Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

BLEFARITIS ANTERIOR

Disusun Oleh:

Giga Hasabi Alkarani

G4A015136

Dosen Pembimbing:

dr. Yulia Fitriani, Sp.M

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA RSUD PROF MARGONO SOEKARJO

JURUSAN KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2016
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disahkan referat dengan judul:

BLEFARITIS ANTERIOR

Diajukan untuk memenuhi syarat kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan


mata RSUD Prof. Margono Soekarjo Purwokerto.

Pada Tanggal: Maret 2016

Disusun Oleh:

Giga Hasabi Alkarani

G4A015136

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

dr. Yulia Fitriani, Sp. M


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Blefaritis merupakan inflamasi pada kelopak mata. Secara
anatomis dapat dibedakan menjadi dua yaitu blefaritis anterior dan
blefaritis posterior. Blefaritis anterior meliputi daerah kulit pada kelopak,
dasar dari bulu mata, dan juga foliket dari bulu mata. Sedangkan blefaritis
posterior dapat berdampak pada kelenjar pada kelopak mata, utamanya
kelenjar meibom (American Academy of Ophthalmology, 2013).
Blefaritis anterior umumnya memiliki gejala yaitu bengkak pada
kelopak mata yang merupakan tanda peradangan/ inflamasi. Bleafritis juga
dapat memicu adanya peradangan pada daerah sekitar kelopak mata seperti
konjungtivitis, gangguan fungsi air mata, dan juga keratitis. Di Amerika
Serikat dikatakan bahwa gejala blefaritis anterior yang umum diderita
yaitu mata terasa gatal dan terbakar, iritasi setelah menggunakan komputer
selama lebih dari 3 jam, kelopak mata terasa bengkak dan berat, mata
terasa berair di pagi hari dan mata merah. Lalu untuk prevalensi yaitu
79,3% melaporakan memiliki sedikitnya satu dari gejala tersebut dalam
kurun 12 bulan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perjalanan penyakit dan penatalaksanaan blefaritis
anterior
2. Tujuan Khusus
Untuk menyelesaikan tugas referat dari kepaniteraan klinik di SMF
Mata RSUD Prof. Margono Soekarjo Purwokerto.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada kelopak mata dan
juga tepi kelopak mata. Blefaritis anterior adalah peradangan pada kelopak
mata yang meliputi kulit pada kelopak, dasar bulu mata, dan juga folikel
bulu mata. Blefaritis berasal dari bahasa Yunani yaitu blepharos yang
berarti kelopak mata dan juga itis yang berarti inflamasi
(Rodriguez, 2013).

B. Anatomi dan Fisiologi


Orbita adalah sepasang rongga mata yang berisi bola mata, otot,
saraf, pembuuh darah, dan lemak yang berhubungan dengan bola mata dan
juga sistem kelenjar lakrimalis. Bola mata dilindungi oleh dua lipatan tipis
yang dapat bergerak yaitu kelopak mata. Kelopak mata atau palpebra
adalah lipatan tipis yang terdiri atas kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang
berfungsi melindungi struktur mata yang rentan (Snell, 2011).
Palpebra secara anatomis dibagi menjadi palpebra superior dan
palpebra inferior. Palpebra sangat mudah digerakkan karena kulitnya
paling tipis diantara kulit di bagian tubuh lain. Palpebra superior lebih
besar dan lebih mudah bergerak dibanding palpebra inferior. Kedua
palpebra bertemu di sudut medial dan juga lateral. Tepian palpebra
ditunjang oleh tarsus, yaitu lempeng fibrosa kaku yang dihubungkan ke
tepian orbita oleh tendo-tendo kantus medialis dan kantus lateralis. Pada
palpebra inferior, septum bergabung dengan tepi bawah tarsus. Septum
merupakan sawar yang penting antara palpebra dan orbita. Dibelakangnya
terdapat bantalan lemak pra aponeurotik, suatu petunjuk bedah yang
penting (Riordan-Eva dan Whitcher, 2013).
Gambar 2.1. Anatomi Kelopak Mata
C. Etiologi
Blefaritis merupakan penyakit yang kompleks sehingga terkadang
sulit untuk menentukan penyebabnya, baik itu dari infeksi mikroorganisme
ataupun penyakit lain. Namun blefaritis anterior yang diakibatkan oleh
infeksi bakteri umumnya disebabkan oleh mikroorganisme seperti
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermis, dan juga Pityrosporum
ovale (Riordan-Eva dan Whitcher, 2013).

