Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

MEI 2014

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR.

BLEPHARITIS SKUAMOSA

OLEH :
Akbar Yunus
10542 0008 08

PEMBIMBING :
dr.Rahasiah Taufik, Sp.M
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2013

BAB I
PENDAHULUAN

Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata. Kata
"blefaritis" berasal dari bahasa Yunani blepharos, yang berarti "kelopak mata," dan
akhiran itis pada bahasa Yunani, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan
peradangan dalam bahasa Inggris. Peradangan adalah istilah umum yang digunakan
untuk menggambarkan proses dimana sel-sel darah putih dan zat kimia yang diproduksi
dalam tubuh melindungi kita dari zat-zat asing, cedera, atau infeksi. Respon tubuh
normal dalam peradangan melibatkan berbagai derajat pembengkakan, kemerahan,
nyeri, panas, dan perubahan dalam fungsi.1
Blefaritis menyebabkan mata merah merah, iritasi, kelopak mata gatal dan
pembentukan ketombe seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata yang
umum yang disebabkan oleh bakteri atau kondisi kulit seperti ketombe di kulit kepala
atau jerawat rosacea. Dapat terjadi pada semua orang dari segala usia. Meskipun tidak
nyaman, blefaritis tidak menular dan umumnya tidak menyebabkan kerusakan
permanen pada penglihatan.2
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi biasanya berjalan kronis atau
menahun. Blefaritis alergi biasanya berasal dari debu, asap, bahan kimia iritatif, dan
bahan kosmetik. Infeksi kelopak mata dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau
beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Bentuk blefaritis yang biasanya dikenal adalah
blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis.3

Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis. Biasanya blefaritis


sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan kemudian diberikan
antibiotik yang sesuai. Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah konjungtivitis,
keratitis, hordeolum, kalazion, dan madarosis.3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi
Blepharitis adalah iritasi pada kelopak mata. Ini memiliki berbagai penyebab,
mulai dari alergi dan infeksi iritasi serta kanker kulit. Ini adalah penyakit mata yang
paling umum.4
Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum terjadi. Kadang
dikaitkan dengan infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini menyebabkan debris

skuamosa, inflamasi tepi kelopak mata, kulit, dan folikel bulu mata (blefaritis anterior).
Kelenjar Meibom dapat terkena secara tersendiri (blefaritis posterior).4

Gambar 2 : Radang pada kelopak mata (blefaritis)


dan disfungsi kelenjar meibomian (Altlas of Ophtalmology)

1.2. Epidemiologi
Blefaritis adalah gangguan mata yang umum di Amerika Serikat dan di seluruh
dunia. Hubungan yang tepat antara blefaritis dan kematian tidak diketahui, tetapi
penyakit dengan angka kematian yang dikenal, seperti lupus eritematosus sistemik,
mungkin terdapat blefaritis sebagai bagian dari gejala yang ditemukan. Morbiditas
termasuk kehilangan fungsi visual, kesejahteraan, dan kemampuan untuk melaksanakan
aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses penyakit dapat mengakibatkan kerusakan pada
pelupuk mata dengan trichiasis, entropion notching, dan ectropion. Kerusakan kornea
dapat mengakibatkan peradangan, jaringan parut, hilangnya kehalusan permukaan, dan
kehilangan kejelasan penglihatan. Jika peradangan yang parah berkembang, perforasi
kornea dapat terjadi. Tidak ada studi yang diketahui menunjukkan perbedaan ras dalam
kejadian blefaritis. Rosacea mungkin lebih umum di orang berkulit putih, meskipun
temuan ini mungkin hanya karena lebih mudah dan sering didiagnosis pada ras ini.5
Belum ditemukan penelitian yang dirancang untuk mengetahui perbedaan dalam
insiden dan klinis blefaritis antara jenis kelamin. Blefaritis seboroik lebih sering terjadi
pada kelompok usia yang lebih tua dengan usia rata-rata adalah 50 tahun. 6 Akan tetapi

apabila dibandingkan dengan bentuk lain, blefaritis staphylococcal ditemukan pada usia
lebih muda (42 tahun) dan sebagian besar adalah wanita (80%).7
1.3. Anatomi Palpebra
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk tear film di depan kornea serta
menyebarkan tear film yang telah diproduksi ini ke konjungtiva dan kornea. Palpebra
merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap
trauma, trauma sinar dan pengeringan mata, karena kelopak mata juga berfungsi untuk
menyebarkan tear film ke konjungtiva dan kornea.3,8

