Anda di halaman 1dari 28

Asuhan Keperawatan Klien

Dewasa Dengan Diagnosis

Apendisitis

Oleh : Kelompok 13
Nur Hana
212310101053
D 2021
Anatomi

Asuhan Keperawatan Klien

Apendiks merupakan suatu


evaginasi dari sekum yang
Dewasa Dengan Diagnosis

ditandai dengan sebuah lumen


yang relatif kecil, sempit, dan tak
Apendisitis
teratur yang disebabkan oleh
banyaknya folikel limfoid di dalam
dindingnya
Ket:
a) menggangtung
Apendiks memiliki panjang sekitar diatasapertura pelvis
3-15 cm dan diameter 0,5- 1 cm. b)retrocaecal
Pada bagian proksimal, Oleh lumen: Kelompok 13 / D2021 c)pre-ileal
d)retro-ileal
apendikssempit dan melebar di Nur Hana
212310101053

bagian distal

Fisiologi

Apendiks menghasilkan lendir sekitar 1 sampai 2

ml per hari. Lendir tersebut normalnya dialirkan

ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke

caecum. Immunoglobulin sekretoar yang

dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid

tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna

termasuk apendiks yaitu IgA. Immunoglobulin

tersebut berperan sebagai pelindung terhadap

infeksi.
Definisi
Appendicitis merupakan suatu kondisi terjadinya infeksi di apendiks (umbai
cacing). Dalam beberapa kasus ringan apendisitis dapat sembuh tanpa
perawatan, tetapi mayoritas kasus memerlukan laparotomi dengan memotong
apendiks yang terinfeksi

Salah satu penatalaksanaan pasien dengan apendisitis akut adalah dengan cara
pembedahan apendiktomi. Apendiktomi merupakan tindakan pembedahan yang
dilakukan untuk mengangkat apendiks yang didiagnosa apendisitis sebagai pencegahan
terjadinya perforasi apendiks dan penanganan terjadinya perforasi yang dapat
menimbulkan nyeri
Epidemiologi
Prevalensi apendisitis akut secara global sebesar 25 per 10.000
penduduk pada usia 10-17 tahun. Prevalensi apendisitis akut paling
tinggi di negara Amerika Serikat dengan 1 kejadian di setiap 400
penduduk (0.25%).

Prevalensi apendisitis di Indonesia pada tahun 2006, 2009, 2016, 2017


berturut-turut yaitu 28.949 pasien, 30.703 pasien, 65.755 pasien, dan
75.601 pasien, hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah pasien
apendisitis dari tahun ke tahun (Cruz dan Mayasari, 2023).
Etiologi
Apendisitis disebabkan oleh adanya obstruksi pada lumen

apendiks yaitu adanya sumbatan oleh masa fecalith. Penyebab

lain yaitu adanya hiperplasia jaringan limfoid yang berkaitan

dengan infeksi virus

mukosa dinding

obstruksi peningkatkan volume

apendiks mensekresi

lumen lumen apendiks


banyak mukus

iskemia jaringan
colapsnya vena

apendiks, infark, dan


drainase sehingga

kenaikan tekanan

gangren menurunkan suplai

intralumen
darah ke apendiks
Klasifikasi
Apendisitis akut Apendisitis Kronik

Peradangan pada apendiks dengan gejala Apendisitis kronis baru bisa ditegakkan apabila
khas yaitu nyeri samar dan tumpul ditemukan tiga hal :
merupakan nyeri visceral di saerah 1. pasien memiliki riwayat nyeri pada kuadran
epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini kanan bawah abdomen selama paling sedikit
disertai rasa mual muntah dan penurunan tiga minggu tanpa alternatif diagnosa lain.
nafsu makan. Dalam beberapa jam nyeri akan 2. setelah dilakukan apendiktomi, gejala yang
berpindah ke titik Mc Burney. Pada titik ini, dialami pasien akan hilang.
nyeri yang dirasakan menjadi lebih tajam dan 3. secara histopatologik gejala dibuktikan
lebih jelas letaknya sehingga merupakan sebagai akibat dari inflamasi kronis yang
nyeri somatik setempat. aktif atau fibrosis pada apendiks.
Patofisiologi
obstruksi mukosa dinding apendiks
meningkatkan tekanan intralumen =>

lumen mensekresi banyak mukus menimbulkan rasa nyeri yang samar-samar,

nyeri difus pada abdomen dibawah epigastrium.


