Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MANAJEMEN LABORATORIUM

Dosen Pembimbing :
Halimah Fitriani Pane, SKM, M.Kes

Disusun oleh :
Ineka Aloisa Br sembiring
III-B

POLTEKKES KEMENKES MEDAN


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
MEDAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
Karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “NILAI
KRITIS, NILAI NORMAL, NILAI RUJUKAN PADA SEBUAH LABORATORIUM” dengan
tepat pada waktunya.
Dan tak lupa saya juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing Bu
Halimah Fitriani Pane, SKM, M.Kes yang dengan penuh sabar membimbing dan mengajari saya
dalam mata kuliah Manajemen Laboratorium.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Medan, 22 November 2021

Penulis

Ineka Aloisa Br Sembiring

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................................... 1

BAB II ISI/PEMBAHASAN............................................................................................... 2
2.1 Pengertian Nilai Kritis................................................................................ 2
2.2 Konsep Nilai Kritis..................................................................................... 2
2.3 Mekanisme Pelaporan Nilai Kritis Laboratorium....................................... 3
2.4 Daftar Nilai Kritis Laboratorium................................................................ 4
2.5 Prosedure Pelaporan Nilai Kritis................................................................ 5
2.6 Manfaat Nilai Kritis.................................................................................... 6
2.7 Contoh Hasil Nilai Kritis............................................................................ 6
2.8 Definisi Nilai Rujukan dan Normal............................................................ 6
2.9 Perbedaan Nilai Rujukan dan Nilai Normal............................................... 7

BAB III PENUTUP............................................................................................................. 8


3.1 Kesimpulan................................................................................................ 8
3.2 Saran.......................................................................................................... 8
Daftar Pustaka...................................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hasil pemeriksaan laboratorium merupakan informasi yang berharga untuk membedakan,


mengkonfirmasikan diagnosis, menilai status klinik pasien, mengevaluasi efektivitas terapi
dan munculnya reaksi obat yang tidak diinginkan. Dalam melakukan laboratorium
diperlukan bahan, seperti : darah lengkap (Vena, Arteri), plasma, serum, urine, faeses,
sputum keringat, saliva, sekresi saluran cerna, cairan vagina, cairan serebrosal dan
jaringan yang didapat melalui tindakan invasive atau non invasive.

Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dinyatakan sebagai angka kuantitatif, kualitatif, atau
semi kuantitatif. Angka kuantitatif yang dimaksud berupa angka pasti atau rentang nilai,
sebagai contoh nilai hemoglobin pada wanita adalah 12  – 16 g/dL. Sedangkan angka
kualitatif dinyatakan sebagai nilai positif atau negative tanpa menyebut angka pasti contoh
1+, 2+,3+.

Fungsi pemeriksan laboratorik adalah menganalisis secara kuantitatif atau kualitatif


beberapa bahan, seperti darah, sumsum tulang, serum, tinja, air kemih dan cairan tubuh
lain. Disamping itu pemeriksaan laboratorik juga berperan dalam memilih jenis uji
maupun penilaiannya untuk membantu menetapkan diagnosis dan penatalaksanaan
penderita. Uji laboratorik, termasuk uji hematologi dapat berfungsi sebagai uji
penyaringan untuk mengetahui adanya kelainan proses fisiologi tubuh, membantu
menetapkan diagnosis, membuat diagnosis banding, memantau perjalanan penyakit,
penatalaksanaan penderita dan menentukan prognosis. Disamping itu data laboratorik
dipakai pula sebagai pemeriksaan penyaring untuk mendapatkan populasi sehat dan
tetapan nilai rujukan.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah nilai kritis, nilai normal, nilai rujukan pada sebuah laboratorium ?