Gambar 1 : Anatomi kelopak mata (Jerry Popham MD, 2013)

Pada kelopak terdapat bagian-bagian:3,4,5,6

a. Satu lapisan permukaan kulit. Tipis dan halus, dihubungkan oleh jaringan ikat yang

halus dengan otot yang ada dibawahnya, sehingga kulit dengan mudah dapat
digerakkan dari dasarnya. Dengan demikian, maka edema dan perdarahan mudah
terkumpul disini, sehingga menimbulkan pembengkakan palpebra.
b. Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar zeis
pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus dan bermuara pada tepi
kelopak mata.
c. Otot seperti:
1. M. Orbikularis Okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah,
dan terletak di bawah kulit kelopak. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata
yang dipersarafi N. fasialis.
2. M. Riolani. Otot yang ada di pinggir kelopak mata. Bersamaan dengan
M.Orbikularis Okuli berfungsi untuk menutup mata.
3. M. Levator Palpebra berjalan kearah kelopak mata atas dan berinsersi pada
lempeng tarsal. Otot ini dipersarafi oleh saraf ketiga (okulomotor). Kerusakan
pada saraf ini atau perubahan - perubahan pada usia tua menyebabkan jatuhnya
kelopak mata (ptosis) yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau
membuka mata.
4. M. Mulleri, terletak di bawah tendon dari M. Levator Palpebra. Inervasinya oleh
saraf simpatis, guna M. Levator Palbebra dan M. Mulleri untuk mengangkat
palpebra.
d. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan yang rapat dengan

sedikit jaringan elastin. Gunanya untuk memberi bentuk kepada palpebra.


e. Rambut
1.4. Etiologi
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur
.Blefaritis melibatkan tepi kelopak mata, dimana bulu mata tumbuh dan pintu dari

kelenjar meibomian dekat pangkal bulu mata berada. Mungkin ada keterlibatan tepi luar
dari tepi kelopak mata yang berdekatan dengan kulit atau

dan tepi bagian dalam

kelopak mata yang bersentuhan dengan bola mata. Perubahan pada kulit kelopak mata
atau permukaan mata itu sendiri biasanya bisa menjadi penyebab sekunder yang
mendasari terjadinya kelainan pada kelopak mata.1
Penyebab kebanyakan kasus blefaritis adalah kerusakan kelenjar minyak di
kelopak. Ada sekitar 40 kelenjar ini di setiap kelopak mata atas dan bawah. Ketika
kelenjar minyak memproduksi terlalu banyak, terlalu sedikit, atau salah jenis minyak,
tepi kelopak mata dapat menjadi meradang, iritasi, dan gatal.1
1.5. Patofisiologi
Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena
adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang
merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada
jaringan di sekitar kelopak mata, mengakibatkan kerusakan sistem imun atau terjadi
kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa buangan dan enzim.
Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat dengan adanya dermatitis seboroik
dan kelainan fungsi kelenjar meibom.8
Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan dermatitis seboroik umum yang
mungkin melibatkan kulit kepala, lipatan nasolabial, belakang telinga, dan sternum.
Karena hubungan erat antara kelopak dan permukaan okular, blefaritis kronis dapat
menyebabkan perubahan inflamasi dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea.
Sedangkan blefaritis posterior disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibomian dan

perubahan sekresi kelenjar meibomian. Lipase bakteri dapat mengakibatkan


pembentukan asam lemak bebas. Hal ini meningkatkan titik leleh dari meibum yang
menghambat ekspresi dari kelenjar, sehingga berkontribusi terhadap iritasi permukaan
mata dan mungkin memungkinkan pertumbuhan S. Aureus. Hilangnya fosfolipid dari
tear film yang bertindak sebagai surfaktan mengakibatkan meningkatnya penguapan air
mata dan osmolaritas, juga ketidakstabilan tear film.9

