Anda di halaman 1dari 58

Pedoman pelayanan

Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

DAFTAR ISI

Daftar Isi....................................................................................................... i
Bab I Pendahuluan................................................................................ 1
A. Latar belakang........................................................................ 1
B. Tujuan Pedoman.................................................................... 1
C. Ruang Lingkup Pelayanan .................................................... 2
D. Batasan Operasional.............................................................. 2
E. Landasan Hukum................................................................... 3

BAB II Standar Ketenagaan.................................................................... 4


A. Kualifikasi sumber daya manusia........................................... 4
B. Distribusi ketenagaan
C. Pengaturan Jaga ................................................................... 5

BAB III Standar Fasilitas.......................................................................... 11


A. Denah ruangan....................................................................... 11
B. Standar Fasilitas..................................................................... 12

BAB IV Tata laksana pelayanan............................................................... 13

BAB V Logistik......................................................................................... 26

BAB VI Keselamatan Pasien..................................................................... 29

BAB VII Keselamatan Kerja ..................................................................... 30

BAB VIII Pengendalian Mutu ..................................................................... 46

BAB IX Penutup....................................................................................... 61

Daftar Pustaka.............................................................................................. 62

0
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan


yang diperlukan unuk menunjang upaya peningkatan kesehatan, pencegahan,
pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan. Sebagai komponen penting dalam
pelayanan kesehatan, hasil laboratorium digunakan untuk penetapan diagnosis,
pemeberian pengobatan, pemberian dan pemantauan pengobatan, serta penentuan
prognosis.
Laboratorium Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti yang didirikan tahun 1978,
merupakan Instalasi Laboratorium Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti berada di
bawah wewenang dan tanggung jawab Karumkit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti di bidang
penyediaan sarana dan prasarana pelayanan laboratorium. Dalam pelaksanaan tugas
seharihari berada di bawah pembinaan Kepala Instalasi Penunjang Diagnostik
( Kainstaljangdiag ). Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti
dipimpin oleh seorang dokter spesialis patologi klinik (Penanggung Jawab
Laboratorium). Kegiatan instalasi Laboratorium Patologi Klinik mencakup Jasa
Pelayanan dan Pendidikan. Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01
Wirasakti tersedia untuk rawat jalan, rawat inap dan laboratorium 24 jam (pelayanan
pemeriksaan CITO dan Gawat Darurat).
Seiring dengan visi dan misi Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti dan dalam
rangka mewujudkan pelayanan laboratorium yang bermutu, diperlukan suatu Pedoman
Pelayanan laboratorium.

B. TUJUAN PEDOMAN

Tujuan penyusunan Pedoman Pelayanan Laboratorium adalah meningkatkan


mutu pelayanan melalui praktek Laboratorium Kesehatan yang benar (Good Laboratory
Practice/GLP). Diharapkan pedoman ini dapat menjadi acuan dalam setiap kegiatan
pelaksanaan pelayanan di Instalasi laboratorium Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti.
1
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN

Ruang lingkup pelayanan laboratorium adalah kegiatan Instalasi Laboratorium


yang meliputi pemeriksaan laboratorium bahan Pemeriksaan (BP) dalam rangka
peyaringan, diagnostik dan prognostik suatu penyakit untuk pasien rawat jalan, rawat
inap dan Medical Check Up (MCU). Laboratorium Patologi Klinik Rumah sakit Udayana
juga melayani permintaan pemeriksaan dari para dokter praktek swasta, praktisi umum
dari rumah sakit lain.

D. BATASAN OPERASIONAL

Laboratorium Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti menyediakan pelayanan 24


jam sehari dan 7 hari seminggu. Laboratorium menerima beberapa parameter
hematologi, kimia klinik, imunologi serologi, dan BTA. Parameter yang tidak dapat
dikerjakan di laboratorium RSAD dirujuk ke laboratorium rujukan. Spesimen patologi
anatomi akan dirujuk ke laboratorium patologi anatomi yang bekerjasama dengan
Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti.
1. Pelayanan laboratorium adalah kegiatan yang dilakukan oleh labortaorium untuk
melakukan pemeriksaan terhadap specimen pasien yang diperlukan sebagai
penunjang penegakan diagnosis pasien.
2. Spesimen adalah bagian tubuh pasien yang diambil untuk diperiksa, dalam hal ini
specimen darah, urin, faeces, dan sputum
Pengambilan spesimen darah di laboratorium rawat jalan dilakukan oleh analis
kesehatan
Pengambilan spesimen khusus yaitu : apus tenggorok, apus vagina, apus luka,
cairan otak, cairan pleura, cairan sendi, cairan abdomen, jaringan tubuh dan lain
lain dilakukan oleh dokter spesialis sesuai bidang ilmunya.
3. Formulir Permintaan laboratorium adalah formulir yang berisi parameter
pemeriksaan labortaorium dan identitas pasien (nama pasien, tanggal lahir,
no.rekam medik, ruangan / poliklinik, nama dan paraf dokter pengirim, dan
keterangan klinis pasien) yang harus diisi sebelum melakukan pemeriksaan
laboratorium.
4. Distribusi spesimen adalah proses pengiriman specimen dari ruangan atau tempat
lain ke laboratorium
2
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

5. Penanganan spesimen adalah proses pemeriksaan specimen sampai hasil


dikeluarkan
6. Verifikasi adalah tindakan untuk melakukan pengecekan ulang hasil laboratorium
7. Turn Around Time (TAT) atau waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan mulai
dari specimen diterima sampai hasil dikeluarkan. TAT dikelompokkan menjadi TAT
CITO atau segera dan NON CITO
8. Nilai/rentang rujukan adalah nilai yang dianggap merupakan parameter atau
kriteria normal (dapat diterima sebagai suatu kondisi yang sehat). Nilai rujukan
ditetapkan berdasarkan kepustakaan dan atau penelitian ilmiah sesuai demografi
dan geografi populasi pasien atau sesuai reagen/alat yang digunakan.
9. Nilai kritis adalah hasil laboratorium yang memerlukan penanganan segera.
10. Laboratorium rujukan adalah laboratorium di luar RSAD
Pemeriksaan laboratorium yang tidak dapat dilakukan oleh laboratorium RSAD
IX/Udayana dirujuk ke laboratorium rujukan yang ditetapkan.

E. LANDASAN HUKUM

Landasan hukum penyusunan Pedoman Pelayanan Laboratorium yaitu :


- Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit Depkes RI Tahun
1998 dan Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan yang benar ( Good
Laboratory Practice ) Depkes RI Tahun 2008.
- Undangundang Republik Indonesia No.29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran.
- Undangundang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
- Undangundang Republik Indonesia No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
- Keputusan Kepala Rumah Sakit tentang Organisasi dan Tata Kerja Laboratorium
Rumah Sakit Tk.II Udayana.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

3
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Kegiatan laboratorium kesehatan harus dilakukan oleh petugas yang memiliki


kualifikasi pendidikan dan pengalaman yang memadai serta memperoleh kewenangan
untuk melaksanakan kegiatan berdasarkan standar mutu dan keamanan kerja yang
menjadi tanggung jawabnya, yang meliputi Kepala Instalasi Laboratorium, Dokter
Spesialis Patologi Klinik, dan petugas teknis.
Data pendidikan pegawai yang ada di laboratorium terdiri dari Sp1, D3 analis,
SMAKES, danSLTA umum. Data status kepegawaian pegawai laboratorium terdiri dari
pegawai anggota TNI AD, PNS Kemhan dan Karyawan Harian Lepas (KHL) Rumah
Sakit.
- Penanggung jawab Laboratorium Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti adalah
seorang dokter Spesialis Patologi Klinik .
- Ketua Tim Mutu Laboratorium adalah penanggung jawab Laboratorium dibantu
oleh seorang analis senior semua untuk menjalankan fungsi kendali mutu Instalasi
laboratorium Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti.
- Penanggung jawab Bank Darah adalah seorang dokter spesialis patologi klinik.
- Kepala ruangan laboratorium adalah seorang analis senior dengan pengalaman
bekerja di laboratorium.
- Kepala seksi/ koordinator Bank Darah adalah seorang analis senior dengan
pengalaman bekerja di laboratorium/ Bank Darah.
- Petugas teknis laboratorium adalah analis kesehatan dengan pendidikan minimal
SMAK/ D3 Analis Kesehatan.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Analisa kebutuhan tenaga laboratorium berdasarkan WISN (Workload Indikator


Staff Need ) sebagai berikut :
- Jumlah Dokter Spesialis Patologi Klinik adalah sebanyak 1 orang.
- Jumlah tenaga teknis laboratorium minimal 14 orang.
- Jumlah tenaga teknis bank darah minimal 4 orang.
- Jumlah pekarya laboratorium minimal 1 orang.
C. PENGATURAN JAGA

Pelayanan Instalasi laboratorium meliputi pelayanan rawat inap, rawat jalan


poliklinik, pelayanan laboratorium 24 jam serta pelayanan bank darah. Oleh karena itu,
pengaturan jaga petugas teknis laboratorium dan administrasi harus diatur.
Shift pagi jam 08.00-14.00 laboratorium 5 orang
BDRS 1 orang
Shift siang jam 14.00-21.00 laboratorium 2 orang

4
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

BDRS 1 orang
Shift siang jam 21.00-08.00 laboratorium 2 orang
BDRS 1 orang

URAIAN TUGAS

Jabatan : Penanggung Jawab Laboratorium


Kualifikasi : Dokter Spesialis Patologi Klinik

Tugas Pokok :
Sebagai manager instalasi laboratorium yang berfungsi untuk memastikan
terlaksananya pelayanan laboratorium melalui proses pembelajaran dan
5
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

meningkatkan berkelanjutan dalam mencapai standar Rumah Sakit Tk.IV


09.07.01 Wirasakti.

Uraian Tugas :
1. Menyelenggarakan pelayanan laboratorium secara baik yang sesuai dengan
kebutuhan pasien untuk keperluan diagnosa, transfusi darah dan lain lain.
2. Bertanggung jawab mengembangkan, menerapkan dan menjaga terlaksananya
kebijakan dan prosedur.
3. Membuat rencana kerja tahunan instalasi laboratorium mengacu pada strategi
manajemen Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti.
4. Bertanggung jawab dan menjaga terlaksananya program kontrol mutu.
5. Bertanggung jawab terhadap pemilihan dan evaluasi laboratorium rujukan.
6. Bertanggung jawab memonitor dan mereview semua pelayanan laboratorium di
dalam dan di luar laboratorium.
7. Bertanggung jawab terhadap hasil pemeriksaan laboratorium yang dikeluarkan
oleh laboratorium klinik Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti.
8. Bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja personil yang berada di bawah
koordinasinya.
9. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengoperasian peralatan dan
pemeliharaannya.
10. Bertanggung jawab terhadap penempatan karyawan laboratorium sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya.
11. Mengatur efektivitas dan efisiensi pelayanan laboratorium.
12. Mengatur terpenuhinya kebutuhan tenaga di Instalasi Laboratorium Patologi
Klinik.
13. Mengatur semua kegiatan pemeriksaan di laboratorium dan berfungsinya
semua fasilitas laboratorium.
14. Melakukan pemantauan terhadap hasil hasil pemeriksaan laboratorium yang
merupakan output laboratorium.

15. Membina karyawan Instalasi Laboratorium


16. Mengatur terpenuhinya kebutuhan pelatihan dan pendidikan lanjut karyawan
laboratorium.
17. Mengatur mekanisme penanganan masalah dan keluhan pelanggan.
18. Memimpin rapat bulanan laboratorium

Jabatan : Kepala ruangan laboratorium


Kualifikasi : D3 analis

Tugas Pokok :

6
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Mengatur kelancaran pelayanan administrasi meliputi kesiapan sistem jaringan,


persiapan peralatan dan bahan bahan untuk pelayanan administrasi di
laboratorium patologi klinik.

Uraian Tugas :
1. Mengatur kesiapan pelaksana administrasi laboratorium agar berjalan lancar
setiap harinya.
2. Mengatur dan melaksanakan kegiatan kesekretariatan yang meliputi pembuatan
notulen rapat, surat keluar, pengarsipan surat keluar dan surat masuk,
pengarsipan dokumen alat, lab rujukan dan pendidikan, membuat laporan
bulanan, triwulan, semester dan tahunan.
3. Mengatur dan melaksanakan kegiatan dokumentasi laboratorium, meliputi
pengumpulan data dari sistem jaringan maupun dari bagian lain di Rumah Sakit
Tk.II Udayana.
4. Mengevaluasi permintaan pengadaan alat/reagen dan SDM dari KaSub Instalasi
Laboratorium untuk ditindak lanjuti oleh KSO.
5. Mengevaluasi kinerja proses kerjasama operasional.
6. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan perbaikan semua peralatan di
laboratorium patologi klinik.
7. Membuat usulan pemeliharaan atau perbaikan sarana, prasarana dan alat
sesuai dengan keluhan kepada instalasi penunjang medis atau pihak ketiga.
8. Mengkoordinir proses kalibrasi peralatan yang berada dilingkungan laboratorium
patologi klinik.
9. Bertanggung jawab terhadap distribusi setiap persediaan/logistik di laboratorium
patologi klinik.
10. Membuat perencanaan/perkiraan kebutuhan bulanan rutin tentang reagen, BHP,
ATK dan lainnya.
11. Mengatur kegiatan pelaksana administrasi gudang.
12. Mengatur semua kegiatan pelayanan laboratorium untuk rawat jalan, rawat inap
dan 24 jam setiap harinya.
13. Mengatur pembagian kerja pelaksana administrasi laboratorium.
14. Membuat dan mengatur jadwal kerja/jaga/rolling analis.
15. Mengatur dan melakukan kegiatan perhitungan tarif laboratorium.
16. Membantu tugas kepala instalasi penunjang diagnostik dan kepala sub instalasi
laboratorium.
17. Mengatur jadwal cuti karyawan.
18. Melaksanakan penilaian kinerja pelaksana administrasi laboratorium.
19. Mengikuti rapat bulanan laboratorium.
20. Mengikuti rapat bulanan rumah sakit.
21. Menangani compalin pelanggan sebatas kewenangan dan kompetensinya.
22. Memberi nasehat/teguran kepada pelaksana administrasi laboratorium dan
diketahui oleh kepala instalasi penunjang diagnostik.
23. Mengusulkan perbaikan / penggantian sarana dan prasarana laboratorium.

