DAFTAR ISI
Daftar Isi....................................................................................................... i
Bab I Pendahuluan................................................................................ 1
A. Latar belakang........................................................................ 1
B. Tujuan Pedoman.................................................................... 1
C. Ruang Lingkup Pelayanan .................................................... 2
D. Batasan Operasional.............................................................. 2
E. Landasan Hukum................................................................... 3
BAB V Logistik......................................................................................... 26
BAB IX Penutup....................................................................................... 61
Daftar Pustaka.............................................................................................. 62
0
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PEDOMAN
D. BATASAN OPERASIONAL
E. LANDASAN HUKUM
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
3
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
4
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
BDRS 1 orang
Shift siang jam 21.00-08.00 laboratorium 2 orang
BDRS 1 orang
URAIAN TUGAS
Tugas Pokok :
Sebagai manager instalasi laboratorium yang berfungsi untuk memastikan
terlaksananya pelayanan laboratorium melalui proses pembelajaran dan
5
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
Uraian Tugas :
1. Menyelenggarakan pelayanan laboratorium secara baik yang sesuai dengan
kebutuhan pasien untuk keperluan diagnosa, transfusi darah dan lain lain.
2. Bertanggung jawab mengembangkan, menerapkan dan menjaga terlaksananya
kebijakan dan prosedur.
3. Membuat rencana kerja tahunan instalasi laboratorium mengacu pada strategi
manajemen Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti.
4. Bertanggung jawab dan menjaga terlaksananya program kontrol mutu.
5. Bertanggung jawab terhadap pemilihan dan evaluasi laboratorium rujukan.
6. Bertanggung jawab memonitor dan mereview semua pelayanan laboratorium di
dalam dan di luar laboratorium.
7. Bertanggung jawab terhadap hasil pemeriksaan laboratorium yang dikeluarkan
oleh laboratorium klinik Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti.
8. Bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja personil yang berada di bawah
koordinasinya.
9. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengoperasian peralatan dan
pemeliharaannya.
10. Bertanggung jawab terhadap penempatan karyawan laboratorium sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya.
11. Mengatur efektivitas dan efisiensi pelayanan laboratorium.
12. Mengatur terpenuhinya kebutuhan tenaga di Instalasi Laboratorium Patologi
Klinik.
13. Mengatur semua kegiatan pemeriksaan di laboratorium dan berfungsinya
semua fasilitas laboratorium.
14. Melakukan pemantauan terhadap hasil hasil pemeriksaan laboratorium yang
merupakan output laboratorium.
Tugas Pokok :
6
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
Uraian Tugas :
1. Mengatur kesiapan pelaksana administrasi laboratorium agar berjalan lancar
setiap harinya.
2. Mengatur dan melaksanakan kegiatan kesekretariatan yang meliputi pembuatan
notulen rapat, surat keluar, pengarsipan surat keluar dan surat masuk,
pengarsipan dokumen alat, lab rujukan dan pendidikan, membuat laporan
bulanan, triwulan, semester dan tahunan.
3. Mengatur dan melaksanakan kegiatan dokumentasi laboratorium, meliputi
pengumpulan data dari sistem jaringan maupun dari bagian lain di Rumah Sakit
Tk.II Udayana.
4. Mengevaluasi permintaan pengadaan alat/reagen dan SDM dari KaSub Instalasi
Laboratorium untuk ditindak lanjuti oleh KSO.
5. Mengevaluasi kinerja proses kerjasama operasional.
6. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan perbaikan semua peralatan di
laboratorium patologi klinik.
7. Membuat usulan pemeliharaan atau perbaikan sarana, prasarana dan alat
sesuai dengan keluhan kepada instalasi penunjang medis atau pihak ketiga.
8. Mengkoordinir proses kalibrasi peralatan yang berada dilingkungan laboratorium
patologi klinik.
9. Bertanggung jawab terhadap distribusi setiap persediaan/logistik di laboratorium
patologi klinik.
10. Membuat perencanaan/perkiraan kebutuhan bulanan rutin tentang reagen, BHP,
ATK dan lainnya.
11. Mengatur kegiatan pelaksana administrasi gudang.
12. Mengatur semua kegiatan pelayanan laboratorium untuk rawat jalan, rawat inap
dan 24 jam setiap harinya.
13. Mengatur pembagian kerja pelaksana administrasi laboratorium.
14. Membuat dan mengatur jadwal kerja/jaga/rolling analis.
15. Mengatur dan melakukan kegiatan perhitungan tarif laboratorium.
16. Membantu tugas kepala instalasi penunjang diagnostik dan kepala sub instalasi
laboratorium.
17. Mengatur jadwal cuti karyawan.
18. Melaksanakan penilaian kinerja pelaksana administrasi laboratorium.
19. Mengikuti rapat bulanan laboratorium.
20. Mengikuti rapat bulanan rumah sakit.
21. Menangani compalin pelanggan sebatas kewenangan dan kompetensinya.
22. Memberi nasehat/teguran kepada pelaksana administrasi laboratorium dan
diketahui oleh kepala instalasi penunjang diagnostik.
23. Mengusulkan perbaikan / penggantian sarana dan prasarana laboratorium.
7
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
Tugas Pokok :
Menjalankan dan mengawasi mutu pelayanan laboratorium yang
berkesinambungan secara langsung sesuai dengan standar operasional prosedur
mutu yang berlaku di laboratorium patologi klinik.
Uraian Tugas :
1. Menjalankan, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan pelayanan di laboratorium
patologi klinik meliputi : pelayanan sub bagian laboratorium ( pra analitik, analitik,
pasca analitik ).
2. Menjalankan sistem jaminan mutu dengan cara mematuhi standar operasional
prosedur mutu.
3. Merencanakan dan mengawasi sistem mutu internal di laboratorium patologi klinik.
4. Memberikan masukan dalam rangka pencapaian dan peningkatan mutu pelayanan
laboratorium.
5. Mengevaluasi dan memperbaiki sistem jaminan mutu.
6. Mengendalikan dan memelihara sistem jaminan mutu.
7. Melakukan pengendalian dokumen mutu ( Dokumen Sistem Mutu ).
8. Memastikan hasil evaluasi pelayanan laboratorium sesuai dengan standar mutu
laboratorium.