Tiga mekanisme patofisiologi blefaritis anterior yang telah diusulkan:10


a. Infeksi bakteri langsung
b. Respons melawan toksin bakteri
c. Delayed hypersensitivity reaction terhadap antigen bakteri
Patofisiologi blefaritis posterior melibatkan perubahan struktural dan disfungsi
sekresi dari kelenjar meibomian. Kelenjar Meibomian mengeluarkan meibum, lapisan
lipid eksternal dari tear film, yang bertanggung jawab untuk mengurangi penguapan
tear film dan mencegah kontaminasi. Pada perubahan struktural contoh kegagalan
kelenjar di blepharitis posterior telah ditunjukkan dengan meibography, selain itu,
kelenjar epitel dari hewan model penyakit kelenjar meibomian menunjukkan
hiperkeratinisasi yang dapat menghalangi kelenjar atau menyebabkan deskuamasi sel
epitel ke dalam lumen, duktus kelenjar sehingga menyebabkan konstriksi kelenjar.
Hiperkeratinisasi dapat mengubah diferensiasi sel asinar dan karenanya mengganggu
fungsi kelenjar. Disfungsi sekretorik contohnya dalam blepharitis posterior, terjadi
perubahan komposisi meibum di mana perubahan rasio asam lemak bebas untuk ester
kolesterol telah terbukti. Hasil sekresi yang berubah ini bisa memiliki titik leleh yang

lebih tinggi dari pada yang tampak di kelopak mata sehingga menyebabkan menutupnya
muara kelenjar.10

1.6. Klasifikasi
Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi:2
1. Blefaritis anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar,tempat dimana
bulu mata tertanam. Blefaritis anterior biasanya disebabkanoleh infeksi bakteri
(stafilokokusblefaritis) atau ketombe di kepala danalis mata (blefaritis seboroik).
Walaupun jarang, dapat juga disebabkan karena alergi.2
2. Blefaritis posterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian dalam, bagian yang
kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis posterior dapat disebabkan karena
produksi minyak oleh kelenjar di kelopak mata yang berlebihan (blefaritis meibom)
yang akan mengakibatkan terbentuknya lingkungan yang diperlukan bakteri untuk
bertumbuh. Selain itu, dapat pula terjadi karena kelainan kulit yang lain seperti
jerawat atau ketombe.2
Klasifikasi berdasarkan penyebabnya: 3,11,12
A. Blefaritis bakterial
1. Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka
pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan
sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas
basah.Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual
kelenjar

Meibom

untuk

mengeluarkan

nanah

dari

kelenjar

Meibom

(Meibormianitis), yang biasanya menyertai.3

Blefaritis stafilokokal ditandai dengan adanya sisik, krusta dan eritema


pada tepi kelopak mata dan collarette formation pada dasar bulu mata. Infeksi
kronis dapat disertai dengan eksasebasi akut yang mengarah pada terjadinya
blefaritis ulseratif. Dapat juga terjadi hilangnya bulu mata, keterlibatan kornea
termasuk erosi epitelial, neovaskularisai dan infiltrat pada tepi kelopak.11
2. Blefaritis Seboroik
Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar
penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun), dengan
keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang
keluar dari kelenjar meibom, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan
hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion,
hordeolum, madarosis, poliosis dan jaringan keropeng.Pengobatannya adalah
dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dari kotoran.
Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Kompres hangat selama 5-10
menit. Kelenjar Meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampo bayi. Penyulit
yang dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi,
hordeolum dan madarosis.3
Pasien dengan blefaritis seboroik mempunyai sisik berminyak pada
kelopak mata depan, dan sering di antara mereka juga menderita dermatitis
seboroik pada alis dan kulit kepalanya. 11 The American Academy of Dermatology
mencatat bahwa penyebab kondisi ini belum dipahami dengan baik. Tapi
dermatitis seboroik terkadang muncul pada orang dengan sistem kekebalan yang
lemah. Jamur atau ragi jenis tertentu yang memakan minyak (lipid) di kulit juga
dapat menyebabkan dermatitis seboroik, dengan blefaritis menyertainya. 12

3.

Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau
krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya
luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit
didaerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang yang berambut minyak.
Blefaritis ini berjalan bersama dermatitis seboroik. Penyebab blefaritis skuamosa
adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur. Pasien akan merasa panas dan
gatal. Pengobatannya ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan shampoo
bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme
pasien. Penyulit yang dapat terjadi antara lain: keratitis, konjungtivitis.3

4.

Blefaritis Ulseratif.
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat
infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna
kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan
mengeluarkan darah di sekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang
terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai
perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius. Ulserasi berjalan lebih lanjut dan
lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga mengakibatkan rontok
(madarosis).3
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada
blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin.
Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila
ulseratif luas pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi

10

roboransia. Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang


merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata,
hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi
tarikan jaringan parut yang juga dapat berakibat trikiasis.3
5.

Blefaritis Angularis.
Blefaritis angularis merupakan infeksi pada tepi kelopak disudut kelopak
mata atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus
eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan padafungsi
punctum lakrimal. Blefaritis angularis disebabkan oleh Moraxella lacunata atau
Staphylococcus aureus meskipun bakteri lain atau sangat jarang herpes simplex
juga terlibat. Seringkali gejala yang muncul adalah kemerahan pada salah satu
tepi kelopak mata, bersisik, maserasi dan kulit pecah-pecah di kantus lateral dan
medial, juga dapat terjadi konjungtivitis folikuler dan papil. Biasanya kelainan
ini bersifat rekuren. Blefaritis angularis diobati dengan sulfa (kloramfenikol,
eritromisin), tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit terjadi pada punctum lakrimal
bagian medial sudutmata yang akan menyumbat duktus lakrimal.3,9

6.

Meibomianitis.
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan
tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu
pengobatan kompres

hangat, penekanan dan pengeluaran nanah dari

dalamberulang kali disertai antibiotik lokal.4


B. Blefaritis virus3
1.

Herpes zoster

11

Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraf
trigeminus. Bilayang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat
gejala-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas.Gejala tidak akan
melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang terlihat pada mata
adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan berasa demam. Pada
kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila mata terkena. Lesi
vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus superfisial merupakan gejala yang
khusus pada infeksi herpes zoster mata. Pengobatan hanya asimtomatik; steroid
superfisial untuk mengurangi gejala radang dan analgesik untuk mengurangi rasa
sakit. Penyulit yang mungkin terjadi adalah uveitis, parese otot perggerak mata,
glaukoma dan neuritis optik.3
2.

Herpes simplek
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan keadaan yang
sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak. Dikenal bentuk
blefaritis simpleks yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan
terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata, yang mengakibatkan
kedua kelopak lengket. Tidak terdapat pengobatan spesifik pada penyakit ini.
Bila terdapat infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik sitemik atau topikal.3

3. Vaksinia
Pada infeksi vaksinia akan terdapat kelainan pada kelopak berupa pustula
dengan indentasi pada bagian sentral. Tidak terdapat pengobatan spesifik untuk
kelainan ini.3
4. Moluskum kontagiosum
Moluskum kontagiosum pda kelopak akan terlihat sebagai benjolan
dengan penggaungan ditengah yang biasanya terletak di tepi kelopak. Dapat