7
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

24. Memberi masukan mengenai pengembangan pelayanan laboratorium dan


administrasi laboratorium khususnya.

Jabatan : Ketua Tim Mutu laboratorium


Kualifikasi : Dokter Spesialis Patologi Klinik

Tugas Pokok :
Menjalankan dan mengawasi mutu pelayanan laboratorium yang
berkesinambungan secara langsung sesuai dengan standar operasional prosedur
mutu yang berlaku di laboratorium patologi klinik.

Uraian Tugas :
1. Menjalankan, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan pelayanan di laboratorium
patologi klinik meliputi : pelayanan sub bagian laboratorium ( pra analitik, analitik,
pasca analitik ).
2. Menjalankan sistem jaminan mutu dengan cara mematuhi standar operasional
prosedur mutu.
3. Merencanakan dan mengawasi sistem mutu internal di laboratorium patologi klinik.
4. Memberikan masukan dalam rangka pencapaian dan peningkatan mutu pelayanan
laboratorium.
5. Mengevaluasi dan memperbaiki sistem jaminan mutu.
6. Mengendalikan dan memelihara sistem jaminan mutu.
7. Melakukan pengendalian dokumen mutu ( Dokumen Sistem Mutu ).
8. Memastikan hasil evaluasi pelayanan laboratorium sesuai dengan standar mutu
laboratorium.
9. Berkoordinasi dengan para kepala seksi analis di masing- masing sub bagian/unit
pelayanan apakah pemeliharaan peralatan berjalan sesuai jadwal yang telah
ditentukan. Jika tidak, ketua tim mutu harus mengambil tindakan yang tepat untuk
meyakinkan tugas tugas tersebut dilaksanakan.
10. Mengumpulkan daftar material, bahan kimia dan reagen berbahaya yang
digunakan di laboratorium patologi klinik.
11. Melaksanakan tugas lain yang berkenaan dengan kedinasan yang diberikan oleh
Kepala Instalasi Penunjang Diagnostik.

Jabatan : Koordinator Keamanan dan Keselamatan Kerja


Kualifikasi : D3 analis

Tugas Pokok :

8
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Mengkoordinasi keamanan dan keselamatan kerja di lingkungan laboratorium


patologi klinik.

Uraian Tugas :
1. Menjalankan program yang telah ditetapkan di laboratorium.
2. Mengkoordinasikan keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium.
3. Mengawasi terlaksananya standar keamanan dan keselamatan kerja di
laboratorium.
4. Mengawasi kewaspadaan universal.
5. Mengawasi keamanan pengambilan dan pengiriman spesimen.
6. Mengawasi penanganan limbah.
7. Mengawasi audit keamanan dan keselamatan kerja.
8. Melaksanakan tugas lain yang berkenaan dengan kedinasan yang diberikan oleh
kepala instalasi penunjang diagnostik.

Jabatan : Sub Bagian kimia Klinik, Hematologi, Urine, Imunoserologi,


Mikrobiologi
Kualifikasi : SMAK, D3 analis

Tugas Pokok :
Mengatur pelaksanaan teknis pemeriksaan, pengendalian mutu internal dan
eksternal di masing masing sub bagian laboratorium.

Uraian Tugas :
1. Membantu tugas penanggung jawab laboratorium.
2. Mengatur pembagian kerja analis di sub bagiannya.
3. Mengatur dan mengevaluasi kegiatan pemantapan mutu internal meliputi Quality
Control, kalibrasi dan perawatan analyzer maupun alat penunjang.
4. Mengatur pelaksanaan teknis pemeriksaan sub bagian laboratorium.
5. Mengatur dan mengevaluasi pelaksanaan pemantapan mutu eksternal dan
melaporkannya kepada tim mutu dan penanggung jawab lab.
6. Mengatur dan mengawasi halhal yang berkaitan dengan stok reagen, kalibrator,
bahan Kontrol.
7. Mengatur dan mengawasi efektivitas penggunaan reagen di masing masing
sub bagian.
8. Mengoperasikan alat dan memelihara peralatan/instrumen laboratorium.
9. Melakukan evaluasi dan pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium.
10. Melakukan validasi I terhadap hasil pemeriksaan di sub bagian rutin klinik,
hematologi, kimia klinik, mikrobiologi, imunologi serologi.
11. Mengatur pengelolaan spesimen meliputi penyimpanan harian dan spesimen
rujukan.

9
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

12. Mengembangkan teknis pelaksanaan untuk memperkecil terjadinya kesalahan


mulai dari pra analitik, analiti, dan pasca analitik.
13. Melaksanakan penilaian kinerja analis di sub bagiannya.
14. Mengikuti rapat bulanan.
15. Melakukan validasi II bila spesialis patologi klinik tidak ditempat.
16. Memeriksa hasil pemeriksaan dan ditanda tangani sebelum dilaporkan kepada
dokter/perawat/pasien.
17. Menggantikan tugas kepala seksi lain bila berhalangan hadir.
18. Memberikan masukkan untuk pengembangan pelayanan laboratorium.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang dipergunakan,
aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan spesimen/pasien untuk
kebutuhan pemeriksaan laboratorium. Semua ruangan harus mempunyai tata ruang
yang baik sesuai alur pelayanan dan memperoleh sinar matahari/cahaya dalam jumlah
yang cukup. Secara umum, tersedia ruang terpisah untuk :
1. Ruang penerimaan terdiri: dari ruang tunggu pasien dan ruang pengambilan
spesimen. Masing-masing sekurang- kurang nya mempunyai Iuas 6 m
2. Ruang pemeriksaan/teknis: luas ruangan tergantung jumlah dan jenis pemeriksaan
yang dilakukan (beban kerja), jumlah, jenis dan ukuran peralatan, jumlah karyawan,
faktor keselamatan dan keamanan kerja serta kelancaran lalu lintas spesimen,
pasien, pengunjung dan karyawan, sekurang-kurangnya mempunyai luas 15 m
3. Untuk bank darah, pemeriksaan: mikrobiologi dan molekuler sebaiknya masing-
masing memiliki ruangan terpisah,
4. Ruang administrasi/pengolahan hasil : sekurang-kurangnya mempunyai luas 6 m 2.

Persyaratan umum, konstruksi r.uang laboratorium sebagai berikut:


1. Dinding terbuat dari tembok permanen warna terang, menggunakan cat yang tidak
luntur. Permukaan dinding harus rata agar mudah dibersihkan, tidak tembus cairan
serta tahan terhadap desinfektan.
2. Langit-langit tingginya antara 2,70-3,30 m dari lantai, terbuat dari bahan yang kuat,
warna terang dan mudah dibersihkan.
3. Pintu harus kuat rapat dapat mencegah masuknya serangga dan binatang lainnya,
lebar minima11,20 m dan tinggi minimal 2,10 m.
10
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

4. Jendela tinggi minimal 1,00 m dari lantai.


5. Semua stop kontakdan saklardipasang minimal 1,40 m dari lantai.
6. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan; berwarna terang dan tahan
terhadap perusakan oleh bahan kimia, kedap air, permukaan rata dan tidak licin.
Bagian yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup
kearah saluran pembuanga air limbah. Antara lantai dengan dinding harus
berbentuk lengkung agar mudah dibersihkan.

7. Meja terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata dan mudah
dibersihkan dengan tinggi 0,80-1,00 m. Meja untuk instrumen elektronik harus tahan
getaran.

B. Standar Fasilits

Fasilitas penunjang secara umum meliputi:


1. Tersedia WC pasien dan petugas yang terpisah, jumlah sesuai dengan kebutuhan
2. Penampungan/pengolahan limbah laboratorium
3. Keselamatan dan keamanan kerja
4. Ventilasi: 1/3 x luas lantai atau AC 1 PK/20m yang disertai dengan sistem
pertukaran udara yang cukup.
5. Penerangan harus cukup (1000 lux diruang kerja, 1000-1500 lux untuk pekerjaan
yang memerlukan ketelitian dan sinar harus berasal dari kanan belakang petugas).
6. Air bersih, mengalir, jernih, dapat menggunakan air PDAM atau air bersih yang
memenuhi syarat. Sekurang-kurang nya 20 liter/karyawan/hari.
7. Listrik harus mempunyai aliran tersendiri dengan tegangan stabil, kapasitas harus
cukup. Kualitas arus, tegangan dan frekuensi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Keamanan dan pengamanan jaringan instalasi listrik terjamin, harus
tersedia grounding/arde. Harus tersedia cadangan listrik (Genset, UPS) untuk
mengantisipasi listrik mati.
8. Tersedia ruang makan yang terpisah dari ruang pemeriksaan laboratorium.

Persyaratan fasilitas kamar mandi/WC secara umum sebagai berikut:


1. Harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih.
2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan
mudah dibersihkan.
3. Pembuangan air limbah dari dilengkapi dengan penahan bau (water seal).
11
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

4. Letak Kamar mandi/WC tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi,
dan ruang khusus lainnya.
5. Lubang ventilasi harus berhubungan langsung dengan udara luar.
6. Kamar mandi/WC karyawan harus terpisah dengan Kamar mandi/WC pasien.
7. Kamar mandi/WC pasien harus terletak di tempat yang mudah terjangkau dan ada
petunjuk arah.
8. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan.

BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pendaftaran dan Pencatatan


1. Rawat Jalan dan UGD
a. Pendaftaran pasien rawat jalan dilayani oleh laboratorium pusat sentral atau
lab CITO/IGD
b. Permintaan pemeriksaan laboratorium harus disertai formulir permintaan
laboratorium yang telah diisi data identifikasi pasien lengkap, nama
ruangan/poloklinik, nama dan paraf dokter pengirim, keterangan klinis pasien
dan jenis pemeriksaan yang diminta, lemgkap dengan bukti pembayaran
yang sudah dilakukan.
c. Spesimen diambil dari pasien sesuai dengan kebutuhan dan jenis
pemeriksaan.
d. Spesimen darah, sekret mata diambil langsung oleh petugas.
e. Spesimen urinbe, feces dan sputum langsung ditampung oleh paisen
tersebut dalam wadah penampungan spesimen yang telah diberi label oleh
petugas.
f. Spesimen sekret vagina diambil oleh petugas poliklinik kebidanan dan
diserahkan ke laboratorium.
g. Spesimen rectal swab diambil oleh dokter/perawat poliklinik atau ruang rawat
inap.
h. Spesimen dipisahkan menurut kebutuhan pemeriksaan dan diberikan kepada
petugas masing - masing.
i. Untuk pemeriksaan yang belum dapat dilakukan di Rumah Sakit Tk.IV
09.07.01 Wirasakti akan dirujuk ke laboratorium rujukan, spesimen diberi
label dan dilampiri formulir rujukan kemudian dberikan kepada petugas
khusus laboratorium.
j. Prosedur pendaftaran rawat jalan tercantum dalam :
- SOP Alur Permintaan Pemeriksaan Pasien Rawat Jalan.
- SOP pengiriman Spesimen Rawat jalan dan UGD.
- SOP Rujukan Pemeriksaan Laboratorium.
2. Rawat Inap
12
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

a. Permintaan pemeriksaan laboratorium harus disertai formulir permintaan


laboratorium yang telah diisi data identifikasi pasien lengkap, nama
ruangan/poliklinik, nama dan paraf dokter pengirim, keterangan klinis pasien
dan jenis pemeriksaan yang diminta.
b. Pasien disipkan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta (sesuai
dengan protap pemeriksan spesimen laboratorium).
c. Spesimen diberi identitas pasien dan dicatat pada buku ekspedisi.
d. Spesimen dan formulir permintan pemeriksaan diserahkan ke petugas.
e. Laboratorium pelayanan CITO dan gawat darurat.
f. Petugas laboratorium mencatat identitas pasien dan jenis pemeriksaan yang
diminta sesuai dengan formulir permintaan.
g. Spesimen dipisahkan menurut kebutuhan pemeriksaan dan diberikan kepada
petugas masing - masing.
h. Untuk pemriksan yang belum dapat dilakukan di Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01
Wirasakti akan dirujuk ke laboratorium rujukan, spesimen diberi label dan
dilampiri formulir rujukan kemudian diberikan kepada petugas khusus
laboratorium.
i. Prosedur pendaftaran rawat inap tercantum dalam :
- SOP Alur Permintaan Pemeriksaan Pasien Rawat Inap.
- SOP pengiriman Spesimen Rawat Inap.
- SOP Rujukan Pemeriksaan Laboratorium.