9. Berkoordinasi dengan para kepala seksi analis di masing- masing sub bagian/unit
pelayanan apakah pemeliharaan peralatan berjalan sesuai jadwal yang telah
ditentukan. Jika tidak, ketua tim mutu harus mengambil tindakan yang tepat untuk
meyakinkan tugas tugas tersebut dilaksanakan.
10. Mengumpulkan daftar material, bahan kimia dan reagen berbahaya yang
digunakan di laboratorium patologi klinik.
11. Melaksanakan tugas lain yang berkenaan dengan kedinasan yang diberikan oleh
Kepala Instalasi Penunjang Diagnostik.
Tugas Pokok :
8
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
Uraian Tugas :
1. Menjalankan program yang telah ditetapkan di laboratorium.
2. Mengkoordinasikan keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium.
3. Mengawasi terlaksananya standar keamanan dan keselamatan kerja di
laboratorium.
4. Mengawasi kewaspadaan universal.
5. Mengawasi keamanan pengambilan dan pengiriman spesimen.
6. Mengawasi penanganan limbah.
7. Mengawasi audit keamanan dan keselamatan kerja.
8. Melaksanakan tugas lain yang berkenaan dengan kedinasan yang diberikan oleh
kepala instalasi penunjang diagnostik.
Tugas Pokok :
Mengatur pelaksanaan teknis pemeriksaan, pengendalian mutu internal dan
eksternal di masing masing sub bagian laboratorium.
Uraian Tugas :
1. Membantu tugas penanggung jawab laboratorium.
2. Mengatur pembagian kerja analis di sub bagiannya.
3. Mengatur dan mengevaluasi kegiatan pemantapan mutu internal meliputi Quality
Control, kalibrasi dan perawatan analyzer maupun alat penunjang.
4. Mengatur pelaksanaan teknis pemeriksaan sub bagian laboratorium.
5. Mengatur dan mengevaluasi pelaksanaan pemantapan mutu eksternal dan
melaporkannya kepada tim mutu dan penanggung jawab lab.
6. Mengatur dan mengawasi halhal yang berkaitan dengan stok reagen, kalibrator,
bahan Kontrol.
7. Mengatur dan mengawasi efektivitas penggunaan reagen di masing masing
sub bagian.
8. Mengoperasikan alat dan memelihara peralatan/instrumen laboratorium.
9. Melakukan evaluasi dan pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium.
10. Melakukan validasi I terhadap hasil pemeriksaan di sub bagian rutin klinik,
hematologi, kimia klinik, mikrobiologi, imunologi serologi.
11. Mengatur pengelolaan spesimen meliputi penyimpanan harian dan spesimen
rujukan.
9
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang dipergunakan,
aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan spesimen/pasien untuk
kebutuhan pemeriksaan laboratorium. Semua ruangan harus mempunyai tata ruang
yang baik sesuai alur pelayanan dan memperoleh sinar matahari/cahaya dalam jumlah
yang cukup. Secara umum, tersedia ruang terpisah untuk :
1. Ruang penerimaan terdiri: dari ruang tunggu pasien dan ruang pengambilan
spesimen. Masing-masing sekurang- kurang nya mempunyai Iuas 6 m
2. Ruang pemeriksaan/teknis: luas ruangan tergantung jumlah dan jenis pemeriksaan
yang dilakukan (beban kerja), jumlah, jenis dan ukuran peralatan, jumlah karyawan,
faktor keselamatan dan keamanan kerja serta kelancaran lalu lintas spesimen,
pasien, pengunjung dan karyawan, sekurang-kurangnya mempunyai luas 15 m
3. Untuk bank darah, pemeriksaan: mikrobiologi dan molekuler sebaiknya masing-
masing memiliki ruangan terpisah,
4. Ruang administrasi/pengolahan hasil : sekurang-kurangnya mempunyai luas 6 m 2.
7. Meja terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata dan mudah
dibersihkan dengan tinggi 0,80-1,00 m. Meja untuk instrumen elektronik harus tahan
getaran.
B. Standar Fasilits
4. Letak Kamar mandi/WC tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi,
dan ruang khusus lainnya.
5. Lubang ventilasi harus berhubungan langsung dengan udara luar.
6. Kamar mandi/WC karyawan harus terpisah dengan Kamar mandi/WC pasien.
7. Kamar mandi/WC pasien harus terletak di tempat yang mudah terjangkau dan ada
petunjuk arah.
8. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan.
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN
B. Pengambilan Spesimen
Spesimen
Jenis
Spesimen yang berasal dari manusia dapat berupa :
- Serum - Swab Tenggorok
- Plasma - Swab Rektum
- Darah ( Whole Blood) - Sekret ( uretra,vagina,mata,telinga)
- Urine - Cairan (pleura,bronchus,ascites,otak)
- Tinja - Bilasan Lambung
- Dahak/Sputum - Sum sum tulang
- Pus - Kerokan kulit
- Sperma - Kuku
- Muntahan - Rambut, dll
Sampel dapat diartikan sebagai bagian dari spesimen manusia atau dapat berupa
bahan pemeriksan yang berasal dari lingkungan (non klinis), misalnya sisa makanan,
sisa bahan toksikologi, air, udara, makanan dan minuman, usap alat makanan, alat
masak, alat medis, dll.
Persiapan
13
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
14
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
Fenobarbital Gamma GT
Diabetika
Kortikosteroid Hitung eosinofil dan TTG
Disadur dari Good Laboratory Practice, Depkes 2008
c. Merokok
Merokok menyebabkan terjadinya perubahan cepat dan lambat pada kadar zat
tertentu yang diperiksa. Perubahan cepat terjadi dalam 1 jam hanya dengan
merokok 1-5 batang, yaitu peningkatan asam lemak, epinefrin, gliserol bebas,
aldosteron, dan kortisol. Ditemukan peningkatan Hb pada perokok kronik.
