Dosen Pembimbing :
Halimah Fitriani Pane, SKM, M.Kes
Disusun oleh :
Ineka Aloisa Br sembiring
III-B
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
Karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “NILAI
KRITIS, NILAI NORMAL, NILAI RUJUKAN PADA SEBUAH LABORATORIUM” dengan
tepat pada waktunya.
Dan tak lupa saya juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing Bu
Halimah Fitriani Pane, SKM, M.Kes yang dengan penuh sabar membimbing dan mengajari saya
dalam mata kuliah Manajemen Laboratorium.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................................... 1
BAB II ISI/PEMBAHASAN............................................................................................... 2
2.1 Pengertian Nilai Kritis................................................................................ 2
2.2 Konsep Nilai Kritis..................................................................................... 2
2.3 Mekanisme Pelaporan Nilai Kritis Laboratorium....................................... 3
2.4 Daftar Nilai Kritis Laboratorium................................................................ 4
2.5 Prosedure Pelaporan Nilai Kritis................................................................ 5
2.6 Manfaat Nilai Kritis.................................................................................... 6
2.7 Contoh Hasil Nilai Kritis............................................................................ 6
2.8 Definisi Nilai Rujukan dan Normal............................................................ 6
2.9 Perbedaan Nilai Rujukan dan Nilai Normal............................................... 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dinyatakan sebagai angka kuantitatif, kualitatif, atau
semi kuantitatif. Angka kuantitatif yang dimaksud berupa angka pasti atau rentang nilai,
sebagai contoh nilai hemoglobin pada wanita adalah 12 – 16 g/dL. Sedangkan angka
kualitatif dinyatakan sebagai nilai positif atau negative tanpa menyebut angka pasti contoh
1+, 2+,3+.
1.3 Tujuan
Memahami dan mengetahui nilai kritis, nilai normal dan nilai rujukan pada sebuah laboratorium
1
BAB II
PEMBAHASAN
Nilai kritis adalah hasil pemeriksaan laboratorium yang abnormal dan mengindikasikan
kelainan atau gangguan yang dapat mengancam jiwa dan memerlukan perhatian/tindakan.
Pelaporan Nilai Kritis adalah mekanisme pelaporan hasil laboratorium yang berpotensi
mengancam jiwa yang dilaporkan oleh petugas yang bertanggungjawab.
Konsep nilai kritis ini di utarakan untuk pertama kalinya oleh Lundberg dan rekannya yang
bekerja di laboratorium klnis Los Angeles County/University of Southern California Medical
Center, mereka mempelopori pendekatan secara sistematis dalam identifikasi dan komunikasi
hasil tes abnormal yang berbahaya.
Pada tahun 1972 mereka mengajukan istilah "critical (panic) value", yang mereka
definisikan sebgai "one that represents a pathophysiological state at such variance with
normal as to be life-threatening unless something is done promptly, and for which some
corrective action could be taken" [1,2].
Setelah menetapkan daftar tentang critical (panic) values yang sesuai, definisi, sistem
penempatan respon/tanggung jawab Ahli Teknologi Laboratorium Medik dalam
mengidentifikasi dan verifikasi nilai kritis dan mengkomunikasikannya dengan segera kepada
"responsible individual".
Konsep "Lunberg" telah diadopsi oleh berbagai laboratorium diseluruh dunia. Dan istilah
"critical (panic) value" sebagian besar laboratorium klinik meninggalkannya dan
merubahnya menjadi hanya "critical value" [17].
Istilah "critical limits" mengacu pada batas analisis spesifik yang mendefinisikan hasil
pemeriksaan sebagai "Nilai Kritis".
Sebagian besar analit yang muncul pada daftar uji kritis memiliki batas kritis tinggi dan
rendah tetapi untuk beberapa (misalnya bilirubin serum neonatal) hanya nilai tinggi yang
dapat dianggap kritis dan untuk orang lain (misalnya pO2 (a)) hanya nilai rendah dianggap
kritis
Perbedaan harus dibuat antara hasil tes nilai kritis seperti yang didefinisikan oleh Lundberg,
dan hasil tes mendesak (atau STAT) yang dalam beberapa hal tentu saja juga "kritis".
2
Menurut definisi, hasil nilai kritis sangat tidak normal dan keputusan untuk
mengomunikasikan hasil mendesak dibuat bukan oleh dokter yang meminta tes, tetapi oleh
staf laboratorium, berdasarkan batas kritis yang ditetapkan.
Konsep nilai-nilai kritis pertama kali disahkan oleh otoritas pengawas AS dalam Clinical
Laboratory Improvement Amendments (CLIA) pada tahun 1988 yang menyatakan
bahwa "laboratories must develop and follow written procedures for reporting life-
threatening laboratory results or panic values" [3].