B. Pengambilan Spesimen
Spesimen
Jenis
Spesimen yang berasal dari manusia dapat berupa :
- Serum - Swab Tenggorok
- Plasma - Swab Rektum
- Darah ( Whole Blood) - Sekret ( uretra,vagina,mata,telinga)
- Urine - Cairan (pleura,bronchus,ascites,otak)
- Tinja - Bilasan Lambung
- Dahak/Sputum - Sum sum tulang
- Pus - Kerokan kulit
- Sperma - Kuku
- Muntahan - Rambut, dll
Sampel dapat diartikan sebagai bagian dari spesimen manusia atau dapat berupa
bahan pemeriksan yang berasal dari lingkungan (non klinis), misalnya sisa makanan,

sisa bahan toksikologi, air, udara, makanan dan minuman, usap alat makanan, alat
masak, alat medis, dll.
Persiapan
13
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

1. Persiapan pasien secara umum


a. persiapan untuk pengambilan spesimen pada keadaan basal : untuk
pemeriksaan tertentu, pasien harus puasa selama 8 12 jam sebelum
pengambilan darah (tabel 3.1), pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari
antara pk. 07.00 09.00
Tabel 3.1 Pemeriksaan Yang Perlu Puasa
Pemeriksaan Lama Puasa
Glukosa Puasa 10-12 jam
Tes Toleransi Glukosa (TTG) Puasa 10-12 jam
Trigliserida Puasa 12 jam
Asam Urat Puasa 10-12 jam
VMA Puasa 10-12 jam
Insulin Puasa 8 jam
C-peptide Puasa 8 jam
Gastrin Puasa 12 jam
Aldosteron Puasa 12 jam
Homocystein Puasa 12 jam
Lp(a) Puasa 12 jam
PTH Intact Puasa 12 jam
ApoB Dianjurkan puasa 12 jam
Disadur dari Good Laboratory Practice, Depkes 2008

b. Menghindari obat obatan sebelum spesimen diambil


- Untuk pemeriksaan dengan spesimen darah, tidak minum obat sebelum
pengambilan spesimen
- Untuk pemeriksaan dengan spesimen urine, tidak minum obat 72 jam sebelum
pengambilan spesimen
- Bila pemberian obat tidak memungkinkan untuk diberhentikan, harus
diberitahukan kepada petugas laboratorium ( misalnya : obat anti diabetes
diminum sebelum pengambilan spesimen untuk pemeriksaan glukosa 2 jam PP)
c. Menghindari aktivitas fisik/olahraga sebelum spesimen diambil
d. Memperhatikan posisi tubuh
Untuk menormalkan keseimbangan cairan tubuh dari peribahan posisi, dianjurkan
pasien duduk tenang minimal 15 menit sebelum diambil darah
e. Memperhatikan variasi diurnal
Beberapa pemeriksaan dipengaruhi oleh variasi diurnal, misalnya ACTH, Renin,
Aldosteron, Dll. Harus diperhatikan pengambilan spesimen sesuai variasi
diurnalnya (sore atau pagi hari)

14
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

2. Faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan


a. Diet
Makanan dan minuman dapat mempengaruhi hasil beberapa jenis pemeriksaan
secara langsung maupun tidak langsung misalnya:
- Pemeriksaan gula darah dan trigliserida
Pemeriksaan ini dipengaruhi langsung oleh makanan dan minuman kecuali air putih
tawar
- Pemeriksaan LED, aktifitas enzim, Fe dan trace element
Pemeriksaan ini dipengaruhi secara tidak langsung oleh makana dan minuman. Hal
ini akan berpengaruh pada reaksi dalam proses pemeriksaan sehngga hasilnya
menjadi tidak benar.
b. Obat obatan
Obat yang diberikan secara oral maupun cara lain akan menyebabkan terjadi respon
tubuh terhadap obat tersebut. Selain itu, pemberian obat secara intramuskuler akan
menimbulkan jejas pada otot, sehingga mengakibatkan enzim dalam sel otot masuk
ke dalam darah, selanjutnya akan mempengaruhi hasil pemeriksaan, antara lain
Creatin Kinase (CK), Lactic Dehidrogenase (LDH). Obat obat yang sering
digunakan dan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dapat dilihat pada tabel 3.2
berikut ini :

Tabel 3.2 Daftar Obat dan Pemeriksaan Yang Dipengaruhi


Nama Obat Pemeriksaan yang Dipengaruhi
Diuretik Hampir seluruh pemeriksaan substrat dan enzim dalam darah
akan meningkat karena terjadi hemokonsentrasi, terutama
pemeriksaan Hb, Ht,Lekosit, Trombosit, Elektrolit. Pada
pemeriksaan urine akan terjadi pengenceran
Cafein Sama dengan diuretik
Thiazid Glukosa darah TTG, Ureum darah
Pil KB LED, kadar hormone
(hormone)
Morfin Enzim hati (SGOT,SGPT)

Fenobarbital Gamma GT

Efedrin Pemeriksaan narkoba urine (amphetamin dan metamfetamin)


Asetosal Pemeriksaan koagulasi (PT,ApTT)
Vitamin C Analisis kimia urine
Obat anti Glukosa darah dan urine
15
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Diabetika
Kortikosteroid Hitung eosinofil dan TTG
Disadur dari Good Laboratory Practice, Depkes 2008

c. Merokok
Merokok menyebabkan terjadinya perubahan cepat dan lambat pada kadar zat
tertentu yang diperiksa. Perubahan cepat terjadi dalam 1 jam hanya dengan
merokok 1-5 batang, yaitu peningkatan asam lemak, epinefrin, gliserol bebas,
aldosteron, dan kortisol. Ditemukan peningkatan Hb pada perokok kronik.
Perubahan lambat terjadi pada hitung lekosit, lipoprotein, aktivitas beberapa enzim,
hormon, vitamin, petanda tumor dan logam berat.
d. Alkohol
Alkohol menyebabkan terjadinya perubahan cepat dan lambat beberapa kadar
analit. Perubahan cepat terjadi dalam waktu 24 jam setelah konsumsi alkohol, yaitu
peningkatan kadar glukosa, laktat, asam urat, dan asidosis metabolik. Perubahan
lambar berupa peningkatan enzim SGOT,SGPT, trigliserida, kortisol dan MCV
eritrosit.
e. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik menyebabkan terjadinya pemindahan cairan tubuh antara
kompartemen di dalam pembuluh darah dan interstitial, kehilangan cairan karena
berkeringat, dan perubahan kadar hormon sehingga terjadi perbedaan yang besar
antara kadar glukosa di arteri dan vena, terjadi perubahan konsentrasi gas darah,
kadar asam urat, kreatinin,aktifitas CK, SGOT, LDH, LED, H, hitung sel darah dan
produksi urine.
f. Ketinggian (altitude)
Terjadi perubahan yang nyata sesuai dengan tinggi rendahnya daratan terhadap
permukaan laut, antara lain CRP, B2 globulin, HT, Hb, dan asam urat. Adaptasi
terhadap perubahan ketinggian daratan memerlukan waktu harian dan berminggu
minggu.
g. Demam
Pada waktu demam akan terjadi :
- Peningkatan kadar gula darah pada awal demam, sehingga terjadi
peningkatan insulin yang akan menyebabkan penurunan kadar gula pada
tahap lebih lanjut.
- Penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal demam, terjadi
peningkatan asam lemak bebas dan benda benda keton karena
penggunaan lemak meningkat pada demam lama.
16
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

- Lebih mudah menemukan parasit malaria di dalam darah.


- Lebih mudah mendapatkan biakan bakteri positif.
- Reaksi anamnestik akan meningkatkan titer widal.
h. Trauma
Trauma dengan perdarahan hebat menyebabkan penurunan kadar substrat dan
aktivitas enzim. Pada tingkat lebih lanjut terjadi peningkatan kadar ureum, kreatinin
dan enzim enzim otot (CK, SGOT, CPK).
i. Variasi Circadian rythyme
Perubahan kadar zat yang dipengaruhi waktu dapat bersifat linear (lurus) seperti
umur, dapat bersifat siklus seperti siklus harian (variasi diurnal), siklus bulanan
(menstruasi) dan musiman.

Beberapa contoh variasi diurnal :


- Fe serum, pada sore hari lebih tinggi dari pada pagi hari
- Glukosa, insulin mencapai puncaknya pada siang hari sehingga bila dilakukan
Tes Toleransi Glukosa pada siang hari, hasilnya akan lebih tinggi dari pada pagi
hari
- Enzim, aktivitas enzim diukur berfluktuatif, bergantung pada kadar hormon yang
berbeda dari waktu ke waktu
- Jumlah eosinofil lebih rendah pada malam sampai pagi haridibandingkan pada
siang hari
- Kortisol, pada pagi hari lebih tinggi dari pada malam hari
- Kalium, pada pagi hari lebih tinggi dari pada sore hari

j. Umur
Kadar Hb dan hitung eritrosit, alkali fosfatase akan berubah dengan pola tertentu
sesuai dengan pertambahan umur.
k. Ras
Jumlah lekosit, kreatinin, kadar Vit B-12, aktifitas CK dan amylase berbeda
antara ras Caucasia, Asia, dan Afrika.
l. Jenis Kelamin
Fe serum, Hb, Aktivitas CK, kreatinin berbeda antara pria dan wanita, tetapi
perbedaan ini tidak terlalu bermakna setelah usia 65 tahun.
m. Kehamilan

17
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi (pengenceran darah) yang dimulai pada
minggu ke 10 kehamilan, terus meningkat sampai minggu ke 35 kehamilan. Volume
urine meningkat 25% pada trisemester 3.

3. Pemberian penjelasan kepada pasien sebelum pengambilan spesimen, mengenai


prosedur yang akan dilakukan dan meminta persetujuan pasien. Untuk pemeriksaan
tertentu harus tertulis dalam bentuk informed consent.

Pengambilan
1. Peralatan
Secara umum syarat peralatan adalah sbb :
- Bersih
- Kering
- Tidak mengandung bahan kimia atau detergen
- Terbuat dari bahan yang tidak mengubah analit dalam spesimen
- Mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya
- Pengambilan spesimen untuk biakan atau bersifat invasif harus menggunakan
peralatan steril dan sekali buang.
2. Wadah
Syarat wadah spesimen :
- Terbuat dari gelas/plastik
- Tidak bocor/merembes
- Harus dapat ditutup rapat
- Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
- Bersih
- Kering
- Tidak mempengaruhi sifat sifat analit dalam spesimen
- Tidak mengandung bahan kimia atau detergen
- Botol berwarna coklat/gelap digunakan untuk menampung spesimen dengan
analit yag mudah terurai oleh sinar matahari
- Wadah steril digunakan untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan antibiotic
- Wadah spesimen sputum, urine dan tinja harus menggunakan wadah bermulut
lebar dan berlulut ulir
3. Antikoagulan/Pengawet
Antikoagulan adalan zat kimia yang digunakan untuk mencegah sampel darah
membeku.

18
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Pengawet adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam sampel agar analit yang
akan diperiksa dapat dipertahankan kondisi dan jumlahnya untuk kurun waktu
tertentu.
Kesalahan dalam pemakaian antikoagulan atau pemakaian bahan pengawet akan
berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan. Beberapa contoh penggunaan
antikoagulan dapat dilihat pada SOP pengambilan spesimen laboratorium dan SOP
pengiriman, penyimpanan dan pengawetan BP.
4. Waktu
Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pagi hari, namun ada beberapa
pemeriksaan yang waktu pengambilan spesimennya harus disesuaikan dengan
perjalan penyakit dan fluktuasi harian, sbb :
- Demam Tifoid : untuk pemeriksaan biakan darah paling baik diambil saat demam
dan pada minggu I demam, sampel urine dan tinja dilakukan pada minggu ke II
dan III. Untuk pemeriksaan serologi IgM anti Salmonella, sebaiknya setelah
minggu ke 5 demam. Pemeriksaan widal dilakukan pad fase akut dan
penyembuhan (minggu I dan IV)
- Pemeriksaan biakan bakteri dan uji kepekaan sebaiknya diambil sebelum
pemberian antibiotika
- Pemeriksaan Mikrofilaria : sebaiknya dilakukan pengambilan sampel pada
malam hari (pk 20.00-23.00 WIB)
- Pemeriksaan malaria : sebaiknya ampel diambil saat demam atau menggigil
- Pemeriksaan tuberculosis : dahak diambil pagi hari segera setelah banngun tidur
5. Lokasi
Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan dahulu lokasi pengambilan yang
tepat sesuai jenis pemeriksaan yang diminta, misalnya :
- Spesimen untuk spesimen yang menggunakan darah vena biasanya diambil dari
vena mediana cubiti di daerah siku
- Spesimen darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis di pergelangan
tangan atau arteri fermoralis di lipat paha
- Spesimen darah kapiler dewasa diambil dari ujung jari tengah atau jari manis
bagian tepi, pada bayi diambil di daerah tumit1/3 bagian tepi telapak kaki atau
cuping telinga dewasa atau bayi
Tempat yang dipilih tidah boleh cyanosis, pucat dan pengambilan tidak boleh di
lengan yang sedang terpasang infus

19
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

6. Volume
Volume spesimen harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan laboratorium yang
diminta dan dapat mewakili objek yang diperiksa. Volume spesimen dapat dilihat
pada SOP Pengambilan Sampel Laboratorium dan SOP Pengiriman, penyimpanan
dan pengawetan BP.
7. Teknik
Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan cara yang benar agar pemeriksaan
yang dilakukan sesuai dengan keadaan pasien sebenarnya. Teknik pengambilan
spesimen dapat dilihat pada SOP Pengambilan Spesimen.
Pengambilan spesimen di ruang rawat inap dilakukan oleh perawat ruangan.
Pengambilan spesimen rawat jalan dilakukan oleh analis di laboratorium.
Pengambilan spesimen khusus ( swab tenggorok, swab luka, apus vagina, apus
mata, cairan pleura,bilasan bronchus, cairan otak, cairan ascites, sum sum tulang,
cairan sendi, jaringan tubuh dll ) diambil oleh dokter spesialis sesuai bidang ilmunya.

Prosedur pengambilan spesimen dapat dilihat di SOP Pengambilan Spesimen.


A. Pemberian Identitas
Setiap spesimen yang berasal dari rawat jalan atau rawat inap wajib memiliki
identitas yaitu nama, nomor rekam medis, ruangan/poli. Bila sudah dilakukan
pendaftaran di administrasi laboratorium, spesimen harus diberi label.
Prosedur pemberian identitas dapat dilihat pada SOP Identifikasi Spesimen
Laboratorium.
B. Pengelolaan Spesimen
Setiap spesimen harus ditempatkan dalam wadah yang mengandung
antikoagulan/pengawet yang sesuai dengan jenis dan jenis pemeriksaannya. Bila
memerlukan penanganan khusus, misalnya disimpan pada suhu tertentu harus
dilakukan sesuai prosedur.
Prosedur pengelolaan spesimen dapat dilihat pada SOP Pengambilan Spesimen
dan SOP Penanganan dan Penyimpanan Spesimen.
C. Distribusi Spesimen
Distribusi spesimen yang sudah dilengkapi identitas pasien (Nama, No RM, dan
ruangan) dari ruang rawat inap ke laboratorium harus sesegera mungkin dan diantar
oleh perawat atau petugas laboratorium menggunakan kotak pengantaran spesimen
laboratorium.

