Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, sebab karena


rahmat dan nikmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan sebuah tugas
makalah kesehatan ini. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk
menyelesaikan tugas makalah dari dosen yang bersangkutan agar
memenuhi tugas yang telah ditetapkan, dan juga agar setiap
mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan makalah.
Makalah ini berjudul “Standar Operasional Prosedur (SOP)
Untuk Waktu Tunggu Hasil Pemeriksaan Dalam Pelayanan
Laboratorium RS. Bhayangkara tingkat II Polda Jambi”. Adapun
sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari
beberapa buku yang membahas tentang materi yang berkaitan dan
juga melalui media internet. Kami sebagai penyusun makalah ini,
sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat
secara langsung untuk mengucapkannya. Saya menyadari bahwa
setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun dengan saya yang
masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini mungkin
masih banyak sekali kekurangan-kekurang yang ditemukan, oleh
karena itu saya mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Saya mangharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................2
BAB II TEORI-TEORI...................................................................................................4
2.1. Waktu Tunggu..............................................................................................4
2.2. Laboratorium Klinik....................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................6
3.1. Jenis Pemeriksaan CITO............................................................................6
3.2. Cara Petugas Laboratorium Memberikan Edukasi Untuk Hasil
Pemeriksaan Yang Diminta Keluarga Pasien............................................7
3.3. Cara Menjelaskan Hasil Pemeriksaan Sesuai Dengan SOP Dan Tentang
Waktu Periksa Sampel..............................................................................10
BAB IV PENUTUP........................................................................................................15
4.1. Kesimpulan.................................................................................................15
4.2. Solusi...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada Undang-Undang No 44 Tahun2009 menyebutkan bahwa rumahsakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan,dan gawat darurat. Rumah sakit pun berkewajiban memberikan pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.1
Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien hendaknya dapat
dicermati dan disikapi dengan sebaik mungkin agar pasien sebagai pelanggan
rumah sakit dapat setia/loyal terhadap rumah sakit.Waktu tunggu merupakan
waktu yang digunakan pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.Waktu
tunggu merupakan salah satu komponen yang berpotensi menyebabkan
ketidakpuasan, selain itu lama waktu tunggu juga mencerminkan bagaimana
rumah sakit mengelola komponen pelayanan yang disesuaikan dengan situasi dan
harapan pasien.Salah satu bentuk pelayanan kesehatan adalah pelayanan
pemeriksaan laboratorium, yaitu suatu pemeriksaan penunjang yang sangat
diperlukan oleh dokter untuk mendiagnosis, memantau dan meramalkan penyakit
seorang pasien. Unit laboratorium merupakan salah satu unit atau fasilitas di
rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai penyelenggara seluruh kegiatan
pekerjaan laboratorium yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri.
Sebagai salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan, hasil
pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan dalam hal penetapan diagnosis,
pemberian pengobatan, pemantauan hasil pengobatan, dan penentuan prognosis.2
Waktu tunggu pada pelayanan laboratorium masih sering menjadi masalah
di beberapa rumah sakit termasuk RS. Bhayangkara tingkat II Polda Jambi.Dan
lamanya waktu tunggu pun merupakan salah satu faktor dari kualitas mutu
1
Kementrian KesehatanRepublik Indonesia. UndangUndang Republik IndonesiaNomor 44 Tahun
2009tentang Rumah Sakit. 2009.
2
Bustani NM, Rattu AJ, Saerang JSM. Analisis Lama Waktu Tunggu Pelayanan Pasien Rawat
Jalan Di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Propinsi Sulawesi Utara. J eBiomedik. 2015;3:872–82.
2

