Apendisitis
Oleh : Kelompok 13
Nur Hana
212310101053
D 2021
Anatomi
bagian distal
Fisiologi
infeksi.
Definisi
Appendicitis merupakan suatu kondisi terjadinya infeksi di apendiks (umbai
cacing). Dalam beberapa kasus ringan apendisitis dapat sembuh tanpa
perawatan, tetapi mayoritas kasus memerlukan laparotomi dengan memotong
apendiks yang terinfeksi
Salah satu penatalaksanaan pasien dengan apendisitis akut adalah dengan cara
pembedahan apendiktomi. Apendiktomi merupakan tindakan pembedahan yang
dilakukan untuk mengangkat apendiks yang didiagnosa apendisitis sebagai pencegahan
terjadinya perforasi apendiks dan penanganan terjadinya perforasi yang dapat
menimbulkan nyeri
Epidemiologi
Prevalensi apendisitis akut secara global sebesar 25 per 10.000
penduduk pada usia 10-17 tahun. Prevalensi apendisitis akut paling
tinggi di negara Amerika Serikat dengan 1 kejadian di setiap 400
penduduk (0.25%).
mukosa dinding
apendiks mensekresi
iskemia jaringan
colapsnya vena
kenaikan tekanan
intralumen
darah ke apendiks
Klasifikasi
Apendisitis akut Apendisitis Kronik
Peradangan pada apendiks dengan gejala Apendisitis kronis baru bisa ditegakkan apabila
khas yaitu nyeri samar dan tumpul ditemukan tiga hal :
merupakan nyeri visceral di saerah 1. pasien memiliki riwayat nyeri pada kuadran
epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini kanan bawah abdomen selama paling sedikit
disertai rasa mual muntah dan penurunan tiga minggu tanpa alternatif diagnosa lain.
nafsu makan. Dalam beberapa jam nyeri akan 2. setelah dilakukan apendiktomi, gejala yang
berpindah ke titik Mc Burney. Pada titik ini, dialami pasien akan hilang.
nyeri yang dirasakan menjadi lebih tajam dan 3. secara histopatologik gejala dibuktikan
lebih jelas letaknya sehingga merupakan sebagai akibat dari inflamasi kronis yang
nyeri somatik setempat. aktif atau fibrosis pada apendiks.
Patofisiologi
obstruksi mukosa dinding apendiks
meningkatkan tekanan intralumen =>
mengubah gambaran
saat eksudat inflamasi dari
apendiks yang
dengan peritoneum parietal,
lingkungan yang baik bagi
tampilannya berkilap
serabut saraf somatik akan
pertumbuhan bakteri dan
merupakan suatu
terlokalisir.
penanda adanya
apendisitis
Manifestasi klinis
1. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya disertai dengan demam
kambuhan
4. Tanda Rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan
kondisi memburuk.
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan urine
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan USG
Abdominal X-Ray
Penatalaksanaan
medis
1. Tindakan medis
- Observasi terhadap diagnosa
- Intubasi
- Antibiotik
2. Terapi bedah
3. Terapi pasca operasi
Clinical Pathway
Pengkajian
Identitias Pasien
Riwayat Kesehatan
Pemeriksaan Fisik
A.Identitas Klien
Identitas klien yang terdiri dari nama, umur, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, statusperkawinan, suku bangsal,tanggal masuk rumahsakit.
B.Riwayat Kesehatan yang terdiridari:
1. Diagnosa Medik
Apendicitis
2. Keluhan Utama
Pasien dengan post operasi apendiktomi biasanya merasakan nyeri pada luka insisi/operasi
3. Riwayat penyakit sekarang
dikaji dimulai dari keluhan yang dirasakan pasien sebelum masuk rumah sakit,ketika mendapatkan perawatan di rumah sakit sampai
dilakukannya pengkajian. Pada pasien post operasi apendiktomi biasanya didapatkan adanya keluhan seperti nyeri pada luka insisi operasi.
Keluhan nyeri dikaji menggunakan PQRST
4. Riwayat Kesehatan terdahulu
a. Penyakit yang pernahdialami
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien tentang penyakit apa saja yang pernah di derita, riwayat operasi serta tanyakan
apakah pernah masuk
rumah sakit sebelumnya.
b. Kebiasaan/pola hidup/life style
Pada penderita apendisitis biasanya memiliki pola hidup sering mengonsumsi makanan cepat saji.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada pasien mengenai riwayat penyakit keluarga seperti (Diabetes Melitus, Hipertensi, Asma) dan penyakit menular.