20
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Distribusi spesimen dari pendaftaran laboratorium ke masing-masing ruang analisis


sudah harus menggunakan label.
Prosedur Distribusi Spesimen dapat dilihat pada SOP Distribusi Spesimen.
D. Pemeriksaan/Analisis Spesimen
Pemeriksaan/analisis spesimen dilakukan di ruang analis, dilakukan oleh analis
sesuai kompetensinya.
E. Verifikasi Hasil
Verifikasi hasil pemeriksaan dilakukan bertahap :
Tahap 1 oleh analis di ruang analisis, tahap 2 oleh Dokter Spesialis Patologi Klinik
atau analis senior bila di luar jam kerja.
Verifikasi hasil harus memperhatikan kelayakan sampel, kelayakan peralatan dan
reagen, kesesuaian analit dengan keterangan klinis pasien, hasil sebelumnya dan
kondisi khusus pasien.
Prosedur verifikasi hasil dapat dilihat pada SOP Prosedur Pelayanan Laboratorium
dan SOP Pelaporan Hasil Laboratorium.
F. Pencetakan Hasil
Hasil pemeriksaan yang sudah melalui verifikasi tahap 2 kemudian dicetak.
Prosedur pencetakan hasil laboratorium dapat dilihat pada SOP Prosedur
Pelayanan laboratorium dan SOP Pelaporan Hasil Laboratorium.
G. Penyerahan Hasil dan Pencatatan/Pengarsipan
Hasil pemeriksaan diserahkan kepada pasien rawat jalan atau kepada perawat di
ruang rawat inap. Untuk pemeriksaan tertentu yang sangat confidential, misalnya
pemeriksaan anti HIV.
Hasil pemeriksaan diberikan kepada tim VCT yang selanjutnya akan
memberikannya kepada pasien secara langsung desertai konseling.
Penyerahan hasil pemeriksaan dari laboratorium ke ruang rawat inap atau kepada
pasien rawat jalan harus selalu disertai dengan buku ekspedisi.
Prosedur penyerahan hasil dapat dilihat pada SOP Pengambilan Hasil
Pemeriksaan.
H. Troubleshooting Hasil yang Tidak Sesuai
Bila didapatkan hasil yang tidak sesuai atau meragukan, maka harus dilakukan
penelusuran penyebab mulai dari tahap pra analitik sampai dengan post analitik,
kemudian dilakukan tindakan untuk mengatasi, apakah dengan mengulang
pemeriksaan secara manual, pengulangan bahan pemeriksaan atau bila perlu
validasi/konfirmasi pemeriksaan dengan laboratorium rujukan.

21
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Prosedur penanganan masalah hasil dapat dilihat pada SOP Prosedur Pelaporan
Hasil Laboratorium.

I. Rujukan
Pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan oleh laboratorium Rumah Sakit Tk.IV
09.07.01 Wirasakti atau yang memerlukan validasi/konfirmasi hasil akan dirujuk ke
Laboratorium rujukan yang dipilih sesuai kriteria SOP Pengiriman Spesimen
Rujukan dan SOP Kriteria pemilihan Laboratorium Rujukan.
J. Rentang Nilai Rujukan
Rentang nilai rujukan untuk masing masing jenis pemeriksaan dibuat dan
dicantumkan dalam hasil cetak laboratorium. Evaluasi terhadap nilai rentang niali
rujukan dilakukan berkala oleh tim mutu laboratorium.
K. Nilai Kritis
Beberapa pemeriksaan mempunyai nilai kritis yang harus segera dilaporkan oleh
petugas laboratorium. Nilai kritis beberapa pemeriksaan dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut ini :
Tabel 4.1 DAFTAR NILAI KRITIS
Jenis Pemeriksaan Nilai Rendah Nilai Tinggi
HEMATOLOGI
HGB < 7 g/dL > 20 g/dl
HGB (neonatus) < 9,5 gr/dl > 22 g/dl
White Blood Cell (WBC < 2x103 /mm3 > 30x103/mm3
Count)
HCT < 20% > 60%
HCT (neonatus) < 33 Vol % > 70 Vol %
Platelet adult < 40x103/mm3 > 10.000x103/mm3
APTT (Activated Platelet None > 78 detik
Thromboplastin Time)
PT (Promtrombin Time) - INR >36 or>30 detik
atau 3x kontrol
Bleeding Time - >15 min

KIMIA KLINIK
Bilirubin dewasa - >15 mg/dl
Bilirubin, neonastus - >13 mg/dl
Ureum 2 mg/dl >80 mg/dl
Kreatinin 0,4 mg/dl 2,8 mg/dl
Glukosa, dewasa < 70 mg/dl >300 mg/dl
Glukosa, neonatus < 30 mg/dl None
Kalium, dewasa < 2,5 mEq/L >6,5 mEq/L
Kalium, neonates < 2,5 mEq/L > 6,0 mEq/L

22
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Natrium < 120 mEq/L >155 mEq/L


Klorida < 80 mEq/L >120 mEq/L
IMUNOLOGI
Anti HIV Negatif Positif
HbsAg Negatif Positif
Anti HBs Negatif Positif
Laboratory and Diagnostic Test Handbook
Gaedeke, RN, MSN, CCRN, S.

Alur Pelaporan :
Petugas laboratorium melaporkan bila ada nial kritis kepada DPJP. Bila DPJP
tidak bisa dihubungi maka hasil disampaikan perawat watnap/watlan. Meliputi nama,
No RM, nilai kritis yang dilaporkan. Petugas lab akan mencatat laporan tersebut, jam
lapor dan nama penerima laporan di buku pelaporan nilai kritis.
Perawat ruangan akan melaporkan kepada DPJP, mencatat laporan di formulir
integrasi, yang tercatat isi laporan, jam lapor, oleh petugas lab siapa, sudah lapor ke
DPJP jam berapa. DPJP akan menindak lanjuti sesuai kasus.
Alur Pelaporan Nilai Kritis dapat dilihat pada SOP pelaporan nilai kritis.

BAB V
LOGISTIK

Logistik
Pengadaan reagen dan bahan lain harus mempertimbangkan hal hal sbb :
1. Tingkat persediaan
Tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah persediaan yaitu jumlah
persediaan minimum ditambah jumlah safety stock.

23
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk memenuhi
kegiatan operasional normal sampai pengadaan berikutnya dari ruang penyimpanan
umum.
Safety stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk bahan
bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima dari pemasok.
Buffer stock adalah cadangan reagen/sisa.
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau pembelian
bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan untuk
periode 6-12 bulan tahun yang akan datang. Jumlah rata-rata pemakaian bahan
satu bulan perlu dicatat.
3. Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan bahan (delivery time)
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan diterima
dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit didapat.

Penyimpanan
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan
mempertimbangkan :
1. Perputaran pemakaian, menggunakan kaidah :
- Pertama masuk - pertama keluar (FIFO : Firts In First Out)
- Masa kadaluarsan pendek dipakai dahulu (FEFO : First Expired First Out)
2. Tempat penyimpanan
Harus cukup ruang untuk penyimpanan bahan laboratorium.

3. Suhu dan kelembaban


Beberapa reagen/bahan dapat disimpan di ruang ruangan, yang lain harus di suhu
4-80 C, sehingga tempat penyimpanan harus sesuai dengan suhu penyimpanan
yang disyaratkan oleh pabrik pembuat.
4. Sirkulasi udara
Sirkulasi udara harus baik dalam ruang penyimpanan.
5. Incompatibility/bahan kimia yang tidak boleh dicampur
Harus dipisahkan bahan kimia berbahaya yang tidak boleh dicampur, misalnya
hidrogen peroksida dengan asam nitrat karena kedua cairan ini mudah terbakar.

24
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Penyimpanan reagen komersial :


1. Menutup botol waktu penyimpanan
2. Tidak terkena sinar matahari langsung
3. Beberapa reagen harus disimpan dalam botol berwarna gelap
4. Beberapa reagen tidak boleh diletakkan berdekatan dengan lainnya
5. Beberapa reagen berbentuk strip (strip urine, gula, laktat) botol penyimpanan harus
disimpan dalam posisi tidur
6. Bahan bahan yang berbahaya diletakkan di bagian bawah / lantai dengan label
tanda bahaya
7. Simpan sesuai petunjuk penyimpanan yang dibuat oleh pabrik
8. Setiap reagen komersial selalu dilengkapi dengan label yang berisi kandungan
bahan pemeriksaan dan petunjuk penyimpanan.

Distribusi
Distribusi barang dari gudang besar ke masing masing pos penyimpanan di
ruang analisis maupun temp[at pengambilan sampel harus selalu dicatat dalam kartu
stok. Masing masing pos penyimpanan di ruang analisis maupun tempat pengambilan
sampel harus membuat efektivitas reagen harian, penulisan tanggal mulai reagen
digunakan/ dibuka harus selalu ada di tiap botol reagen.

Laboratorium Patologi Klinik memiliki peraturan yang terkait dengan peralatan dan
reagen sebagai berikut :
1. Kebijakan peralatan dan reagen
2. Pertanggung jawaban atas reagen yang ada di laboratorium

3. Pertanggung jawaban pemakaian alkes sekali pakai


4. Prosedur pengendalian pemakaian reagen
5. Pengecekan reagen laboratorium
6. Permintaan reagen laboratorium
7. Penerimaan reagen laboratorium
8. Penggunaan reagen laboratorium
9. Pelabelan bahan kimia
10. Penyimpanan bahan kimia
11. Penanganan bahan kimia
12. Kebijakan peralatan
13. Proses peralatan
14. Prosedur identifikasi peralatan
15. Prosedur dokumentasi dan catatan peralatan laboratorium
16. Prosedur perawatan peralatan laboratorium
17. Proses pengadaan persediaan
18. Prosedur pemesanan persediaan
19. Prosedur penerimaan dan pemeriksaan persediaan
20. Prosedur pengadaan persediaan
21. Prosedur pengelolaan dan pengecekan persediaan
22. Prosedur pembuangan persediaan yang kadaluarsa
25
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien di laboratorium merupakan suatu proses dalam pemberian
pelayanan laboratorium terhadap pasien lebih aman.

B. Tujuan
Mencegah Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cidera (KNC), dan
Sentinel Event, mencegah infeksi pada pasien akibat pelayanan laboratorium.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


- Melakukan pengendalian mutu mulai tahap pra analitik sampai paska analitik
- Melakukan hand hygiene sesuai prosedur yang berlaku
- Proses pengenalan resiko dimulai dari tahap pra analitik, analitik, dan pasca
analitik
- Suatu kejadian yang ditemukan dalam setiap tahap tersebut didokumentasikan
dalam laporan harian yang kemudian direkap sebagai laporan bulanan.
- Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap frekuensi kejadian

D. Peraturan yang Terkait Keselamatan Pasien

26
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Laboratorium Patologi Klinik memiliki peraturan yang terkait dengan keselamatan


pasien sebagai berikut :
- Kebijakan dan keamanan kerja
- Prosedur keamanan pasien dan petugas laboratorium
- Penerapan patient safety di laboratorium

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pedoman Umum
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) laboratorium merupakan bagian dari
pengelolaan laboratorium secara keseluruhan. Laboratorium melakukan berbagai
tindakan dan kegiatan terutama berhubungan dengan spesimen yang berasal dari
manusia maupun bukan manusia. Bagi petugas laboratorium yang selalu kontak
dengan spesimen, maka berpotensi terinfeksi kuman patogen. Potensi infeksi juga
dapat terjadi dari petugas ke petugas lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat.
Untuk mengurangi bahaya yang terjadi perlu adanya kebijakan yang ketat. Petugas
harus memahami kemanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SOP, serta
mengontrol bahan/reagen dan spesimen secara baik menurut praktik laboratorium yang
benar.
1. Petugas K3 Laboratorium
Pengamanan kerja di laboratorium pada dasarnya menjadi tanggung jawab
setiap petugas terutama yang berhubungan langsung dengan proses pengambilan
spesimen, bahan reagen pemeriksaan. Untuk mengkoordinasikan, menginformasikan,
memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan keamanan laboratorium, terutama untuk
yang melakukan berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pada satu sarana, diperlukan
suatu petugas fungsional keamanan laboratorium.
Kepala laboratorium adalah penanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan
laboratorium. Petugas K3 laboratorium mempunyai kewajiban merencanakan dan

27
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

memantau pelaksanaan K3 yang telah dilakukan oleh setiap petugas laboratorium,


mencakup :
a. Melakukan pemeriksaan dan pengarahan secara berkala terhadap metode/prosedur
dan pelaksanaannya, bahan hasbi pakai dan peralatan kerja, termasuk untuk
kegiatan penelitian.
b. Memastikan semua petugas laboratorium memahami dan dapat menghindari
bahaya infeksi.
c. Melakukan penyelidikan semua kecelakaan di dalam laboratorium yang
memungkinkan terjadinya pelepasan, kebocoran,/penyebaran bahan infektif.
d. Melakukan pengawasan dan memastikan semua tindakan dekontaminasi yang telah
dilakukan jika ada tumpahan/percikan bahan infektif.

e. Memastikan bahwa tindakan desinfeksi telah dilakukan terhadap peralatan


laboratorium yang akan diperbaiki.
f. Menyediakan kepustakaan/rujukan K3 yang sesuai dan informasi untuk petugas
laboratorium tentang perubahan prosedur, metode, petunjuk teknis dan pengenalan
pada alat yang baru.
g. Menyusun jadwal kegiatan pemeliharaan kesehatan bagi petugas laboratorium.
h. Memantau petugas laboratorium yang sakit dan absen yang mungkin berhubungan
dengan pekerjaan di laboratorium dan melaporkannya pada pimpinan laboratorium.
i. Memastikan bahwa bahan bekas pakai dan limbah infektif dibuang secara aman
setelah melalui proses dekontaminasi sebelumnya.
j. Mengembangkan sistem pencatatan, yaitu tanda terima, pencatatan perjalanan dan
pembuangan bahan patogenik serta mengembangkan prosedur untuk
pemberitahuan kepada petugas laboratorium tentang adanya bahan infeksi yang
baru di dalam laboratorium.
k. Memberitahu kepala laboratorium mengenai adanya mikroorganisme yang harus
dilaporkan kepada pejabat kesehatan setempat ataupun nasional dan badan
tertentu.
l. Membuat sistem panggil untuk keadaan darurat yang timbul diluar jam kerja
m. Membuat rencana dan melaksanakan pelatihan K3 laboratorium bagi seluruh
petugas laboratorium.
n. Mencatat secara rinci setiap kecelakaan kerja yang terjadi di laboratorium dan
melaporkannya kepada kepala laboratorium.
Setiap laboratorium sebaiknya membuat pokok pokok K3 laboratorium yang
penting dan ditempatkan di lokasi yang mudah dibaca oleh setiap petugas
laboratorium.