pelayanan kesehatan.Untuk memenuhi mutu pelayanan kesehatan maka dasar


yang dipergunakan untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan adalah memenuhi
kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan, yang apabila
berhasil dipenuhi akan dapat menimbulkan rasa puas kepada konsumen (customer
satisfaction).
Proses pelayanan alur kerja (work flow) laboratorium klinik melalui tiga
tahapan yaitu, tahap pra analitik meliputi kegiatan mempersiapkan pasien,
menerima spesimen, mengambil spesimen, memberi identitas spesimen, menguji
mutu air dan reagensia. Tahap analitik meliputi kegiatan pengolahan spesimen,
pemeliharaan dan kalibrasi peralatan, pelaksanaan pemeriksaan, pengawasan
ketelitian dan ketepatan pemeriksaan dan tahap pasca analitik meliputi kegiatan
pencatatan hasil pemeriksaan, pelaporan hasil pemeriksaan sampai kepada klinisi
atau dokter yang melakukan order pemeriksaan klinik.3
Kecepatan pelayanan yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam
waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.4waktu tunggu
untuk hasil pelayanan laboratorium adalah ≤140menit.5 Berdasarkan keterangan di
atas bahwa pelayanan laboratorium di RS. Bhayangkara tingkat II Polda Jambi
belum terakreditasi. Kemudian berdasarkan pengamatan lapangan, proses
pelayanan laboratorium secara umum masih menggunakan sistem manual,
peralatan laboratorium kurang mencukupi dan sumber daya manusia yang
terbatas. Selain itu pasien yang melakukan pemeriksaan mencapai 40 sampai 60
orang perharinya. Hal ini bisa menyebabkan waktu pelayanan laboratorium
menjadi lama.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis pemeriksaan yang dikategorikan ke dalam CITO?
3
Peraturan Menteri Kesehatan No 411/MENKES/PER/III/2010 tentang Laboratorium Klinik yang
diperbaharui dengan PERMENKES No 43 tahun 2013 tentang Cara Penyelenggaraan
Laboratorium Klinik Yang Baik
4
KEPMENPAN No. 25/M.PAN/2/2004
5
Kepmenkes RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit,
3

2. Bagaimana cara petugas laboratorium memberikan edukasi untuk hasil


pemeriksaan yang diminta keluarga pasien?
3. Bagaimana cara menjelaskan hasil pemeriksaan sesuai dengan SOP dan
tentang waktu periksa sampel?
4

BAB II
TEORI-TEORI
2.1. Waktu Tunggu
Waktu tunggu pemeriksaan laboratorium adalah tenggang waktu mulai
pasien diambil sample sampai dengan menerima hasil yang sudah diekspertisi.
Pemeriksaan laboratorium yang dimaksud adalah pelayanan pemeriksaan
laboratorium rutin dan kimia darah.6
Sekarang tidak hanya volume pemeriksaan laboratorium yang semakin
meningkat, melainkan juga bahwa dokter memang menuntut hasil-hasil uji
laboratorium dengan waktu tunggu yang lebih cepat atau singkat.
2.2. Laboratorium Klinik
Laboratorium yaitu sebuah rungan tertutup, atau kamar atau bahkan ruangan
terbuka yang melaksanakan aktifitas untuk menghasilkan sesuatu. Menurut
penjelasan tersebut, maka laboratorium merupakan sebuah tempat yang dupakai
untuk melaksanakan percobaan ataupun pelatihan yang memiliki hubungan
dengan ilmu sains yang dapat menggunakan ruangan tertutup ataupun ruangan
terbuka.Laboratorium klinik merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan
yang memiliki peranan penting di dunia kesehatan bisa dilihat dari pemeriksaan
spesimen klinik dalam berbagai bidang seperti hematologi, kimia klinik,
mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, danimunologi klinik.Laboratorium klinik
mempunyai tugas dan tanggung jawab penting sebaga ipenunjang pelayanan
medis di berbagai sektor pelayanan kesehatan untuk mendapatkan informasi
tentang kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis
penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan. Laboratorium klinik
dibagi menjadi 2 berdasarkan jenis pelayanan, yaitu7:
1. Laboratorium klinik umum merupakan laboratorium yang melakukan
pemeriksaan sampel klinik pada bagaian hematologi, kimia klinik,
mikrobiologi, arasitologi dan imunologi klinik. Laboratorium klinik umum
dibagi menjadi 3 :