Pengkajian
c. Pengkajian Keperawatan Pola Gordon
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien dengan Apendicitis biasanya terjadi perubahan persepsi dan kebiasaan hidup sehat karena kurang pengetahuan terhadap dampak yang dialami
karena penyakitnya. Biasanya klien merasa terganggu terhadap dampak yang dialami tersebut.
2. Pola nutrisi dan metabolism
Pada klien Apendicitis terjadi penurunan berat badan, mudah lelah dikarenakan keseimbangan tubuhnya terganggu.
3. Pola eliminasi
Klien Apendicitis pada pola eliminasi mengalami penurunan karena asupan nutrisiyang berkurang sehingga penderita tidak bisa BAB normal.
4. Pola aktivitas dan latihan
Pada klien Apendicitis akan mudah mengalami kelelahan umum, penurunan rentang gerak, nyeri yang akan mempengaruhi aktivitas sehari-hari klien.
5. Pola tidur dan istirahat
Pada klien Apendicitis mengalami gangguan kualitas tidur akibat perdarahan yang sering terjadi, gelisah, dan nyeri.
6. Pola kognitif dan perseptual
Pada klien Apendicitis saat perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi panca indra akibat efek samping obat pada tahap penyembuhan.
7. Pola persepsi diri
Perubahan fungsi tubuh, lama perawatan, serta biaya pengobatan yang tidak sedikit mengakibatkan penderita Apendicitis mengalami gangguan peran
dan ideal diri.
8. Pola peran dan hubungan
Pada klien Apendicitis umumnya sering mengalami gangguan peran dan hubungan.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Pada klien Apendicitis tidak dapat menjalankan hubungan seksualitas dengan baik
10. Pola toleransi koping stress
Terjadinya dampak psikologis pada klien yang mengalami Apendicitis karena lamanya pengobatan dan perawatan yang dijalani serta adanya gangguan
penerimaan kondisi dirinya saat ini yang menderita penyakit yang berbahaya.
Pengkajian
D. Pemeriksaan Fisik
1.Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai saat pertama kali bertemu dengan klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Pada pasien post operasi
apendiktomi mencapai kesadaran penuh setelah beberapa jam kembali dari ruang operasi
2.Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) umumnya pasien mengalami takikardi, peningkatan tekanan darah, dapat juga
terjadi hipotensi.
3.Pemeriksaan Head To Toe (Data fokus)
a. Kepala
Inspeksi : kepala simetris,tidak ada lesi, bentuk dan posisi kepala, umumnya normal dan tidak menyebabkan gangguan pada kepala
Palpasi : melihat ada tidaknya nyeri tekan pada kepala klien, umumnya tidak ada benjolan patologis ataupun nyeri tekan
b. Mata
Inspeksi : Keadaan pupil isokor, palperbra dan refleks cahaya tidak ada gangguan, konjungtiva tidak anemis
Palpasi : melihatada tidak ada nyeri tekandisekitar area mata
c. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering karena adanya pembatasan masukan oral, mengamati bibir
Palpasi : melihatada tidak ada nyeri tekandisekitar area bibir
d .Leher
Inspeksi : melihat ada tidaknya luka memar, lesi ataupun lebam di area leher, bentuk trakea, melihat ada tidaknya peningkatan JVP
Palpasi : ada tidaknya nyeri pada leher, ada tidaknyapembesaran vena jugularis dan memeriksa ada tidaknya pembesaran pada
kelenjar tiroid
Pengkajian
E. Dada
- Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, Pasien post operasi apendiktomi mengalami penurunan dan peningkatan frekuensi nafas
Palpasi : Kaji ada tidaknya nyeri tekan, vokal fremitus sama antara kanan dan kiri.
Perkusi : Terdengar sonor
Auskultasi : Normalnya terdengar vasikuler pada kedua paru, tidak terdapat suara tambahan
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 4 & 5 mid clavicula sinistra.
Perkusi : Normalnya terdengar pekak
Auskultasi : Normalnya terdengar tunggal suara jantung pertama dan suara jantung kedua
F. Abdomen
Inspeksi :Terdapat luka bekas operasi tertutup kasa, bentuk dan ukuran luka, terlihat mengencang (distensi).
Auskultasi : Bising usus menurun
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada abdomen bekas operasi
Perkus :Kaji suara apakah timpani atau hipertimpani
G. Ekstermitas
Secara umum klien post operasi apendiktomi dapat mengalami kelemahan karena tirah baring pasca operasi. Kekakuan otot akan
berangsur membaik seiring dengan peningkatan toleransi aktivitas klien.
H. Genetalia
Inspeksi : melihat adanya alat bantu seperti kateter atau tidak, melihat bentuk genetalia apakah abnormal
Palpasi : apakahada nyeri tekan pada area genetalia
i. Kulit dan kuku
Terdapat luka sayatan pada bekas operasi, warna kulit, kelembaban, akral hangat, CRT (Capilary Refil Time) < 2 detik, turgor kulit
menurun.
