Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

APPENDISITIS (PRE DAN POST OP)


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Koordinator : H. Hikmat Rudyana, S.Kp.,M.Kep

Dosen Pembimbing : H. Hikmat Rudyana, S.Kp.,M.Kep

DISUSUN OLEH :

ATLASTIEKA NURFANTY SALSABILLA

214121009

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU DAN TERKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2021
1. Konsep Dasar Apendisitis

A. Definisi
Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan
penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini menyerang semua umur
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10
sampai 30 tahun dan merupakan penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
(Smeltzer & Bare, 2013). Appendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai
cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi (Anonim,
2007 dalam Docstoc, 2010).

B. Etiologi
1. Hiperplasi jaringan limfoid
2. Fekalit
3. Tumor apendiks
4. Cacing askaris
5. Entamoeba histolitica
6. Makanan rendah serat
7. Konstipasi Menurut penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan
makanan rendah serat akan mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan
appendiksitis. Hal tersebut akan meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul
sumbatan fungsional appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada
kolon.

C. Klasifikasi
Apendisitis dibagi menjadi 2, antara lain sebagai berikut :

1. Apendisitis akut

Peradangan pada apendiks dengan gejala khas yang memberi tanda


setempat. Gejala apendisitis akut antara lain nyeri samar dan tumpul yang
merupakan nyeri visceral di saerah epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini
disertai rasa mual muntah dan penurunan nafsu makan. Dalam beberapa jam
nyeri akan berpindah ke titik McBurney. Pada titik ini, nyeri yang dirasakan
menjadi lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik
setempat (Hidayat 2005 dalam Mardalena,Ida 2017)

2. Apendisitis Kronis
Apendisitis kronis baru bisa ditegakkan apabila ditemukan tiga hal yaitu
pertama, pasien memiliki riwayat nyeri pada kuadran kanan bawah abdomen
selama paling sedikit tiga minggu tanpa alternatif diagnosa lain. Kedua, setelah
dilakukan apendiktomi, gejala yang dialami pasien akan hilang. Ketiga, secara
histopatologik gejala dibuktikan sebagai akibat dari inflamasi kronis yang aktif
atau fibrosis pada apendiks (Santacroce dan Craig 2006 dalam Mardalena, Ida
2017).

D. Manifestasi Klinis
Beberapa manifestasi klinis yang sering muncul pada apendisitis antara lain
sebagai berikut :
1. Nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium disekitar umbilikus atau
periumbilikus. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri beralih ke kuadaran kanan
bawah ke titik Mc Burney (terletak diantara pertengahan umbilikus dan spina
anterior ileum) nyeri terasa lebih tajam.
2. Bisa disertai nyeri seluruh perut apabila sudah terjadi perionitis karena
kebocoran apendiks dan meluasnya pernanahan dalam rongga abdomen
3. Mual
4. Muntah
5. Nafsu makan menurun
6. Konstipasi
7. Demam (Mardalena 2017 ; Handaya, 2017)

E. Patofisiologi dan Pathway


Appendicitis terjadi karena penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia
folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi
mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersumbat makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
piningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada
saat inilah terjadi appendicitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila
sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di darah kanan bawah. Keadaan ini disebut appendicitis supuratif
akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding appendiks yang
dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah
dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi.
Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh
darah (Mansjoer, Arif, 2000). Diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan
appendicitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah, akan terjadi
appendicitis perforasi. Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus
yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu masa lokal yang
disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau
menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek.

Idiopati Makan tak teratur Kerja fisik yang keras

Massa feses keras

Obstruksi lumen

Suplay aliran darah


menurun, mukosa
terkikis

-Perforasi Peradangan pada Distensi aabdomen


apendiks
-Abses

-Peritonitis
Nyeri
Menekan gaster

Peningkatan
Appendiktomy Pembatasan intake produksi HCL
cairan

Insisi bedah
Mual, muntah

Nyeri
Resiko terjadi infeksi Resiko kurang
vol cairan
F. Komplikasi.
Komplikasi apendiktomi terbagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi
lambat. Komplikasi dini muncul kurang dari 30 hari setelah operasi yaitu berupa
perdarahan, infeksi luka operasi dan gangguan fungsi pencernaan, sedangkan
komplikasi lambat pasca appendiktomi adalah penyumbatan usus halus, nyeri perut
yang tidak spesifik, hernia pada bekas luka operasi.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi untuk massa apendiks

2.Laparoskopi biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainanovarium sebelum


dilakukan apendiktomi pada wanita muda

3. Diagnosis berdasarkan klinis, namun sek darah putih (hamperselalu leukositosis)

4. CT scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau dimana penyebab lain masih mungkin

G. Penatalaksanaan Klinik
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operatif.

1. Penanggulangan konservatif terutama di berikan pada penderita yang tidak


mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik berguna untuk
mencegah infeksi. Pada penderita apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan
penggantian cairan dan elektrolit serta pemberian antibiotik sistemik.