6
Kepmenkes RI No. 129 Tahun 2008
7
Pemenkes RI No. 411/Menkes/Per/III/2010
5

a. Laboratorium klinik umum pratama, yaitu laboratorium yang mengerjakan


pemeriksaan sampel klinik dengan keterampilan pemeriksaan terbatas
dengan menggunakan teknik sederhana.
b. Laboratorium klinik umum madya, adalah laboratorium yang melakukan
pemeriksaan sampel klinik menggunakan kemampuan pemeriksaan tingkat
laboratorium klinik pratama dan pemeriksaan imunologu dengan teknik
yang sederhana.
c. Laboratorium klinik umum utama, adalah laboratorium yang melakukan
pemeriksaan terhadap sampel klinik dengan menggunakan kemampuan
pemeriksaan yang lengkap dari laboratorium klinik madya dengan
teknikotomatis.
2. Laboratorium klinik khsusus ialah laboratorium yang melakukan pelayanan
pemeriksaan sampel pada salah satu bidang tertentu dengan keterampilan
tertentu. Laboratorium klinik khusus dipecah menjadi 3.
a. Laboratorium mikrobiologi klinik, laboratorium yang melaksanakan
pengecekan mikroskopis, identifikasi bakteri, jamur, virus dan uji kepekaan
terhadap mikroba lainnya.
b. Laboratorium patologi klinik, yaitu laboratorium yang melaksanakan
pemeriksaan rincian dari parasit atau stadium dari parasite secara
mikroskopis atau tanpa pulasan, pembiakan ataupun imunoesai.
c. Laboratorium patologi anatomi, merupakan laboratorium yang melakukan
pembuatan bahan kimiawi histopatologi, pulasan khusus, pembuatan bahan
kimia sitologi serta pembuatan bahan kimia menggunakan teknik potong
beku.
6

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Jenis Pemeriksaan CITO
Dalam lingkup rumah sakit dikenal istilah yang sangat dipahami oleh tenaga
medis yaitu ‘Cito’. ‘Cito’ berasal dari kata Latin yang bermakna ‘segera’
(immediately). Pasien yang dibawa ke rumah sakit dalam kondisi sakit atau cedera
parah, akan dimasukkan dalam kategori ‘cito’ yang bermakna harus ditangani saat
itu juga, karena penundaan dapat mengancam keselamatan jiwanya. Istilah ‘cito’
yang dipakai di Indonesia mengadopsi dari bahasa Belanda dan biasanya ditulis
dengan kartu status pasien (medical record) dan kertas resep obat dengan huruf
berukuran besar. Ditulis pada medical record agar dokter segera menangani pasien
ini dan pada kertas resep obat agar obat yang diminta segera dikeluarkan oleh
apotik tanpa harus mengantri sesuai dengan giliran.8
Dikenal istilah ‘cito dispensetur’ dalam apotik yang bermakna ‘keluarkan
obat segera’ (let it be dispensed quickly), yang artinya obat ini diberi prioritas
pertama. Itulah sebabnya pada hakekatnya, apotik harus buka 24 jam, karena
kasus ‘cito’ ini bisa terjadi kapan saja, termasuk di tengah malam buta. Istilah
‘cito’ juga berlaku bagi laboratorium klinis dan pemeriksaan rontgen, sehingga
idealnya kedua sarana penunjang medis ini harus ‘standby’ 24 jam. Untuk itulah
dikenal istilah ‘petugas jaga’ yang menjalankan shift sepanjang malam. Istilah
‘cito’ ini, ternyata berbeda dengan yang dipakai di negara yang berbahasa Inggris.
Di sana dipakai istilah ‘stat’ yang merupakan singkatan dari kata Latin ‘statim’.
Maknanya juga sama yaitu ‘immediately’ atau ‘without delay’ (jangan ditunda).9
Di rumah sakit, melalui pengeras suara yang terhubung ke seluruh penjuru
RS, dokter akan dipanggil disertai dengan kata darurat ‘stat’ ini. Ini sebagai kode
bagi dokter yang bersangkutan bahwa pasien dalam kondisi gawat yang
memerlukan penanganan segera. Seperti ‘cito’, tulisan ‘stat’ ini dibubuhkan pada
kertas resep obat, kertas permintaan pemeriksaan laboratorium dan kertas
pemeriksaan rontgen yang memerlukan tindakan ‘gerak cepat’. Tindakan ‘cito’
8
https://doktersiaga.com/blog/view/kenali-kode-darurat-medis-cito-atau-stat diakses tanggal 9
Oktober 2022 pukul 11.23 WIB
9
Ibid,
7