Pengkajian
Diagnosa
2016):
Diagnosa post-operasi:
Diagnosa pre-operasi: 1. Nyeri akut berhubungan
1. Ansietas berhubungan
dengan kerusakan jaringan
dengan proses operasi 2. Gangguan integritas jaringan
luka insisi
apendiks
3. Resiko Infeksi berhubungan
-Monitor kesehatan fisik dan mental pasien memenuhi keyakinan dan perawatan
-Berikan penjelasan yang relevan dan mudah
dipahami
Intervensi
2. Nyeri akut berhubungan dengan spasme dinding apendik 2)Terapeutik
Tujuan : Tingkat nyeri berkurang -Berikan teknik non farmakologis untuk
nyeri
rasa nyeri
-Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan 4) Kolaborasi
-Monitor efek samping penggunaan analgetik -Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Intervensi
2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan
2) Terapeutik
dengan luka insisi -Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Tujuan : Integritas kulit dan jaringan dapat teratasi -Lakukan pemijitan pada area penonjolan tulang,
secukupnya
Intervensi
3. Risiko infeksi berhubungan dengan pintu masuk
kuman 2) Terapeutik
Tujuan : Tingkat infeksi berkurang -Berikan suntikan pada bayi di bagian paha
kesehatan
Implementasi
A (Analisis)
merupakan
S (Subjektif)
menganalisis masalah
merupakan respon
pasien
menilai efektivitas
keperawatan selanjutnya
dari observasi
langsungperawat
setelah diberikan
oleh perawat pada tahap
atau analisis.
Discharge
planning
Discharge planning atau biasa disebut juga sebagai perencanaan pulang
merupakan perencanaan yang dikembangkan untuk pasien dan keluarga
sebelumpasien meninggalkan rumah sakit, dibuat dengan tujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan pasien secara optimaldan mampu melakukannya
secara mandiri di rumah
Daftar Pustaka
Amalia, I. (2018). Gambaran Sosio-Demografi dan Gejala Apendisitis Akut di RSU Kota Tangerang Selatan (Bachelor's thesis).
Awaluddin, A. (2020). Faktor Risiko Terjadinya Apendisitis Pada Penderita Apendisitis Di Rsud Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu Tahun
2020. Jurnal Kesehatan Luwu Raya, 7(1), 67-72.
Cruz, H. H. D., & Mayasari, D. (2023). Aspek Klinis dan Tatalaksana Apendisitis Akut. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung, 6(2), 79-83.
Decaprio, M. A. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN POST APPENDICTOMY DI RUANG CEMPAKA 2 RSUD SLEMAN
YOGYAKARTA (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).
Dewi, A. S., & Iriani, R. (2020). Asuhan Keperawatan Klien yang Mengalami Gangguan Rasa Nyeri dengan Post Op Apendisitis di RSUD
Budhi Asih Jakarta. Jurnal Persada Husada Indonesia, 7(25), 48-55.
El-Haque, I. T., & Ismayanti, I. (2022). Pendampingan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan: Apendisitis. KOLABORASI JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT, 2(3), 238-253.
Erianto, M., Fitriyani, N., Siswandi, A., & Sukulima, A. P. (2020). Perforasi pada Penderita Apendisitis Di RSUD DR. H. Abdul Moeloek
Lampung. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 9(1), 490-496.
Fransisca, C., Gotra, I. M., & Mahastuti, N. M. (2019). Karakteristik pasien dengan gambaran histopatologi apendisitis di RSUP Sanglah
Denpasar tahun 2015-2017. Jurnal Medika Udayana, 8(7), 2.
Nadianti, R. N., & Minardo, J. (2023). Manajemen Nyeri Akut pada Post Laparatomi Apendisitis di RSJ Prof. Dr. Soreojo Magelang: Acute
Pain Management in Post Laparotomy Appendicitis at RSJ Prof. Dr. Sorejojo Magelang. Journal of Holistics and Health Sciences (JHHS),
5(1), 75-87.
Mediarti, D., Akbar, H., & Jaya, H. (2022). Implementasi keperawatan pada pasien Post Operasi apendisitis dengan Masalah nyeri akut.
Jurnal’Aisyiyah Medika, 7(1), 151-165.
Simamora, F. A., Siregar, H. R., & Jufri, S. (2021). Gambaran Nyeri Pada Pasien Post Operasi Apendisitis. Jurnal Kesehatan Ilmiah
Indonesia/Indonesian Health Scientific Journal, 6(1), 27-34.