Perubahan lambat terjadi pada hitung lekosit, lipoprotein, aktivitas beberapa enzim,
hormon, vitamin, petanda tumor dan logam berat.
d. Alkohol
Alkohol menyebabkan terjadinya perubahan cepat dan lambat beberapa kadar
analit. Perubahan cepat terjadi dalam waktu 24 jam setelah konsumsi alkohol, yaitu
peningkatan kadar glukosa, laktat, asam urat, dan asidosis metabolik. Perubahan
lambar berupa peningkatan enzim SGOT,SGPT, trigliserida, kortisol dan MCV
eritrosit.
e. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik menyebabkan terjadinya pemindahan cairan tubuh antara
kompartemen di dalam pembuluh darah dan interstitial, kehilangan cairan karena
berkeringat, dan perubahan kadar hormon sehingga terjadi perbedaan yang besar
antara kadar glukosa di arteri dan vena, terjadi perubahan konsentrasi gas darah,
kadar asam urat, kreatinin,aktifitas CK, SGOT, LDH, LED, H, hitung sel darah dan
produksi urine.
f. Ketinggian (altitude)
Terjadi perubahan yang nyata sesuai dengan tinggi rendahnya daratan terhadap
permukaan laut, antara lain CRP, B2 globulin, HT, Hb, dan asam urat. Adaptasi
terhadap perubahan ketinggian daratan memerlukan waktu harian dan berminggu
minggu.
g. Demam
Pada waktu demam akan terjadi :
- Peningkatan kadar gula darah pada awal demam, sehingga terjadi
peningkatan insulin yang akan menyebabkan penurunan kadar gula pada
tahap lebih lanjut.
- Penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal demam, terjadi
peningkatan asam lemak bebas dan benda benda keton karena
penggunaan lemak meningkat pada demam lama.
16
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
j. Umur
Kadar Hb dan hitung eritrosit, alkali fosfatase akan berubah dengan pola tertentu
sesuai dengan pertambahan umur.
k. Ras
Jumlah lekosit, kreatinin, kadar Vit B-12, aktifitas CK dan amylase berbeda
antara ras Caucasia, Asia, dan Afrika.
l. Jenis Kelamin
Fe serum, Hb, Aktivitas CK, kreatinin berbeda antara pria dan wanita, tetapi
perbedaan ini tidak terlalu bermakna setelah usia 65 tahun.
m. Kehamilan
17
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi (pengenceran darah) yang dimulai pada
minggu ke 10 kehamilan, terus meningkat sampai minggu ke 35 kehamilan. Volume
urine meningkat 25% pada trisemester 3.
Pengambilan
1. Peralatan
Secara umum syarat peralatan adalah sbb :
- Bersih
- Kering
- Tidak mengandung bahan kimia atau detergen
- Terbuat dari bahan yang tidak mengubah analit dalam spesimen
- Mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya
- Pengambilan spesimen untuk biakan atau bersifat invasif harus menggunakan
peralatan steril dan sekali buang.
2. Wadah
Syarat wadah spesimen :
- Terbuat dari gelas/plastik
- Tidak bocor/merembes
- Harus dapat ditutup rapat
- Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
- Bersih
- Kering
- Tidak mempengaruhi sifat sifat analit dalam spesimen
- Tidak mengandung bahan kimia atau detergen
- Botol berwarna coklat/gelap digunakan untuk menampung spesimen dengan
analit yag mudah terurai oleh sinar matahari
- Wadah steril digunakan untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan antibiotic
- Wadah spesimen sputum, urine dan tinja harus menggunakan wadah bermulut
lebar dan berlulut ulir
3. Antikoagulan/Pengawet
Antikoagulan adalan zat kimia yang digunakan untuk mencegah sampel darah
membeku.
18
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
Pengawet adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam sampel agar analit yang
akan diperiksa dapat dipertahankan kondisi dan jumlahnya untuk kurun waktu
tertentu.
Kesalahan dalam pemakaian antikoagulan atau pemakaian bahan pengawet akan
berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan. Beberapa contoh penggunaan
antikoagulan dapat dilihat pada SOP pengambilan spesimen laboratorium dan SOP
pengiriman, penyimpanan dan pengawetan BP.
4. Waktu
Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pagi hari, namun ada beberapa
pemeriksaan yang waktu pengambilan spesimennya harus disesuaikan dengan
perjalan penyakit dan fluktuasi harian, sbb :
- Demam Tifoid : untuk pemeriksaan biakan darah paling baik diambil saat demam
dan pada minggu I demam, sampel urine dan tinja dilakukan pada minggu ke II
dan III. Untuk pemeriksaan serologi IgM anti Salmonella, sebaiknya setelah
minggu ke 5 demam. Pemeriksaan widal dilakukan pad fase akut dan
penyembuhan (minggu I dan IV)
- Pemeriksaan biakan bakteri dan uji kepekaan sebaiknya diambil sebelum
pemberian antibiotika
- Pemeriksaan Mikrofilaria : sebaiknya dilakukan pengambilan sampel pada
malam hari (pk 20.00-23.00 WIB)
- Pemeriksaan malaria : sebaiknya ampel diambil saat demam atau menggigil
- Pemeriksaan tuberculosis : dahak diambil pagi hari segera setelah banngun tidur
5. Lokasi
Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan dahulu lokasi pengambilan yang
tepat sesuai jenis pemeriksaan yang diminta, misalnya :
- Spesimen untuk spesimen yang menggunakan darah vena biasanya diambil dari
vena mediana cubiti di daerah siku
- Spesimen darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis di pergelangan
tangan atau arteri fermoralis di lipat paha
- Spesimen darah kapiler dewasa diambil dari ujung jari tengah atau jari manis
bagian tepi, pada bayi diambil di daerah tumit1/3 bagian tepi telapak kaki atau
cuping telinga dewasa atau bayi
Tempat yang dipilih tidah boleh cyanosis, pucat dan pengambilan tidak boleh di
lengan yang sedang terpasang infus
19
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
6. Volume
Volume spesimen harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan laboratorium yang
diminta dan dapat mewakili objek yang diperiksa. Volume spesimen dapat dilihat
pada SOP Pengambilan Sampel Laboratorium dan SOP Pengiriman, penyimpanan
dan pengawetan BP.