12

ditemukan kelainan berupa konjungtivitis yang bentuknya seperti konjungtivitis


inklusi klamidia atau trakoma. Pengobatan moluskum tidak ada yang spesifik
atau dilakukan ekstirpasi benjolan, antibiotic local diberikan untuk mencegah
infeksi sekunder.3
C. Blefaritis jamur3
1. Infeksi superfisial
Biasanya diobati

dengan

griseofulvin

terutama

efektif

untuk

epidermomikosis, diberikan 0.5-1 gram sehari dengan dosis tunggal atau dibagi
rata diteruskam 1-2 minggu. Kandida dengan nistatin topikal 100.000 unit per
gram.3
2. Infeksi jamur profundus
Pengobatan

menggunakan obat sistemik. Actinomyces dan Nocardia

efektif menggunakan sulfonamid, penicillin atau antibiotik spektrum luas.


Spesies lain bisa digunakan Amfoterisin B dimulai dengan 0.05-0.1mg/kgBB iv
lambat 6-8 jam dilarutkan dekstrose 5% dalam air.3
D. Phitiriasis palpebrarum9
Phthirus pubis sebenarnya hidup di rambut pubis. Seseorang yang terinfeksi
kutu dapat kedaerah lain yang berambut seperti axila, dada atau bulu mata. Pitiriasis
palpebarum merupakan kutu dari bulu mata yang biasanya menjangkiti anak-anak
yang hidup ditempat yang memiliki higinitas yang buruk.9
Gejala meliputi iritasi kronis dan gatal pada kelopak mata. Ditandai oleh kutu
yang menempel kebulu mata dengan cakarnya. Telur dan kulitnya yang kosong
muncul seperti bentuk oval, coklat, keputihan seperti mutiara dan melekat pada dasar
cilia. Kunjungtivitis tidak lazim ditemukan.
Kutu diangkat beserta bulu mata secara mekanik dengan menggunakan
pinset, lalu diberikan topikal yellow mercuric oxide 1% atau petroleum jelly pada
bulu mata dan kelopak mata dua kali sehari selama 10 hari. Menghilangkan kutu

13

pada pasien, keluarga, baju dan tempat tidur penting untuk menghindari
kekambuhan.9

1.7. Gambaran Klinik


Gambaran klinik pada blepharitis skuamosa
- Hiperaemik tepi kelopak mata anterior dan tampak berminyak dengan
menempel bersama-sama pada bulu mata
- Sisik yang lembut dan terletak di mana saja pada tepi kelopak mata dan bulu
mata.
- skuama atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak
mengakibatkan terjadinya luka kulit.
- Rasa gatal dan panas pada kelopak mata
1.8. Diagnosis
Blefaritis dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang komprehensif.
Pengujian, dengan penekanan khusus pada evaluasi kelopak mata dan permukaan depan
bola mata, termasuk:11
- Riwayat pasien untuk menentukan apakah gejala yang dialami pasien dan adanya
masalah kesehatan umum yang mungkin berkontribusi terhadap masalah mata.
- Pemeriksaan mata luar, termasuk struktur kelopak mata, tekstur kulit dan
penampilan bulu mata.
- Evaluasi tepi kelopak mata, dasar bulu mata dan pembukaan kelenjar meibomian
-

menggunakan cahaya terang dan pembesaran.


Evaluasi kuantitas dan kualitas air mata untuk setiap kelainan.

14

Gambar 9. Algoritma untuk mendiagnosis pasien dengan kelopak mata merah


(Differential Diagnosis of the Swollen Red Eyelid, 2007)

Kondisi yang berkaitan dengan blefaritis kronis:9


1. Ketidakstabilan tear film ditemukan pada 30-50% pasien, mungkin sebagai akibat
dari ketidakseimbangan antara komponen cair dan lipid dari tear film
memungkinkan peningkatan penguapan. Waktu pemecahan tear film biasanya
berkurang.

15

2. Chalazion, yang mungkin multipel dan berulang, umumnya terjadi terutama pada
pasien dengan blefaritis posterior.
3. Penyakit membran epitel basal dan erosi epitel berulang dapat diperburuk oleh
4.

blepharitis posterior.
Kulit: A. Jerawat rosacea sering dikaitkan dengan disfungsi kelenjar meibomian.
B. dermatitis seboroik terdapat pada>90% dari pasien dengan blefaritis
seboroik.
C. Pengobatan acne vulgaris dengan isotretinoin dikaitkan dengan
perkembangan blepharitis pada sekitar 25% dari pasien; hal itu mereda

ketika pengobatan dihentikan.