2. Kesehatan Petugas Laboratorium


Pada setiap calon petugas laboratorium harus dilakukan pemeriksaan kesehatan
lengkap termasuk foto toraks. Keadaan kesehatan petugas laboratorium harus
28
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

memenuhi standar kesehatan yang telah ditentukan di laboratorium. Untuk jaminan


kesehatan para petugas laboratorium harus dilakukan hal hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan foto toraks setiap tahun bagi petugas yang bekerja dengan bahan
yang diduga mengandung bakteri tuberculosis, sedangkan bagi petugas lainnya
foto toraks dilakukan setiap 3 tahun.

b. Pemberian imunisasi
Setiap laboratorium harus mempunyai program imunisasi, terutama bagi petugas
yang bekerja di laboratorium tingkat keamanan biologis 2,3, dan 4.
Vaksinisasi yang diberikan :
- Vaksinisasi Hepatitis B untuk semua petugas laboratorium
- Pada wanita hamil dilarang bekerja dengan TOURCH
c. Pemantau Kesehatan
Kesehatan setiap petugas laboratorium harus selalu dipantau, untuk itu setiap
petugas harus mempunyai Kartu Kesehatan yang selalu dibawa setiap saat dan
diperlihatkan kepada dokter bila petugas tersebut sakit.minimal setiap tahun
dilaksanakan pemeriksaan kesehatan rutin termasuk pemeriksaan laboratorium.
3. Sarana dan Prasarana K3 laboratorium umum yang perlu disiapkan di laboratorium
adalah :
a. Jas laboratorium (ukuran jas lab di bawah lutut, kancing depan, lengan panjang
dengan elastik pada pergelangan tangan)
b. Sarung tangan
c. Masker
d. Wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin disinfektan) dan air mengalir
e. Kontainer khusus untuk limbah jarum, lanset, dan benda tajam lainnya
f. Kabinet keamanan biologis kelas I atau II atau III (tergantung dari jenis
mikroorganisme yang ditangani dan diperiksa di laboratorium)
Kelompok mikroorganisme yang memerlukan pengamanan secara lengkap
dapat dilihat pada Pedoman Keamanan Laboratorium Mikrobiologi dan Biomedis
yang diperlukan oleh Depkes.
Sarana dan prasarana K3 laboratorium pada pemeriksaan khusu (Avian
Influensa) deperti pada laboratorium umum dengan ditambahkan masker N-95,
kacamata google, tutup kepala plastik dan biosafety lab level III. (IK CSP E 010
Keamanan Kerja dan Sarananya)
4. Pengamanan Pada Keadaan Darurat
a. Sistem tanda bahaya
b. Sistem evakuasi
c. Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
d. Alat komunikasi darurat baik di dalam atau keluar laboratorium

29
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

e. Sistem informasi darurat


f. Pelatihan khusus berskala tentang penanganan keadaan darurat
g. Alat pemadam kebakaran, masker, pasir, dan sumber air terletak pada lokasi
yang mudah dicapai
h. Alat seperti kampak, palu obeng, tangga dan tali
i. Nomor telepon ambulans, pemadam kebakaran, dan polisi di setiap ruang
laboratorium
5. Memperhatikan pencegahan terhadap hal hal sbb :
a. Mencegah penyebaran bahan infeksi misalnya :
- Melakukan dekontaminasi permukaan meja dengan disinfektan yang sesuai
setiap kali habis bekerja
- Menempatkan sisa spesimen dan media biakan yang akan disterilisasi
dalam wadah yang tahan bocor
- Menggunakan peralatan standar misal lingkaran sangkelit ose harus jenuh
dan panjang tangkai maksimum 6 cm
- Tidak melakukan test katalasa di atas gelas objek, sebaiknya gunakan
tabung atau gelas objek yang memakai penutup. Cara lain adalah dengan
- menyentuhkan permukaan koloni mikroorganisme dengan tabung kapiler
hematokrit yang berisi hidgrogen peroksida
b. Mencegah bahan infeksi tertelan atau terkena kulit serta mata. Selama
bekerja, partikel dan droplet (diameter >5m) akan terlepas ke udara dan
menempel pada permukaan meja serta tangan petugas laboratorium, untuk itu
dianjurkan untuk mengikuti hal hal di bawah ini :
- Mencuci tangan dengan sabun/disinfektan sebelum dan sesudah bekerja.
Jangan menyentuh mulut dan mata selama bekerja
- Tidak makan, minum, merokok, mengunyah permen atau menyimpan
makanan/minuman dalam laboratorium
- Tidak menggunakan kosmetik ketika dalam laboratorium
- Menggunakan alat pelindung mata/muka jika terdapat resiko percikan
bahan infeksi saat bekerja

c. Mencegah infeksi melalui tusukan


Jarum suntik, pipet pasteur kaca dan pecahan kaca obyek dan
menyebabkan luka tusuk. Untuk itu dapat dihindari dengan bekerja dengan hati
hati dan memilih pipet pasteur yang dibuat dari plastik.
d. Menggunakan pipet dan alat bantu pipet
- Tidak memipet dengan mulut, tapi menggunakan alat bantu pipet
- Tidak meniupkan udara maupun mencampur bahan infeksi dengan cara
menghisap dan meniup cairan lewat pipet
- Tidak keluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa
30
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

- Desinfeksi segera meja kerja yang terkena tetesan cairan/bahan infeksi dari
pipet dengan kapas/kain yang dibasahi disinfektan. Kapas/kain di autoklaf
setelah selesai digunakan
- Gunakan pipet ukur karena cairan tidak dikeluarkan sampai tetes terakhir
- Tidak menggunakan semprit dengan atau tanpajarum suntik untuk memipet
e. Menggunakan sentrifus/alat pemusing
- Lakukan sentrifugasi sesuai instruksi pabrik
- Sentrifus harus diletakkan pada ketinggian tertentu sehingga petugas
laboratorium dapat melihat ke dalam alat dan menempatkan sentrifus
dengan mudah
- Periksa rotor sentrifus dan selonsong (bucket) sebelum dipakai atau secara
berkala untuk melihat tandaa korosi dan keretakan
- Selongsong berisi tabung sentrifus harus seimbang
- Gunakan air untuk menyeimbangkan selongsong. Jangan gunakan larutan
Na atau hipoklorit karena bersifat korosif.
- Melakukan sentrifugasi dengan cara yang benar yaitu tabung harus tertutup
rapat dan selongsong yang terkunci, untuk melindungi petugas laboratorium
terhadap aerosol dan sebaran partikel dari mikroorganisme
- Pastikan sentrifus tertutup selama dijalankan
f. Menggunakan lemari pendingin dan lemari pembeku
- Membersihkan lemari pendingin (refrigator), lemari pembeku (freezer)
secara teratur
- Membuang ampul, tabung botol dan wadah lain yang pecah
- Menggunakan alat pelindung muka dan sarung tangan karet tebal saat
bekerja
- Setelah dibersihkan, permukaan dalam lemari pendingin dari lemari
pembeku harus didisinfeksi dengan disinfektan yag tidak korosif
- Memberi label wadah yang berisi nama bahan, tanggal disimpan dan nama
barang yang menyimpan. Wadah yaang tidak berlabel dan bahan yang
sudah kadaluarsa harus dimusnahkan
- Tidak menyimpan cairan yang mudah terbakar

6. Desinfeksi, Sterilisasi dan Dekontaminasi


Desinfeksi cara kimia :
Natrium hipoklorit
a. Bersifat oksidatif kuat, korosif, dan aktif terhadap semua mikroorganisme
b. Konsentrasi yang umum digunakan untuk disinfeksi adalah 1g/l (1000 ppm) zat
klor aktif. Konsentrasi 10 g/l (10.000 ppm) zat klor digunakan bila ada tumpahan
darah atau bahan biologis yang banyak. Kekuatan di dalam larutan makin lama
makin menurun, untuk itu perlu dibuat larutan baru setiap minggu.
c. Tablet atau butiran kalsium hipoklorit (kaporit) mengandung 70% zat klor aktif.
Larutan kalsium hipoklorit dengan konsentrasi 0,7 1,4 dan 7 g/l masing
masing akan mengandung 500-1000 dan 5000 ppm zat klor aktif.
31
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

d. Pada keadaan darurat dan saat bekerja dengan mikroorganisme kelompok risiko
empat, digunakan konsentrasi 4-5 g.l (4000-5000 ppm) zat klor aktif.

Sterilisasi Cara Fisik


a. Sterilisasi basah
- Cara ini dipakai untuk mensterilisasi bahan yang mengandung cairan perbenihan
yang tidak tahan panas sampai 1000 C
- Dilakukan dengan uap panas pada tekanan tertentu misalnya pada autoklaf
dengan cara mendidihkan. Sterilisasi dengan autoklaf paling efisien karena suhu
yang dicapai melebihi titik didih air yaitu 121 0C dan lama sterilisasi pada
umumnya 20 menit. Lama sterilisasi dihitung mulai dari saat suhu mencapai
1210C. Untuk bahan seperti kain kasa dan kapas, lama sterilisasi 30 menit.
- Jika didihkan dengan air, lama sterilisasi adalah 15 menit (setelah air mendidih).
Jika dikukus (dengan uap air ), lama sterilisasi adalah 30 menit. Kedua cara ini
tidak dapat membunuh spora.
- Untuk mengawasi kualitas sterilisasi basah digunakan spora tahan panas
musalnya spora Bacillus stearothermophilus.
b. Sterilisasi kering
- Cara ini dipakai untuk mensterilkan alat alat gelas seperti erlenmeyer, petrice,
tabung reaksi, labu takar, geals takar, dan lain lain.
- Dilakukan di dalam oven
- Membutuhkan suhu yang lebih tinggi yaitu pada umumnya antara 150 170 0C
dan waktu yang lebih lama dari autoklaf
- Untuk mematikan spora dibutuhkan waktu 2 jam pada suhu 180 0C

Sterilisasi cara Penyinaran


Penyinaran Ultraviolet
- Terutama digunakan untuk mengendalikan infeksi yang ditularkan melalui udara
pada ruangan tertutup seperti ruangan kultur jaringan.
- Efektifitas UV sebagai zat yang mematikan berhubungan erat dengan panjang
gelombangnya. Panjang gelombang yag paling efektif untuk membunuh bakteri
adalah 240 280 nm. Panjang gelombang 260 nm merupakan panjang gelombang
yang maksimum diabsorpsi oleh DNA bakteri
- Satuan energi sinar UV dinyatakan dengan mikrowatt/luas paparan/waktu.
Lampu UV 15 watt membunuh bakteri
- Sinar UV tidak dapat menembus benda padat dan kurang mampu menembus
cairan
- Efek samping : merusak retna mata dan sel sel yang bermitosis sehingga tidak
diperbolehkan bekerja di bawah sinar UV, selain itu UV juga bersifat Mutagenik
7. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh

32
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Tindakan di bawah ini khusus dibuat untuk melindungi petugas laboratorium


terhadap infeksi yang ditularkan melalui darah seperti virus Hepatitis B, HIV, Avian
Influenza, dll.

a. Mengambil, memberi label dan membawa spesimen:


- Hanya petugas labiratorium yang boleh melakukan pengambilan darah
- Gunakan sarung tangan
- Perhatikan teknik pengambilan darah
- Masukkan tabung ke dalam kantong plastik, kotak khusus untuk dibawa ke
laboratorium. Formulir permintaan dibawa terpisah.
b. Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel
- Gunakan sarung tangan
- Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung dengan dililit kain kasa
terlebih dahulu
c. Kaca dan benda tajam
- Diutamakan menggunakan alat terbuat dari plastik sebagai pengganti
kaca/gelas
- Sedapat mugkin hindari penggunaan alat suntik
d. Sediaan darah gelas obyek, pegang gelas obyek dengan forsep
e. Peralatan otomatis
- Sebaiknya gunakan alat yang tertutup (onclosed type)
- Cairan yang keluar dari alat/effluent harus dikumpulkan dalam tabung.
Wadah tertutup atau dibuang ke dalam sistem pembuangan limbah.

8. Pengelolaan Spesimen
Penerimaan Spesimen
a. Laboratorium harus mempunyai loket khusus untuk penerimaan spesimen. Jika
jumlah pasien tidak banyak, maka penerimaan spesimen dapat dilakukan pada
meja khusus di dalam laboratorium
b. Spesimen harus ditempatkan dalam wadah yang tertutup rapat untuk mencegah
tumpahnya / bocoran spesimen
c. Wadah terbuat dari bahan yang tidak mudah pecah/bocor
d. Wadah diberi label tentang identitas spesimen
e. Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau plastik yang
dapat didisinfeksi
f. Baki harus didisinfeksi secara teratur setiap hari
g. Jika mungkin wadah terletak di atas baki posisi berdiri

Petugas penerima spesimen

33
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

a. Semua petugas penerima spesimen harus mengenakan jas laboratorium


b. Semua spesimen harus dianggap infeksi dan ditangani dengan hati-hati
c. Meja penerimaan spesimen harus dibersihkan dengan disinfektan setiap hari
d. Jangan menggunakan ludah untuk merekatkan label
e. Dilarang makan/minum dan merokok saat bekerja
f. Cuci tangan dengan sabun/ disinfektan setiap selesai bekerja dengan spesimen
g. Tamu/pasien tidak diperbolehkan menyentuh barang apapun yang etrdapat pada
meja dimana spesimen tersimpan

Petugas pembawa spesimen dalam laboratorium


a. Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat pada bagian depan saat
membawa spesimen
b. Membawa spesimen dengan kotak khusus
c. Jika spesimen bocor/tumpah di atas baki, baki dedekontaminasi dan sisa spesimen
di autoklaf
d. Lapor pada petugas K3 laboratorium, jika terluka pada saat bekerja

Pengiriman spesimen dan bahan infeksi dari laboratorium


Bahan infeksi dan spesimen harus dikemas dalam 3 lapis, dari dalam keluar
terdiri :
a. Wadah kedap air berisi spesimen
b. Wadah kedap air berisi bantalan absorben yang cukup banyak untuk menghisap
semua cairan spesimen yang bocor
c. Wadah untuk melindungi wadah kedua dari pengaruh luar seperti kerusakan fisik
dan air selama dalam perjalanan.
Salinan dari formulis berisi data spesimen, surat atau informasi lain yang
mengidentifikasi atau menerangkan tentang spesimen harus ditempel pada
bagian luar wadah kedua. Dua lembar salinan lain masing-masing dikirim ke
laboratorium penerima dan arsip si pengirim.