7. Teknik
Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan cara yang benar agar pemeriksaan
yang dilakukan sesuai dengan keadaan pasien sebenarnya. Teknik pengambilan
spesimen dapat dilihat pada SOP Pengambilan Spesimen.
Pengambilan spesimen di ruang rawat inap dilakukan oleh perawat ruangan.
Pengambilan spesimen rawat jalan dilakukan oleh analis di laboratorium.
Pengambilan spesimen khusus ( swab tenggorok, swab luka, apus vagina, apus
mata, cairan pleura,bilasan bronchus, cairan otak, cairan ascites, sum sum tulang,
cairan sendi, jaringan tubuh dll ) diambil oleh dokter spesialis sesuai bidang ilmunya.
20
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
21
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
Prosedur penanganan masalah hasil dapat dilihat pada SOP Prosedur Pelaporan
Hasil Laboratorium.
I. Rujukan
Pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan oleh laboratorium Rumah Sakit Tk.IV
09.07.01 Wirasakti atau yang memerlukan validasi/konfirmasi hasil akan dirujuk ke
Laboratorium rujukan yang dipilih sesuai kriteria SOP Pengiriman Spesimen
Rujukan dan SOP Kriteria pemilihan Laboratorium Rujukan.
J. Rentang Nilai Rujukan
Rentang nilai rujukan untuk masing masing jenis pemeriksaan dibuat dan
dicantumkan dalam hasil cetak laboratorium. Evaluasi terhadap nilai rentang niali
rujukan dilakukan berkala oleh tim mutu laboratorium.
K. Nilai Kritis
Beberapa pemeriksaan mempunyai nilai kritis yang harus segera dilaporkan oleh
petugas laboratorium. Nilai kritis beberapa pemeriksaan dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut ini :
Tabel 4.1 DAFTAR NILAI KRITIS
Jenis Pemeriksaan Nilai Rendah Nilai Tinggi
HEMATOLOGI
HGB < 7 g/dL > 20 g/dl
HGB (neonatus) < 9,5 gr/dl > 22 g/dl
White Blood Cell (WBC < 2x103 /mm3 > 30x103/mm3
Count)
HCT < 20% > 60%
HCT (neonatus) < 33 Vol % > 70 Vol %
Platelet adult < 40x103/mm3 > 10.000x103/mm3
APTT (Activated Platelet None > 78 detik
Thromboplastin Time)
PT (Promtrombin Time) - INR >36 or>30 detik
atau 3x kontrol
Bleeding Time - >15 min
KIMIA KLINIK
Bilirubin dewasa - >15 mg/dl
Bilirubin, neonastus - >13 mg/dl
Ureum 2 mg/dl >80 mg/dl
Kreatinin 0,4 mg/dl 2,8 mg/dl
Glukosa, dewasa < 70 mg/dl >300 mg/dl
Glukosa, neonatus < 30 mg/dl None
Kalium, dewasa < 2,5 mEq/L >6,5 mEq/L
Kalium, neonates < 2,5 mEq/L > 6,0 mEq/L
22
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
Alur Pelaporan :
Petugas laboratorium melaporkan bila ada nial kritis kepada DPJP. Bila DPJP
tidak bisa dihubungi maka hasil disampaikan perawat watnap/watlan. Meliputi nama,
No RM, nilai kritis yang dilaporkan. Petugas lab akan mencatat laporan tersebut, jam
lapor dan nama penerima laporan di buku pelaporan nilai kritis.
Perawat ruangan akan melaporkan kepada DPJP, mencatat laporan di formulir
integrasi, yang tercatat isi laporan, jam lapor, oleh petugas lab siapa, sudah lapor ke
DPJP jam berapa. DPJP akan menindak lanjuti sesuai kasus.
Alur Pelaporan Nilai Kritis dapat dilihat pada SOP pelaporan nilai kritis.
BAB V
LOGISTIK
Logistik
Pengadaan reagen dan bahan lain harus mempertimbangkan hal hal sbb :
1. Tingkat persediaan
Tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah persediaan yaitu jumlah
persediaan minimum ditambah jumlah safety stock.
23
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk memenuhi
kegiatan operasional normal sampai pengadaan berikutnya dari ruang penyimpanan
umum.
Safety stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk bahan
bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima dari pemasok.
Buffer stock adalah cadangan reagen/sisa.
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau pembelian
bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan untuk
periode 6-12 bulan tahun yang akan datang. Jumlah rata-rata pemakaian bahan
satu bulan perlu dicatat.
3. Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan bahan (delivery time)
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan diterima
dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit didapat.
Penyimpanan
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan
mempertimbangkan :
1. Perputaran pemakaian, menggunakan kaidah :
- Pertama masuk - pertama keluar (FIFO : Firts In First Out)
- Masa kadaluarsan pendek dipakai dahulu (FEFO : First Expired First Out)
2. Tempat penyimpanan
Harus cukup ruang untuk penyimpanan bahan laboratorium.
24
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
Distribusi
Distribusi barang dari gudang besar ke masing masing pos penyimpanan di
ruang analisis maupun temp[at pengambilan sampel harus selalu dicatat dalam kartu
stok. Masing masing pos penyimpanan di ruang analisis maupun tempat pengambilan
sampel harus membuat efektivitas reagen harian, penulisan tanggal mulai reagen
digunakan/ dibuka harus selalu ada di tiap botol reagen.
Laboratorium Patologi Klinik memiliki peraturan yang terkait dengan peralatan dan
reagen sebagai berikut :
1. Kebijakan peralatan dan reagen
2. Pertanggung jawaban atas reagen yang ada di laboratorium
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien di laboratorium merupakan suatu proses dalam pemberian
pelayanan laboratorium terhadap pasien lebih aman.
B. Tujuan
Mencegah Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cidera (KNC), dan
Sentinel Event, mencegah infeksi pada pasien akibat pelayanan laboratorium.