5. Keratitis bakteri dikaitkan dengan penyakit sekunder permukaan okular untuk
blefaritis kronis.
6. Atopik keratokonjungtivitis sering dikaitkan dengan blefaritis stafilokokus.
Pengobatan blefaritis sering membantu gejala konjungtivitis alergi dan sebaliknya.
7. Intoleransi lensa kontak. Pemakaian jangka panjang lensa kontak berhubungan
dengan penyakit tepi pelupuk mata posterior. Penghambatan gerakan tutup dan
ekspresi normal dari minyak meibomian bisa menjadi penyebabnya. Ada juga
mungkin terkait konjungtivitis giant papil membuat pemakaian lensa tidak nyaman.
Blefaritis juga merupakan faktor risiko untuk keratitis bakteriterkait lensa kontak.
1.9. Diagnosa banding
a. Dermatitis atopik
Pasien dengan dermatitis atopik yang melibatkan kelopak mata mungkin
hadir dengan pruritus, edema, eritema, likenifikasi, fisura, atau scaling. baik
Biasanya, edema dan eritema kelopak mata kurang menonjol dalam
dermatitis atopik dibandingkan dermatitis kontak, dan likenifikasi dan
scaling baik mendominasi. Dalam beberapa kasus, bagaimanapun, lesi
mungkin sulit untuk membedakan dari dermatitis.
b. Preseptal dan selulitis orbital

16

Infeksi pada kelopak mata atau jaringan orbital yang hadir dengan eritema
dan edema kelopak mata.
1.10.

Penatalaksanaan
Sebuah penanganan yang sistematis dan jangka panjang dalam menjaga

kebersihan kelopak mata adalah dasar dari pengobatan blefaritis. Dokter harus
memastikan bahwa pasien mengerti bahwa penanganan blefaritis adalah sebuah proses,
yang harus dilakukan untuk jangka waktu yang lama.8
Banyak sistem mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini termasuk
variasi dari 3 langkah penting 8,9
1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan untuk
memicu evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat penting. Pasien
umumnya diarahkan untuk menggunakan kompres hangat basah dan menerapkannya
pada kelopak berulang kali. Air hangat di handuk, kain kassa direndam, atau dimasak
dengan microwave, kain yang telah direndam dapat digunakan. Pasien harus
diinstruksikan untuk menghindari penggunaan panas yang berlebihan.8
2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang
menempel, seperti ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan lubang kelenjar.
Hal ini dapat dilakukan dengan handuk hangat atau dengan kain kasa. Air biasa
sering digunakan, meskipun beberapa dokter lebih suka bahwa beberapa tetes
shampo bayi dicampur dalam satu tutup botol penuh air hangat untuk membentuk
larutan pembersih. Harus diperhatikan untuk menggosok-gosok

lembut atau

scrubbing dari tepi kelopak mata itu sendiri, bukan kulit kelopak atau permukaan
konjungtiva bulbi. Menggosok kuat tidak diperlukan dan mungkin berbahaya.8

17

3. Salep antibiotik pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok. Umum
digunakan

adalah

salep

eritromisin

atau

sulfacetamide.

