ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................2
BAB II TEORI-TEORI...................................................................................................4
2.1. Waktu Tunggu..............................................................................................4
2.2. Laboratorium Klinik....................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................6
3.1. Jenis Pemeriksaan CITO............................................................................6
3.2. Cara Petugas Laboratorium Memberikan Edukasi Untuk Hasil
Pemeriksaan Yang Diminta Keluarga Pasien............................................7
3.3. Cara Menjelaskan Hasil Pemeriksaan Sesuai Dengan SOP Dan Tentang
Waktu Periksa Sampel..............................................................................10
BAB IV PENUTUP........................................................................................................15
4.1. Kesimpulan.................................................................................................15
4.2. Solusi...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada Undang-Undang No 44 Tahun2009 menyebutkan bahwa rumahsakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan,dan gawat darurat. Rumah sakit pun berkewajiban memberikan pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.1
Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien hendaknya dapat
dicermati dan disikapi dengan sebaik mungkin agar pasien sebagai pelanggan
rumah sakit dapat setia/loyal terhadap rumah sakit.Waktu tunggu merupakan
waktu yang digunakan pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.Waktu
tunggu merupakan salah satu komponen yang berpotensi menyebabkan
ketidakpuasan, selain itu lama waktu tunggu juga mencerminkan bagaimana
rumah sakit mengelola komponen pelayanan yang disesuaikan dengan situasi dan
harapan pasien.Salah satu bentuk pelayanan kesehatan adalah pelayanan
pemeriksaan laboratorium, yaitu suatu pemeriksaan penunjang yang sangat
diperlukan oleh dokter untuk mendiagnosis, memantau dan meramalkan penyakit
seorang pasien. Unit laboratorium merupakan salah satu unit atau fasilitas di
rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai penyelenggara seluruh kegiatan
pekerjaan laboratorium yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri.
Sebagai salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan, hasil
pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan dalam hal penetapan diagnosis,
pemberian pengobatan, pemantauan hasil pengobatan, dan penentuan prognosis.2
Waktu tunggu pada pelayanan laboratorium masih sering menjadi masalah
di beberapa rumah sakit termasuk RS. Bhayangkara tingkat II Polda Jambi.Dan
lamanya waktu tunggu pun merupakan salah satu faktor dari kualitas mutu
1
Kementrian KesehatanRepublik Indonesia. UndangUndang Republik IndonesiaNomor 44 Tahun
2009tentang Rumah Sakit. 2009.
2
Bustani NM, Rattu AJ, Saerang JSM. Analisis Lama Waktu Tunggu Pelayanan Pasien Rawat
Jalan Di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Propinsi Sulawesi Utara. J eBiomedik. 2015;3:872–82.
2
BAB II
TEORI-TEORI
2.1. Waktu Tunggu
Waktu tunggu pemeriksaan laboratorium adalah tenggang waktu mulai
pasien diambil sample sampai dengan menerima hasil yang sudah diekspertisi.
Pemeriksaan laboratorium yang dimaksud adalah pelayanan pemeriksaan
laboratorium rutin dan kimia darah.6
Sekarang tidak hanya volume pemeriksaan laboratorium yang semakin
meningkat, melainkan juga bahwa dokter memang menuntut hasil-hasil uji
laboratorium dengan waktu tunggu yang lebih cepat atau singkat.