26
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pedoman Umum
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) laboratorium merupakan bagian dari
pengelolaan laboratorium secara keseluruhan. Laboratorium melakukan berbagai
tindakan dan kegiatan terutama berhubungan dengan spesimen yang berasal dari
manusia maupun bukan manusia. Bagi petugas laboratorium yang selalu kontak
dengan spesimen, maka berpotensi terinfeksi kuman patogen. Potensi infeksi juga
dapat terjadi dari petugas ke petugas lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat.
Untuk mengurangi bahaya yang terjadi perlu adanya kebijakan yang ketat. Petugas
harus memahami kemanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SOP, serta
mengontrol bahan/reagen dan spesimen secara baik menurut praktik laboratorium yang
benar.
1. Petugas K3 Laboratorium
Pengamanan kerja di laboratorium pada dasarnya menjadi tanggung jawab
setiap petugas terutama yang berhubungan langsung dengan proses pengambilan
spesimen, bahan reagen pemeriksaan. Untuk mengkoordinasikan, menginformasikan,
memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan keamanan laboratorium, terutama untuk
yang melakukan berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pada satu sarana, diperlukan
suatu petugas fungsional keamanan laboratorium.
Kepala laboratorium adalah penanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan
laboratorium. Petugas K3 laboratorium mempunyai kewajiban merencanakan dan
27
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
b. Pemberian imunisasi
Setiap laboratorium harus mempunyai program imunisasi, terutama bagi petugas
yang bekerja di laboratorium tingkat keamanan biologis 2,3, dan 4.
Vaksinisasi yang diberikan :
- Vaksinisasi Hepatitis B untuk semua petugas laboratorium
- Pada wanita hamil dilarang bekerja dengan TOURCH
c. Pemantau Kesehatan
Kesehatan setiap petugas laboratorium harus selalu dipantau, untuk itu setiap
petugas harus mempunyai Kartu Kesehatan yang selalu dibawa setiap saat dan
diperlihatkan kepada dokter bila petugas tersebut sakit.minimal setiap tahun
dilaksanakan pemeriksaan kesehatan rutin termasuk pemeriksaan laboratorium.
3. Sarana dan Prasarana K3 laboratorium umum yang perlu disiapkan di laboratorium
adalah :
a. Jas laboratorium (ukuran jas lab di bawah lutut, kancing depan, lengan panjang
dengan elastik pada pergelangan tangan)
b. Sarung tangan
c. Masker
d. Wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin disinfektan) dan air mengalir
e. Kontainer khusus untuk limbah jarum, lanset, dan benda tajam lainnya
f. Kabinet keamanan biologis kelas I atau II atau III (tergantung dari jenis
mikroorganisme yang ditangani dan diperiksa di laboratorium)
Kelompok mikroorganisme yang memerlukan pengamanan secara lengkap
dapat dilihat pada Pedoman Keamanan Laboratorium Mikrobiologi dan Biomedis
yang diperlukan oleh Depkes.
Sarana dan prasarana K3 laboratorium pada pemeriksaan khusu (Avian
Influensa) deperti pada laboratorium umum dengan ditambahkan masker N-95,
kacamata google, tutup kepala plastik dan biosafety lab level III. (IK CSP E 010
Keamanan Kerja dan Sarananya)
4. Pengamanan Pada Keadaan Darurat
a. Sistem tanda bahaya
b. Sistem evakuasi
c. Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
d. Alat komunikasi darurat baik di dalam atau keluar laboratorium
29
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
- Desinfeksi segera meja kerja yang terkena tetesan cairan/bahan infeksi dari
pipet dengan kapas/kain yang dibasahi disinfektan. Kapas/kain di autoklaf
setelah selesai digunakan
- Gunakan pipet ukur karena cairan tidak dikeluarkan sampai tetes terakhir
- Tidak menggunakan semprit dengan atau tanpajarum suntik untuk memipet
e. Menggunakan sentrifus/alat pemusing
- Lakukan sentrifugasi sesuai instruksi pabrik
- Sentrifus harus diletakkan pada ketinggian tertentu sehingga petugas
laboratorium dapat melihat ke dalam alat dan menempatkan sentrifus
dengan mudah
- Periksa rotor sentrifus dan selonsong (bucket) sebelum dipakai atau secara
berkala untuk melihat tandaa korosi dan keretakan
- Selongsong berisi tabung sentrifus harus seimbang
- Gunakan air untuk menyeimbangkan selongsong. Jangan gunakan larutan
Na atau hipoklorit karena bersifat korosif.
- Melakukan sentrifugasi dengan cara yang benar yaitu tabung harus tertutup
rapat dan selongsong yang terkunci, untuk melindungi petugas laboratorium
terhadap aerosol dan sebaran partikel dari mikroorganisme
- Pastikan sentrifus tertutup selama dijalankan
f. Menggunakan lemari pendingin dan lemari pembeku
- Membersihkan lemari pendingin (refrigator), lemari pembeku (freezer)
secara teratur
- Membuang ampul, tabung botol dan wadah lain yang pecah
- Menggunakan alat pelindung muka dan sarung tangan karet tebal saat
bekerja
- Setelah dibersihkan, permukaan dalam lemari pendingin dari lemari
pembeku harus didisinfeksi dengan disinfektan yag tidak korosif
- Memberi label wadah yang berisi nama bahan, tanggal disimpan dan nama
barang yang menyimpan. Wadah yaang tidak berlabel dan bahan yang
sudah kadaluarsa harus dimusnahkan
- Tidak menyimpan cairan yang mudah terbakar
d. Pada keadaan darurat dan saat bekerja dengan mikroorganisme kelompok risiko
empat, digunakan konsentrasi 4-5 g.l (4000-5000 ppm) zat klor aktif.