atau ‘stat’ ini dilaksanakan bukan saja untuk menyelamatkan nyawa pasien yang
terancam, tetapi untuk berpacu dengan dengan ‘golden hours’. Sebagai contoh,
pasien yang tiba di rumah sakit dengan serangan stroke, maka dia hanya
mempunyai ‘golden hours’ selama enam jam untuk bisa diatasi dengan baik dan
diharapkan dapat pulih kembali seperti sedia kala. Bilamana ‘golden hours’ ini
sudah terlewatkan, maka sekalipun nyawanya dapat diselamatkan, besar
kemungkinan dia akan mengalami kecacatan yang permanen. Begitu halnya
dengan kasus emergensi lainnya yang masing-masing mempunyai ‘golden hours’
yang berbeda-beda. Prinsipnya ‘cito’ dan ‘stat’ mengamanatkan pasien ditangani
sesegera mungkin. Yang termasuk dalam pemeriksaan CITO adalah: Elektrolit,
Gas Darah, Gula Darah sewaktu, Hematologi rutin, golongan darah, hemostasis,
ureum darah, kreatinin darah, albumin darah.
3.2. Cara Petugas Laboratorium Memberikan Edukasi Untuk Hasil
Pemeriksaan Yang Diminta Keluarga Pasien
Petugas laboratorium dalam tugas dan fungsinya memiliki banyak
kewajiban terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Salah satu
kewajibannya adalah memberikan penjelasan hasil pemeriksaan
laboratorium yang diperlukan pasien atau dalam halini petugas
laboratorium berperan sebagai educator. Petugas laboratorium bertugas
meningkatkan atau mengembangkan tingkat pemahaman pasien. Hal ini
sesuai dengan hak yang semestinya diterima oleh pasien yaitu menerima
informasi berkaitan dengan kesakitannya, mulai dari pemahaman tentang
penyakit, prosedur tindakan yang akan dilakukan sampai pada persiapan
pulang pasien. Pemenuhan kebutuhan informasi klien dalam hal ini
merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan kesehatan dirumah
sakit.Semakin tinggi tingkat keberhasilan pemberian penjelasan hasil
pemeriksaan laboratorium yang diberikan atau semakin tinggi tingkat
kepuasan pasien terhadap pendidikan kesehatan yang diberikan oleh
petugas laboratorium, maka semakin tinggi kualitas pelayanan kesehatan
dirumah sakit tersebut. Cara petugas laboratorium memberikan edukasi
8