2. Operatif. Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan apendisitis maka tindakan
yang dilakukan adalah operasi membuang apendiks, penundaan dengan pemberian
antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi, pada abses apendiks dilakukan
draina
2. Konsep Asuhan Keperawatan Appendisitis

1. Pengkajian

Sebelum dilakukan operasi maka klien perlu dipersiapkan secara fisik


maupun psikis, disamping itu klien juga perlu diberikan pengetahuan tentang
peristiwa yang akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik
(pernafasan dalam) untuk digunakan dalam periode post operasi. hal tersebut
penting dikarenakan banyak klien merasa cemas bila akan dioperasi dan juga
terhadap pemberian anastesi. Untuk melengkapi hal tersebut maka perawat perlu
melengkapi data subjektif maupun objektif. Pengumpulan data subjektif dan
objektif pada klien dengan apendisitis meliputi anamnesis riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.
a.Anamnesis
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal
MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus apendisitis adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor
presipitasi nyeri.
2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
c.Riwayat penyakit saat ini
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari apendisitis, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa
berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan
skala nyeri yang dirasakan. Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di
sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut
kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di
epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan
terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan
yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab apendisitis yang sekarang
diderita
e.Riwayat penyakit keluarga
Data riwayat penyakit keluarga dapat berfungsi sebagai data tambahan terkait
dengan penyakit yang diderita
f. Pengkajian psiko-sosial-spiritual
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
2. Pemeriksaan Fisik

a. B1 (Breathing)
Pernapasan meningkat, dispneu, pergerakan dada simetris, suara nafas normal
tidak ada suara nafas tambahan seperti stridor dan ronchi.
b. B2 (Blood)
Hipertensi (kadang – kadang terlihat sebagai respons terhadap nyeri/ansietas),
takikardia (respon stress, hipovolemia).
c. B3 (Brain)
Adanya perasaan takut, klien tampak gelisah, klien mengalami demam, spasme
otot, angitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain).
d. B4 (Bladder)
Tidak ada kelainan sistem perkemihan
e. B5 (Bowel)
Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang. Distensi abdomen, nyeri
tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.
Nyeri/kenyamanan nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney. Berat badan sebagai
indikator untuk menentukan pemberian obat. Aktivitas/istirahat : Malaise
f. B6 (Bone) : Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki
kanan/posisi duduk tegak
3. Diagnosa Keperawatan

Pre operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis (distensi
jaringan intestinal oleh inflamasi)
b. Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.
c. Nausea berhubungan dengan peningkatan tekanan intraabominal
Post operasi

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka insisi post
operasi appenditomi).
e. Resiko infeksi dengan faktor resiko tindakan invasif (insisi post pembedahan).
f. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanis (operasi)
4. Rencana Asuhan Keperawatan

a. Pre operasi

No SDKI SLKI SIKI


.

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


1.
keperawatan selama 2x24 (1.08238) :
berhubungan jam didapatkan Tingkat 1. Identifikasi lokasi,
dengan agen Nyeri (L.08066) adekuat
dengan kriteria hasil : karakteristik,
cidera fisiologis 1. Keluhan nyeri (4) durasi, frekuensi,
(distensi 2. Gelisah (4) kualitas dan
jaringan
4 = cukup intensitas nyeri
intestinal oleh
menurun 2. Identifikasi respon
inflamasi)
3. Frekuensi nadi (4) non verbal
4. Pola nafas (4) 3. Berikan teknik non
5. Tekanan darah (4) farmakologi untuk
4 = cukup mengurangi rasa
membaik nyeri (teknik
relaksasi nafas
dalam, membaca
istighfar)
4. Fasilitasi istirahat
dan tidur
5. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
6. Kolaborasi pemberian
analgesik

Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (1.09314)