32
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
8. Pengelolaan Spesimen
Penerimaan Spesimen
a. Laboratorium harus mempunyai loket khusus untuk penerimaan spesimen. Jika
jumlah pasien tidak banyak, maka penerimaan spesimen dapat dilakukan pada
meja khusus di dalam laboratorium
b. Spesimen harus ditempatkan dalam wadah yang tertutup rapat untuk mencegah
tumpahnya / bocoran spesimen
c. Wadah terbuat dari bahan yang tidak mudah pecah/bocor
d. Wadah diberi label tentang identitas spesimen
e. Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau plastik yang
dapat didisinfeksi
f. Baki harus didisinfeksi secara teratur setiap hari
g. Jika mungkin wadah terletak di atas baki posisi berdiri
33
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
b. Permukaan meja kerja harus tidak tembus air. Juga tahan asam, alkali,
larutan organik dan panas yang sedang
c. Ada jarak antara meja kerja, lemari dan alat sehingga mudah dibersihkan
d. Ada dinding pemisah anatar ruang pasien dan laboratorium
e. Tersedianya wastafel dengan air mengalir dalam setiap ruangan laboratorium
dekat pintu keluar
f. Pintu laboratorium sebaiknya dilengkapi dengan label keluar, alat penutup
pintu otomatis dan diberi label BAHAYA INFEKSI (BIOHAZARD)
34
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
Beberapa hal tentang peralatan keamanan. Keamanan dan bahaya yang dapat
dicegah dapat dilihat pada tabel 6.1 berikut ini :
35
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
36
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
37
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
Kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium disebabkan oleh bahan kimia. Untuk
mencegah timbulnya bahaya yang lebih luas, wajib disediakan informasi mengenai cara
penanganan yang benar jika terjadi tumpahan bahan kimia di dalam laboratorium. Agar
mudah terbaca, informasi ini hendaknya dibuat dalam bentuk bagan yang sederhana
dan dipasang pada dinding dalam ruang laboratorium.
Selain itu, harus pula disediakan peralatan untuk menangani keadaan tersebut
seperti :
1. Pakaian pelindung diri, sarung tangan karet, sepatu bot karet
2. Sekop dan pengumpul debu
3. Forsep untuk mengambil pecahan gelas
4. Kain lap dan kertas pembersih
5. Ember
6. Abu soda atau natrium bikarbonat untuk menetralkan asam/pasir
Jika terjadi tumpahan asam dan bahan korosif, netralkan dengan abu soda atau natrium
bokarbonat, sedangkan jika yang tumpah berupa zat alkalis, taburkan pasir di atasnya.
Tindakan yang harus dilakukan jika terdapat tumpahan bahan kimia berbahaya :
1. Beritahu petugas keamanan laboratorium dan jauhkan petugas yang tidak
berkepentingan dari lokasi tumpahan
2. Upayakan pertolongan bagi petugas laboratorium yang cedera
3. Jika bahan kimia yang tumpah adalah bahan mudah terbakar, segera matikan
semua api, gas dalam ruangan tersebut dan ruangan yang berdekatan. Matikan
peralatan listrik yang mungkin mengeluarkan bunga api
4. Jangan menghirup bau dari bahan yang tumpah
c. Bahan kimia yang mudah terbakar harus disimpan dalam ruang terpisah
E. Penanganan Limbah
1. Sumber, sifat dan bentuk limbah
Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber :
a. Bahan baku yang sudah kadaluarsa
b. Bahan habis pakai
c. Produk proses sisa spesimen
d. Produk upaya penanganan limbah (misal jarum suntik sekali pakai setelah di
autoklaf)
Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah yang digolongkan
menjadi :
a. Buangan bahan berbahaya dan beracun
b. Limbah efektif
c. Limbah umum
Setiap jenis limbah dibuang dalam wadah tersendiri yang diberi label
sesuai peraturan yang ada.
Bentuk limbah yang dihasilkan dapat berupa :
a. Limbah cair
b. Limbah padat
c. Limbah gas
2. Penanganan dan penampungan
a. Penanganan : pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai
jenis limbah untuk mengurangi biaya, tenaga kerja dan pembuangan yaitu
dengan memisahkan langsung limbah berbahaya dari semua limbah
Beberapa kode warna yang digunakan di Rumkit Tk.II Udayana dapat dilihat
pada tabel 6.3 berikut ini :
Tabel 6.3 Kode Warna Wadah Limbah
Warna Kantong Jenis Limbah
Hitam Limbah rumah tangga
Kuning Limbah infeksius
Container khusus tahan bocor Limbah benda tajam
Petugas laboratorium membuang limbah sesuai dengan ketentuan :
39
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
Limbah padat non infeksius ditempatkan di dalam tong sampah yang bertuliskan
SAMPAH NON INFEKSIUS
Limbah padat infeksius ditempatkan di dalam tong sampah yang bertuliskan
SAMPAH INFEKSIUS, kemudian diserahkan ke Instalasi K3 untuk dilakukan
pengelolaan dengan insenerator.
Limbah cair dibuang melalui saluran tertutup yang tersambung ke Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) ynag ditangani oleh Instalasi K3 Rumah Sakit Tk.IV
09.07.01 Wirasakti
Limbah cair medis ditampung di dalam tempat khusus, diberi cairan disinfektan,
kemudian dibuang ke saluran tertutup yang tersambung ke Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) yang ditangani oleh Instlasi K3 Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
Limbah cair medis, setiap hari ke tempat penampungan sampah cairan medis. Tempat
sampah harus terbuat dari bahan tahan bocor, mempunyai penutup yang dapat dibuka
melalui injakan kaki.