1.3 Tujuan
Memahami dan mengetahui nilai kritis, nilai normal dan nilai rujukan pada sebuah laboratorium

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nilai Kritis

Nilai kritis adalah hasil pemeriksaan laboratorium yang abnormal dan mengindikasikan
kelainan atau gangguan yang dapat mengancam jiwa dan memerlukan perhatian/tindakan.
Pelaporan Nilai Kritis adalah mekanisme pelaporan hasil laboratorium yang berpotensi
mengancam jiwa yang dilaporkan oleh petugas yang bertanggungjawab.

2.2 Konsep Nilai Kritis

Konsep nilai kritis ini di utarakan untuk pertama kalinya oleh Lundberg dan rekannya yang
bekerja di laboratorium klnis Los Angeles County/University of Southern California Medical
Center, mereka mempelopori pendekatan secara sistematis dalam identifikasi dan komunikasi
hasil tes abnormal yang berbahaya. 

Pada tahun 1972 mereka mengajukan istilah "critical (panic) value", yang mereka
definisikan sebgai "one that represents a pathophysiological state at such variance with
normal as to be life-threatening unless something is done promptly, and for which some
corrective action could be taken" [1,2]. 

Setelah menetapkan daftar tentang critical (panic) values yang sesuai, definisi, sistem
penempatan respon/tanggung jawab Ahli Teknologi Laboratorium Medik dalam
mengidentifikasi dan verifikasi nilai kritis dan mengkomunikasikannya dengan segera kepada
"responsible individual".  

Konsep "Lunberg" telah diadopsi oleh berbagai laboratorium diseluruh dunia. Dan istilah
"critical (panic) value" sebagian besar laboratorium klinik meninggalkannya dan
merubahnya menjadi hanya "critical value" [17]. 

Istilah "critical limits" mengacu pada batas analisis spesifik yang mendefinisikan hasil
pemeriksaan sebagai "Nilai Kritis".

Sebagian besar analit yang muncul pada daftar uji kritis memiliki batas kritis tinggi dan
rendah tetapi untuk beberapa (misalnya bilirubin serum neonatal) hanya nilai tinggi yang
dapat dianggap kritis dan untuk orang lain (misalnya pO2 (a)) hanya nilai rendah dianggap
kritis 

Perbedaan harus dibuat antara hasil tes nilai kritis seperti yang didefinisikan oleh Lundberg,
dan hasil tes mendesak (atau STAT) yang dalam beberapa hal tentu saja juga "kritis".

Ketetapan dalam memberikan permintaan pengujian tertentu yang paling mendesak


dilakukan oleh dokter yang juga menyetujuji berdasarkan pertimbangan kemungkinan
kondisi pasien yang kritis (atau tertentu). 

2
Menurut definisi, hasil nilai kritis sangat tidak normal dan keputusan untuk
mengomunikasikan hasil mendesak dibuat bukan oleh dokter yang meminta tes, tetapi oleh
staf laboratorium, berdasarkan batas kritis yang ditetapkan.

Konsep nilai-nilai kritis pertama kali disahkan oleh otoritas pengawas AS dalam  Clinical
Laboratory Improvement Amendments (CLIA) pada tahun 1988  yang menyatakan
bahwa "laboratories must develop and follow written procedures for reporting life-
threatening laboratory results or panic values" [3]. 

Baru-baru ini Joint Commission on Accreditation of Health Care Organizations


(JCAHO), yang bertanggung jawab untuk akreditasi laboratorium di AS, mengidentifikasi
pelaporan efektif nilai-nilai kritis laboratorium sebagai National Patient Safety Goal
(NSPG.02.03.01) [4]. 

Dokumentasi kebijakan laboratorium yang berkaitan dengan pelaporan nilai kritis


diamanatkan oleh JCHO. Standar nilai kritis juga disepakati secara internasional untuk
kompetensi dan kualitas laboratorium medis, ISO 15189: 2007, yang telah diadopsi oleh
lembaga akreditasi laboratorium nasional di Eropa dan sekitarnya, termasuk persyaratan
bahwa nilai-nilai kritis juga harus diberitahukan segera.

