DISUSUN OLEH :
214121009
CIMAHI
2021
1. Konsep Dasar Apendisitis
A. Definisi
Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan
penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini menyerang semua umur
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10
sampai 30 tahun dan merupakan penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
(Smeltzer & Bare, 2013). Appendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai
cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi (Anonim,
2007 dalam Docstoc, 2010).
B. Etiologi
1. Hiperplasi jaringan limfoid
2. Fekalit
3. Tumor apendiks
4. Cacing askaris
5. Entamoeba histolitica
6. Makanan rendah serat
7. Konstipasi Menurut penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan
makanan rendah serat akan mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan
appendiksitis. Hal tersebut akan meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul
sumbatan fungsional appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada
kolon.
C. Klasifikasi
Apendisitis dibagi menjadi 2, antara lain sebagai berikut :
1. Apendisitis akut
2. Apendisitis Kronis
Apendisitis kronis baru bisa ditegakkan apabila ditemukan tiga hal yaitu
pertama, pasien memiliki riwayat nyeri pada kuadran kanan bawah abdomen
selama paling sedikit tiga minggu tanpa alternatif diagnosa lain. Kedua, setelah
dilakukan apendiktomi, gejala yang dialami pasien akan hilang. Ketiga, secara
histopatologik gejala dibuktikan sebagai akibat dari inflamasi kronis yang aktif
atau fibrosis pada apendiks (Santacroce dan Craig 2006 dalam Mardalena, Ida
2017).
D. Manifestasi Klinis
Beberapa manifestasi klinis yang sering muncul pada apendisitis antara lain
sebagai berikut :
1. Nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium disekitar umbilikus atau
periumbilikus. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri beralih ke kuadaran kanan
bawah ke titik Mc Burney (terletak diantara pertengahan umbilikus dan spina
anterior ileum) nyeri terasa lebih tajam.
2. Bisa disertai nyeri seluruh perut apabila sudah terjadi perionitis karena
kebocoran apendiks dan meluasnya pernanahan dalam rongga abdomen
3. Mual
4. Muntah
5. Nafsu makan menurun
6. Konstipasi
7. Demam (Mardalena 2017 ; Handaya, 2017)
Obstruksi lumen
-Peritonitis
Nyeri
Menekan gaster
Peningkatan
Appendiktomy Pembatasan intake produksi HCL
cairan
Insisi bedah
Mual, muntah
Nyeri
Resiko terjadi infeksi Resiko kurang
vol cairan
F. Komplikasi.
Komplikasi apendiktomi terbagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi
lambat. Komplikasi dini muncul kurang dari 30 hari setelah operasi yaitu berupa
perdarahan, infeksi luka operasi dan gangguan fungsi pencernaan, sedangkan
komplikasi lambat pasca appendiktomi adalah penyumbatan usus halus, nyeri perut
yang tidak spesifik, hernia pada bekas luka operasi.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi untuk massa apendiks
4. CT scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau dimana penyebab lain masih mungkin
G. Penatalaksanaan Klinik
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operatif.
2. Operatif. Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan apendisitis maka tindakan
yang dilakukan adalah operasi membuang apendiks, penundaan dengan pemberian
antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi, pada abses apendiks dilakukan
draina
2. Konsep Asuhan Keperawatan Appendisitis
1. Pengkajian
a. B1 (Breathing)
Pernapasan meningkat, dispneu, pergerakan dada simetris, suara nafas normal
tidak ada suara nafas tambahan seperti stridor dan ronchi.
b. B2 (Blood)
Hipertensi (kadang – kadang terlihat sebagai respons terhadap nyeri/ansietas),
takikardia (respon stress, hipovolemia).
c. B3 (Brain)
Adanya perasaan takut, klien tampak gelisah, klien mengalami demam, spasme
otot, angitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain).
d. B4 (Bladder)
Tidak ada kelainan sistem perkemihan
e. B5 (Bowel)
Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang. Distensi abdomen, nyeri
tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.
Nyeri/kenyamanan nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney. Berat badan sebagai
indikator untuk menentukan pemberian obat. Aktivitas/istirahat : Malaise
f. B6 (Bone) : Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki
kanan/posisi duduk tegak
3. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis (distensi
jaringan intestinal oleh inflamasi)
b. Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.
c. Nausea berhubungan dengan peningkatan tekanan intraabominal
Post operasi
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka insisi post
operasi appenditomi).
e. Resiko infeksi dengan faktor resiko tindakan invasif (insisi post pembedahan).
f. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanis (operasi)
4. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Pre operasi
b. Post Operasi
7. Pertahankan teknik
steril
ketika melakukan
perawatan luka
8. Ajarkan
mengonsumsi
makanan tinggi
kalori dan
protein
9. Kolaborasi pemberian
antibiotik
Setelah dilakukan tindakan Perawatan luka (1.14564)
3. Gangguan integritas
:
jaringan berhubungan keperawatan selama 2x24
dengan faktor 1. Monitor karakteristik
jam didapatkan
mekanis (operasi) luka
Penyembuhan Luka
2. Monitor tanda-tanda
(L.14130) adekuat dengan infeksi
kriteria hasil : 3. Lepaskan balutan
1. Penyatuan kulit (4) dan plester secara
2. Penyatuan tepi luka (4) perlahan
3. Jaringan granulasi (4) 4. Bersihkan
4 = cukup meningkat dengan cairan
4. Edema pada sisi luka (4) NaCl
5. Peradangan luka (4) 5. Berikan salep yang
sesuai
6. Nyeri (4)
6. Pertahankan teknik
4 = cukup menurun
steril saat
melakukan
perawatan luka
7. Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi
8. Kolaborasi pemberian
antibiotik
(PPNI, 2017), (PPNI, 2019), (PPNI, 2018)
5. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat
menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar
manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan
perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi,
penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa
aman, nyaman dan keselamatan klien (Oktafiani, 2019).
6. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1053/1/KTI%20ERWIN%20HIDAYAT.pdf
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Pnyakit. Ed. 6. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner & Suddarth. Ed. 8.
Jakarta; EGC.