untuk hasil pemeriksaan yang diminta keluarga pasien harus berdasarkan


pada prinsip-prinsip sebagai berikut10:
1. Menghormati Otonomi (Respect for Autonomy)
Prinsip ini baru dimungkinkan pada jaman modern,karena berasal dari
tradisi liberal yang mementingkan kebebasan individual dan pilihan pribadi.
Otonomi berarti bahwa individu berani mengatur dirinya sendiri. Berarti pula,
tidak diatur oleh pihak lain.Prinsip ini berkaitan erat dengan pengertian hak.
Berdasarkan prinsip pertama ini kita harus mengakui hak orang lain untuk
mempunyai pandangan sendiri, pikiran sendiri dan mendasarkan hidupnya atas
nilai dan kepercayaan pribadi.
Hal penting dalam menerapkan prinsip otonomi adalah menilai
kompetensi pasien. Parapakar meyakini belum ada satu definisi kompetensi
pasien yang dapat diterima semua pihak, sehingga begitu banyak defnisi
tentang kompetensi pasien. Salah satu definisi kompetensi pasien yang dapat
diterima adalah ”kemampuan untuk melaksanakan atau perform suatu tugas
atau perintah”.
2. Tidak Merugikan (Nonmaleficence)
Prinsip sudah menandai etika kedokteran sejak Hippokrates, bapak ilmu
kedokteran (abad ke-5SM). Secara konkret prinsip ini menyangkut larangan
seperti : tidak membunuh, tidak mengakibatkan nyeri atau cacat, tidak
mengurangi atau menghilangkan kesenangan, tidak menipu tidak mengingkari
janji. Pokoknya, dengan sengaja atau karena lalai menyebabkan kerugian bagi
pasien harus dianggap secara fundamental salah.
Prinsip non-maleficence memberikan peluang kepada pasien, walinya
dan para tenaga kesehatan untuk menerima atau menolak suatu tindakan atau
terapi setelah menimbang manfaat dan hambatannya dalam situasi atau kondisi
tertentu. Banyak filosof yang menjadikan prinsip non-maleficence sebagai satu
kesatuan dengan prinsip beneficence (mengutamakan tindakan untuk kebaikan
pasien). Namun, banyak juga yang membedakannya. Pertimbangannya antara
lain pemikiran bahwa kewajiban untuk tidak membahayakan atau

10
Sudiyanto, Henry. Etika dan hukum keperawatan. (Mojokerto: Stikes Majapahit. 2019)
9

mencelakakan pasien, tentu berbeda dengan kewajiban untuk membantu


pasien, walaupun keduanya untuk kebaikan pasien.
3. Berbuat baik (Beneficence)
Seperti prinsip-prinsip yang disebut sebelumnya, berbuat baikpun
merupakan prinsip yang dikemukakan dalam bidang moral pada umumnya dan
tidak terbatas pada profesi medis saja. Tetapi prinsip ini memainkan peranan
khusus dalam konteks pelayanan kesehatan. Sebab, tujuan profesi medis adalah
menyembuhkan dan mencegah terjadinya penyakit. Menurut kodratnya, profesi
medis akrab dengan prinsip berbuat baik ini. Prinsip ini bisa bertentangan
dengan prinsip-prinsip yang lain, khususnya prinsip menghormati otonomi,
contohnya pasien yang menolak dilakukan transfusi darah.
Penerapan prinsip beneficence tidak bersifat mutlak. Prinsip ini bukanlah
satu-satunya prinsip yang harus dipertimbangkan, melainkan satu diantara
beberapa prinsip lain yang juga harus dipertimbangkan. Prinsip ini dibatasi
keseimbangan manfaat, resiko, dan biaya (sebagaihasil dari tindakan) serta
tidak menentukan pencapaian keseluruhan kewajiban. Kritik yang sering
muncul terhadap penerapan prinsip ini adalah tentang kepentingan umum yang
diletakan di atas kepentingan pribadi. Prinsip beneficence harus diterapkan
baik untuk kebaikan individu seorang pasien maupun kebaikan masyarakat
keseluruhan. Beberapa contoh penerapanprinsip beneficence ini adalah:
1. Melindungi dan menjaga hak orang lain.
2. Mencegah bahaya yang dapat menimpa orang lain.
3. Meniadakan kondisi yang dapat membahayakan orang lain.
4. Membantu orang dengan berbagai keterbatasan (kecacatan).
5. Menolong orang yang dalam kondisi bahaya.
4. Keadilan (Justice)
Prinsip Justice diterjemahkan sebagai menegakan keadilan atau
kesamaan hak kepada setiap orang (pasien). Definisi lainnya adalah
memperlakukan orang lain secara adil, layak dan tepat sesuai dengan haknya.
Situasi yang adil adalah seseorang mendapatkan mendapatkan manfaat atau
beban sesuai dengan hak atau kondisinya. Situasi yang tidak adil adalah
10