D. Klasifikasi
Ada dua jenis kelompok utama pada blefarits anterior, yaitu tipe stafilokok
dan seborroik.
1. Blefaritis Stafilokok
Blefaritis stafilokok umumnya diderita oleh wanita yang berusia
sekitar 40 tahun. Blefaritis stafilokok dapat disebabkan oleh
Staphylococcus aureus yang sering ulseratif, atau Staphylococcus
epidermis (stafilokok koagulasu-negatif). Pada blefaritis ulseratif
terdapat keropeng/ krusta berwarna kekuning-kuningan yang bila
diangkat akan terlihat ulkus yang yang kecil dan mengeluarkan darah
di sekitar bulu mata. Ulserasi cenderung berjalan lebih lanjut dan lebih
dalam dan merusak folikel rambut sehingga mengakibatkan rontok
(madarosis) (Ilyas, 2010).
Gambar 2.2. Blefaritis Ulseratif/ Stafilokok

2. Blefaritis Seborroik
Blefaritis seborroik (non-ulseratif) umumnya diderita oleh pria dan
wanita yang berusia diatas 50 tahun. Blefaritis seborroik umumnya
berkaitan dengan keberadaan Pityrosporum ovale meskipun organisme
ini belum terbukti menjadi penyebabnya. Seborrea kulit kepala, alis,
dan telinga sering menyertai blefaritis seborroik. Pada blefaritis
seborroik akan ada tanda berupa sisik berminyak, tidak ulseratif, dan
tepian palpebra tidak begitu merah (Ilyas, 2010).

Gambar 2.3. Blefaritis seborroik

E. Penegakan Diagnosis
1. Tanda dan Gejala
Gejala utama pada penyakit blefaritis anterior yaitu iritasi, rasa
terbakar, dan gatal pada tepi palpebra. Mata yang terkena cenderung
bertepian merah dan juga terdapat sisik atau granulasi yang terlihat
menggantung di bulu mata pada palpebra superior maupun inferior.
Pada tipe stafilokok cenderung menunjukkan tanda berupa adanya
sisik yang kering, palpebra merah, ada ulkus kecil di sepanjang
palpebra, dan juga bulu mata yang rontok. Pada tipe seborroik sisik
akan berminyak, tidak terjadi ulserasi, dan tepian pelpebra tidak begitu
merah. Pada tipe campuran (stafilokok-seborroik), kedua jenis sisik
dapat mungkin didapatkan, tepian palpebra merah, dan mungkin
terdapat ulkus (Osaiyuwu dan Ebeigbe, 2010).

Gambar 2.4. Inflamasi pada kelopak mata

2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan pada blefaritis anterior
bertujuan untuk mengetahui penyebab infeksi pada kelopak mata.
Pemeriksaannya berupa kerokan dari kulit ataupun sekret pada kelopak
mata untuk mencari penyebab infeksi itu, baik S.aureus ataupun
P.ovale (Riordan-Eva dan Whitcher, 2013).

F. Patogenesis
Perjalanan penyakit blefaritis sebenarnya belum sepenuhnya

diketahui secara pasti. Namun biasanya terjadi akibat kolonisasi bakteri

pada mata karena adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam

kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai

oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Hal ini

mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan di

sekitar kelopak mata, mengakibatkan teraktivasinya sistem imun atau


terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa

buangan metabolisme, dan enzim dari mikroorganisme tersebut.

Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat dengan adanya

dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom yaitu sekresi

minyak (American Academy of Ophthalmology, 2013).

G. Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding untuk penyakit blefaritis anterior yaitu
konjungtivitis bakterial, konjungtivitis viral, keratitis bakterial, Dry Eye
Syndrom, karsinoma sel sebasea pada mata, dan juga impetigo krustosa
pada kelopak mata (Osaiyuwu dan Ebeigbe, 2010).

H. Tatalaksana
1. Deteksi Dini
Deteksi dini dan penanganan yang tepat dapat mengurangi tanda dan
gejala dari blefaritis. Pada kasus yang berat hal ini mampu mencegah
kerusakan yang permanen ataupun kemungkinan penurunan visus
(American Academy of Ophthalmology, 2013).
2. Kompres hangat
Penatalaksanaan yang sederhana dan pertama pada kasus blefaritis
anterior (stafilokok dan seborroik) yaitu mengurangi inflamasi. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengkompres hangat pada mata yang terkena
(Rodriguez, 2013).
3. Higienitas
Hal berikutnya yang harus diperhatikan yaitu selalu menjaga
kebersihan dari daerah kelopak mata. Pada kasus blefaritis seborroik
juga harus diperhatikan kebersihan kulit kepala, alis mata, dan tepi
palpebra dengan menggunakan sabun ataupun shampoo (American
Academy of Ophthalmology, 2013).
4. Antibiotik
Pada kasus blefaritis anterior dapat diberikan antibiotik tetrasiklin,
eritromisin, dan juga sulfasetamid salep. Selain itu, jika pada kasus
yang berat dapat diberikan antibiotik dan juga anti inflamasi sistemik
untuk mengatasi gejala dan penyebabnya (Rodriguez, 2013).

I. Komplikasi
Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Mungkin
sebaiknya disarankan untuk sementara waktu tidak menggunakan lensa
kontak dan menggunakan alat bantu lain seperti kaca mata sampai gejala
blefaritis benar-benar sudah hilang. Komplikasi lain yng mungkin terjadi
dari blefaritis anterior adalah dry eye syndrome / keratoconjungtivitis
sicca, konjungtivitis, dan juga hordeolum (Riordan-Eva dan Whitcher,
2013; Rodriguez, 2013).

J. Prognosis
1. Ad Vitam : bonam
2. Ad visam : bonam
3. Ad sanationam : bonam
4. Ad kosmetikam : bonam
Secara keseluruhan memang blefaritis anterior memiliki prognosis yang
baik dan dapat hilang dengan terapi. Namun, bukan tidak mungkin
blefaritis anterior menjadi penyakit yang kronik.

III. KESIMPULAN

1. Blefaritis anterior adalah peradangan pada kelopak mata yang meliputi


kulit pada kelopak, dasar bulu mata, dan juga folikel bulu mata.
2. Pengobatan untuk blefaritis anterior yaitu dengan kompres hangat,
membersihkan daerah kelopak mata, dan juga pemberian antibiotik
tetrasiklin atau sulfasetamid topikal.
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Ophthalmology. 2013. Blepharitis. Preffered Practice


Pattern: Guidelines. 1 (1): 1- 31.

Ilyas, S. 2010. Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas
Kedokeran Universitas Indonesia.

Osaiyuwu, A. B., dan Ebeigbe, J. A. 2010. Clinical Findings And Management of


Chronic Blepharitis In A 25-Years Old Female A Case Report. Canadian
Journal Of Ophthalmology, 16 (1): 26 29.

Riordan-Eva, P., dan Whitcher, J. P. 2013. Vaughan & Ashbury Oftalmologi


Umum. Jakarta: Kedokteran EGC.

Rodriguez, R. L. 2013. Blepharitis Disease and Its Management. American


Optometic Association, 1 (1): 1 7.

Snell, R. S. 2011. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai