EPIGLOTITIS AKUT
Oleh :
1740312439
1740312256
Preseptor :
PADANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan
“EPIGLOTITIS AKUT”. Laporan kasus ini ditujukan sebagai salah satu syarat
i
untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Telinga,
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Fachzi Fitri, Sp.THT-KL (K) MARS
sebagai preseptor. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis juga berharap makalah ini dapat memberikan dan
meningkatkan pengetahuan serta pemahaman tentang “EPIGLOTITIS AKUT” terutama bagi diri
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
Daftar Gmbar........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
ii
2.1 Anatomi............................................................................................3
2.2 Definisi.............................................................................................4
2.3 Epidemiologi....................................................................................5
2.4 Etiologi.............................................................................................5
2.5 Manifestasi Klinik............................................................................6
2.6 Diagnosis..........................................................................................6
2.7 Diagnosis Banding...........................................................................9
2.8 Tatalaksana.......................................................................................9
2.9 Komplikasi.....................................................................................11
2.10 Kesimpulan..................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Epiglotitis akut adalah suatu keadaan inflamasi akut yang terjadi pada daerah
supraglotis. Epiglotitis biasanya disebabkan karena adanya infeksi bakteri pada daerah
tersebut, dengan bakteri penyebab terbanyak adalah Haemophilus influenzae tipe b.1
Epiglotitis paling sering terjadi pada anak-anak berusia 2 – 4 tahun, namun akhir-
akhir ini dilaporkan bahwa prevalensi dan insidensinya meningkat pada orang dewasa
1
Diagnosis dapat dibuat berdasarkan riwayat perjalanan penyakit dan tanda serta
gejala klinis yang ditemui, dan dari foto Rontgen lateral leher yang memperlihatkan
menjaga agar saluran nafas tetap terbuka dan menangani infeksi penyebab atau
Epiglotitis akut dapat menjadi keadaan yang mengancam jiwa karena dapat
menimbulkan obstruksi saluran nafas atas yang tiba-tiba. Karena itu, dokter harus
memberikan tatalaksana secara cepat dan tepat agar tidak sampai menjadi keadaan
Akut
1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan pembaca dan penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Epiglotis adalah salah satu kartilago yang membentuk kerangka laring.
dengan fungsi utama sebagai penghalang masuknya benda yang ditelan ke aditus
laring. Saat menelan, laring bergerak ke arah anterosuperior. Hal ini membuat
epiglotis mengenai pangkal lidah, sehingga epiglotis terdorong kearah posterior dan
bagian anterior. Secara superior, epiglotis melekat pada tulang hioid melalui
permukaan dalam dari kartilago tiroid tepat di atas komisura anterior melalui ligamen
kelenjar mukus.3
Bagian suprahioid bebas baik pada permukaan laringeal nya maupun permukaan
permukaan lingual. Akibat permukaan mukosa laring melipat kearah pangkal lidah,
terbentuk tiga lipatan: dua buah lipatan glosoepiglotika lateral dan sebuah lipatan
glosoepiglotika medial. Dua lekukan yang terbentuk dari ketiga lipatan tersebut
disebut dengan valekula (dalam bahasa Latin berarti “lekukan kecil”). Bagian
infrahioid hanya bebas pada permukaan laringea lnya atau permukaan posterior.
Permukaan ini memiliki tonjolan kecil yang disebut tuberkel. Di antara permukaan
anterior dan membran tirohioid dan kartilago tiroid terdapat celah pre-epiglotika yang
berisi lapisan lemak. Yang melekat secara lateral adalah membran kuadrangular yang
3
Gambar 2.2 Perbedaan letak epiglotis pada (A) anak-anak dan (B) dewasa2
Seperti pada aspek lain dari saluran napas pediatrik, epiglotis pada anak
berbeda secara signifikan dibandingkan dengan pada orang dewasa. Pada anak-anak,
epiglotis terletak lebih ke anterior dan superior dibandingkan pada orang dewasa, dan
berada pada sudut terbesar dengan trakea. Epiglotis pada anak juga lebih terkulai dan
berbentuk “omega shaped” dibandingkan dengan epiglotis yang lebih kaku dan
2.1 Definisi
Epiglotitis akut adalah suatu keadaan inflamasi akut yang terjadi pada daerah
2.2 Epidemiologi
dengan insidensi pada orang dewasa sekitar 1 kasus per 100.000 penduduk per tahun,
