaringan limfatik. Sel ini berasal dari stem cell dan mengalami pemantangan menjadi sel salah
satunya sel leukosit. Sama dengan sel lainnya, sel leukosit dibawa oleh darah menuju keberbagai
jaringan tubuh yang memang tempat untuk sel-sel tersebut melakukan fungsinya.
Kosentrasi jumlah leukosit atau hitung jumlah leukosit adalah jumlah leukosit yang terdapat
dalam 1 liter darah. Pada penyakit-penyakit tertentu terjadi perubahan jumlah leukosit dalah darah
seperti pada kasus mononukleosis infeksiosa dan infeksi bakteri, jumlah leukosit semakin
bermakna : sebaliknya pada demam tifoid jumlah menurun secara bermakna. Peningkatan jumlah
leukosit total dalam darah disebut leukositosis dan penurunan jumlah total leukosit disebut dengan
leukopenia.
Pengenceran darah yang lazim dipakai untuk menghitung leukosit ialah 20 kali, tetapi menurut
keadaan (lekositosis tinggi atau lekopenia) pengenceran itu dapat diubah sesuai dengan keadaan
itu, pengenceran dijadikan lebih tinggi pada lekoitosis dan lebih rendah pada lekopenia, jagalah
dalam segala tindakan agar pengencera dicapai dalam pipet itu tidak terganggu, itu menimbulkan
kesalahan. Dalam darah oxsalat yang tidak segera dipakai, memungkinan leukosit akan
menggumpal. Kondisi tersebut cenderung mengurangi ketelitian saat proses analisis. Jika darah
tepi mengandung banyak sel darah merah berinti, maka sel-sel itu akan ikut dihitung seperti
leukosit. Koreksi dapat dilakukan dengan memeriksa apusan darah yang juga dipakai untuk
menghitung jenis leukosit, dan menghitung presentasi sel darah merah berinti.
Perhitungan jumlah sel leukosit dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode manual dan
otomatis. Metode manual dapat dilakukan dengan dua cara, cara dengan pipet thoma dan dengan
tabung reaksi. Perhitungan sel leukosit dengan menggunakan pipet thoma leukosit dengan skala
0.5, 1, 11, terdapat butiran putih didalam pipet. Perhitungan dengan tabung, yaitu reagen
ditambahkan dengan sampel darah dimana pengenceran sama dengan pengenceran ketika
menggunakan pipet thoma sebanyak 20x.

E. Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi

14
3. Pipet Pasteur
4. Deck glass
5. Bilik hitung / Improved Neubauer
6. Mikroskop
7. Counter tally
8. Pipet thoma leukosit

F. Bahan
1. Sampel: Darah vena + EDTA
2. Reagen: Larutan Turk & Alkohol 70%
Larutan turk terdiri dari : gentian violet, asam asetat glasial, aquadest.

G. Cara Kerja
Menggunakan Pipet thoma
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Hisaplah darah sampai tanda 0,5. bersihkan bagian luar pipet.
3. Dengan pipet yang sama hisaplah larutan Turk sampai tanda 11. hati-hati jangan sampai
terjadi gelembung udara.
4. Lepaskan karet penghisap lalu tutup kedua ujung pipet dengan kedua ujung jari
5. Kocoklah selama 2-3 menit
6. Siapkan kamar hitung Improved Neubauer dan deck glas dalam keadaan bersih.
7. Campuran darah dan reagen dalam pipet thoma sebelum dimasukkan dalam kamar hitung
dibuang 3-4 tetes pertama lalu tetes berikutnya dimasukkan dalam kamar hitung
8. Masukkan daam kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung pipet dengan sudut 300 pada
pemukaan kamar hitung maka dengan sendirinya kamar hitung akan terisi cairan.
9. Biarkan kamar hitung selama 1-2 menit dalam cawan petri yang dialasi dengan kapas basah
10. Hitung jumlah leukosit dengan menggunakan lensa obyektif 10X, kecilkan difragma,
fokuskan pada bidang garis-garis bilik hitung leukosit
11. Hitung semua leukosit dalam 4 bidang besar yang tersusun dari 16 bidang sedang h.

Menggunakan Tabung
1. Siapkan alat dan bahan
2. Tabung yang sudah kering dan bersih ditambahkan 200 µl reagen Turk
3. Reagen pada tabung reaksi tersebut dikurangi sebanyak 10 µl dengan menggunakan mikro
pipet
4. Homogenkan darah yang akan diambil untuk pemeriksaan, dan ambil sampel darah sebanyak
10 µl dengan menggunakan mikro pipet. Hapus kelebihan darah pada ujung mikropipet dan
bilas sampel darah yang masih ada didalam pipet dengan reagen yang ada dalam tabung
tersebut
5. Tabung dihomogenkan dan diinkubasi selama 3-5 menit.
6. Siapkan kamar hitung Improved Neubauer dan deck glas dalam keadaan bersih.
7. Letakkan cover glas pada garis-garis kamar hitung yang akan dipakai dalam perhitungan sel
8. Homogenkan sampel, dam masukkan dalam kamar hitung dengan bantuan pipet Pasteur
menyentuh tepi cover glass
9. Masukkan daam kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung pipet dengan sudut 30º pada
pemukaan kamar hitung maka dengan sendirinya kamar hitung akan terisi cairan.
10. Biarkan kamar hitung selama 1-2 menit dalam cawan petri yang dialasi dengan kapas basah
11. Hitung jumlah leukosit dengan menggunakan lensa obyektif 10X, kecilkan difragma, fokuskan
pada bidang kamar hitung leukosit