2. Ansietas berhubungan
:
dengan akan tindakan keperawatan
selama 1x24 jam
dilaksanakan operasi 1. Monitor tanda-tanda
didapatkan Tingkat
ansietas (verbal dan
Ansietas (L.09093)
non verbal)
adekuat dengan
2. Ciptakan
kriteria hasil :
suasana
1. Perilaku gelisah (4)
terapeutik
2. Perilaku tegang (4)
untuk
3. Frekuensi
menumbuhkan
pernafasan (4)
kepercayaan
4. Frekuensi nadi (4)
3. Jelaskan prosedur,
5. Tekanan darah (4)
termasuk sensasi
4 = cukup menurun
yang akan dialami
4. Informasikan
secara factual
mengenai
diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
5. Latih teknik relaksasi
Kolaorasi
pemberian obat anti
ansietas
Setelah dilakukan Manajemen Mual
3. Nausea berhubungan
(1.031107)
dengan peningkatan tindakan keperawatan
tekanan intraabominal :
selama 2x24 jam
1. Identifikasi
didapatkan Tingkat
pengalaman mual
Nausea (L.08065)
2. Identifikasi
adekuat dengan
faktor
kriteria hasil :
penyebab mual
1. Nafsu makan (4)
3. Monitor mual
4 = cukup
4. Monitor asupan
meningkat nutrisi dan kalori
2. Keluhan mual (4) 5. Anjurkan istirahat
3. Perasaan ingin yang cukup
muntah (4)
6. Kolaborasi pemberian
4 = cukup antiemetik
menurun
4. Pucat (4)
4 = cukup membaik

b. Post Operasi

No SDKI SLKI SIKI


.

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


1.
(1.08238) :
berhubungan keperawatan selama 2x24
1. Identifikasi
dengan agen jam didapatkan Tingkat
lokasi,
cidera fisik Nyeri (L.08066) adekuat
karakteristik,
(luka insisi dengan kriteria hasil :
Post operasi durasi,
1. Keluhan nyeri (4)
appenditomi). frekuensi,
2. Gelisah (4)
kualitas dan
4 = cukup menurun
intensitas
3. Frekuensi nadi (4)
nyeri
4. Pola nafas (4)
2. Identifikasi
5. Tekanan darah (4)
respon non
4 = cukup
verbal
membaik
3. Berikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa
nyeri (teknik
relaksasi nafas
dalam, membaca
istighfar)
4. Fasilitasi istirahat dan
tidur
5. Jelaskan
penyebab, periode
dan pemicu nyeri
6. Kolaborasi pemberian
analgesik
Setelah dilakukan tindakan Perawatan Luka
2. Resiko infeksi
(1.14564) :
dengan faktor resiko keperawatan selama 2x24
tindakan invasif 1. Monitor tanda
jam didapatkan Tingkat
(insisi post
dan gejala
pembedahan). Infeksi (L.14137) adekuat
infeksi local dan
dengan kriteria hasil :
sistemik
1. Demam (4)
2. Monitor karakteristik
2. Kemerahan (4) luka
3. Nyeri (4) 3. Lepaskan balutan
4. Bengkak (4) dan plester secara
5. Drainase purulen (4) perlahan
4 = cukup menurun 4. Bersihkan
6. Kadar sel darah putih dengan cairan
(4)
NaCl
4 = cukup membaik
5. Berikan salep yang
sesuai
6. Pasang balutan
sesuai dengan jenis
luka

7. Pertahankan teknik
steril
ketika melakukan
perawatan luka
8. Ajarkan
mengonsumsi
makanan tinggi
kalori dan
protein
9. Kolaborasi pemberian
antibiotik
Setelah dilakukan tindakan Perawatan luka (1.14564)
3. Gangguan integritas
:
jaringan berhubungan keperawatan selama 2x24
dengan faktor 1. Monitor karakteristik
jam didapatkan
mekanis (operasi) luka
Penyembuhan Luka
2. Monitor tanda-tanda
(L.14130) adekuat dengan infeksi
kriteria hasil : 3. Lepaskan balutan
1. Penyatuan kulit (4) dan plester secara
2. Penyatuan tepi luka (4) perlahan
3. Jaringan granulasi (4) 4. Bersihkan
4 = cukup meningkat dengan cairan
4. Edema pada sisi luka (4) NaCl
5. Peradangan luka (4) 5. Berikan salep yang
sesuai
6. Nyeri (4)
6. Pertahankan teknik
4 = cukup menurun
steril saat
melakukan
perawatan luka
7. Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi
8. Kolaborasi pemberian
antibiotik
(PPNI, 2017), (PPNI, 2019), (PPNI, 2018)

5. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat
menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar
manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan
perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi,
penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa
aman, nyaman dan keselamatan klien (Oktafiani, 2019).
6. Evaluasi

Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana


mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk
mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur
hasil dari proses keperawatan (Oktafiani, 2019).

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1053/1/KTI%20ERWIN%20HIDAYAT.pdf

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Pnyakit. Ed. 6. Jakarta:
EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner & Suddarth. Ed. 8.
Jakarta; EGC.

Sjamsuhidayat,R & Wim,de Jong (ed).2004.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:EGC.

Dermawan deden & Tutik Rahayuningsih.2010.Keperawa tan Medikal Bedah Sisttem


Pencernnaan.Yogyakarta:Gosy en publising

(PPNI, 2017), (PPNI, 2019), (PPNI, 2018)

Anda mungkin juga menyukai