XEROFTALMIA
OLEH:
Ryka Marina Walanda/N 111 16 001
PEMBIMBING:
dr. Kaharuddin Asta, Sp.M
• Negara Berkembang
KurangVitamin A (KVA)
• Masa Pertumbuhan
Menurut hasil survei, tidak menjadi masalah kesehatan, namun dikhawatirkan kasus xeroftalmia masih
banyak di masyarakat yang belum ditemukan dan dilaporkan oleh tenaga kesehatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Mata
Lapisan (Film) Air Mata
Lapisan Lipid
Lapisan aqueous
Definisi:
Xeroftalmia berasal dari bahasaYunani
(xeros=kering; Opthalmos=mata)
Xeroftalmia :
kekeringan pada mata akibat mata gagal memproduksi air mata
atau yang dikenal dengan dry eye yang mengakibatkan
konjungtiva dan kornea kering.
Xeroftalmia
Etiologi:
kurangnya Vitamin A
Faktor-faktor penyebab:
1. Konsumsi makanan kurang vitamin A
2. Bayi tidak diberikan ASI eksklusif
3. Menu tidak seimbang, untuk penyerapan vitamin A
4. Gangguan penyerapan vitamin A
Xeroftalmia
Klasifikasi (WHO-1982):
1.XN (Rabun Senja/Xerosis Nyctalopia)
2.X1A (Xerosis Konjungtiva)
3.X1B (Bercak Bitot/Bitot’s Spot)
4.X2 (Xerosis Kornea)
5.X3A (Ulserasi Kornea/Keratomalasia)
6.X3B (Ulserasi Kornea/Keratomalasia)
7.XS (Xeroftalmia Scar)
8.XF (Xeroftalmia Fundus)
Xeroftalmia
Epidemiologi:
Umum terjadi pada anak usia 6 bulan – 4 tahun
Pada anak dengan Kekurangan Vitamin A (KVA), 58-60%
mengalami buta parsial.
Xeroftalmia
Patofisiologi:
Sekresi
Defisiensi
glandula
Vit. A
lacrimalis
menurun
Kekeringan
epitel bola mata
dan kornea
Stadium I Hemeralopia
Stadium II Xerosis konjungtiva dengan atau
tanpa hemeralopia dengan atau tanpa
bercak bitot
Stadium III Stadium II ditambah xerosis kornea
dan sering disertai ulkus kornea
Stadium IV Keratomalasi
Xeroftalmia
Histopatologi:
Ciri histopatologis dari xeroftalmia berupa timbulnya bintik-
bintik kering pada epitel kornea dan konjungtiva, pembentukan
filamen, hilangnya sel goblet konjungtiva, pembesaran
abnormal sel epitel non-goblet, peningkatan stratifikasi sel, dan
peningkatan keratinisasi.
Xeroftalmia
Diagnosis:
1.XN (Rabun Senja/Xerosis Nyctalopia)
Ketidaksanggupan melihat pada cahaya remang-remang
2.X1A (Xerosis Konjungtiva)
Penderita tidak dapat melihat di sore hari (nocturnal amblyopia)
Rasa tidak nyaman pada mata seperti terasa panas.
Mata terlihat xerotic
3.X1B (Bercak Bitot / bitot’s spot)
Terdapat bercak putih kekuningan seperti busa atau sabun
Xeroftalmia
Diagnosis:
4. X2 (Xerosis Kornea)
Pandangan mata menjadi kabur
Penglihatan pasien menurun pada ruangan terang
Penderita melihat halo pada sekitar objek.
5. X3A (Ulserasi Kornea / Keratomalasia)
Pada tahap ini, pasien mengalami penurunan penglihatan
yang irreversible.
6. X3B (Ulserasi Kornea / Keratomalasia)
Pada tahap ini pasien tidak dapat melihat apapun (total
blindness).
Xeroftalmia
Diagnosis:
7. XS (Xeroftalmia Scar)
Pada stadium ini gejala yang dirasakan pasien bervariasi
tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya. Keparahan
gangguan penglihatan tergantung dari letak sikatriks.
Xeroftalmia
Pemeriksaan Fisik:
Antropometri: Pengukuran berat badan dan tinggi badan
Penilaian Status gizi
Pemeriksaan mata untuk melihat tanda-tanda xeroftalmia.
Kelainan pada mata bergantung dari stadium yang diderita oleh
pasien
Xeroftalmia
Pemeriksaan Fisik:
XN (Xerosis Tidak terlihat ada tanda klinis
Nyctalopia)
X1A (Xerosis • Daerah konjungtiva tampak xerotic dan terdapat
Konjungtiva) X1A pigmentasi.
• Bila mata digerakkan akan terlihat lipatan yang timbul
(Xerosis Konjungtiva)
pada konjungtiva bulbi.
X1B (Bercak Bitot / Terdapat bercak bitot yaitu bercak putih kekuningan seperti
bitot’s spot) busa atatu sabun yang umumnya bilateral dengan letak
temporal ke arah limbus.
X2 (Xerosis Kornea) Pada mata pasien yang tampak berupa kekeruhan pada
kornea. Kekeruhan akan lebih tampak jelas ketika mata di
tahan untuk berkedip
Xeroftalmia
Pemeriksaan Fisik:
X3A (Ulserasi Kornea Pada tahap ini mulai terjadi kerusakan lapisan stroma pada
/ Keratomalasia) kornea yang umumnya dari daerah inferior ke daerah
sentral.
X3B (Ulserasi Kornea / • Mulai terlihat nekrosis pada kornea disertai dengan
Keratomalasia) vaskularisasi kedalamnya.