15
12. Hitung semua leukosit dalam 4 bidang besar yang tersusun dari 16 bidang sedang

H. Perhitungan
Jumlah Leukosit =
Atau
N = X.1/t. P
A
Keterangan :
X = Jumlah sel yang dihitung
t = Tinggi kamar hitung
P = Pengenceran
A = Luas kamar yang dihitung

I. Nilai Normal
4000 – 10.000 sel/µl darah

J. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan


1. Alat yang digunakan tidak bersih dan basah
2. Spesimen darah tidak homogen saat akan dilakukan pemeriksaan
3. Pengambilan darah pada aliran darah vena yang tidak tepat
4. Teknis pemasangan tourniquet yang terlalu lama
5. Perbandingan antikoagulan dengan sampel yang tidak sesuai
6. Pemipetan atau pengenceran kurang tepat
7. Larutan pengencer sudah terkontaminasi dengan bahan lain
8. Adanya gelembung udara pada pipet thoma
9. Kesalahan dalam menentukanbilik hitung sel
10. kesalahan dalam menentukan jenis sel yang dihitung
11. Ketidak telitian dalam menghitung sel
12. Kesalahan dalam menggunakan lensa obyektif

16
PEMERIKSAAN JUMLAH TROMBOSIT
METODE BILIK HITUNG

A. Tujuan
Mahasiswa mengetahui teknis pemeriksaan hitung jumlah sel trombosit dalam darah dan mampu
menginterprestasikan hasil pemeriksaan
B. Metode
Bilik Hitung (Manual) Rees Ecker
C. Prinsip
Darah diencerkan dengan menggunakan larutan rees ecker, sehingga sel-sel lain selain sel
trombosit akan lisis dan darah menjadi lebih encer dan sel mudah dihitung. Larutan rees ecker
mengandung BCB sehingga sel trombosit akan berwarna biru muda.
D. Dasar teori
Trombosit adalah sel yang berasal dari fragmentasi sitoplasma megakariosit, suatu sel muda
besar yang berada dalam sumsum tulang. Megakariosit matang Fungsi trombosit adalah sebagai
sumbat sementara dalam proses hemostasis, mempertahankan intergritas pembuluh darah, dan
sebagai fagositosis. Ciri-ciri trombosit adalah sel tepiannya tidak rata, warna unggu kemerahan,
ukuran lebih kecil dari eritrosit. Trombosit juga memilimi sifat, antara lain adhesi, agregasi dan
aglutinasi.
Trombosit memiliki fungsi utama yaitu melindungi pembuluh darah terhadap kerusakan
endotel akibat trauma-trauma kecil yang terjadi sehari-hari dan mengawali penyembuhan luka
pada dinding pembuluh darah. Jumlah trombosit berkurang disebut trombositopenia,
sedangkanmeningkat disebut trombositosis.
Trombositopenia terjadi karena kegagalan sumsum tulang untuk memproduksi sel trombosit,
adanyapeningkatan destruksi perifer atau sekuetrasi trombosit. Sedangkan trombositopenia dapat
dijumpai pada kasus Indiopatic Trhrombocytopenic, leukimia, mieloma, kanker, anemia,
karsinoma, sindrom mielofibrosis, sel lupus, penyakit ginjal, demam reumatik akut, obat-obatan
misal antibiotik, dll
Perhitungan jumlah sel trombosit dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode manual
dan otomatis. Metode manual dibangi menjadi 2, yaitu langsung dan tidak langsung. Langsung
dapat dilakukan dengan dua cara, cara dengan pipet thoma dan dengan tabung reaksi. Perhitungan
sel trombosit dengan menggunakan pipet thoma eritrosit dengan skala 0.5, 1, 101, terdapar butiran
merah didalam pipet. Perhitungan dengan tabung, yaitu reagen ditambahkan dengan sampel darah
dimana pengenceran sama dengan pengenceran ketika menggunakan pipet thoma sebanyak 200x.
Cara tidak langsung dengan menggunakan aapusan darah.