Reaksi peradangan

mengubah gambaran
saat eksudat inflamasi dari

lapisan serosa dinding


dinding apendiks terhubung
lumen apendiks menjadi

apendiks yang
dengan peritoneum parietal,
lingkungan yang baik bagi

tampilannya berkilap
serabut saraf somatik akan
pertumbuhan bakteri dan

menjadi merah, granular,


teraktivasi sehingga
menjadi mediator inflamasi
dan suram, perubahan ini
menyebabkan nyeri yang

merupakan suatu
terlokalisir.
penanda adanya

apendisitis
Manifestasi klinis
1. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya disertai dengan demam

derajat rendah, mual, dan seringkali muntah.


2. Pada titik Mc Burney terdapat nyeri tekan setempat karena tekanan

dan sedikit kaku dari bagian bawah otot rektus kanan


3. Nyeri alih mungkin saja ada; letak apendiks mengakibatkan

sejumlah nueri tekan, spasme otot, dan konstipasi serta diare

kambuhan
4. Tanda Rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan

bawah , yang menyebabkan nyeri kuadran kiri bawah)


5. Jika terjadi ruptur apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih

menyebar; terjadi distensi abdomen akibat ileus paralitik dan

kondisi memburuk.
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan urine

Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan USG

Abdominal X-Ray
Penatalaksanaan
medis

1. Tindakan medis
- Observasi terhadap diagnosa
- Intubasi
- Antibiotik
2. Terapi bedah
3. Terapi pasca operasi
Clinical Pathway
Pengkajian

Identitias Pasien

Riwayat Kesehatan

Pengkajian Keperawatan Pola Gordon

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium


Pengkajian

A.Identitas Klien
Identitas klien yang terdiri dari nama, umur, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, statusperkawinan, suku bangsal,tanggal masuk rumahsakit.
B.Riwayat Kesehatan yang terdiridari:
1. Diagnosa Medik
Apendicitis
2. Keluhan Utama
Pasien dengan post operasi apendiktomi biasanya merasakan nyeri pada luka insisi/operasi
3. Riwayat penyakit sekarang
dikaji dimulai dari keluhan yang dirasakan pasien sebelum masuk rumah sakit,ketika mendapatkan perawatan di rumah sakit sampai
dilakukannya pengkajian. Pada pasien post operasi apendiktomi biasanya didapatkan adanya keluhan seperti nyeri pada luka insisi operasi.
Keluhan nyeri dikaji menggunakan PQRST
4. Riwayat Kesehatan terdahulu
a. Penyakit yang pernahdialami
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien tentang penyakit apa saja yang pernah di derita, riwayat operasi serta tanyakan
apakah pernah masuk
rumah sakit sebelumnya.
b. Kebiasaan/pola hidup/life style
Pada penderita apendisitis biasanya memiliki pola hidup sering mengonsumsi makanan cepat saji.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada pasien mengenai riwayat penyakit keluarga seperti (Diabetes Melitus, Hipertensi, Asma) dan penyakit menular.

Pengkajian
c. Pengkajian Keperawatan Pola Gordon
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien dengan Apendicitis biasanya terjadi perubahan persepsi dan kebiasaan hidup sehat karena kurang pengetahuan terhadap dampak yang dialami
karena penyakitnya. Biasanya klien merasa terganggu terhadap dampak yang dialami tersebut.
2. Pola nutrisi dan metabolism
Pada klien Apendicitis terjadi penurunan berat badan, mudah lelah dikarenakan keseimbangan tubuhnya terganggu.
3. Pola eliminasi
Klien Apendicitis pada pola eliminasi mengalami penurunan karena asupan nutrisiyang berkurang sehingga penderita tidak bisa BAB normal.
4. Pola aktivitas dan latihan
Pada klien Apendicitis akan mudah mengalami kelelahan umum, penurunan rentang gerak, nyeri yang akan mempengaruhi aktivitas sehari-hari klien.
5. Pola tidur dan istirahat
Pada klien Apendicitis mengalami gangguan kualitas tidur akibat perdarahan yang sering terjadi, gelisah, dan nyeri.
6. Pola kognitif dan perseptual
Pada klien Apendicitis saat perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi panca indra akibat efek samping obat pada tahap penyembuhan.
7. Pola persepsi diri
Perubahan fungsi tubuh, lama perawatan, serta biaya pengobatan yang tidak sedikit mengakibatkan penderita Apendicitis mengalami gangguan peran
dan ideal diri.
8. Pola peran dan hubungan
Pada klien Apendicitis umumnya sering mengalami gangguan peran dan hubungan.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Pada klien Apendicitis tidak dapat menjalankan hubungan seksualitas dengan baik
10. Pola toleransi koping stress
Terjadinya dampak psikologis pada klien yang mengalami Apendicitis karena lamanya pengobatan dan perawatan yang dijalani serta adanya gangguan
penerimaan kondisi dirinya saat ini yang menderita penyakit yang berbahaya.