dengan rasio pria - wanita sekitar 3:1, dan terjadi pada usia dekade kelima dengan
usia rata - rata sekitar 45 tahun. Namun akhir-akhir ini terdapat bukti yang
menyatakan bahwa prevalensi dan insidensi epiglotitis akut pada orang dewasa
insidensi antara anak - anak dengan orang dewasa pada tahun 1980 adalah 2,6 : 1, dan
menurun menjadi 0,4 : 1 pada tahun 1993. Penurunan angka kejadian epiglotitis pada
tipe B (Hib). Epiglotitis akut paling sering terjadi pada anak-anak usia 2 - 4 tahun. 2
2.3 Etiologi
4
pneumonia dan group A streptococci. Penyebab infeksi lain yang jarang ditemukan
Herpes simplex virus (HSV) dan virus lainnya, infeksi mononucleosis, Candida dan
(makanan atau minuman yang panas, rokok, penggunaan obat-obatan terlarang seperti
kokain dan mariyuana) dan benda asing yang tertelan.Epiglotitis juga dapat terjadi
Manifestasi klinis dari epiglotitis adalah demam tinggi, suara serak dan sulit
menelan. Pasien biasanya duduk dengan posisi membungkuk ke depan agar aliran
udara tidak terganggu. Istilah ini dinamakan dengan tripod position (duduk dengan
bersandar pada tangan, lidah keluar dan kepala condong ke bawah). Biasanya dapat
ditemukan drooling atau air liur yang keluar terus menerus dikarenakan rasa sakit dan
kesulitan saat menelan. Sulit bernapas dan stridor merupakan gejala epiglotitis yang
sering ditemukan pada anak-anak, tetapi jarang pada dewasa. Gejala utama yang
ditemukan pada pasien dewasa adalah odinofagia (100%), disfagia (85%), dan
perubahan suara (75%). Pada dewasa, adanya stridor menandakan warning sign untuk
oklusi jalan napas atas. Gejala gangguan jalan napas akan lebih terlihat lebih akut
2.5 Diagnosis
a. Anamnesis
5
Pasien dengan epiglotitis akan mengeluhkan demam tinggi, nyeri
tenggorokan yang berat dan sulit menelan, serta saat duduk biasanya posisi pasien
akan condong ke depan.3 Selain itu pada anamnesis didapatkan muffle voice (mulut
pasien seperti berisi makanan panas) dan pada dewasa dapat dimulai dengan gejala
benda asing di saluran napas. Pada epiglotitis akut akan ditemukan thumb sign
yang mengindikasikan inflamasi yang berat pada epiglotitis yang berpotensi utnuk
6
Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu berguna dalam menentukan diagnosis.
Jika tidak ditemukan kelainan pada radiologi, maka diindikasikan untuk pemeriksaan
laringoskopi dengan fleksibel fiberoptik. Namun tindakan ini harus dilakukan pada
tempat dan peralatan yang memadai dikarenakan dapat menginduksi spasme laring
dan atau obstruksi total jalan napas (idealnya dilakukan di ruang operasi). Hasil yang
Pemeriksaan USG dapat dilakukan melalui membran tirohioid dan gambaran yang
didapatkan adalah alphabet P sign yang muncul sebagai acustic shadow dari tulang
Kultur darah dapat dilakukan, biasanya dilakukan jika pasien dengan gangguan
hemodinamik. Kultur dapat ditemukan positif pada sekitar 25% kasus dewasa. Jika
7
jalan napas aman, maka kultur dari epiglotis dapat dilakukan. Gambaran hasil kultur
Diagnosis banding yang paling umum adalah croup atau adanya benda asing di
croup terjadi pada musim dingin, dan onsetnya gradual. Hal ini yang membedakan
dengan epiglotitis akut yang kejadiannya tidak terkait musim dan onsetnya akut.
Meskipun croup dan epiglotitis akut menunjukkan gejala klinis yang mirip yaitu
mengobservasi batuk menggonggong tanpa adanya drooling dan disfagia pada croup.
Sedangkan pada epiglotitis terdapat drooling dan disfagia tanpa batuk menggonggong
pada epiglotitis. Diagnosis banding lainnya adalah trakeitis bakterial, benda asing
2.6 Penatalaksanaan
Pasien epiglotitis akut dengan obstruksi jalan napas yang lanjut harus
dan radiografi tidak dianjurkan terlebih dahulu dikarenakan penyelamatan jalan napas
8
dihubungkan dengan sedikitnya pasien ke ICU dan pengurangan lama rawat inap di
menelan, drooling, duduk tripod, pada rontgen didapatkan thumb sign. Pada pasien
ini harus dilakukan management jalan napas segera dengan intubasi atau
napas, stridor atau drooling dan hanya dengan pembengkakan sedikit pada
yang merupakan broad spektrum untuk Gram negatif, efikasi rendah untuk Gram
positif dan efikasi yang tinggi melawan organisme yang resisten. Jika pasien alergi
2.7 Komplikasi
Komplikasi intra epiglotis yang paling sering terjadi adalah abses epiglotis yang
9
blokade jalan nafas hingga kematian. Abses epiglotis ditemukan pada hampir 24% kasus
epiglotitis akut pada pasien dewasa.6 Abses terbentuk melalui proses inflamasi epiglotis atau
dari mukokel epiglotis,7dan paling sering ditemukan pada permukaan lingual epiglotis8 Pasien
dengan abses epiglotis akan datang dengan keluhan disfagia, odinofagia, disfonia dan stridor.