17
E. Alat
1. Mikroskop
2. Kamar hitung improved neubeur
3. Deg glass
4. Mikropipet
5. Blue tip, yellow tip dan white tip
6. Tabung reaksi
7. Pipet thoma eritrosit
8. Spuit
9. Tourniquet

F. Bahan
1. Sampel: Darah vena + EDTA
2. Reagen: Larutan Rees Ecker atau ammonium oksalat 1% & Alkohol 70%

G. Cara Kerja
Menggunakan Pipet thoma
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Hisaplah darah sampai tanda 0,5. bersihkan bagian luar pipet.
3. Dengan pipet yang sama hisaplah larutan Rees ecker sampai tanda 101. hati-hati jangan
sampai terjadi gelembung udara.
4. Lepaskan karet penghisap lalu tutup kedua ujung pipet dengan kedua ujung jari
5. Kocoklah selama 2-3 menit
6. Siapkan kamar hitung Improved Neubauer dan deck glas dalam keadaan bersih.
7. Campuran darah dan reagen dalam pipet thoma sebelum dimasukkan dalam kamar hitung
dibuang 3-4 tetes pertama lalu tetes berikutnya dimasukkan dalam kamar hitung
8. Masukkan dalam kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung pipet dengan sudut 300 pada
pemukaan kamar hitung maka dengan sendirinya kamar hitung akan terisi cairan.
9. Biarkan kamar hitung selama 1-2 menit dalam cawan petri yang dialasi dengan kapas basah
10. Hitung jumlah eritrosit dengan menggunakan lensa obyektif 10X terlebih dahulu, kecilkan
difragma, fokuskan pada bidang garis-garis ditengah 40 x
11. Hitung semua eritrosit dalam 25 bidang yang tersusun dari 16 bidang kecil ditenggah.

Menggunakan Tabung
1. Siapkan alat dan bahan
2. Tabung yang sudah kering dan bersih ditambahkan 2000 µl reagen Rees ecker atau
ammonium oksalat
3. Reagen pada tabung reaksi tersebut dikurangi sebanyak 10 µl dengan menggunakan mikro
pipet
4. Homogenkan darah yang akan diambil untuk pemeriksaan, dan ambil sampel darah sebanyak
10 µl dengan menggunakan mikro pipet. Hapus kelebihan darah pada ujung mikropipet dan

18
bilas sampel darah yang masih ada didalam pipet dengan reagen yang ada dalam tabung
tersebut
5. Tabung dihomogenkan dan diinkubasi selama 3-5 menit.
6. Siapkan kamar hitung Improved Neubauer dan deck glas dalam keadaan bersih.
7. Letakkan cover glas pada garis-garis kamar hitung yang akan dipakai dalam perhitungan sel
8. Homogenkan sampel, dan masukkan dalam kamar hitung dengan bantuan pipet Pasteur
menyentuh tepi cover glass
9. Masukkan daam kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung pipet dengan sudut 30º pada
pemukaan kamar hitung maka dengan sendirinya kamar hitung akan terisi cairan.
10. Biarkan kamar hitung selama 1-2 menit dalam cawan petri yang dialasi dengan kapas basah
11. Hitung jumlah trombosit dengan menggunakan lensa obyektif 10X terlebih dahulu, kecilkan
difragma, fokuskan pada bidang garis-garis ditengah 40 x
12. Hitung semua eritrosit dalam 25 bidang yang tersusun dari 16 bidang kecil ditenggah

H. Perhitungan
N = X.1/t. P
A
Keterangan :
X = Jumlah sel yang dihitung
t = Tinggi kamar hitung
P = Pengenceran
A = Luas kamar yang dihitung

I. Nilai Normal
200.000-500.000 sel/µl darah
J. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan
1. Alat yang digunakan tidak bersih dan basah
2. Spesimen darah tidak homogen saat akan dilakukan pemeriksaan
3. Pengambilan darah pada aliran darah vena yang tidak tepat
4. Teknis pemasangan tourniquet yang terlalu lama
5. Perbandingan antikoagulan dengan sampel yang tidak sesuai
6. Pemipetan atau pengenceran kurang tepat
7. Larutan pengencer sudah terkontaminasi dengan bahan lain
8. Adanya gelembung udara pada pipet thoma
9. Kesalahan dalam menentukan bilik hitung sel
10. kesalahan dalam menentukan jenis sel yang dihitung
11. Ketidak telitian dalam menghitung sel
12. Kesalahan dalam menggunakan lensa obyektif

19
INDEKS ERITROSIT RATA-RATA

A. Tujuan
Mahasisma mampu mengetahui pemeriksaan indeks eritrosit rata-rata dalam darah dan mampu
melakukan perhitungan indeks eritrosit rata-rata dalam darah

B. Metode
Hitung Rumus Manual

C. Prinsip
Indeks eritrosit dalam darah ditentukan menggunakan suatu rumus tertentu berdasarkan
jumlah eritrosit, Hb, dan Hematokrit dikalikan dengan angka konstan.