Pengkajian
D. Pemeriksaan Fisik
1.Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai saat pertama kali bertemu dengan klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Pada pasien post operasi
apendiktomi mencapai kesadaran penuh setelah beberapa jam kembali dari ruang operasi
2.Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) umumnya pasien mengalami takikardi, peningkatan tekanan darah, dapat juga
terjadi hipotensi.
3.Pemeriksaan Head To Toe (Data fokus)
a. Kepala
Inspeksi : kepala simetris,tidak ada lesi, bentuk dan posisi kepala, umumnya normal dan tidak menyebabkan gangguan pada kepala
Palpasi : melihat ada tidaknya nyeri tekan pada kepala klien, umumnya tidak ada benjolan patologis ataupun nyeri tekan
b. Mata
Inspeksi : Keadaan pupil isokor, palperbra dan refleks cahaya tidak ada gangguan, konjungtiva tidak anemis
Palpasi : melihatada tidak ada nyeri tekandisekitar area mata
c. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering karena adanya pembatasan masukan oral, mengamati bibir
Palpasi : melihatada tidak ada nyeri tekandisekitar area bibir
d .Leher
Inspeksi : melihat ada tidaknya luka memar, lesi ataupun lebam di area leher, bentuk trakea, melihat ada tidaknya peningkatan JVP
Palpasi : ada tidaknya nyeri pada leher, ada tidaknyapembesaran vena jugularis dan memeriksa ada tidaknya pembesaran pada
kelenjar tiroid

Pengkajian
E. Dada
- Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, Pasien post operasi apendiktomi mengalami penurunan dan peningkatan frekuensi nafas
Palpasi : Kaji ada tidaknya nyeri tekan, vokal fremitus sama antara kanan dan kiri.
Perkusi : Terdengar sonor
Auskultasi : Normalnya terdengar vasikuler pada kedua paru, tidak terdapat suara tambahan
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 4 & 5 mid clavicula sinistra.
Perkusi : Normalnya terdengar pekak
Auskultasi : Normalnya terdengar tunggal suara jantung pertama dan suara jantung kedua
F. Abdomen
Inspeksi :Terdapat luka bekas operasi tertutup kasa, bentuk dan ukuran luka, terlihat mengencang (distensi).
Auskultasi : Bising usus menurun
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada abdomen bekas operasi
Perkus :Kaji suara apakah timpani atau hipertimpani
G. Ekstermitas
Secara umum klien post operasi apendiktomi dapat mengalami kelemahan karena tirah baring pasca operasi. Kekakuan otot akan
berangsur membaik seiring dengan peningkatan toleransi aktivitas klien.
H. Genetalia
Inspeksi : melihat adanya alat bantu seperti kateter atau tidak, melihat bentuk genetalia apakah abnormal
Palpasi : apakahada nyeri tekan pada area genetalia
i. Kulit dan kuku
Terdapat luka sayatan pada bekas operasi, warna kulit, kelembaban, akral hangat, CRT (Capilary Refil Time) < 2 detik, turgor kulit
menurun.

Pengkajian

A.Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah rutin


Untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit
yang merupakan tanda adanya infeksi.
b. Pemeriksaan foto abdomen
Untuk mengetahui adanya komplikasi pasca
pembedahan

Diagnosa

Penyakit apendisitis maka diagnosa keperawatan yang

mungkin terjadi yaitu meliputi (Tim Pokja SDKI PPNI,

2016):

Diagnosa post-operasi:
Diagnosa pre-operasi: 1. Nyeri akut berhubungan

1. Ansietas berhubungan
dengan kerusakan jaringan
dengan proses operasi 2. Gangguan integritas jaringan

2. Nyeri akut berhubungan


kulit berhubungan dengan

dengan spasme dinding

luka insisi
apendiks
3. Resiko Infeksi berhubungan

dengan pintu masuk kuman


Intervensi
Pre-operasi 2)Terapeutik
1. Ansietas berhubungan dengan proses operasi -Integrasikan keyakinan dalam rencana

Tujuan : Tingkat ansietas berkurang perawatan sepanjang tidak

Kriteria hasil : membahayakan/berisiko keselamatan, sesuai

(1) TTV dalam batas normal kebutuhan


(2) Pasien tampak rileks tidak gelisah & tegang -Berikan harapan yang realistis sesuai prognosis
(3) Pasien tidak tampak pucat -Fasilitas pertemuan antara keluarga dan tim