B. Tata Ruang dan Fasilitas Laboratorium


1. Ruangan laboratorium
a. Seluruh ruangan dalam laboratorium harus mudah dibersihkan

b. Permukaan meja kerja harus tidak tembus air. Juga tahan asam, alkali,
larutan organik dan panas yang sedang
c. Ada jarak antara meja kerja, lemari dan alat sehingga mudah dibersihkan
d. Ada dinding pemisah anatar ruang pasien dan laboratorium
e. Tersedianya wastafel dengan air mengalir dalam setiap ruangan laboratorium
dekat pintu keluar
f. Pintu laboratorium sebaiknya dilengkapi dengan label keluar, alat penutup
pintu otomatis dan diberi label BAHAYA INFEKSI (BIOHAZARD)

34
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

g. Denah ruang laboratorium yang lengkap (termasuk letak telepon, alat


pemadam kebakaran, pintu keluar darurat) digantungkan di bebrapa tempat
yang mudah terlihat
h. Tempat sampah kertas, sarung tangan karet/palstik, dan tabung palstik, harus
dipisahkan dari tempat sampah gelas/kaca/botol
i. Tersedia ruang ganti pakaian, ruang makan/minum dan kamar kecil
j. Tanaman hias dan hewan peliharaan tidak diperbolehkan berada di ruang
kerja laboratorium
2. Koridor, gang, lantai, dan tangga
a. Koridor, tangga dan gang harus bebas dari halangan
b. Penerangan di koridor dan gang cukup
c. Lantai laboratorium harus bersih, kering dan tidak licin
3. Sistem ventilasi
a. Ventilasi laboratorium harus cukup
b. Jendela laboratorium dapat dibuka dan dilengkapi kawat anti nyamuk/lalat
c. Udara dalam ruangan laboratorium dibuat mengalir searah

Beberapa hal tentang peralatan keamanan. Keamanan dan bahaya yang dapat
dicegah dapat dilihat pada tabel 6.1 berikut ini :

Tabel 6.1 Peralatan Keamanan, Bahaya yang Dicegah dan Keamanan


yang Diperoleh

Alat Bahaya yang Dicegah Keamanan


Alat bantu pipet Bahaya pemipetan Dapat didisinfeksi, mudah
dengan mulut yaitu digunakan dan mencegah
tertelannya kontaminasi serta kebocotan
mikroorganisme patogen, dari ujung pipet
inhalasi aerosol dan
kontaminasi pada ujung
tempat penghisap
Pelindung Inhalasi aerosol Tertahannya partikel sebesar

35
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

pernafasan 1-5 mikron, melindungi mata


bila menggunakan pelindung
muka penuh
Pelindung muka Pecahan, percikan Pelindung muka : melindungib
dan pelindung seluruh muka
mata Pelindung mata : melindungi
mata dan bagian mata
Botol dengan Aerosol, tetesan Perlindungan yang efektif
tutup berulir

Tabel 6.2 Peralatan Laboratorium, Bahaya dan Cara Mengatasinya


Peralatan Bahaya Cara Mengatasinya
laboratorium
Jarum semprit Tusukan, aerosol, Gunakan jarum semprit
tumpahan dengan sistem pengunci untuk
mencegah terlepasnya jarum
dari semprit, jika mungkin
gunakan alat suntik sekali
pakai. Sedot bahan
pemeriksaan dengan hati-hati
untuk mengurangi gelembung
udara. Lingkari jarum dengan
kapas disinfektas saat menarik
jarum dari botol spesimen.

36
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Sentrifus/alat Aerosol, percikan, tabung Jika diduga ada tabung pecah


pemusing pecah saat sentrifugasi, matikan
mesin dan jangan dibuang
selama 30 menit. Jika tabung
pecah setelah mesin berhenti,
sentrifus harus ditutup kembali
dan biarkan selma 30 menit.
Laporkan kejadian ini pada
petugas keamanan kerja.
Gunakan sarung tangan karet
tebal dan forsep untuk
mengambil pecahan kaca.
Tabung yang pecah, pecahan
gelas dan selonsong serta
rotor harus didisinfeksi secara
terpisah. Ruang dalam
sentrifus (chamber)
didisinfeksi, dibiarkan satu
malam. Bilas dengan air dan
keringkan.
Alat pemecah Aerosol/kebocoran Operator harus memakai
jaringan (grinder) sarung tangan dan alat
dipegang dengan bahan
absorben lunak.
Alat Aerosol, percikan, Operator menggunakan
pengguncangan(s tumpahan sarung tangan, tumpahan
haker) dibersihkan menggunakan
cairam desinfektan.

C. Penanganan Kecelakaan di Laboratorium

37
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium disebabkan oleh bahan kimia. Untuk
mencegah timbulnya bahaya yang lebih luas, wajib disediakan informasi mengenai cara
penanganan yang benar jika terjadi tumpahan bahan kimia di dalam laboratorium. Agar
mudah terbaca, informasi ini hendaknya dibuat dalam bentuk bagan yang sederhana
dan dipasang pada dinding dalam ruang laboratorium.

Selain itu, harus pula disediakan peralatan untuk menangani keadaan tersebut
seperti :
1. Pakaian pelindung diri, sarung tangan karet, sepatu bot karet
2. Sekop dan pengumpul debu
3. Forsep untuk mengambil pecahan gelas
4. Kain lap dan kertas pembersih
5. Ember
6. Abu soda atau natrium bikarbonat untuk menetralkan asam/pasir

Jika terjadi tumpahan asam dan bahan korosif, netralkan dengan abu soda atau natrium
bokarbonat, sedangkan jika yang tumpah berupa zat alkalis, taburkan pasir di atasnya.
Tindakan yang harus dilakukan jika terdapat tumpahan bahan kimia berbahaya :
1. Beritahu petugas keamanan laboratorium dan jauhkan petugas yang tidak
berkepentingan dari lokasi tumpahan
2. Upayakan pertolongan bagi petugas laboratorium yang cedera
3. Jika bahan kimia yang tumpah adalah bahan mudah terbakar, segera matikan
semua api, gas dalam ruangan tersebut dan ruangan yang berdekatan. Matikan
peralatan listrik yang mungkin mengeluarkan bunga api
4. Jangan menghirup bau dari bahan yang tumpah

D. Pengamanan Terhadap Bahan Khusus Bahan Kimia


1. Penggolongan bahan kimia berbahaya
a. Bahan kimia beracun (toksik)
b. Bahan kimia korosif
c. Bahan kimia mudah terbakar

d. Bahan kimia mudah meledak


e. Bahan kimia oksidator
2. Bahan kimia yang tidak boleh tercampur (Incompatible Chemical) : logam alkali
(kalsium, kalium, dan natrium) : dengan air, karbondioksida, kabon tetraklorida
dan hidrokarbon yang mengandung klor.
3. Penyimpanan bahan kimia
a. Sediakanlah bahan kimia dalam jumlah secukupnya di dalam ruang
laboratorium
b. Stok bahan kimia harus disimpan dalam ruang khusus berlantai beton
38
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

c. Bahan kimia yang mudah terbakar harus disimpan dalam ruang terpisah

E. Penanganan Limbah
1. Sumber, sifat dan bentuk limbah
Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber :
a. Bahan baku yang sudah kadaluarsa
b. Bahan habis pakai
c. Produk proses sisa spesimen
d. Produk upaya penanganan limbah (misal jarum suntik sekali pakai setelah di
autoklaf)
Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah yang digolongkan
menjadi :
a. Buangan bahan berbahaya dan beracun
b. Limbah efektif
c. Limbah umum
Setiap jenis limbah dibuang dalam wadah tersendiri yang diberi label
sesuai peraturan yang ada.
Bentuk limbah yang dihasilkan dapat berupa :
a. Limbah cair
b. Limbah padat
c. Limbah gas
2. Penanganan dan penampungan
a. Penanganan : pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai
jenis limbah untuk mengurangi biaya, tenaga kerja dan pembuangan yaitu
dengan memisahkan langsung limbah berbahaya dari semua limbah

b. Penampungan : sarana penampungan limbah harus memadai, diletakkan


pada tempat yang pas, aman dan higienis
c. Pemisahan limbah : untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah
yang akan dibuang adalah dengan cara menggunakan kantong berkode
(umumnya menggunakan kode warna)

Beberapa kode warna yang digunakan di Rumkit Tk.II Udayana dapat dilihat
pada tabel 6.3 berikut ini :
Tabel 6.3 Kode Warna Wadah Limbah
Warna Kantong Jenis Limbah
Hitam Limbah rumah tangga
Kuning Limbah infeksius
Container khusus tahan bocor Limbah benda tajam
Petugas laboratorium membuang limbah sesuai dengan ketentuan :

39
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Limbah padat non infeksius ditempatkan di dalam tong sampah yang bertuliskan
SAMPAH NON INFEKSIUS
Limbah padat infeksius ditempatkan di dalam tong sampah yang bertuliskan
SAMPAH INFEKSIUS, kemudian diserahkan ke Instalasi K3 untuk dilakukan
pengelolaan dengan insenerator.
Limbah cair dibuang melalui saluran tertutup yang tersambung ke Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) ynag ditangani oleh Instalasi K3 Rumah Sakit Tk.IV
09.07.01 Wirasakti
Limbah cair medis ditampung di dalam tempat khusus, diberi cairan disinfektan,
kemudian dibuang ke saluran tertutup yang tersambung ke Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) yang ditangani oleh Instlasi K3 Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Selanjutnya petugas kebersihan mengangkut :


Limbah padat non medis setiap hari untuk laboratorium sentral dan 2-3 kali
seminggu untuk laboratorium cito/24 jam oleh petugas kebersihan
Limbah padat medis setiap hari untuk laboratorium sentral dan 2-3 kali seminggu
untuk laboratorium cito/24 jam oleh petugas K3

Limbah cair medis, setiap hari ke tempat penampungan sampah cairan medis. Tempat
sampah harus terbuat dari bahan tahan bocor, mempunyai penutup yang dapat dibuka
melalui injakan kaki.
Keamanan kerja dilakukan Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Tk.IV
09.07.01 Wirasakti dengan cara membuat proses mutu untuk menetapkan keamanan
bagi karyawan yang terdiri dari :
1. Kebijakan keselamatan dan keamanan kerja
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri/APD
3. Prosedur tindakan penanganan cairan tubuh
4. Kewaspadaan terhadap penularan infeksi
5. Penanggulangan bahaya kebakaran
6. Tindakan paska pemaparan dengan darah dan atau cairan tubuh yang diduga
mengandung HIV
7. Tindakan paska kecelakaan tertusuk jarum bekas pakai
8. Prosedur keamanan pasien dan petugas laboratorium
9. Penerapan pasien safety di laboratorium
10. Fasilitas cuci mata darurat
11. Prosedur desinfektan laboratorium
12. Prosedur pengendalian tumpahan bahan kimia
13. Prosedur pengendalian tumpahan biologis
14. Prosedur keamanan karyawan saat orientasi dan pelatihan

40
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. BAKUAN MUTU
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur melakukan suatu aktivitas
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis

B. KLASIFIKASI MUTU
1. Nominatif : pedoman mutu/kebijakan mutu yaitu sasaran mutu yang ingin
dicapai dan segala upaya yang dilakukan agar sasaran mutu tersebut dapat
benar-benar tercapai
2. Tingkat mencegah : adalah SPO (Standar Prosedur Operasional) misal
prosedur baku pendaftaran dan penerimaan pasien atau spesimen
3. Instruksi kerja
4. Dokumen pendukung adalah setiap informasi termasuk pernyataan
kebijakan, buku spesifikasi , tabel kalibrasi

C. PRINSIP DALAM MEMBAKUKAN AKTIVITAS LABORATORIUM


1. Aktivitas dalam laboratorium harus memiliki pedoman baku
2. Pembakuan dibuat berjenjang : jenjang kedua adalah prosedur oleh tim mutu
3. Setiap prosedur dibuat oleh pejabat/staff yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan prosedur
4. Prosedur disusun bersama staff yang ikut terlibat di dalam proses
5. Bakuan harus mengandung komponen yang menjamin bahwa bakuan
tersebut telah benar dan selalu digunakan di tempat yang tepat oleh orang
yang tepat

41
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

6. Prosedur baku harus didukung oleh dokumen atau formulir yang dalam
aktivitas sehari-hari membuktikan bahwa prosedur tersebut memang ditaati
7. Prosedur baku perlu ditempatkan di dekat orang yang mengerjakan sehingga
tiap saat dapat dijadikan pegangan pada saat bekerja

8. Tiap bakuan harus didokumentasi dengan baik. Bakuan yang sudah tidak
berlaku harus tetap disimpan, akan tetapi jangan disimpan bersama dokumen
yang masih berlaku

D. PEMANTAPAN MUTU
1. Pemantapan Mutu Internal
Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar tidak
terjadi atau mengurangi kejadian error sehingga diperoleh hasil yang tepat.
Pemantapan mutu internal meliputi tahap praanalitik, tahap analitik, dan pasca
analitik.
Kegiatan pemantapan mutu internal :
1. Persiapan pasien
2. Pengambilan dan pengolahan spesimen
3. Kalibrasi peralatan dilakukan secara berkala,diantaranya :
- Inkubator (cacat suhu pada kartu setiap hari sebelum bekerja)
- Oven (secara berkala dengan menggunakan termometer standar dan
cocokan hasil yang didapat pada oven dengan termometer standar)
- Autoklaf (pengujian dilakukan dengan autoclave indicator tape
- sentrifus (kalibrasi rpm dilakukan dengan menggunakan Tachometer
mekanik)
4. Uji kualitas air
Untuk air yang dibeli dilakukan pada setiap kemasan. Apabila hasil tidak
memenuhi persyaratan maka dilakukan destilasi atau demineralisasi ulang.
Untuk air suling, pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
keasaman dan kebasaan.
5. Uji kualitas reagen
Reagen yang digunakan di lab ada yang dapat dibuat sendiri dan ada yang
sudah jadi (perlu diperhatikan label wadah, batas kadaluarsa, keadaan fisik).
Pengujian kualitas dilakukan dengan melakukan pemeriksaan bahan kontrol
assayed

42
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

6. Uji kualitas media


pH setiap batch yang menyimpang < 0,2 unit pH dari pH optimum harus
dibuang.
Untuk menguji kualitas media secara visual diperhatika n warna, kekeruhan,
sebagai contoh :
a. Media gula gula yang dilengkapi tabung Durham, bila terlihat gelembung
udara berarti sudah tidak dapat dipergunakan lagi

b. Bila warna tidak sesuai dengan standar maka harus dicurigai adanya
perbedaan pH, bila pH media berbeda kurang lenih 0,2 satuan, tambahkan
asam atau basa.