tindakan yang salah atau lalai berupa meniadakan manfaat kepada seseorang
yang memiliki hak atau pembagian beban yang tidak sama. Prinsip justice lahir
dari sebuah kesadaran bahwa jumlah benda dan jasa (pelayanan) itu terbatas,
sedangkan yang memerlukan sering kali melebihi batasan tersebut. Prinsip
justice kemudian diperlukan dalam pengambilan keputusan tersebut.
Yang dimaksud disini adalah keadilan distribusiatau keadilan membagi.
Keadilan ditegakkan jika pembagian diantara pihak-pihak yang berhak
dilakukan dengan fair. Dalam sektor kesehatan terdapat hak atas pelayanan
kesehatan bagi orangyang membutuhkan atau orang sakit. Menjadi tugas berat
negara menciptakan suatu sistem pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
tuntutan keadilan.Terdapat beberapa kriteria dalam penerapan prinsip justice,
antara lain:
1. Untuk setiap orang ada pembagian yang merata (equal share)
2. Untuk setiap orang berdasarkan kebutuhan (need)
3. Untuk setiap orang berdasarkan usahanya (effort)
4. Untuk setiap orang berdasarkan kontribusinya (contribution)
6. Untuk setiap orang berdasarkan manfaat atau kegunaannya (merit)
7. Untuk setiap orang berdasarkan pertukaran pasar bebas (free-market
exchange)
3.3. Cara Menjelaskan Hasil Pemeriksaan Sesuai Dengan SOP Dan Tentang
Waktu Periksa Sampel
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi
dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah
pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh
keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-
gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu.
11

Cara seperti ini disebut komunikasi non-verbal. Sikap yang muncul


dalam berkomunikasi11:
1. Assertive
 Yakin bahwa tiap orang punya hak, dan dia juga punya hak
 Bahasa non-verbal diminimalkan
 Menghargai lawan bicara.
2. Persuasive
 Memiliki karakter lembut.
 Bahasa yang digunakan umumnya membujuk.
 Menghargai lawan bicara
 Memberikan pernyataan tegas atas hak-hak dia.
 Bersifat win-win : senang-senang
3. Aggressive
 Manipulative, controling
 Selalu mengontrol linkungan sekitarnya
 Bukan jadi dirinya sendiri
 Selalu ingin menang sendiri
 Selalu mengalahkan orang lain
 Tidak menerima pendapat orang lain.
4. Passive
 Tidak mengeluarkan pendapat, diam
 Menghindari konflik
 Ikut arus
 Menutup diri
 Tidak memberi komunikasi
 Menghindari konflik yang muncul
 Tidak membela dirinya

11
https://bayud3ankes.blogspot.com/2012/10/teknik-komunikasi-pada-pasien-di.html?m=1 diakses
tanggal 9 Oktober 2022 pukul 12.01 WIB
12

 Tidak punya pendapat


5. Manipulative
 Orang pasif dan agresif
 Menunda-nunda pekerjaannya
 Memanipulasi orang lain
6. Controlling
Jangan pernah melupakan dalam komunikasi, bagaimana kita
mengatakan/penyampaian komunikasi yang disampaikan : apakah benar
berkomunikasi dengan benar ? Apakah benar intonasi suara ? Apakah benar
kontak mata ?
Cara menjelaskan hasil pemeriksaan sesuai dengan sop dan tentang waktu
periksa sampel harus berdasarkan pada prinsip-prinsip etik antara lain:
1. Beneficience : kebaikan
 Acting in the patients best interest (Bertindak demi kepentingan
terbaik pasien)
 Past models doctor made decision (Cara dokter dalam membuat
keputusan terhadap pasien)
 Current thinking is to involve patient lotting the patient determine
what is in their best interest (Melibatkan pasien/keluarga pasien
dalam menentukan apa yang menjadi keputusan atau kepentingan
terbaik mereka)
 Autonomy : otonom (Kompeten dalam membuat, memilih, memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai orang lain.
2. Honesty (kejujuran, tulus)
Pasien berhak mendapatkan kebenaran : kondisi kesehatan, pengobatan,
kemajuan pengobatan. Komunikasikan hal-hal yang penting. Misal hasil
lab, jawab bahwa dokter yang berhak membaca hasil.
3. Code of Ethics States
Kondisikan bahwa ada beberapa hak dan kewajiban kita juga, batasan
yang kita miliki. Bekerja untuk mengatakan kebenaran dan bersandar
pada hati nurani.
13