(4) Pasien tidak anoreksia kesehatan untuk membuat keputusan

Intervensi : Dukungan keyakinan 3)Edukasi


1)Observasi -Jelaskan bahaya atau risiko yang terjadi akibat

-Identifikasi keyakinan, masalah, dan tujuan keyakinan negatif


-Identifikasi kesembuhan jangka panjang -Jelaskan alternatif yang terdampak positif untuk

-Monitor kesehatan fisik dan mental pasien memenuhi keyakinan dan perawatan
-Berikan penjelasan yang relevan dan mudah


dipahami
Intervensi
2. Nyeri akut berhubungan dengan spasme dinding apendik 2)Terapeutik
Tujuan : Tingkat nyeri berkurang -Berikan teknik non farmakologis untuk

Kriteria Hasil : mengurangi rasa nyeri


(1) TTV dalam batas normal -Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(2) Keluhan nyeri berkurang -Fasilitas istirahat dan tidur
(3) Pasien tampak rileks -Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam

(4) Pasien mampu menuntaskan aktivitas


pemilihan strategi meredakan nyeri
Intervensi : Manajemen Nyeri
1)Observasi
3)Edukasi
-Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
-Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
intensitas nyeri -Jelaskan strategi meredakan nyeri
-Identifikasi skala nyeri -Anjurkan memonitorkan nyeri secara mandiri
-Identifikasi respons nyeri non verbal -Anjurkan menggunakan menggunakan analgetik

-Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingkan


secara tepat
nyeri
-Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi

-Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri


rasa nyeri
-Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
-Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup 4)Kolaborasi
-Monitor keberhasilan terapi komplementer -Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Intervensi
Post operasi 2) Terapeutik
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan -Berikan teknik non farmakologis untuk

Tujuan : Tingkat nyeri berkurang mengurangi rasa nyeri


Kriteria Hasil : -Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(1) TTV dalam batas normal -Fasilitas istirahat dan tidur
(2) Keluhan nyeri berkurang -Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam

(3) Pasien tampak rileks


pemilihan strategi meredakan nyeri
(4) Pasien mampu menuntaskan aktivitas
Intervensi : Manajemen Nyeri
3) Edukasi
1) Observasi -Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
-Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
intensitas nyeri -Anjurkan memonitorkan nyeri secara mandiri
-Identifikasi skala nyeri -Anjurkan menggunakn menggunakan analgetik

-Identifikasi respons nyeri non verbal secara tepat


-Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingkan

-Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi

nyeri
rasa nyeri
-Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

diberikan 4) Kolaborasi
-Monitor efek samping penggunaan analgetik -Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Intervensi
2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan

2) Terapeutik
dengan luka insisi -Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Tujuan : Integritas kulit dan jaringan dapat teratasi -Lakukan pemijitan pada area penonjolan tulang,

Kriteria Hasil : jika perlu


(1) Elastisitas kulit dipertahankan -Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama

(2) Hidrasi baik selama periode diare


(3) Perfusi jaringan baik
(4) Tidak ada kerusakan jaringan dan lapisan kulit 3) Edukasi
Intervensi : Perawatan integritas kulit -Anjurkan menggunakan pelembab
1) Observasi -Anjurkan minum air yang cukup
-Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.
-Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan
-Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan

-Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem


mobilitas)
-Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal

30 saat berada di luar rumah


-Anjurkan mandi dan menggunakan sabun

secukupnya
Intervensi
3. Risiko infeksi berhubungan dengan pintu masuk

kuman 2) Terapeutik
Tujuan : Tingkat infeksi berkurang -Berikan suntikan pada bayi di bagian paha

Kriteria Hasil : anterolateral


(1) Menjaga kebersihan tangan -Dokumentasikan informasi vaksinasi (mis. Nama

(2) Menjaga kebersihan badan produsen, tanggal kedaluwarsa


(3) Meningkatnya nafsu makan -Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang

(4) Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka (mis. Demam,


tepat
kemerahan pada luka, nyeri, bengkak) 3) Edukasi
Intervensi : manajemen imunisasi/vaksinasi -Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi,

1) Observasi jadwal, dan efek samping


-Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi -Informasikan imunisasi yang diwajibkan

-Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi (mis.