D. Dasar Teori
Indeks eritrosit atau nilai eritrosit rata-rata (Mean Corpuscular Values) merupakan nilai
batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin sel darah merah. Istilah lain untuk indeks eritrosit adalah
indeks kospouskuler. Indeks eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengklasifikasi anemia atau
sebagai penunjang dalam membedakan berbagai macam anemia. Indeks eritrosit dapat ditentukan
dengan dua (2) metode yaitu : secara manual dan elektronik (automatik) menggunakan hematology
analyzer. Perhitungan indeks eritrosit secara manual diperlukan data kadar hemoglobin,
hematokrit/PCV dan hitung eritrosit.
Nilai tersebut memberi keterangan mengenai ukuran rata-rata eritrosit dan mengenai
banyaknya Hb per eritrosit. Nilai indeks eritrosit meliputi :
1. Mean Corpuscular Volume (MCV) = Volume Eritrosit rata-rata (VER) yaitu volume rata-rata
sebuah eritrosit disebut dengan femtoliter.
Interprestasi hasil : Mikrositik, Normositik dan Makrositik
2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) = Hemoglobin Eritrosit rata (HER), yaitu banyaknya
hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram.
Interprestasi hasil : Normokromik, Hiperkromik, Hipokromik
3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) = Konsentrasi Eritrosit Hemoglobin
Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin, yang didapat per eritrosit, dinyatakan dengan
persen (%). Meskipun nilai KHER biasanya disebut dengan % satuan yang lebih tepat adalah
“gram hemoglobin per dL eritrosit.
Interprestasi hasil : Normokromik, Hiperkromik, Hipokromik
Indek eritrosit menjadi salah satu parameter pemeriksaan darah lengkap dan hasil dari
pemeriksaan ini dapat digunakan secara luas untuk mengklarifikasi anemia atau penujang dalam
membedakan berbagai macam anemia. Pemeriksaan ini akan menjadi lebih jelas dan mendukung
jika dilakukan dengan pemeriksaan lain yaitu pemeriksaan sediaan apus dimana dari hasil
pemeriksaan tersebut akan terlihat gambaran morfologi dari eritrosit.

E. Prosedur Hitung
Indeks eritrosit diperhitungkan dari hasil penetapan:
1. Jumlah eritrosit (E) = Jumlah eritrosit disebut dengan juta per mikroliter.
2. Kadar Hb = Nilai hemoglobin disebut dengan gram per dL (gr/dL)
3. Nilai hematokrit Ht = nilai hematokrit disebut dengan %
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. VER = 10x Ht : E femtoliter (fl)

20
2. HER = 10xHb : E pikrogram (pg)
3. KHER = 100xHb : Ht persent (%)

Catatan :
Penetapan harus dilaksanankan dengan sangat teliti dan tepat agar indeks tersebut dapat
menjadi rujukan dalam klinik. Perhitungan kadar Hb sebaiknya dilakuan secara fotoelektrik
(metode sahli tidak dapat direkomendasikan) dan menghitung eritrosit harus dilaksanakan in duplo
dengan hasil yang saling sesuai dan batas kesalahan sekitar 5%. Bila dipergunakan bersama
dengan pemeriksaan eritrosit dalam sediaan apus maka gambaran morfologi eritrosit menjadi lebih
jelas.
Dalam pemeriksaan indeks eritrosit rata-rata hasil harus di konfirmasi melalui sediaan apusan
darah sebagai kontrol terhadap nilai indeks eritrosit tersebut. Apabila morfologi eritrosit pada
sediaan apusan tidak sesuai dengan nilai-nilai eritorsit rata-rata, maka perlu pengulangan
penetapan VER, HER, dan KHER dengan melakukan pemeriksaan Hb, Ht, dan Eritrosit kembali.

F. Nilai normal
Nilai normal untuk VER 82-92 femtoliter
Nilai normal untuk HER 27-30 piktogram
Nilai normal untuk KHER 32-37%.

21
PEMERIKSAAN JUMLAH EOSINOFIL
METODE MANUAL

A. Tujuan
Mahasiswa mengetahui teknis pemeriksaan hitung jumlah sel trombosit dalam darah dan mampu
menginterprestasikan hasil pemeriksaan

B. Metode
Bilik Hitung (Manual) dengan larutan eosin

C. Prinsip
Darah diencerkan dengan larutan yang mengandung eosin yang memberi warna merah pada
granula eosinofil, kemudian dihitung dalam kamar hitung.

D. Dasar teori
Sel eosinofil adalah sel leukosit polimorfonukler dengan ukuran 12-17 µm dengan nukleus
yang pada umumnya berlobus ganda. Sitoplasma sel eosinofil mengandung granula yang tampak
berwarna orange merah pada sediaan apus darah tepi. Eosinofil terlihat dalam patogenesis berbagai
penyakit seperti infeksi cacing, alergi, kerusakan jaringan, dan imunitas terhadap tumor.
Peran biologik eosinofil adalah modulasi sel dan kimiawi pada peradangan yang diperantarai
oleh sistem imun. Sel-sel ini berproliferasi didalam sumsum tulang bawah pengaruh granulocyte-
macrophage colony stimulating factor, interleukin-3 dan interleukin 5. Eosinofil juga berespon
terhadap rangsangan kemotaktik seperti netrofil. Eosinofil bergerak lebih lamban dan kurang
efisien dalam fagositosis dan pemusnahan bakteri. Pada peradangan sebagian besar fungsi dari sel
ini tidak diketahui. Eosinofil juga mempunyai kemampuan khas merusak larva parasit cacing
tertentu.
Jumlah eosinofil meningkat selama alergi dan infeksi parasit. Bersamaan dengan peningkatan
steroid, baik yang diproduksi oleh klenjar adrenal selama stress maupun yang diberikan peroral
atau injek, jumlah eosinofil mengalami penurunan. Peningkatan jumlah eosinofil disebut eosinofilia
terjadi pada kasus alergi, penyakit parasitik, kanker, febris, tromboflebitis, asma, penyaakit ginjal.
Sedangkan penurunan terjadi pada kasus stress, luka bakar, syok, hiperfungsi adrenokortikal.
Perhitungan jumlah sel eosinofil dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode manual
dan otomatis. Metode manual dapat dilakukan dengan dua cara, cara dengan pipet thoma dan
dengan tabung reaksi. Perhitungan sel leukosit dengan menggunakan pipet thoma leukosit dengan
skala 0.5, 1, 11, terdapat butiran putih didalam pipet. Perhitungan dengan tabung, yaitu reagen
ditambahkan dengan sampel darah dimana pengenceran sama dengan pengenceran ketika
menggunakan pipet thoma sebanyak 10x.