2.2. Laboratorium Klinik
Laboratorium yaitu sebuah rungan tertutup, atau kamar atau bahkan ruangan
terbuka yang melaksanakan aktifitas untuk menghasilkan sesuatu. Menurut
penjelasan tersebut, maka laboratorium merupakan sebuah tempat yang dupakai
untuk melaksanakan percobaan ataupun pelatihan yang memiliki hubungan
dengan ilmu sains yang dapat menggunakan ruangan tertutup ataupun ruangan
terbuka.Laboratorium klinik merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan
yang memiliki peranan penting di dunia kesehatan bisa dilihat dari pemeriksaan
spesimen klinik dalam berbagai bidang seperti hematologi, kimia klinik,
mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, danimunologi klinik.Laboratorium klinik
mempunyai tugas dan tanggung jawab penting sebaga ipenunjang pelayanan
medis di berbagai sektor pelayanan kesehatan untuk mendapatkan informasi
tentang kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis
penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan. Laboratorium klinik
dibagi menjadi 2 berdasarkan jenis pelayanan, yaitu7:
1. Laboratorium klinik umum merupakan laboratorium yang melakukan
pemeriksaan sampel klinik pada bagaian hematologi, kimia klinik,
mikrobiologi, arasitologi dan imunologi klinik. Laboratorium klinik umum
dibagi menjadi 3 :
6
Kepmenkes RI No. 129 Tahun 2008
7
Pemenkes RI No. 411/Menkes/Per/III/2010
5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Jenis Pemeriksaan CITO
Dalam lingkup rumah sakit dikenal istilah yang sangat dipahami oleh tenaga
medis yaitu ‘Cito’. ‘Cito’ berasal dari kata Latin yang bermakna ‘segera’
(immediately). Pasien yang dibawa ke rumah sakit dalam kondisi sakit atau cedera
parah, akan dimasukkan dalam kategori ‘cito’ yang bermakna harus ditangani saat
itu juga, karena penundaan dapat mengancam keselamatan jiwanya. Istilah ‘cito’
yang dipakai di Indonesia mengadopsi dari bahasa Belanda dan biasanya ditulis
dengan kartu status pasien (medical record) dan kertas resep obat dengan huruf
berukuran besar. Ditulis pada medical record agar dokter segera menangani pasien
ini dan pada kertas resep obat agar obat yang diminta segera dikeluarkan oleh
apotik tanpa harus mengantri sesuai dengan giliran.8
Dikenal istilah ‘cito dispensetur’ dalam apotik yang bermakna ‘keluarkan
obat segera’ (let it be dispensed quickly), yang artinya obat ini diberi prioritas
pertama. Itulah sebabnya pada hakekatnya, apotik harus buka 24 jam, karena
kasus ‘cito’ ini bisa terjadi kapan saja, termasuk di tengah malam buta. Istilah
‘cito’ juga berlaku bagi laboratorium klinis dan pemeriksaan rontgen, sehingga
idealnya kedua sarana penunjang medis ini harus ‘standby’ 24 jam. Untuk itulah
dikenal istilah ‘petugas jaga’ yang menjalankan shift sepanjang malam. Istilah
‘cito’ ini, ternyata berbeda dengan yang dipakai di negara yang berbahasa Inggris.
Di sana dipakai istilah ‘stat’ yang merupakan singkatan dari kata Latin ‘statim’.
Maknanya juga sama yaitu ‘immediately’ atau ‘without delay’ (jangan ditunda).9
Di rumah sakit, melalui pengeras suara yang terhubung ke seluruh penjuru
RS, dokter akan dipanggil disertai dengan kata darurat ‘stat’ ini. Ini sebagai kode
bagi dokter yang bersangkutan bahwa pasien dalam kondisi gawat yang
memerlukan penanganan segera. Seperti ‘cito’, tulisan ‘stat’ ini dibubuhkan pada
kertas resep obat, kertas permintaan pemeriksaan laboratorium dan kertas
pemeriksaan rontgen yang memerlukan tindakan ‘gerak cepat’. Tindakan ‘cito’
8
https://doktersiaga.com/blog/view/kenali-kode-darurat-medis-cito-atau-stat diakses tanggal 9
Oktober 2022 pukul 11.23 WIB
9
Ibid,
7
atau ‘stat’ ini dilaksanakan bukan saja untuk menyelamatkan nyawa pasien yang
terancam, tetapi untuk berpacu dengan dengan ‘golden hours’. Sebagai contoh,
pasien yang tiba di rumah sakit dengan serangan stroke, maka dia hanya
mempunyai ‘golden hours’ selama enam jam untuk bisa diatasi dengan baik dan
diharapkan dapat pulih kembali seperti sedia kala. Bilamana ‘golden hours’ ini
sudah terlewatkan, maka sekalipun nyawanya dapat diselamatkan, besar
kemungkinan dia akan mengalami kecacatan yang permanen. Begitu halnya
dengan kasus emergensi lainnya yang masing-masing mempunyai ‘golden hours’
yang berbeda-beda. Prinsipnya ‘cito’ dan ‘stat’ mengamanatkan pasien ditangani
sesegera mungkin. Yang termasuk dalam pemeriksaan CITO adalah: Elektrolit,
Gas Darah, Gula Darah sewaktu, Hematologi rutin, golongan darah, hemostasis,
ureum darah, kreatinin darah, albumin darah.
3.2. Cara Petugas Laboratorium Memberikan Edukasi Untuk Hasil
Pemeriksaan Yang Diminta Keluarga Pasien
Petugas laboratorium dalam tugas dan fungsinya memiliki banyak
kewajiban terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Salah satu
kewajibannya adalah memberikan penjelasan hasil pemeriksaan
laboratorium yang diperlukan pasien atau dalam halini petugas
laboratorium berperan sebagai educator. Petugas laboratorium bertugas
meningkatkan atau mengembangkan tingkat pemahaman pasien. Hal ini
sesuai dengan hak yang semestinya diterima oleh pasien yaitu menerima
informasi berkaitan dengan kesakitannya, mulai dari pemahaman tentang
penyakit, prosedur tindakan yang akan dilakukan sampai pada persiapan
pulang pasien. Pemenuhan kebutuhan informasi klien dalam hal ini
merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan kesehatan dirumah
sakit.Semakin tinggi tingkat keberhasilan pemberian penjelasan hasil
pemeriksaan laboratorium yang diberikan atau semakin tinggi tingkat
kepuasan pasien terhadap pendidikan kesehatan yang diberikan oleh
petugas laboratorium, maka semakin tinggi kualitas pelayanan kesehatan
dirumah sakit tersebut. Cara petugas laboratorium memberikan edukasi
8
10
Sudiyanto, Henry. Etika dan hukum keperawatan. (Mojokerto: Stikes Majapahit. 2019)
9
tindakan yang salah atau lalai berupa meniadakan manfaat kepada seseorang
yang memiliki hak atau pembagian beban yang tidak sama. Prinsip justice lahir
dari sebuah kesadaran bahwa jumlah benda dan jasa (pelayanan) itu terbatas,
sedangkan yang memerlukan sering kali melebihi batasan tersebut. Prinsip
justice kemudian diperlukan dalam pengambilan keputusan tersebut.
Yang dimaksud disini adalah keadilan distribusiatau keadilan membagi.
Keadilan ditegakkan jika pembagian diantara pihak-pihak yang berhak
dilakukan dengan fair. Dalam sektor kesehatan terdapat hak atas pelayanan
kesehatan bagi orangyang membutuhkan atau orang sakit. Menjadi tugas berat
negara menciptakan suatu sistem pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
tuntutan keadilan.Terdapat beberapa kriteria dalam penerapan prinsip justice,
antara lain:
1. Untuk setiap orang ada pembagian yang merata (equal share)
2. Untuk setiap orang berdasarkan kebutuhan (need)
3. Untuk setiap orang berdasarkan usahanya (effort)
4. Untuk setiap orang berdasarkan kontribusinya (contribution)
6. Untuk setiap orang berdasarkan manfaat atau kegunaannya (merit)
7. Untuk setiap orang berdasarkan pertukaran pasar bebas (free-market
exchange)
3.3. Cara Menjelaskan Hasil Pemeriksaan Sesuai Dengan SOP Dan Tentang
Waktu Periksa Sampel
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi
dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah
pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh
keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-
gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu.
11
11
https://bayud3ankes.blogspot.com/2012/10/teknik-komunikasi-pada-pasien-di.html?m=1 diakses
tanggal 9 Oktober 2022 pukul 12.01 WIB
12
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Yang termasuk dalam pemeriksaan CITO adalah: Elektrolit, Gas Darah, Gula
Darah sewaktu, Hematologi rutin, golongan darah, hemostasis, ureum darah,
kreatinin darah, albumin darah.
2. Cara petugas laboratorium memberikan edukasi untuk hasil pemeriksaan
yang diminta keluarga pasien harus berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai
berikut: Menghormati Otonomi (Respect for Autonomy), Tidak Merugikan
(Nonmaleficence), Berbuat baik (Beneficence) dan Keadilan (Justice).
3. Cara menjelaskan hasil pemeriksaan sesuai dengan sop dan tentang waktu
periksa sampel harus berdasarkan pada prinsip-prinsip etik antara lain:
Beneficience, Honesty, Code of Ethics States, Informed Consent, Informasi
relevan yang diperlukan pasien, Kerahasiaan, Fidelity (ketaatan pada sumpah,
tugas).
4.2. Solusi
Petugas laboratorium sebagai educator hendaknya meningkatkan
kemampuannya dalam memberikan pendidikan kesehatan baik dalam persiapan
maupun pengetahuan. Persiapan dan pengetahuan penting agar pendidikan
kesehatan yang diberikan dapat tepat sasaran dan berguna bagi pasien. Persiapan
antara lain dapat berupa menyiapakan catatan kecil mengenai pendidikan
kesehatan yang akan diberikan dan pengkajian mengenai keadaan pasien.
Pengetahuan dapat dilakukan dengan memperbanyak membaca referensi-referensi
mengenai materi-materi pendidikan kesehatan dan jika memungkinkan dengan
melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dalam hal ini pasien atau keluarga pasien juga harus pengertian dan sabar
dalam menunggu hasil pemeriksaan laboratorium yang mungkin cukup memakan
waktu dalam menentukan hasilnya, dan juga pihak tenaga medis pasti akan
memberikan pelayanan yang terbaik serta semaksimal dan sesegera mungkin
16