pemerintah (mis. Hepatitis B, BCG, difteri, tetanus,

Reaksi anafilaksis terhadap vaksin sebelumnya dan atau

pertusis, Influenza, polio, campak, measles,

sakit parah dengan atau tanpa dendam)


rubela)
-Identifikasi status imunisi setiap kunjungan ke pelayanan

kesehatan
Implementasi

Implementasi merupakan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan


perencanaan keperawatan yang telah dibuat. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
intervensi telah sesuai disusun dengan kebutuhan pasien dan ditujukan untuk
membantu pasien mencapai kesehatan yang diharapkan.
Implementasi keperawatan dilakukan dengan beberapa tahapan diantaranya yaitu
persiapan pada pasien menjadi tahap awal seorang perawat sebelum memberikan
asuhan keperawatan. Selanjutnya, tahap intervensi yang mana perawat mulai
memberikan asuhan keperawatan secara langsung kepada pasien. Perawat
melakukan tindakan sesuai dengan fungsinya diantaranya independent,
interdependen dan dependen. Selain itu, perawat juga memastikan bahwa tindakan
yang dilakukan sesuai dengan perencanaan keperawatan yang telah dibuat
Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilaksanakan pada tahap akhir tindakan

keperawatan secara paripurna atau pendekatan SOAP, yaitu:

A (Analisis)

merupakan

S (Subjektif)

menganalisis masalah

merupakan respon

yang ada dalam pasien

pasien

apakah sudah teratasi


P (Planning)
setelahdiberikan
O (Objektif)

atau belum, serta


merupakan perencanaan
tindakan keperawatan merupakan data

menilai efektivitas
keperawatan selanjutnya

pasien yang diperoleh

dari perencanaan dan


yang disesuaikan dengan

dari observasi

pencapaian tujuan. kesimpulan yang ditarik

langsungperawat

setelah diberikan
oleh perawat pada tahap

tindakan keperawatan penentuan kesimpulan

atau analisis.
Discharge
planning
Discharge planning atau biasa disebut juga sebagai perencanaan pulang
merupakan perencanaan yang dikembangkan untuk pasien dan keluarga
sebelumpasien meninggalkan rumah sakit, dibuat dengan tujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan pasien secara optimaldan mampu melakukannya
secara mandiri di rumah

Pada pasien dengan apendiktomi, berikut merupakanbeberapa hal yang


harus diperhatikan:
1. Sewaktu penerimaan pasien
2. Persiapan hari sebelum pasien pulang
3. Pada hari kepulangan pasien

Daftar Pustaka
Amalia, I. (2018). Gambaran Sosio-Demografi dan Gejala Apendisitis Akut di RSU Kota Tangerang Selatan (Bachelor's thesis).
Awaluddin, A. (2020). Faktor Risiko Terjadinya Apendisitis Pada Penderita Apendisitis Di Rsud Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu Tahun
2020. Jurnal Kesehatan Luwu Raya, 7(1), 67-72.
Cruz, H. H. D., & Mayasari, D. (2023). Aspek Klinis dan Tatalaksana Apendisitis Akut. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung, 6(2), 79-83.
Decaprio, M. A. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN POST APPENDICTOMY DI RUANG CEMPAKA 2 RSUD SLEMAN
YOGYAKARTA (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).
Dewi, A. S., & Iriani, R. (2020). Asuhan Keperawatan Klien yang Mengalami Gangguan Rasa Nyeri dengan Post Op Apendisitis di RSUD
Budhi Asih Jakarta. Jurnal Persada Husada Indonesia, 7(25), 48-55.
El-Haque, I. T., & Ismayanti, I. (2022). Pendampingan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan: Apendisitis. KOLABORASI JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT, 2(3), 238-253.
Erianto, M., Fitriyani, N., Siswandi, A., & Sukulima, A. P. (2020). Perforasi pada Penderita Apendisitis Di RSUD DR. H. Abdul Moeloek
Lampung. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 9(1), 490-496.
Fransisca, C., Gotra, I. M., & Mahastuti, N. M. (2019). Karakteristik pasien dengan gambaran histopatologi apendisitis di RSUP Sanglah
Denpasar tahun 2015-2017. Jurnal Medika Udayana, 8(7), 2.
Nadianti, R. N., & Minardo, J. (2023). Manajemen Nyeri Akut pada Post Laparatomi Apendisitis di RSJ Prof. Dr. Soreojo Magelang: Acute
Pain Management in Post Laparotomy Appendicitis at RSJ Prof. Dr. Sorejojo Magelang. Journal of Holistics and Health Sciences (JHHS),
5(1), 75-87.
Mediarti, D., Akbar, H., & Jaya, H. (2022). Implementasi keperawatan pada pasien Post Operasi apendisitis dengan Masalah nyeri akut.
Jurnal’Aisyiyah Medika, 7(1), 151-165.
Simamora, F. A., Siregar, H. R., & Jufri, S. (2021). Gambaran Nyeri Pada Pasien Post Operasi Apendisitis. Jurnal Kesehatan Ilmiah
Indonesia/Indonesian Health Scientific Journal, 6(1), 27-34.

Anda mungkin juga menyukai