E. Alat
1. Mikroskop
2. Cover glass
3. Kamar hitung Fuchs rosenthal atau Improved neubaue
4. Pipet thoma leukosit
5. Tabung reaksi
6. Pipet pastur
7. Cawan petri

22
F. Bahan
Sampel: Darah vena + EDTA
Reagen: Larutan Dunger
Komposisi : Eosin, aceton, aquadest

G. Cara Kerja
Menggunakan Pipet thoma
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Hisaplah darah sampai tanda 1. bersihkan bagian luar pipet.
3. Dengan pipet yang sama hisaplah larutan Turk sampai tanda 11. hati-hati jangan sampai terjadi
gelembung udara.
4. Lepaskan karet penghisap lalu tutup kedua ujung pipet dengan kedua ujung jari
5. Kocoklah selama 2-3 menit
6. Siapkan kamar hitung Improved Neubauer ataupun Fuchs Rosenthal dan deck glas dalam
keadaan bersih.
7. Campuran darah dan reagen dalam pipet thoma sebelum dimasukkan dalam kamar hitung
dibuang 3-4 tetes pertama lalu tetes berikutnya dimasukkan dalam kamar hitung
8. Masukkan dalam kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung pipet dengan sudut 300 pada
pemukaan kamar hitung maka dengan sendirinya kamar hitung akan terisi cairan.
9. Biarkan kamar hitung selama 1-2 menit dalam cawan petri yang dialasi dengan kapas basah
10. Hitung jumlah eosinofil dengan menggunakan lensa obyektif 10X, kecilkan difragma, fokuskan
pada bidang garis-garis bilik hitung eosinofil
11. Hitung semua eosinofil pada 16 bidang Fuchs Rosenthal

Menggunakan Tabung
1. Siapkan alat dan bahan
2. Tabung yang sudah kering dan bersih ditambahkan 200 µl reagen Dunger
3. Reagen pada tabung reaksi tersebut dikurangi sebanyak 10 µl dengan menggunakan mikro
pipet
4. Homogenkan darah yang akan diambil untuk pemeriksaan, dan ambil sampel darah sebanyak
10 µl dengan menggunakan mikro pipet. Hapus kelebihan darah pada ujung mikropipet dan
bilas sampel darah yang masih ada didalam pipet dengan reagen yang ada dalam tabung
tersebut
5. Tabung dihomogenkan dan diinkubasi selama 3-5 menit.
6. Siapkan kamar hitung Improved Neubauer atau Fuchs Rosenthal dan deck glas dalam keadaan
bersih.
7. Letakkan cover glas pada garis-garis kamar hitung yang akan dipakai dalam perhitungan sel
8. Homogenkan sampel, dam masukkan dalam kamar hitung dengan bantuan pipet Pasteur
menyentuh tepi cover glass
9. Masukkan da;am kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung pipet dengan sudut 30º pada
pemukaan kamar hitung maka dengan sendirinya kamar hitung akan terisi cairan.
10. Biarkan kamar hitung selama 1-2 menit dalam cawan petri yang dialasi dengan kapas basah
11. Hitung jumlah eosinofil dengan menggunakan lensa obyektif 10X, kecilkan difragma,
fokuskan pada bidang kamar hitung leukosit

23
H. Perhitungan
N = X.1/t. P
A
Keterangan :
X = Jumlah sel yang dihitung
t = Tinggi kamar hitung
P = Pengenceran
A = Luas kamar yang dihitung

I. Nilai Normal
50-300 l/µl darah

J. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan


1. Alat yang digunakan tidak bersih dan basah
2. Spesimen darah tidak homogen saat akan dilakukan pemeriksaan
3. Pengambilan darah pada aliran darah vena yang tidak tepat
4. Teknis pemasangan tourniquet yang terlalu lama
5. Perbandingan antikoagulan dengan sampel yang tidak sesuai
6. Pemipetan atau pengenceran kurang tepat
7. Larutan pengencer sudah terkontaminasi dengan bahan lain
8. Adanya gelembung udara pada pipet thoma
9. Kesalahan dalam menentukanbilik hitung sel
10. kesalahan dalam menentukan jenis sel yang dihitung
11. Ketidak telitian dalam menghitung sel
12. Kesalahan dalam menggunakan lensa obyektif

24
PEMERIKSAAN HEMOGRAM

A. Tujuan
Mahasiswa mampu menghitung sel-sel leukosit dengan baik dan benar, mengetahui morfologi
eritrosit, dan penyebaran trombosit

B. Prinsip
Setes darah dibuat apusan pada kaca obyek kemudian diwarnai dan dilihat dibawah mikroskop
dengan perbesaran kuat.