Penanganan pasien dengan abses epiglotis adalah pemberian antibiotik dan kontrol jalan
nafas yang dapat dilakukan dengan intubasi ataupun trakeostomi. Selain itu dapat dilakukan
drainase pus dengan aspirasi atau insisi epiglotis shingga dapat mengurangi pembengkakan.9
1-37% kasus10,11 Komplikasi ini dibagi menjadi komplikasi infeksius dan non
Infeksius Non-Infeksius
Bakteremia Obstruksi jalan
servikal anoksia
Syokseptik Edema paru
Mekanisme patofisiologi yang terjadi berbeda sehingga pencegahan kejadian
kelainan regional dan obstruksi saluran napas atas akut. Komplikasi ini akan mudah
dikenali dan dapat dicegah dengan kontrol jalan napas. Edema paru dilaporkan terjadi
pada 7-12% kasus epiglotitis pada anak12,13 Komplikasi ini harus diantisipasi setelah
10
dapat menurunkan kejadian komplikasi. Meskipun tingginya insiden bakteremia
dengan kultur positif H-influenza tipe B pada pasien dengan epiglotitis akut, namun
angka kejadian komplikasi sistemik rendah. Komplikasi yang paling banyak terjadi
adalah pneumonia.14,15
2.8 Kesimpulan
Epiglotitis akut adalah suatu keadaan inflamasi akut yang terjadi pada daerah
supraglotik. Epiglotitis akut biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, yang paling
sering ditemukan adalah Haemophilus influenzae tipe b, namun dapat juga disebabkan
oleh bakteri lain, virus dan jamur. Selain itu juga terdapat penyebab non-infeksi,
seperti penyebab termal, penyebab kaustik, dan benda asing yang tertelan. Epiglotitis
juga dapat terjadi sebagai reaksi dari kemoterapi pada daerah kepala dan leher.
Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan dan/
atau sulit menelan, dan sulit bernafas. Pada anak-anak, gejala yang nampak akan
riwayat perjalanan penyakit dan temuan klinis, serta pemeriksaan radiografi jika
memungkinkan.
obstruksi saluran nafas dan menjaganya agar tetap terbuka, serta mengeradikasi agen
penyebab. Dapat dilakukan intubasi jika telah terjadi obstruksi, dengan ekstubasi setelah 48
11
DAFTAR PUSTAKA
12
2. Chung, C.H. Case and Literature Review: Adult Acute Epiglottitis – Rising
Incidence or Increasing Awareness. Hong Kong J Emerg Med .. Tersedia di
: http://www.hkcem.com/html/publications/Journal/2001-3/227-231.pdf
[diakses 22 Mei 2018].
3. Snow, J.B., Ballenger, J.J. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and
Neck Surgery. 16th Ed. USA: BC Decker; 2003:1090-1093,1195-1199.
4. Abdallah, C. Acute epiglotitis: Trends, diagnosis and management. Saudi
Anasthesi J. 2012 Jul-Sep; 6(3):279-281.
5. Sandra GG. Epiglotitis. Medscape. Update: 10 April 2018. Diakses dari
https://emedicine.medscape.com/article/763612-overview (diakses tanggal
22 Mei 2018).
6. Berger G, Landau T, Berger S, et al. The rising incidence of adult acute
epiglottitits and epiglottic abscess. Am J Otolaryngol 2003;34:374–83.
7. Stack BC, Ridley MB. Epiglottic abscess. Case report. Head Neck
1995;17:263–5.
8. Heeneman H, Ward KM. Epiglottic abscess (its occurrence and
management). J Otolaryngol 1977;6:31–6.29
9. Baxter FJ, Dunn GL. Acute epiglottitis in adults. Can J Anaesth
1988;35:428–35.
10. Battaglia, J.O. and Lockhart, C.H., Management of acute epiglottitis by
nasotracheal intubation, Am.
11. J. Dis. Child., 128 (1975) 334-336.
12. Benjamin, B. and O'Reilly, B., Acute epiglottitis in infants and children,
Ann. Otol. Rhinol.
13. Laryngol., 85 (1976) 565-572.
14. Kanter, R.K. and Watchko, J.F., Pulmonary edema associated with upper
airway obstruction, Am. J. Dis. Child., 138 (1984) 356-358.
15. Molteni, R.A., Epiglottitis: incidence of extraepiglottic infection: report of
72 cases and review of the literature, Pediatrics, 58 (1976) 526-531.
13