Uji kualitas kepekaan kuman dilakukan dengan menggunakan metode


cakram dianjurkan oleh WHO dengan menggunakan metode modifikasi
Kirby-Bauer.
Untuk menghindari terjadinya kesalahan perlu diperhatikan hal-hal sbb :
a. Diameter cakram harus benar (6,35mm)
b. Kekuatan cakram harus benar
c. Persediaan harus disimpan beku
d. Hanya digunakan agar Muller Hinton sebagai media uji
e. pH media yang tepat (7,2-7,4) sangat penting untuk antibiotika tertentu
f. Inokulum harus distandarisasi dengan kekeruhan baku yang dibuat
dengan cara sbb : 1,75% BaCl 2. 2H2O 0,5 ml ditambahkan 1% asam sulfur
sebanyak 99,5 ml, kemudian ditutup rapat untuk mencegah penguapan
dan disimpan pada suhu kamar. Ganti setiap 6 bulan.
g. Diameter zona inhibisi harus diukur dengan tepat
h. Ukuran zona inhibisi harus diinterpretasi dengan menggunakan tabel
berisi diameter kritis
i. Hanya kultur murni dari kuman yang tumbuh cepat (rapidly growing) yang
dapat memberikan hasil yang dapat dipercaya.

7. Uji ketelitian Uji Ketepatan


a. Presisi dan Akurasi
Presisi (Ketelitian)
Suatu nilai yag menunjukan seberapa dekat suatu hasil pemeriksaan bila
dilakukan berulang dengan sampel yang sama.
Ketelitian terutama dipengaruhi oleh kesalahan acak yang tidak dapat
dihindari. Dinyatakan dalam nilai koefisien variasi (%KV atau %CV) yang
dihitung dengan rumus :
43
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

KV (%) = SD x 100
X
SD = Standar Deviasi (simpangan baku)
X = rata rata hasil pemeriksaan berulang

Presisi (ketelitian) sering dinyatakan juga sebagai impresisi (ketidak telitian).


Semakin kecil nilai KV(%) semakin teliti sitem/metode tersebut dan
sebaliknya.

Akurasi (ketepatan)a atau Inakurasi (ketidaktepatan)


Dipakai untuk menilai adanya kesalahan acak atau sistematik atau
keduanya (total). Niali akurasi menunjukan kedekatan hasil terhadap nilai
sebenarnya yang telah ditentukan oleh metode standar.
Distribusi hasil pemeriksaan yang tersebar di sekitar nilai pusat menunjukan
kesalahan acak. Pergeseran hasil pemeriksaan dari hasil sebenarnya
menunjukan kesalahan sistematik. Konsep akurasi sebelumnya hanya
menilai akurasi sebagai kesalahan sistematik. Kesalahan total menunjukan
berapa besar kesalahan jika komponen kesalahan acak dan sistematik terjadi
bersamaan pada arah yang sama. Akurasi dapat dinilai dari hasil
pemeriksaan bahan kontrol dan dihitung sebagai nilai biasnya (d%).

Nilai positif menunjukan nilai yang lebih tinggi dari seharusnya.


Nilai negatif menunjukan nilai yang lebih rendah dari seharusnya.
Akurasi dan presisi adalah independen satu dengan yang lainnya.
Setiap parameter memiliki batas manimum presisi (CV maksimum) yang
dapat dilihat pada tabel 7.1 berikut ini :

Tabel 7.1 Daftar Minimum Presisi (CV Maksimum)


PARAMETER CV MAKSIMUM
Bilirubin total 7

44
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Kolesterol 6
Kreatinin 6
Glukosa 5
Protein total 3
Albumin 6
Ureum 8
Asam urat 6
Trigliserida 7
GOT 7
GPT 7
Gamma GT 7
LDH 7
Fosfatase alkali 7
Kreatinin Kinase (CK) 8
Natrium 7
Kalium 2,7
Klorida 2
Kalsium 3,3
Phospor anorganik 5
Magnesium 4
Besi 7

b. Jenis Kesalahan
1. Inherent Random Error merupakan kesalahan yang hanya disebabkan oleh
limitasi metode pemeriksaan
2. Systematic Shift (kesalahan sistematik), suatu kesalahan yang terus menerus
dengan pola yang sama. Hai ini dapat disebabkan oleh standar, kalibrasi atau
instrumentasi yang tidak baik. Kesalahan ini berhungungan dengan akurasi
( ketepatan ).
3. Random Error (kesalahan acak) : suatu kesalahan dengan pola yang tidak
tetap. Penyebabnya ada;ah ketidakstabilan, misalnya pada pemanas air,
reagen, pipet dll. Kesalahan ini berhubungan dengan presisi (ketelitian).
c. Bahan Kontrol
Bahan kontrol Assayed digunakan untuk uji ketelitian.
Periode kontrol untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan kimia lingkungan
caranya adalah sbb :
1. Periksa setiap hari mengerjakan bahan kontrol
2. Catatlah nilai yang diperoleh pada buku QC alat dan dilihat pada modul QC
LIS
3. Hitung penyimpangannya terhadap nilai rujukan dalam satuan S dengan
rumus L Satuan SD = (XI-mean)/SD
4. Satuan S yang diperoleh di plot pada kertas grafik control yang di modul QC
LIS
Sumbu X dalam grafik kontrol menunjukan hari/ tanggal pemeriksaan
sedangkan sumbu Y menunjukan satuan S.
45
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

d. Evaluasi Hasil
13s : seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol apabila
hasil pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas X+3S
22s : seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila
hasil pemeriksaan 2 kontrol berturut turut keluar dari batas yang sama yaitu
X+2S atau X-2S

R4s : seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila
perbedaan antara 2 hasil kontrol yang berturut turut melebihi 4S (satu kontrol,
diatas +2S, lainnya dibawah -2S)

41s : seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 4
kontrol berturut turut keluar dari batas yang sama baik X+S maupun X-S

10x : seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila
10 kontrol berturyt turut berada pada pihak yang sama dari niali tengah.
Nama lengkap dari sistem Westegard adalah :

13s/22sR4s 10x multi rule shewchart procedur (Westegard)

Mula mula diperhatikan apakah nilai kontrol rendah ataupun kontrol tinggi ada
yang melewati batas kontrol 1 2s, apabila tidak ada berarti pemeriksaan kontrol pada hari
itu berjalan dengan baik. Hal ini juga berarti semua pemeriksaan pada hari yang sama
berjalan dengan baik. Sebaiknya apabila salah satu kontrol melewati batas kontrol 1 2s,
diperhatikan adakah aturan kontrol lain yang dilanggar, dilewati batasnya. Apabila
ternyata tidak ada aturan kontrol yang dilanggar, berarti pemeriksaan pada hari itu baik
(in control, accept run). Apabila ternyata ada aturan kontrol yang dilanggar maka
pemeriksaan pada hari itu mengalami gangguan (out of control, reject run).

Dibawah ini diberikan petunjuk umum mengenai tindakan-tindakan yang diambil apabila
grafik, pematapan mutu tidak terkontrol :
1. Amati sumber kesalahan yang paling mudah terlihat, misalnya perhitungan, pipet,
probe tersumbat

46
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

2. Ulangi pemeriksaan serum kontrol. Sering kesalahan disebabkan oleh pencemaran


tabung reaksi, sampel cup, kontrol yang tidak homogen atau faktor lain
3. Apabila hasil pengulangan masih buruk, pakai serum kontrol baru. Mungkin saja
serum kontrol yang dipakai tidak homogen atau menguap karena lama dalam
keadaan terbuka.
4. Apabila tidak ada perbaikan, amati instrumentasi yang dipakai apakah pemeliharaan
laat (maintenance) telah dilakukan. Bagaimana dengan temperatur inkubator.
5. Pakai serum kontrol yang diketahui nilainya. Apabila hasil pemeriksaan menunjukan
perbaikan, berarti terdapat kerusakan serum kontrol.
6. Apabila ada keraguan, pakai serum kontrol kedua yang mempunyai nilai berbeda
7. Gunakan standar baru
8. Ganti reagen
9. Amati setiap langkah/tahap pemeriksaan

Limitasi
Di dalam pemantapan mutu intra dan ekstra laboratorium disepakati suatu
asumsi bahwa kondisi bahan kontrol sama dengan bahan dari penderita untuk
menghindari bias perbedaan. Namun bias ini tidak dapat dihilangkan. Bias ini timbul
akibat perbedaan matriks (misal serum kontrol berasal dari binatang), variasi proses
pembuatan (pencampuran, filtrasi, dialisis, liofilisasi), variasi kemasan (kesalahan
pengisian) dan kesalahan rekonstitusi (pipetasi, penanganan).

Dikenal asumsi lain, bila terjadi variasi hasil pemeriksaan bahan kontrol berarti variasi
yang sama terjadi pada pemeriksaan bahan penderita untuk batch yang sama.
Demikian juga sebaliknya bila tidak ditemukan variasi hasil pemeriksaan bahan
kontrol, mencerminkan hasil pemeriksaan bahan penderita bebas dari variasi atau
dengan perkataan lain hasil pemeriksaan bahan penderita pada hari itu bebas
kesalahan. Asumsi ini menjadi tidak benar apabila terdapat kesalahan dalam proses
pra-instrumentasi dan pasca instrumentasi seperti pengambilan bahan, penanganan
bahan sebelum dilakukan pemeriksaan, obat-obatan, penyakit tertentu (uremia,
diabetes, dll) dan kesalahan pendataan.

2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)


PME adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik oleh pihak lain di luar
laboratorium untuk memantau, menilai penampilan pemeriksaan tertentu di
laboratorium. Dilakukan oleh pemerintah, swasta, internasional.

47
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

PME yang diselenggarakan oleh pemerintah wajib diikuti oleh setiap


laboratorium, meliputi semua bidang pemeriksaan dan dilakukan secara teratur dan
periodik, dengan 3 tingkat sbb :
1. Tingkat nasional/tingkat pusat
2. Tingkat regional
3. Tingkat propinsi/wilayah

Manfaat PME bagi laboratorium adalah dapat melihat performance (proficiency)


dari hasil evaluasi yang dilkukan. Saat dilkukan PME, harus
dikerjakan oleh petugas yang biasa melaksanakan pemeriksaan, menggunakan
perlatan/reagen/metoda yang biasa dipakai pula. Nilai yang diterima dievaluasi, dicari
penyebab dan diambil langkah-langkah perbaikan.

E. VERIFIKASI
Tindakan pencegahan dari suatu kesalahan yang etrdiri dari 3 tahap sbb :
1. Tahap Pra Analitik
a. Formulir permintaan pemeriksaan
- Apakah identitas pasien, identitas pengirim (dokter, lab pengirim,
kontraktor, dll ), No lab, tanggal pemeriksaan, permintaan pemeriksaan
sudah lengkap dan jelas

- Apakah semua permintaan pemeriksaan sudah ditandai


b. Persiapan pasien : apakah persiapan pasien sesuai persyaratan
c. Pengambilan dan penerimaan spesimen
d. Penanganan spesimen
e. Persiapan sampel untuk dianalisa
- Apakah kondisi sampel memenuhi persyaratan
- Apakah volume sampel sudah cukup
- Apakah identifikasi sampel sudah benar
2. Tahap Analitik
a. Persiapan Reagen / Media
- Apakah reagen.media memenuhi syarat
- Apakah masa kadaluarsa tidak terlampaui
- Apakah cara pelarutan atau pencampurannya sudah benar
- Apakah cara pengenceran sudah benar
- Apakah pelarutnya (aquadest) memenuhi syarat
b. Pipetasi Reagen dan sampel
c. Inkubasi
d. Pemeriksaan
e. Pembacaan hasil
3. Tahap Pasca Analitik
Pelaporan hasil
a. Apakah form hasil bersih
b. Apakah tidak salah transkip
c. Apakah tulisan sudah jelas
48
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

d. Apakah terdapat kecenderungan hasil pemeriksaan atau hasil abnormal

F. PENCATATAN
Pencatatan adalah kegiatan laboratorium yang diperlukan dalam ketersediaan data,
perencanaan, pemantauan/evaluasi serta penga,bilan keputusan untuk peningkatan
pelayanan laboratorium.
Ada 4 jenis pencatatan yang dilkukan oleh Laboratorium Rumkit Tk.II Udayana sbb:

1. Pencatatan kegiatan pelayanan


- Buku register penerimaan spesimen
- File register induk berisi data pasien lengkap serta hasil pemeriksaan specimen
- Buku register/catatan kerja harian (sub bagian lab)
- Buku pengeluaran hasil
- Buku pelaporan nilia kritis
- Buku penolakan sampel
- Buku permintaan penambahan pemeriksaan per telepon
- Buku register pemeriksaan rujukan
- Buku komunikasi antar petugas (buku operan)
- Buku laporan jaga
- Kartu mantenance alat
- Kartu stok reagen di gudang
- Buku dan file notulen rapat
- File absensi rapat
2. Pencatatan keuangan
- File pendapatan pemeriksaan laboratorium
- Buku catatan pemasukan dan pengeluaran kas kecil lab
3. Pencatatan logistik
- Buku permintaan dan pengeluaran reagen dan alkes
- Buku pengeluaran internal dari gudang ke sub bagian lab
4. Pencatatan kepegawaian
- Daftar karyawan lab
- Buku log karyawan
- Buku catatan ketidakhadiran karyawan
- File kinerja karyawan
- File kompetensi dan sertifikat pelatihan yang pernah diikuti
5. Pencatatan Pemantapan Mutu Internal (QC harian)
- Buku QC harian masing masing alat
- File dan grafik QC harian
6. Laporan dan evaluasi PME tingkat propinsi dan nasional dari Balai Laboratorium
Kesehatan, PKEL PDS PATKLIN, PNPME Kementrian Kesehatan RI, IQAS.
7. Pencatatan masalah/komplain laboratorium : buku complain laboratorium.