C. Dasar teori
Hitung Jenis Leukosit
Leukosit dalam sirkulasi perifer, secara morfologi dan fungsiomal, normalnya terdiri dari 3
populasi tersendiri, yaitu leukosit bergranula dan leukosit yang angranula. Leukosit Bergranula :
Eosinofil (1-3 %), Basofil (0-1%), Neutrofil : Bersegmen (50-70%) dan Batang (2-6%) sedangkan
Leukosit Agranula : Limfosit (20-40%), Monosit (2-8 %)
Hitung diferensial leukosit menentukan jumlah relatif dari berbagai populasi leukosit
yang ada dalam darah yang dapat memberikan informasi mengenai berbagai keadaan penyakit.
Hitung different leukosit ini biasanya diabaikan jika jumlah leukosit dalam keadaan normal dan
tidak ada kelainan hematologik, baik klinis ataupun laboratoris. Namun dengan demikian, banyak
kelainan seperti keganasan, inflamasi, dan kelainan imunologik dapat menyebabkan perubahan
presentase ini walaupun jumlah leukosit masih dalam keadaan normal.
Gambaran darah tepi
Gambaran darah tepi penting untuk pelacakan dan evalusi status hematologik pasien dan
bermanfaatdalam memberikan kelengkapan informasi bagi tegaknya diagnosis. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan mengamati sediaan apus darah secara mikroskopis untuk mengetahui
karakteristik sel-sel darah.
Morfologi eritrosit dilakukan dengan memperhatikan tiga karakteristik sel yaitu, ukuran
(size), bentuk (shepe) dan warna (staining characteristics). Pada penyakit-penyakit tertentu
terutama anemia, dapat terlihat eritrosit yang ukurannya, bentuknya dan warnanya abnormal.
Untuk menilai morfologi rtitrosit, pengamatan dilakukan pada apusan darah sebelum ujung area
tipis: pada bagian tersebut eritrosit-eritrosit tersebar, berdekatan atau bersentuhan, tetapi tidak
tumpang tindih.
Ukuran eritrosit ada beberapa istilah yaitu normosit, mikrosit, makrosit dan anisositosis.
Bentuk eritrosit ada beberapa istilah yaitu sferosit, ovalosit, sel target, tear drops, stomatosit,
fragmentosit, sel burr, akantosit, sel sabit,poikilositosism aglutinasi eritrosit, rouleux. Sedangkan
untuk warna ada normokrom, hipokrom, hiperkrom dan polikromasia.
Hitung trombosit dengan apusan darah
Hitung trombosit dengan apusan darah dapat dilakukan dengan menghitung sel trombosit
dalam 20 lapang pandang dengan bantuan minyak imersi lalu mengkalikan jumlah sel yang
diketemukan dengan 1000. Perhitungan harus dilakukan pada bagian peparat dimana eritrosit
tersebar secara merata dan tidak saling tumpang tindih.

D. Alat
1. Mikroskop
2. Obyek glass
3. Deg glass

25
E. Bahan
1. Darah dengan antikoagulan
2. Oli imersi
3. Xylol
4. Wright atau Giemsa

F. Cara Kerja
Membuat Sediaan Apus
1. Sentuhlah tanpa menyentuh kulit setetes darah kecil (garis tengah tidak melebihi 2 mm)
dengan kaca itu, kira-kira 2 cm dari ujungnya dan letakkanlah kaca itu diatas meja dengan
tetes darah disebelah kanan.
2. Dengan tangan kanan diletakkan kaca objek lain disebelah kiri tetes darah tadi dan digerakkan
ke kanan hingga mengenai tetes darah.
3. Tetes darah akan menyebar pada sisi kaca penggeser itu. Tunggulah sampai darah itu
mencapai titik kira-kira ½ cm dari sudut kaca penggeser

Cara Memulas Sediaan Apusan


Pulasan Wright
1. Letakkan sediaan yang akan dipulas diatas rak tempat memulas dengan lapisan darahnya ke
atas.
2. Teteskan ke atas sediaan sebanyak 20 tetes larutan Wright (sediaan diatas kaca penutup 5
tetes) & biarkan selama 2 menit agar sediaan terekat.
3. Teteskan larutan penyanggah pH. 6,4 ke atas sediaan dengan jumlah tetesan sama seperti
diatas, dan biarkan selama 5-12 menit.
4. Siram sediaan dengan air suling secara perlahan (untuk membuang zat warna yang terapung
diatas), kemudian keraskan untuk membersihkan sediaan itu dari kotoran.Keringkan sediaan
itu pada posisi vertikal agar mengering pada suhu ruang.