Meskipun pihak yang berwenang mengakui bahwa pelaporan tepat waktu dari nilai-nilai
kritis sangat penting untuk kualitas keseluruhan pekerjaan laboratorium klinis, dan akreditasi
laboratorium di banyak bagian dunia sekarang menuntut kebijakan yang ditulis secara lokal
yang ditinjau secara berkala mengenai nilai-nilai kritis, ada selain dari satu makalah yang
ditulis di bawah naungan American College of Clinical Pathologists (ASCP) pada tahun
1997, dan "rekomendasi konsensus" dari  Italian Society of Laboratory Medicine (hanya
tersedia dalam bahasa Italia), sangat sedikit panduan formal mengenai perinciannya atas
kebijakan tersebut.

Jadi, misalnya, tidak ada daftar tes laboratorium yang disetujui secara internasional atau
nasional yang menjamin penugasan batas kritis, dan bahkan untuk tes laboratorium yang
paling disetujui memerlukan batas kritis, tidak ada konsensus tentang batas kritis yang harus
diterapkan.

Perumusan dan tinjauan semua aspek kebijakan nilai kritis dengan demikian menjadi masalah
bagi manajemen laboratorium / fasilitas kesehatan setempat. (acutecaretesting.org)

2.3 Mekanisme Pelaporan Nilai Kritis Laboratorium

1. Apabila hasil pasien termasuk ke dalam nilai kritis maka laboratorium harus segera
menghubungi dokter pengirim terkait / Rumah Sakit /Laboratorium Perujuk.

2. Petugas Labororatorium yang berwenang untuk menghubungi dokter pengirim /


Rumah Sakit / Laboratorium Perujuk adalah petugas yang di tunjuk.

3. Sebelum menghubungi dokter pengirim, laboratorium harus menyediakan data


lengkap antara lain nama pasien, alamat, nomor telepon pasien bila ada, tanggal
pengumpulan specimen, hasil pemeriksaan dan nama dokter pengirim.

3
4. Setelah data pasien lengkap maka petugas laboratorium menghubungi dokter
pengirim dan menyampaikan informasi tersebut. Jika pasien berasal dari Rumah Sakit
maka petugas laboratorium segera menghubungi dokter terkait dan apabila dokter
tidak berada di tempat, maka sampaikan informasi tersebut kepada perawat atau
kontak person yang ditunjuk.

5. Petugas laboratorium harus menanyakan kembali nama pasien, nama pemeriksaan dan
hasil pemeriksaan yang telah disampaikan sebelumnya untuk memastikan validitas
data.

6. Petugas laboratorium harus mendokumentasikan informasi yang telah disampaikan,


nama dokter petugas yang menerima informasi tersebut, tanggal dan jam
pemberitahuan, catat di buku pelaporan nilai kritis.

7. Jika dokter pengirim tidak dapat dihubungi, maka diskusikan dengan dokter
penanggungjawab mengenai hasil tersebut dan mintalah saran dari dokter berkaitan
dengan tindakan yang perlu dilakukan. Bila perlu dokter PJ dapat menghubungi
pasien atau petugas laboratorium dapat menghubungi pasien dan menginformasikan
bahwa hasil pemeriksaan telah selesai dan dapat segera diambil ke laboratorium.

8. Untuk sampel rujukan, laboratorium rujukan dapat menghubungi laboratorium


perujuk untuk menyampaikan hasil tersebut sesuai poin 5 dan 6. Informasi nilai kritis
dari laboratorium rujukan dapat melalui fax terutama rujukan 24 jam, sedangkan
laboratorium perujuk sudah tidak beroperasi (pada jam >21.00).

2.4 Daftar Nilai Kritis Laboratorium

4
2.5 Prosedur Pelaporan Nilai Kritis

 Dipastikan tidak ada kesalahan pranalitik dan analitik


 Lapor ke dokter penanggung jawab laboratorium (SpPK)
 Pelaporan paling tepat langsung ke DPJP, bisa melalui telp atau WA
 Nilai kritis dilaporkan sesegera mungkin, batas maksimal antara 15-30 menit
 Didokumentasikan dalam suatu buku berisi tanggal, identitas pasien, RM, hasil nilai
kritis, waktu keluar hasil, waktu pelaporan, nama pelapor, nama penerima laporan,
paraf.
 Didokumentasikan di rekam medik, bisa berupa stempel nilai kritis yang berisi hasil
nilai kritis, paraf penerima laporan, dan paraf pemberi laporan.