4. Hubungan yang baik dibangun atas kepercayaan, kejujuran. Berlaku jujur


dan membangun kepercayaan.
5. Informed Consent
- Pasien berhak mendapatkan persetujuan, hak otonomi
- Pasien berhak juga mendapatkan informasi yang penuh, segala relevan
dan hal-hal yang berhubungan dengan yang didapat baik sebelum
mendapatkan pengobatan.
6. Informasi relevan yang diperlukan pasien
- Harus anda jelaskan selengkapnya pada pasien.
- Siapkan agar pasien mengerti dengan informasinya.
- Apabila ada sesuatu yang diluar keahlian/profesi anda, lakukan
komunikasi agar pasien mengerti informasi yang diberikan.
- Jadilah orang yang assertive terhadap pasien dan keluarga pasien.
- Jangan, dengan anda tidak berkomunikasi anda dianggap tidak
profesional
- Berikan informasi terhadap pasien dengan baik, dengan kata-kata
yang baik.
7. Kerahasiaan
- Anda bisa menjaga kerahasiaan pasien sesuai kode etik.
- Apabila mendapat masalah dalam menjalankan profesi anda,
kembalilah kepada hal-hal kode etik yang ada, sehingga merasa
terlindungi.
8. Fidelity (ketaatan pada sumpah, tugas)
Kita harus taat kepada sumpah/profesi yang telah dijalankan. Jangan
menyalahkan sumpah profesi anda, berikan pelayanan yang terbaik bagi
pasien.
Kesalahan yang sering dilakukan oleh Petugas lab dalam
berkomunikasi dan konseling terhadap pasien :
1. Tidak mengenalkan diri sebelum membuka percakapan. “Selamat pagi
pak, saya petugas lab disini, saya akan membantu bapak, nama saya…..,
apa yang dapat saya bantu……”
14

2. Tidak respek dengan hal-hal yang pribadi pasien.


3. Minimnya pengetahuan tentang ilmu klinis, ilmu teknis lab dan keterkaitan
keduanya.
4. Membawa permasalahan keluarga dan masalah lain ke dalam ruang
lingkup kerja sehingga pasien ikut terkena imbasnya.
5. Tidak menanyakan dahulu nama pasien sebelum memulai percakapan.
6. Tidak menggunakan bahasa tubuh yang baik dan benar. Bahasa tubuh
yang dimaksud : ekspresi muka, kontak mata, postur yang baik, jarak dan
intonasi suara.
7. Kurang memberikan informasi yang dibutuhkan pasien.
8. Meremehkan pasien, hal ini karena melihat status social pasien dan
penampilan pasien yang tidak baik. Hal ini tidak boleh terjadi.
9. Kondisi keuangan yang menipis dan memburuk terutama di akhir bulan
dapat memicu berkomunikasi buruk, sedangkan diawal bulan berakibat
petugas acuh tak acuh dengan pasien, yang ada dipikiran cuma
menghitung keuangan dan kebutuhan rumah tangga ke depan.
10. Informasi yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan pasien dan
melempar tanggung jawab bahwa dokter yang lebih tahu.
11. Kurang menjaga kerahasiaan pasien.
12. Mencaci dan menjelekkan kesalahan petugas kesehatan lain di hadapan
pasien dan keluarga pasien.
13. Kurang menjelaskan tentang cara dan aturan pemeriksaan laboratorium
yang didapat pasien.
14. Berkomunikasi dengan pasien tidak muncul sikap asertifnya.
15. Tidak tanggap dengan sikap pasien yang mengalami kesulitan atau
bingung terhadap resep yang diterima dia.
16. Tidak menjaga atau menyimpan kondisi-kondisi pasien yang sedang
dihadapi.
17. Ingat Bersikap kasar terhadap pasien, maka pasien yang hatinya dongkol
akan mendoakan anda tidak baik bahkan mengumpat anda nantinya.
15