Pulasan Giemsa
1. Letakkan sediaan yang akan dipulas di atas rak tempat memulas dengan lapisan darah ke atas.
2. Teteskanlah sekian banyak metilalkohol ke atas sediaan itu, sehingga bagian yang terlapis
darah tertutup seluruhnya. Biarkan selama 5 menit atau lebih lama.
3. Tuanglah kelebihan kelebihan metil alkohol dari kaca.
4. Liputlah sediaan itu dengan giemsa yang telah diencerkan dengan larutan penyanggah dan
biarkan selama 20 menit.
5. Bilas dengan air mengalir
6. Letakkan sediaan dalam sikap vertikal dan biarkan mengeringkan pada udara

Sediaan Yang Baik Mempunyai Ciri – ciri :

26
1. Tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjangnya setengah sampai dua pertiga panjang
kaca
2. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu eritrosit terletak
berdekatan tanpa bertumpukan
3. Rata , tidak berlubang-lubang dan tidak bergaris-garis

Pembacaan dengan mikroskop


1. Sediaan apusan darah diletkkan diaatas mikroskop
2. Dilihat dengan perbesaran obyektif 10x untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan
mencari area
3. Setelah itu diganti dengan perbesaran obyektf 100x
4. Memeriksa leukosit yang ada dengan arah zig-zag atas atau kebawah
5. Dibuat kolom untuk data sebanyak 10 kolom dengan urutan-urutan leukosit-leukosit:
basofil, eosinofil, neutrofil batang, netrofil segmen, limfosit, dan monosit
6. Kolom tersebut ditulis sesuai yang dilihat pada mikroskop dimana eritroit saling
berdektan tetapi tidak menumpuk atau berhimpitan
7. Setelah selesai lalu sediaan diambil dan lensa dibersihkan dengan minyak xylol untuk
membersihkan alat.

Contoh Kolom Perhitungan Jenis Sel Leukosit :


Macam sel %
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100

27
PEMERIKSAAN RETIKULOSIT

A. Tujuan
Mahasiswa mengetahui metode pemeriksaan hitung jumlah retikulosit dalam %

B. Metode
Mikroskopis dengan pewarnaan supravital

C. Prinsip
Retikulosit adalah sel darah merah muda yang masih mengandung RNA basofilik (berwarna
biru) yang akan terwarnai secara supravital oleh cat tertentu seperti Brilliant Cresyl Blue (BCB)
atau New methylene blue dengan menggunakan metode sediaan basah ataupun sediaan kering.

D. Dasar teori
Retikulosit adalah eritrosit muda yang sitoplasmanya masih mengandung sejumlah besar sisa-
sisa ribosom dan RNA yang berasal dari sisa inti dari bentuk pendahuluannya. Ribosom memiliki
kemampuan untuk bereaksi dengan pewarnaan tertetntu seperti Brilliant Cresyl Blue (BCB) atau
New methylene blue untuk membentuk endapan granula atau filamen yang berwarna biru. Reaksi
ini hanya terjadi pada pewarnaan sel hidup dan tidak difiksasi.
Retikulosit paling muda (imatur) adalah yang mengandung ribosom terbanyak, sedangkan
retikulosit tertua henya memiliki beberapa titik ribosom. Pada oewarnaan wright retikulosit
tampak sebagai eritrosit yang berukuran lebih besar dan berwarna lebih biru dari pada eritrosit.
Retikulosit terlihat sebagai bintik-bintik abnormal. Sedangkan pewarnaan Brilliant Cresyl Blue
retikulosit tampak sebagai eritrosit yang berwarna hijau kebiruan dengan retikulosit yang terlihat
sebagai bintik-bintik abnormal berwarna biru.
Hitung retikulosit merupakan indikator aktivitas sumsum tulang dan digunakan untuk
mendiagnosis anemia. Dalam keadaan normal, eritrosit beredar dalam bentuk retikulosit 1-2 hari
dan dalam bentuk matang selama 120 hari. Peningkatan jumlah retikulosit di darah tepi
menggambarkan akselerasi produksi eritrosit dalam sumsum tulang. Peningkatan jumlah
retikulosit dapat dijumpai pada anemia hemolitik, anemia sel sabit, talasemia mayor, pasca
perdarahan, perdarahan kronis, pengobatan anemia, leukimia, eritroblastosis fetalis, penyakit
hemoglobin C dan D, kehamilan dan malaria. Sedangkan hitung retikulosit rendah terus menerus
dapat mengidikasikan keadaan hipofungsi sumsum tulang atau anemia aplastik. Pemeriksaan
hitung jumlah retikulosit saat ini masih didasarkan pada penilaian visual terhadap sel yang
diwarnai. Ada 2 cara yang digunakan, yaitu cara kering dan cara basah. Perhitungan secara

28
elektronik akhir-akhir ini sudah dapat dilakukan dengan menggunakan alat otomatis dengan
menggunakan flowcytometry dengan memanfaatkan berkas laser yang dibuyarkan residu RNA

E. Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Obyek glas
4. Cover glas
5. Mikroskop
6. Cawan petri

F. Bahan
Sampel : Darah dengan antikoagulan
Reagen : Larutan Brilliant Cresyl Blue (BCB), Xylol atau alkohol 70%, & Oil imersi

G. Cara Kerja
Cara Kering
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Ambil larutan BCB, masukkan kedalam tabung reaksi ± 3 tetes.
3. Tambahkan sampel darah ± 3 tetes (membuat perbandingan darah : larutan BCB = 1:1)
4. Campurkan dan membuat sediaan apus dari campuran larutan tersebut
5. Keringkan pada suhu ruangan dan periksa di bawah mikroskop menggunakan oil imersi
dengan pembesaran 100 kali.
6. Pilih area/lapang pandang dimana eritrosit tersebar secara merata, terpisah satu sama lain.
7. Hitung jumlah retikulosit dalam 1000 eritrosit. Hitung retikulosit = jumlah retikulosit dibagi
jumlah eritrosit dikalikan 100%
Cara Basah
1. Letakkan satu tetes larutan BCB di tengah obyek glass
2. Letakkan satu tetes darah diatas zat warna tersebut,\ campur dengan menggunakan sudut objek
glass yang lain.
3. Tutuplah campuran tersebut dengan kaca penutup dan usahakan agar lapisan darahnya menjadi
tipis dengan cara sedikit menekan deck glass
4. Biarkan selama beberapa menit agar zat warna meresap kedalam retikulosit. Untuk menghidari
penguapan, letakkan sediaan dalam cawan petri yang diberi kertas saring basah
5. Periksalah sediaan dibawah mikroskop dengan perbesaran kuat 100x dan tentukan jumlah
retikulosit dalam 1000 eritrosit
6. Pilih area/lapang pandang dimana eritrosit tersebar secara merata, terpisah satu sama lain.

29
7. Hitung jumlah retikulosit dalam 1000 eritrosit. Hitung retikulosit = jumlah retikulosit dibagi
jumlah eritrosit dikalikan 100%
.
G. Nilai normal
Nilai rujukan retikulosit 0,5-1,5%

H. Faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan


1. Larutan pewarna yang tidak disaring menyebabkan pengendapan cat pada sel-sel eritrosit
sehingga tanpak seperti retikulosit
2. Tidak menghomogenkan sampel sebelum diperiksa
3. Menghitung pada area yang padat, dimana penyebaran eritrosit bertumpuk-tumpuk
4. Peningkatan kadar glukosa darah akan mengurangi pewarnaan
5. Jenis kelamin, dimana wanita umumnya lebih tinggi dari pada pria
6. Kondisi hipoksia
7. Usia lanjut relative lebih sedikit retikulosit
8. Variasi diurnal
9. teknik pembuatan sediaa yang tidak boleh difiksasi

30
REFERENSI

Dahlan, M. Sopiyudin. (2010) Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Gandasoebrata. (2010) Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan ke 16. Jakarta : Dian Rakyat

Handayani, Wiwik & Hariwibowo, Andi Sulistyo. (2008) Buku Ajar Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Isbiter J.P.,Pittiglio D.H (1999) Hematologi Klinik Pendekatan Berorientasi Masalah. Jakarta
: Hipokrates

Kee, Lefever, Joyce. (2007). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Edisi 6.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kiswari, dr. Rukman. (2014) Hematologi dan Transfusi. Jakarta : Erlangga

Kids Health (2017) Blood test: Erythrocyte Sedimentation Rate [ESR].


http://kidshealth.org/en/parents/test.esr.html.[diakses pada 4 Agustus 2017]

Kohden, Nihon. (2004) Operator`s Manual Hematology Analyzer. Jepang : Nihon Kohden

Nazir, Moh. (2009) Metode Penelitian. Jakarta : Penerbit Gadia Indonesia

Nugraha, Gilang. (2015) Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta :


Trans Info Media

Peace, Evelyn C. (2006) Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedik. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama

Riswanto. (2013) Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta : Kanal Medika

Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson . (2002) Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan


Laboratorium, Edisi 11 . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC . ISBN 979-448-659-0

Sandika, Septya. (2014) Hematology Analyzer [internet]. Tersedia dalam :


http://septyasandika.blogspot.co.id/2014/08/hematologyanalyzer.html.[Diakses pada 5
Mei 2017]

Sarpini, dr. Rusbandi. (2014) Anatomi dan Fisologi Tubuh Manusia untuk Para Medis. Edisi
Revisi. Jakarta : In Media

Scanlon, Valerie C. (2007) Essentials of Anatomy and Physiology. Edisi 3. Jakarta : EGC
Sumber Gambar Hematologi : https://ahcc.co.id/berita/penyakit-yang-terdeksi-melalui-tes-
hematologi dan https://www.halodoc.com/artikel/peran-tes-hematologi-lengkap-dalam-
mendiagnosis-penyakit

31

Anda mungkin juga menyukai