Keamanan kerja dilakukan Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Tk.IV
09.07.01 Wirasakti dengan cara membuat proses mutu untuk menetapkan keamanan
bagi karyawan yang terdiri dari :
1. Kebijakan keselamatan dan keamanan kerja
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri/APD
3. Prosedur tindakan penanganan cairan tubuh
4. Kewaspadaan terhadap penularan infeksi
5. Penanggulangan bahaya kebakaran
6. Tindakan paska pemaparan dengan darah dan atau cairan tubuh yang diduga
mengandung HIV
7. Tindakan paska kecelakaan tertusuk jarum bekas pakai
8. Prosedur keamanan pasien dan petugas laboratorium
9. Penerapan pasien safety di laboratorium
10. Fasilitas cuci mata darurat
11. Prosedur desinfektan laboratorium
12. Prosedur pengendalian tumpahan bahan kimia
13. Prosedur pengendalian tumpahan biologis
14. Prosedur keamanan karyawan saat orientasi dan pelatihan
40
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. BAKUAN MUTU
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur melakukan suatu aktivitas
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis
B. KLASIFIKASI MUTU
1. Nominatif : pedoman mutu/kebijakan mutu yaitu sasaran mutu yang ingin
dicapai dan segala upaya yang dilakukan agar sasaran mutu tersebut dapat
benar-benar tercapai
2. Tingkat mencegah : adalah SPO (Standar Prosedur Operasional) misal
prosedur baku pendaftaran dan penerimaan pasien atau spesimen
3. Instruksi kerja
4. Dokumen pendukung adalah setiap informasi termasuk pernyataan
kebijakan, buku spesifikasi , tabel kalibrasi
41
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
6. Prosedur baku harus didukung oleh dokumen atau formulir yang dalam
aktivitas sehari-hari membuktikan bahwa prosedur tersebut memang ditaati
7. Prosedur baku perlu ditempatkan di dekat orang yang mengerjakan sehingga
tiap saat dapat dijadikan pegangan pada saat bekerja
8. Tiap bakuan harus didokumentasi dengan baik. Bakuan yang sudah tidak
berlaku harus tetap disimpan, akan tetapi jangan disimpan bersama dokumen
yang masih berlaku
D. PEMANTAPAN MUTU
1. Pemantapan Mutu Internal
Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar tidak
terjadi atau mengurangi kejadian error sehingga diperoleh hasil yang tepat.
Pemantapan mutu internal meliputi tahap praanalitik, tahap analitik, dan pasca
analitik.
Kegiatan pemantapan mutu internal :
1. Persiapan pasien
2. Pengambilan dan pengolahan spesimen
3. Kalibrasi peralatan dilakukan secara berkala,diantaranya :
- Inkubator (cacat suhu pada kartu setiap hari sebelum bekerja)
- Oven (secara berkala dengan menggunakan termometer standar dan
cocokan hasil yang didapat pada oven dengan termometer standar)
- Autoklaf (pengujian dilakukan dengan autoclave indicator tape
- sentrifus (kalibrasi rpm dilakukan dengan menggunakan Tachometer
mekanik)
4. Uji kualitas air
Untuk air yang dibeli dilakukan pada setiap kemasan. Apabila hasil tidak
memenuhi persyaratan maka dilakukan destilasi atau demineralisasi ulang.
Untuk air suling, pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
keasaman dan kebasaan.
5. Uji kualitas reagen
Reagen yang digunakan di lab ada yang dapat dibuat sendiri dan ada yang
sudah jadi (perlu diperhatikan label wadah, batas kadaluarsa, keadaan fisik).
Pengujian kualitas dilakukan dengan melakukan pemeriksaan bahan kontrol
assayed
42
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
b. Bila warna tidak sesuai dengan standar maka harus dicurigai adanya
perbedaan pH, bila pH media berbeda kurang lenih 0,2 satuan, tambahkan
asam atau basa.
KV (%) = SD x 100
X
SD = Standar Deviasi (simpangan baku)
X = rata rata hasil pemeriksaan berulang
44
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
Kolesterol 6
Kreatinin 6
Glukosa 5
Protein total 3
Albumin 6
Ureum 8
Asam urat 6
Trigliserida 7
GOT 7
GPT 7
Gamma GT 7
LDH 7
Fosfatase alkali 7
Kreatinin Kinase (CK) 8
Natrium 7
Kalium 2,7
Klorida 2
Kalsium 3,3
Phospor anorganik 5
Magnesium 4
Besi 7
b. Jenis Kesalahan
1. Inherent Random Error merupakan kesalahan yang hanya disebabkan oleh
limitasi metode pemeriksaan
2. Systematic Shift (kesalahan sistematik), suatu kesalahan yang terus menerus
dengan pola yang sama. Hai ini dapat disebabkan oleh standar, kalibrasi atau
instrumentasi yang tidak baik. Kesalahan ini berhungungan dengan akurasi
( ketepatan ).
3. Random Error (kesalahan acak) : suatu kesalahan dengan pola yang tidak
tetap. Penyebabnya ada;ah ketidakstabilan, misalnya pada pemanas air,
reagen, pipet dll. Kesalahan ini berhubungan dengan presisi (ketelitian).
c. Bahan Kontrol
Bahan kontrol Assayed digunakan untuk uji ketelitian.
Periode kontrol untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan kimia lingkungan
caranya adalah sbb :
1. Periksa setiap hari mengerjakan bahan kontrol
2. Catatlah nilai yang diperoleh pada buku QC alat dan dilihat pada modul QC
LIS
3. Hitung penyimpangannya terhadap nilai rujukan dalam satuan S dengan
rumus L Satuan SD = (XI-mean)/SD
4. Satuan S yang diperoleh di plot pada kertas grafik control yang di modul QC
LIS
Sumbu X dalam grafik kontrol menunjukan hari/ tanggal pemeriksaan
sedangkan sumbu Y menunjukan satuan S.
45
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
d. Evaluasi Hasil
13s : seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol apabila
hasil pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas X+3S
22s : seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila
hasil pemeriksaan 2 kontrol berturut turut keluar dari batas yang sama yaitu
X+2S atau X-2S
R4s : seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila
perbedaan antara 2 hasil kontrol yang berturut turut melebihi 4S (satu kontrol,
diatas +2S, lainnya dibawah -2S)
41s : seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 4
kontrol berturut turut keluar dari batas yang sama baik X+S maupun X-S
10x : seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila
10 kontrol berturyt turut berada pada pihak yang sama dari niali tengah.
Nama lengkap dari sistem Westegard adalah :
Mula mula diperhatikan apakah nilai kontrol rendah ataupun kontrol tinggi ada
yang melewati batas kontrol 1 2s, apabila tidak ada berarti pemeriksaan kontrol pada hari
itu berjalan dengan baik. Hal ini juga berarti semua pemeriksaan pada hari yang sama
berjalan dengan baik. Sebaiknya apabila salah satu kontrol melewati batas kontrol 1 2s,
diperhatikan adakah aturan kontrol lain yang dilanggar, dilewati batasnya. Apabila
ternyata tidak ada aturan kontrol yang dilanggar, berarti pemeriksaan pada hari itu baik
(in control, accept run). Apabila ternyata ada aturan kontrol yang dilanggar maka
pemeriksaan pada hari itu mengalami gangguan (out of control, reject run).