• Ulserasi yang melebihi stadium sebelumnya
• Edema pada kornea disertai dengan penonjolan
disekitarnya
• Luluhnya kornea dengan komplit yang berakhir dengan
stafiloma kornea atau ptisis.
XS (Xerosis Sikatrik) • Kornea mata tampak menjadi putih
• Bola mata tampak mengecil
• Bila luka pada kornea telah sembuh akan meninggalkan
bekas berupa sikatrik atau jaringan parut.
XF (Fundus Pada fundus didapatkan bercak-bercak kuning keputihan
Xeroftalmia) yang tersebar dalam retina, umumnya terdapat di tepi
sampai arkade vaskular temporal.
Xeroftalmia
Pemeriksaan Penunjang:
a. Tes Adaptasi Gelap
b. Sitologi Impresi Konjungtiva
c. Uji Schirmer (Uji Schirmer I dan Uji Schirmer II)
d. Pemeriksaan Osmolaritas Air Mata
e. Pemeriksaan Stabilitas Film Air Mata
f. Pemeriksaan Kornea
Xeroftalmia
Pemeriksaan Laboratorium:
a.Pemeriksaan serum retinol dengan kromatografi
b.Pemeriksaan serum retinol dengan kromatografi
c.Kadar albumin < 2.5 mcg/dl pada penderita xeroftalmia
d.Pemeriksaan Darah Rutin
Xeroftalmia
Penatalaksanaan:
1.Pencegahan
Pendekatan jangka pendek
<6 bulan dan Pemberian vitamin A 50.000 IU sebelum bayi
tidak peroleh ASI menginjak umur 6 bulan
6-12 bulan Pemberian vitamin A 100.000 IU tiap 3-6 bulan
1-6 tahun Pemberian vitamin A 200.000 IU dalam bentuk
kapsul berbasis minyak diberikan setiap 4-6 bulan
Ibu menyusui Pemberian vitamin A satu kali sebanyak 20.000 IU
setelah melahirkan atau 2 bulan setelahnya
Xeroftalmia
Penatalaksanaan:
1.Pencegahan
Pendekatan jangka menengah
Fortifikasi makanan dengan vitamin A seperti penambahan
pada susu dan mentega
Pendekatan jangka panjang
Meningkatkan pemberian makanan yang banyak mengandung
vitamin A.
Xeroftalmia
Penatalaksanaan:
2.Pengobatan
Memberi makanan TKTP (tinggi kalori tinggi protein)
Mengobati penyakit infeksi ataupun gangguan yang
mendasarinya
Memberi vitamin A (dosis terapeutik)
Xeroftalmia
Memberi vitamin A (dosis terapeutik)
Usia > 1 tahun 200.000 IU secara oral atau 100.000 secara injeksi
muskular perlu diberikan segera dan diulang
esoknya atau 4 minggu kemudian.
Usia < 1 tahun Diberikan dosis setengah dari pasien diatas 1 tahun
atau berat badan
< 8 kg
Wanita dalam usia • Pada wanita yang menderita rabun senja,
reproduktif (baik bercak bitot hingga xerosis konjungtiva perlu
hamil atau tidak) diberikan vitamin A dengan dosis 100.000 IU
secara oral setiap harinya selama 2 minggu.
• Pada penderita dengan gangguan pada
korneanya diberikan dosis vitamin A sesuai
dengan dosis pada anak diatas 1 tahun
Xeroftalmia
Penatalaksanaan:
2.Pengobatan
Memberi makanan TKTP (tinggi kalori tinggi protein)
Mengobati penyakit infeksi ataupun gangguan yang
mendasarinya
Memberi vitamin A (dosis terapeutik)
Mengobati kelainan mata
Xeroftalmia
Mengobati Kelainan Mata
Pada pasien dengan xeroftalmia terjadi kekeringan pada mata
baik kornea maupun konjungtiva disertai dengan gangguan
retina karena itu perlu diberikan terapi diantaranya:
1. Air mata buatan
Derivat selulosa untuk kasus ringan
Alkohol povinil meningkatakan persistensi lapisan air mata dan berguna
untuk defisiensi mukus
Sodium hyaluronat untuk perbaikan epitel kornea dan konjungtiva
Penatalaksanaan:
3.Tindakan Operatif
Tindakan operatif pada xeroftalmia berupa pemasangan
sumbatan di punctum yang bersifat temporer ( kolagen ) atau
untuk waktu yang lebih lama ( silicon ). Tindakan ini untuk
menahan sekret air mata. Penutupan puncta dan kanalikuli
secara permanen dapat dilakukan dengan terapi termal ( panas
), kauter listrik, atau dengan laser
Xeroftalmia
Komplikasi:
Pada awal perjalanan xeroftalmia, penglihatan sedikit
terganggu.
Pada kasus lanjut dapat timbul ulkus kornea, penipisan
kornea dan perforasi. Dapat terjadi infeksi bakteri sekunder
dan berakibat jaringan parut serta vaskularisasi pada kornea
yang memperberat penurunan penglihatan.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Xeroftalmia merupakan suatu kelainan pada mata yang
terjadi akibat defisiensi vitamin A. Kekurangan vitamin A dapat
terjadi pada semua umur akan tetapi kekurangan yang disertai
pada kelaina pada mata umumnya terjadi pada anak berusia 6
bulan samapai 4 tahun dan sering ditemukan pada anak dengan
PEM (protein energi malnutrisi).
Gejala klinik yang ditemukan pada pasien xerophtalmia
berupa gangguan retina berupa rabun senja hingga kekeringan
yang terjadi pada konjungtiva dan kornea yang disebut juga
xerosis.