Meskipun pihak yang berwenang mengakui bahwa pelaporan tepat waktu dari nilai-nilai
kritis sangat penting untuk kualitas keseluruhan pekerjaan laboratorium klinis, dan akreditasi
laboratorium di banyak bagian dunia sekarang menuntut kebijakan yang ditulis secara lokal
yang ditinjau secara berkala mengenai nilai-nilai kritis, ada selain dari satu makalah yang
ditulis di bawah naungan American College of Clinical Pathologists (ASCP) pada tahun
1997, dan "rekomendasi konsensus" dari Italian Society of Laboratory Medicine (hanya
tersedia dalam bahasa Italia), sangat sedikit panduan formal mengenai perinciannya atas
kebijakan tersebut.
Jadi, misalnya, tidak ada daftar tes laboratorium yang disetujui secara internasional atau
nasional yang menjamin penugasan batas kritis, dan bahkan untuk tes laboratorium yang
paling disetujui memerlukan batas kritis, tidak ada konsensus tentang batas kritis yang harus
diterapkan.
Perumusan dan tinjauan semua aspek kebijakan nilai kritis dengan demikian menjadi masalah
bagi manajemen laboratorium / fasilitas kesehatan setempat. (acutecaretesting.org)
1. Apabila hasil pasien termasuk ke dalam nilai kritis maka laboratorium harus segera
menghubungi dokter pengirim terkait / Rumah Sakit /Laboratorium Perujuk.
3
4. Setelah data pasien lengkap maka petugas laboratorium menghubungi dokter
pengirim dan menyampaikan informasi tersebut. Jika pasien berasal dari Rumah Sakit
maka petugas laboratorium segera menghubungi dokter terkait dan apabila dokter
tidak berada di tempat, maka sampaikan informasi tersebut kepada perawat atau
kontak person yang ditunjuk.
5. Petugas laboratorium harus menanyakan kembali nama pasien, nama pemeriksaan dan
hasil pemeriksaan yang telah disampaikan sebelumnya untuk memastikan validitas
data.
7. Jika dokter pengirim tidak dapat dihubungi, maka diskusikan dengan dokter
penanggungjawab mengenai hasil tersebut dan mintalah saran dari dokter berkaitan
dengan tindakan yang perlu dilakukan. Bila perlu dokter PJ dapat menghubungi
pasien atau petugas laboratorium dapat menghubungi pasien dan menginformasikan
bahwa hasil pemeriksaan telah selesai dan dapat segera diambil ke laboratorium.
4
2.5 Prosedur Pelaporan Nilai Kritis
5
2.6 Manfaat Nilai Kritis
Jika dilihat manfaat dari sisi pasien, Nilai Kritis berkaitan langsung dengan penanganan
lanjut pasien. Dengan mengetahui kondisi pasien jika berada dalam Nilai Kritis, maka dokter
yang menangani pasien dapat langsung memberikan penanganan lanjutan dengan tepat,
sehingga dapat mencegah kemungkinan terburuk yang dapat dialami pasien.erkaitan langsung
dengan penanganan lanjut pasien. Dengan mengetahui kondisi pasien jika berada dalam Nilai
Kritis, maka dokter yang menangani pasien dapat langsung memberikan penanganan lanjutan
dengan tepat, sehingga dapat mencegah kemungkinan terburuk yang dapat dialami pasien.
Nilai rujukan artinya nilai normal agar pembaca hasil dapat mengetahui apakah hasil
pemeriksaan tersebut berada di bawah nilai normal atau di atas nilai normal.
6
2.9 Perbedaan Nilai Rujukan dan Nilai Normal
7
BAB III
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
Perlu diingat bahwa tiap-tiap laboratorium klinik memiliki data rentang normal pemeriksaan
yang berbeda. Jadi hasil lab Anda jangan dibandingkan dengan data yang disini, tapi dengan
rentang normal yang biasanya tercantum di sisi paling kiri kertas hasil lab. Hasil lab diluar
rentang normal juga belum tentu karena penyakit. Hasil pemeriksaan lab sangat tergantung
pada beberapa faktor pada saat Anda diperiksa. Bisa karena makanan yang dimakan
sebelumnya, aktivitas yang berat, infeksi, atau waktu saat pemeriksaan. Untuk itu, bila hasil
lab Anda tidak normal, diskusikan dengan dokter pribadi Anda.
3.4 Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan disana dan disini
dalam penulisan dan penyusunan atas rumusan masalahnya. Dimohonkan kepada
pembimbing dan pembaca makalah ini dapat memberikan saran yang sebanyak – banyaknya
agar kami dapat melakukan penulisan yang lebih baik lagi dikemudian hari.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://medlab.id/mekanisme-pelaporan-dan-daftar-nilai-kritis-laboratorium/
https://patologiklinik.com/2018/03/13/pelaporan-nilai-kritis-laboratorium/
https://www.infolabmed.com/2019/07/menentukan-nilai-kritis-hasil-laboratorium-klinik.html
https://www.infolabmed.com/2019/07/konsep-nilai-kritis-pada-laboratorium-klinik.html
https://www.scribd.com/document/402366043/Panduan-Pelaporan-Nilai-Kritis-Fix