Dibawah ini diberikan petunjuk umum mengenai tindakan-tindakan yang diambil apabila
grafik, pematapan mutu tidak terkontrol :
1. Amati sumber kesalahan yang paling mudah terlihat, misalnya perhitungan, pipet,
probe tersumbat
46
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
Limitasi
Di dalam pemantapan mutu intra dan ekstra laboratorium disepakati suatu
asumsi bahwa kondisi bahan kontrol sama dengan bahan dari penderita untuk
menghindari bias perbedaan. Namun bias ini tidak dapat dihilangkan. Bias ini timbul
akibat perbedaan matriks (misal serum kontrol berasal dari binatang), variasi proses
pembuatan (pencampuran, filtrasi, dialisis, liofilisasi), variasi kemasan (kesalahan
pengisian) dan kesalahan rekonstitusi (pipetasi, penanganan).
Dikenal asumsi lain, bila terjadi variasi hasil pemeriksaan bahan kontrol berarti variasi
yang sama terjadi pada pemeriksaan bahan penderita untuk batch yang sama.
Demikian juga sebaliknya bila tidak ditemukan variasi hasil pemeriksaan bahan
kontrol, mencerminkan hasil pemeriksaan bahan penderita bebas dari variasi atau
dengan perkataan lain hasil pemeriksaan bahan penderita pada hari itu bebas
kesalahan. Asumsi ini menjadi tidak benar apabila terdapat kesalahan dalam proses
pra-instrumentasi dan pasca instrumentasi seperti pengambilan bahan, penanganan
bahan sebelum dilakukan pemeriksaan, obat-obatan, penyakit tertentu (uremia,
diabetes, dll) dan kesalahan pendataan.
47
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
E. VERIFIKASI
Tindakan pencegahan dari suatu kesalahan yang etrdiri dari 3 tahap sbb :
1. Tahap Pra Analitik
a. Formulir permintaan pemeriksaan
- Apakah identitas pasien, identitas pengirim (dokter, lab pengirim,
kontraktor, dll ), No lab, tanggal pemeriksaan, permintaan pemeriksaan
sudah lengkap dan jelas
F. PENCATATAN
Pencatatan adalah kegiatan laboratorium yang diperlukan dalam ketersediaan data,
perencanaan, pemantauan/evaluasi serta penga,bilan keputusan untuk peningkatan
pelayanan laboratorium.
Ada 4 jenis pencatatan yang dilkukan oleh Laboratorium Rumkit Tk.II Udayana sbb:
G. PELAPORAN
Pelaporan kegiatan laboratorium terdiri dari :
49
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
H. PENYIMPANAN DOKUMEN
Dokumen yang harus disimpan adalah
1. Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium (FPPL)
FPPL disimpan perhari, dikelompokkan per bulan berjalan dan disimpan
selama 1 tahun
2. Hasil pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium tersimpan dalam buku kerja di masing
masing sub bagian dan file komputer
3. Hasil pemeriksaan rujukan
Hasil pemeriksaan rujukan disimpan dalam buku rujukan
4. Dokumen Perjanjian Kerjasama dengan lab rujukan, Alat, PMI-UTD-UDD
50
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
I. PEMUSNAHAN DOKUMEN
Pemusnahan dokumen dilkukan oleh bagian rumag tangga Rumah Sakit Tk.IV
09.07.01 Wirasakti. Laboratorium terlebih dahulu membuat surat permohonan
pemusnahan kepada Karumkit yang akan ditindak lanjuti oleh bagian urdal.
Dibuatkan berita acara pemusnahan yang berisi waktu pemusnahan (tanggal,
bulan, tahun) serta ditanda tangani oleh penanggung jawab/petugas yang
berwenang dalam pemusnahan.
K. VALIDASI HASIL
Tujuan validasi hasil adalah untuk memantapkan kualitas hasil pemeriksaan yang
telah diperoleh melalui pemeriksaan ulang oleh laboratorium rujukan.
Pemeriksaan ulang ini dilakukan dengan cara :
51
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
L. AKREDITASI
Laboratorium Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti mengikuti audit dari KARS
dalam rangka akreditasi Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti. Hal ini dilakukan
untuk senantiasa
memberikan pelayanan laboratorium sesuai standar, sehingga pelayanan yang
diberikan bermutu dan dapat dipertanggung jawabkan.
N. INDIKATOR MUTU
Indikator adalah suatu cara untuk menilai penampilan kerja suatu kegiatan
dengan menggunakan instrumen. Indikator merupakan variable yang digunakan
untuk memulai suatu perubahan.
Mutu adalah derajat kesempurnaan peyanan rumah sakit untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya
yang tersedia di rumah sakit secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan
secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosial
budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan rumah sakit dan
masyarakat konsumen.
Pelayanan laboratorium merupakan bagian dari indikator Kinerja rumah sakit yang
berhubungan dengan Mutu.
52
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
Indikator Kinerja yang berhubungan dengan standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit di
laboratorium diantaranya adalah :
4. Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap
pelayanan laboratorium. Dimensi mutunya adalah kenyamanan. Tujuannya adalah
tergambarnya presepsi pelanggan terhadap pelayanan laboratorium. Standarnya
80%.
Numeratornya yaitu jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang
disurvei (dalam prosen). Denominatornya yaitu jumlah total pasien yang disurvey (n
minimal 50).
BAB IX
PENUTUP
Ditetapkan di Kupang
Pada tanggal Oktober 2016
54
Kepala Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
DAFTAR PUSTAKA
55
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
30. Wesgard J0, Klee GG. Quality assurance. In: Tietz NW eds. Fundamentals of clinical
chemistry. 3rd ed. Philadelphia: WB - Saunders Co. 1987 :238 - 53.
31. WHO-Basic Quality Assurance
32. WHO, Principle of Quality Control
33. WHO, Transport and handing of speimen.
34. WHO, Fundamental Diagnostic Haernatology, 2 nd edition, 1992
35. World Health Organization, Laboratory Biosafety Manual, 2 nd edition, Geneva, 1993
57