5
2.6 Manfaat Nilai Kritis 

Dengan menerapkan pelaporan nilai kritis maka instansi laboratorium (RS/Laboratorium


klinik) dapat memberikan nilai tambah kepada klinisi sehingga klinisi dapat menetapkan
diagnosis dan tindakan yang perlu segera dilakukan sesuai dengan hasil laboratorium. 

Jika dilihat manfaat dari sisi pasien, Nilai Kritis berkaitan langsung dengan penanganan
lanjut pasien. Dengan mengetahui kondisi pasien jika berada dalam Nilai Kritis, maka dokter
yang menangani pasien dapat langsung memberikan penanganan lanjutan dengan tepat,
sehingga dapat mencegah kemungkinan terburuk yang dapat dialami pasien.erkaitan langsung
dengan penanganan lanjut pasien. Dengan mengetahui kondisi pasien jika berada dalam Nilai
Kritis, maka dokter yang menangani pasien dapat langsung memberikan penanganan lanjutan
dengan tepat, sehingga dapat mencegah kemungkinan terburuk yang dapat dialami pasien.

2.7 Contoh Hasil Nilai Kritis

2.8 Definisi Nilai Rujukan


Setiap laboratorium menentukan nilai ‘normal’, yang ditunjukkan pada kolom ‘Nilai
Rujukan’ atau ‘Nilai Normal’ pada laporan laboratorium. Nilai ini tergantung pada alat yang
dipakai dan cara pemakaiannya. Tidak ada standar nilai rujukan, Nilai Normal Laboratorium
ini saya ambil dari webnya dr arief. nilai laboratorium lain dapat berbeda.

Nilai rujukan artinya nilai normal agar pembaca hasil dapat mengetahui apakah hasil
pemeriksaan tersebut berada di bawah nilai normal atau di atas nilai normal.

6
2.9 Perbedaan Nilai Rujukan dan Nilai Normal

7
BAB III

PENUTUP

3.3 Kesimpulan

Perlu diingat bahwa tiap-tiap laboratorium klinik memiliki data rentang normal pemeriksaan
yang berbeda. Jadi hasil lab Anda jangan dibandingkan dengan data yang disini, tapi dengan
rentang normal yang biasanya tercantum di sisi paling kiri kertas hasil lab. Hasil lab diluar
rentang normal juga belum tentu karena penyakit. Hasil pemeriksaan lab sangat tergantung
pada beberapa faktor pada saat Anda diperiksa. Bisa karena makanan yang dimakan
sebelumnya, aktivitas yang berat, infeksi, atau waktu saat pemeriksaan. Untuk itu, bila hasil
lab Anda tidak normal, diskusikan dengan dokter pribadi Anda.

3.4 Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan disana dan disini
dalam penulisan dan penyusunan atas rumusan masalahnya. Dimohonkan kepada
pembimbing dan pembaca makalah ini dapat memberikan saran yang sebanyak – banyaknya
agar kami dapat melakukan penulisan yang lebih baik lagi dikemudian hari.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://medlab.id/mekanisme-pelaporan-dan-daftar-nilai-kritis-laboratorium/

https://patologiklinik.com/2018/03/13/pelaporan-nilai-kritis-laboratorium/

https://www.infolabmed.com/2019/07/menentukan-nilai-kritis-hasil-laboratorium-klinik.html

https://www.infolabmed.com/2019/07/konsep-nilai-kritis-pada-laboratorium-klinik.html

https://www.scribd.com/document/402366043/Panduan-Pelaporan-Nilai-Kritis-Fix

Anda mungkin juga menyukai