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Yang termasuk dalam pemeriksaan CITO adalah: Elektrolit, Gas Darah, Gula
Darah sewaktu, Hematologi rutin, golongan darah, hemostasis, ureum darah,
kreatinin darah, albumin darah.
2. Cara petugas laboratorium memberikan edukasi untuk hasil pemeriksaan
yang diminta keluarga pasien harus berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai
berikut: Menghormati Otonomi (Respect for Autonomy), Tidak Merugikan
(Nonmaleficence), Berbuat baik (Beneficence) dan Keadilan (Justice).
3. Cara menjelaskan hasil pemeriksaan sesuai dengan sop dan tentang waktu
periksa sampel harus berdasarkan pada prinsip-prinsip etik antara lain:
Beneficience, Honesty, Code of Ethics States, Informed Consent, Informasi
relevan yang diperlukan pasien, Kerahasiaan, Fidelity (ketaatan pada sumpah,
tugas).
4.2. Solusi
Petugas laboratorium sebagai educator hendaknya meningkatkan
kemampuannya dalam memberikan pendidikan kesehatan baik dalam persiapan
maupun pengetahuan. Persiapan dan pengetahuan penting agar pendidikan
kesehatan yang diberikan dapat tepat sasaran dan berguna bagi pasien. Persiapan
antara lain dapat berupa menyiapakan catatan kecil mengenai pendidikan
kesehatan yang akan diberikan dan pengkajian mengenai keadaan pasien.
Pengetahuan dapat dilakukan dengan memperbanyak membaca referensi-referensi
mengenai materi-materi pendidikan kesehatan dan jika memungkinkan dengan
melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dalam hal ini pasien atau keluarga pasien juga harus pengertian dan sabar
dalam menunggu hasil pemeriksaan laboratorium yang mungkin cukup memakan
waktu dalam menentukan hasilnya, dan juga pihak tenaga medis pasti akan
memberikan pelayanan yang terbaik serta semaksimal dan sesegera mungkin
16

untuk menolong pasien yang harus segera mendapatkan hasil pemeriksaan


laboratorium khusunya di RS. Bhayangkara Tingkat II Polda Jambi.
Mungkin juga dalam pemeriksaan dan dalam menentukan hasil
pemeriksaan tenaga medis laboratorium terhalang dari alat laboratorium
yang masih belum mempuni dan bersifat manual serta banyaknya pasien
yang juga harus ditangani secara bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Sudiyanto, Henry. 2019. Etika dan hukum keperawatan. Mojokerto: Stikes
Majapahit.
Artikel dan Jurnal:
Bustani NM, Rattu AJ, Saerang JSM. 2015. Analisis Lama Waktu Tunggu
Pelayanan Pasien Rawat Jalan Di Balai Kesehatan Mata Masyarakat
Propinsi Sulawesi Utara. J-eBiomedik ;3:872–82.
Peraturan dan Perundang-undangan:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2009. UndangUndang Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Kepmenkes RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit,
KEPMENPAN No. 25/M.PAN/2/2004
Peraturan Menteri Kesehatan No 411/MENKES/PER/III/2010 tentang
Laboratorium Klinik yang diperbaharui dengan PERMENKES No 43 tahun
2013 tentang Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
Website:
https://doktersiaga.com/blog/view/kenali-kode-darurat-medis-cito-atau-stat
diakses tanggal 9 Oktober 2022 pukul 11.23 WIB
https://bayud3ankes.blogspot.com/2012/10/teknik-komunikasi-pada-pasien-
di.html?m=1 diakses tanggal 9 Oktober 2022 pukul 12.01 WIB

Anda mungkin juga menyukai