G. PELAPORAN
Pelaporan kegiatan laboratorium terdiri dari :

49
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

1. Laporan kegiatan rutin


Laporan harian :
- Laporan harian jumlah pasien dan pendapatan
Laporan mingguan : laporan pembelian alkes dan reagen
Laporan bulanan :
- Laporan jumlah pasien dan pendapatan
- Laporan jumlah pemeriksaan
- Laporan jumlah pasien dan pemeriksaan untuk data rekam medis
- Laporan pemeriksaan rujukan
- Laporan pembelian alkes dan reagen untuk akuntasni
- Laporan kejadian untuk Komite Keselatan Pasien Rumah Sakit
- Laporan kejadian untuk Komite Keselamatan Kerja
2. Laporan hasil pemeriksaan
Laporan hasil pemeriksaan dibuat dalam format baku seperti terlampir bersama
pedoman ini, meliputi :
- Identifikasi laboratorium rumah sakit
- Identifikasi pasien (nama, no RM, No laboratorium, alamat lengkap, umur,
ruangan/poli, nama dan tanda tangan dokter yang meninta, tanggal
pemeriksaan, waktu pendaftaran, waktu penerimaan sampel, waktu selsai,
hasil, waktu cetak hasil)
- Jenis pemeriksaan
- Nilai rujukan
- Satuan
- Jenis sampel
- Ekspertise Morfologi darah Tepi

- Tanggapan hasil bila perlu


- Tanda tangan petugas yang berwenang
3. Laporan khusus
- Laporan jumlah pemeriksaan anti HIV kepada tim HIV

H. PENYIMPANAN DOKUMEN
Dokumen yang harus disimpan adalah
1. Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium (FPPL)
FPPL disimpan perhari, dikelompokkan per bulan berjalan dan disimpan
selama 1 tahun
2. Hasil pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium tersimpan dalam buku kerja di masing
masing sub bagian dan file komputer
3. Hasil pemeriksaan rujukan
Hasil pemeriksaan rujukan disimpan dalam buku rujukan
4. Dokumen Perjanjian Kerjasama dengan lab rujukan, Alat, PMI-UTD-UDD
50
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

I. PEMUSNAHAN DOKUMEN
Pemusnahan dokumen dilkukan oleh bagian rumag tangga Rumah Sakit Tk.IV
09.07.01 Wirasakti. Laboratorium terlebih dahulu membuat surat permohonan
pemusnahan kepada Karumkit yang akan ditindak lanjuti oleh bagian urdal.
Dibuatkan berita acara pemusnahan yang berisi waktu pemusnahan (tanggal,
bulan, tahun) serta ditanda tangani oleh penanggung jawab/petugas yang
berwenang dalam pemusnahan.

J. AUDIT DAN EVALUASI


Audit adalah proses menilai atau memeriksa kembali secara kritis berbagai
kegiatan yang dilaksanakan di dalam laboratorium. Audit dibagi dalam audit
internal dan audit eksternal. Audit internal dilakukan oleh tim mutu laboratorium.
Penilaian yang dilkukan haruslah dapat mengukur berbagai indikator penampilan
laboratorium misalnya kecepatan pelayanan, ketelitian laporan hasil pemeriksaan
laboratorium, dan mengidentifikasi titik lemah dalam kegiatan laboratorium yang
menyebabkan kesalahan serimg terjadi.

Audit eksternal bertujuan untuk memperoleh masukan dari pihak di luar


laboratorium atau pemakai jasa laboratorium terhadap pelayanan dan mutu
laboratorium. Audit eksternal dilkukan oleh bagian SPI, Komite mutu, visitasi dari
pihak Dinas Kesehatan, Akreditasi Nasional.
Evaluasi dilakukan secara berkala oleh tim mutu dan struktural laboratorium antara
lain :
- Evaluasi QC harian
- Evaluasi bulanan terhadap hasil pencapaian QC lab
- Evaluasi terhadap hasil PME
- Evaluasi dan tindak lanjut terhadap komplain laboratorium
- Evaluasi dan tindak lanjut terhadap setiap penemuan audit internal maupun
eksternal

K. VALIDASI HASIL
Tujuan validasi hasil adalah untuk memantapkan kualitas hasil pemeriksaan yang
telah diperoleh melalui pemeriksaan ulang oleh laboratorium rujukan.
Pemeriksaan ulang ini dilakukan dengan cara :

51
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

1. Laboratorium mengirim spesimen dan hasil pemeriksaan ke laboratorium


rujukan untuk diperiksa, dan hasilnya dibandingkan terhadap hasil pemeriksaan
laboratorium pengirim.
2. Presentase tertentu dari hasil pemeriksaan positif dan negatif dikirim ke
laboratorium rujukan untuk diperiksa ulang (khususnya untuk pemeriksaan
BTA)

L. AKREDITASI
Laboratorium Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti mengikuti audit dari KARS
dalam rangka akreditasi Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti. Hal ini dilakukan
untuk senantiasa
memberikan pelayanan laboratorium sesuai standar, sehingga pelayanan yang
diberikan bermutu dan dapat dipertanggung jawabkan.

M. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


Pendidikan dan pelatihan tenaga laboratorium merupakan hal sangat penting
dalam program pemantapan mutu, harus direncanakan secara berkelanjutan dan
berkesinambungan, serta ada pelaksanaan dan pemantauan.

N. INDIKATOR MUTU
Indikator adalah suatu cara untuk menilai penampilan kerja suatu kegiatan
dengan menggunakan instrumen. Indikator merupakan variable yang digunakan
untuk memulai suatu perubahan.
Mutu adalah derajat kesempurnaan peyanan rumah sakit untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya
yang tersedia di rumah sakit secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan
secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosial
budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan rumah sakit dan
masyarakat konsumen.

Pengukuran Indikator Mutu disini yaitu Numerator dibagi Denominator dikalikan


seratus prosen.

Pelayanan laboratorium merupakan bagian dari indikator Kinerja rumah sakit yang
berhubungan dengan Mutu.

52
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Indikator Kinerja yang berhubungan dengan standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit di
laboratorium diantaranya adalah :

1. Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium


Standarnya adalah 140 menit.
Dimensi mutu yaitu efektifitas, kesinambungan pelayanan dan efisiensi.
Tujuannya adalah tergambarnya kecepatan pelayanan laboratorium. Pemeriksaan
laboratorium yang dimaksud disisni adalah pelayanan pemeriksaan laboratorium
rutin dan kimia darah.
Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium untuk pemeriksaan laboratorium
adalah tenggang waktu mulai pasien diambil sampel dengan menerima hasil yang
sudah diekspertisi.
Numeratornya adalah Jumlah kumulatif waktu tunggu hasil pelayanan
laboratorium pasien yang disurvey dalam satu bulan.

Denominatornya adalah jumlah pasien yang diperiksa di laboratorium yang


disurvey dalam bulan tersebut.

2. Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan laboratorium


Pelaksana ekspertisi laboratorium adalah dokter spesialis Patologi Klinik yang
mempunyai kewenangan untuk melakukan pembacaan hasil pemeriksaan
laboratorium. Bukti dilakukan ekspertisi adalah adanya tanda tangan pada
lembar hasil pemeriksaan yang dikirimkan pada dokter yang meminta.
Standarnya adalah menurut Menkes/129/2008/ adalah 100%.
Pembacaan dan verifikasi hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh tenaga
ahli untuk memastikan ketapatan diagnosis.
Numeratornya adalah jumlah hasil laboratorium yang diverivikasi hasilnya oleh
spesialis patologi klinik dalam satu bulan.
Denominatornya adalah jumlah seluruh pemeriksaan laboratorium dalam satu bulan.

3. Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil


Dimensi mutunya adalah keselamatan pasien. Standarnya adalah 100%.
Tuuannya adalah tergambarnya ketelitian pelayanan laboratorium.
Kesalahan penyerahan hasil laboratorium disini adalah penyerahan hasil
laboratorium pada salah orang.
53
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

Numeratornya yaitu jumlah seluruh pasien yang diperiksa laboratorium dalam


bulan dikurangi jumlah penyerahan hasil laboratorium salah orang dalam satu bulan.
Denominatornya adalah jumlah pasien yang diperiksa di laboratorium dalam bulan
tersebut.

4. Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap
pelayanan laboratorium. Dimensi mutunya adalah kenyamanan. Tujuannya adalah
tergambarnya presepsi pelanggan terhadap pelayanan laboratorium. Standarnya
80%.
Numeratornya yaitu jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang
disurvei (dalam prosen). Denominatornya yaitu jumlah total pasien yang disurvey (n
minimal 50).

BAB IX
PENUTUP

Harapan penyusunan pedoman pelayanan laboratorium adalah agar


pelayanan laboratorium dapat dilakukan sesuai standar dan pedoman yang
berlaku sehingga laboratorium dapat memberikan pelayanan yang maksimal dan
optimal kepada pasien di Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti.

Ditetapkan di Kupang
Pada tanggal Oktober 2016

54
Kepala Rumah Sakit Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

dr. Immanuel. E. S. Purba, Sp.THT-KL


Mayor Ckm NRP. 11010001130571
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

DAFTAR PUSTAKA

1. ASEAN Good Control Laboratory Practice Guidelines


2. Asia Pacific Analyte Notes, Specimen Handling Guidlines and Selected Non-
Analytical Variables, No. 1, Vol. 4,1998.
3. Bio Safety - Philiphines.
4. WHO, Browning DM, Hill PG, Olaizabal' AVR. Preparation of stabilized liquid quality
control serum to be used in clinical chemistry. 1986.
5. Carson and NJ Dent. Good Laboratory and Clinical Practices Patology Anatomi.
6. Departemen kesehatan RI, Pedoman Pengelolaan Instalasi Laboratorium Patologi
Klinik, Patologi Anatomik dan Patologi Forensik/Kamar Jenazah Rumah Sakit Kelas
B dan C.
7. Departemen Kesehatan RI, Permenkes 514/MENKES/PER/VI/1994 tentang
Laboratorium Kesehatan Swasta, 1994
8. Dharan, Murali,1977, Total Quality Control in The Clinical Laboratory, The C.V.
Mosby Coftipany. DSN-01 -1991

55
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

9. Health Laboratory Services in Support of PRLC in developing Countries


10. Himpunan Kimia Klinik Indonesia (HKKI); Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi
Klinik Indonesia (PDS Patkfin). Panduan Pemantapan Mutu Laboratorium Klinik
bidang kimia klinik. Jakarta; 1995
11. Imamkhasani, S., 1990, Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia, PT
Gramedia, Jakarta.
12. ISO Guide 25
13. Mahon, C.R., Manuselis Jr, G:, 1995, Laboratory Workbook in Diagnostic
Microbiology, W.B. Saunders Company, Philadelphia.
14. Medical Society of West Germany, 1988
15. Miller, J.Michael, 1996, A Guide to Specimen Management in Clinical Microbiology,
ASM Press,
16. M. Robert Hicks; Laboratory Instrumentation, 2 nd edition
17. NCCLS, Clinical Laboratory Waste Management; Approved Guideline, Vol. 13
No,22, December 1993
18. NCCLS, Laboratory Instruments and data Management Systems; Design of
Software User Interfaces and Software Systems Validation, Operation and
Monitoring ; Proprosed Guideline, Vol. 14 No. 14, November 1994.

19. NCCLS, Physician's Office Laboratory Guidelines, POLI -T vol 9 No 4.


20. NCCLS, Selecting and Evaluation a Referral Laboratory ; Proprosed Guideline, Vol.
5 No. 19, November 1995.
21. NCCLS, Assessment of the Clinical Accuracy of Laboratory Tests Using Receiver
Operating Characteristic (ROC) Plots ; Approved Guideline, Vol. 13 No.23,
December 1995.
22. NCCLS, Clinical Laboratory Safety, Vol. 16 No. 6, September 1996.
23. N.W. Tietz, Fundamental Clinical Chemistry, 3rd edition, 1987
24. Pedoman Pelayanan Rumah Sakit (revisi)
25. Puslabkes, Pedoman Keamanan Laboratorium. Mikrobiologi dan Biomedis, 1997
26. Puslabkes, Petunjuk Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal, 1997
27. Quality Assurance in Clinical Biochemistry ASEAN Conference in Medical
Laboratory Technology.
28. Vandepitte, J., et al, 1991, Basic laboratory procedure in clinical bacteriology, WHO,
Geneva.
29. Washington, John. A., 1985, Laboratory Procedures in Clinical Microbiology, 2 nd Ed.,
SpringerVerlag.'Tokyo.
56
Pedoman pelayanan
Laboratorium RS Tk.IV 09.07.01 Wirasakti

30. Wesgard J0, Klee GG. Quality assurance. In: Tietz NW eds. Fundamentals of clinical
chemistry. 3rd ed. Philadelphia: WB - Saunders Co. 1987 :238 - 53.
31. WHO-Basic Quality Assurance
32. WHO, Principle of Quality Control
33. WHO, Transport and handing of speimen.
34. WHO, Fundamental Diagnostic Haernatology, 2 nd edition, 1992
35. World Health Organization, Laboratory Biosafety Manual, 2 nd edition, Geneva, 1993

57

Anda mungkin juga menyukai