Salep

antibiotik

kortikosteroid kombinasi dapat digunakan, meskipun penggunaannya kurang tepat


untuk pengelolaan jangka panjang.8
Situasi klinis tertentu mungkin memerlukan pengobatan tambahan. Kasus
refrakter blefaritis sering respons dengan penggunaan antibiotik oral. Satu atau dua
bulan penggunaan tetrasiklin sering membantu dalam mengurangi gejala pada pasien
dengan penyakit yang lebih parah. Tetrasiklin diyakini tidak hanya untuk mengurangi
kolonisasi bakteri tetapi juga untuk mengubah metabolisme dan mengurangi disfungsi
kelenjar. Penggunaan metronidazol sedang dipelajari.8
Disfungsi tear film dapat mendorong penggunaan solusi air mata buatan, salep
air mata, dan penutupan pungtum. Kondisi yang terkait, seperti herpes simplex,
varicella-zoster, atau penyakit kulit staphilokokal, bisa memerlukan terapi antimikroba
spesifik berdasarkan kultur. Penyakit seboroik sering ditingkatkan dengan penggunaan
shampoo dengan selenium, meskipun penggunaannya di sekitar mata tidak dianjurkan.
Dermatitis alergi dapat merespon terapi kortikosteroid topikal.8
Konjungtivitis dan keratitis dapat menjadi komplikasi blefaritis dan memerlukan
pengobatan tambahan selain terapi tepi kelopak mata. Campuran antibiotikkortikosteroid dapat mengurangi peradangan dan gejala konjungtivitis. Infiltrat kornea
juga dapat diobati dengan antibiotik-kortikosteroid tetes. Ulkus tepi kelopak yang kecil
dapat diobati secara empiris, tetapi ulkus yang lebih besar, parasentral, atau atipikal
harus dikerok dan spesimen dikirim untuk diagnostik dan untuk kultur dan pengujian
sensitivitas.8

18

Serangan berulang dari peradangan dan jaringan parut dari blefaritis dapat
mengakibatkan penyakit kelopak mata posisional. Trichiasis dan notching kelopak dapat
mengakibatkan gejala keratitis berat. Trichiasis diobati dengan pencukuran bulu,
perusakan folikel melalui arus listrik, laser, atau krioterapi, atau dengan eksisi bedah.
Entropion atau ectropion dapat mengembangkan dan mempersulit situasi klinis dan
mungkin memerlukan rujukan ke ahli bedah oculoplastics.Perawatan bedah untuk
blefaritis diperlukan hanya untuk komplikasi seperti pembentukan kalazion, trichiasis,
ektropion, entropion, atau penyakit kornea.8
1.11. Komplikasi
Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang paling
sering terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin sebaiknya
disarankan untuk sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti kaca mata
sampai gejala blefaritis benar-benar sudah hilang.1
1. Hordeolum: adalah suatu infeksi bakteri pada salah satu kelenjar minyak yang
tersumbat. Hasilnya adalah benjolan yang nyeri di tepi atau di dalam kelopak
mata.
2. Kista meibom adalah pembengkakan yang terjadi pada kelopak mata. kista
umumnya tanpa rasa sakit, kecuali jika disertai dengan infeksi .
3. Mata merah: blefaritis dapat menyebabkan serangan berulang mata merah

(konjungtivitis).
4. Ulserasi kornea: iritasi yang terus menerus dari kelopak mata yang meradang
atau salah arah bulu mata dapat menyebabkan goresan (ulkus) di kornea.

19

Blefaritis tidak mempengaruhi penglihatan pada umumnya, meskipun defisiensi


tear

film

kadang

dapat

mengaburkan

penglihatan,

menyebabkan

berbagai

derajatpenglihatan berfluktuasi sepanjang hari.1


1.12. Prognosis
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat
mengontrol tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan
kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman untuk
menghindari kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi kronis. Jika
blefaritis berhubungan dengan penyebab yang mendasari seperti ketombe atau rosacea,
mengobati kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi blefaritis. Pada pasien yang
memiliki beberapa episode blefaritis, kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan
dengan pengobatan yang berhasil, kekambuhan dapat terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dahl, Andrew A., MD, FACS. Blepharitis. Viewed 1 mei 2014.


<http://www.medicinenet.com/blepharitis/article.htm>
2. Johnson, Stephen, M., MD. Blepharitis in Midwest Eye Institute. viewed 1 Mei
2014. <http://smjohnsonmd.com/Blepharitis.html>
3. Ilyas, Sidarta,Prof.dr.H Sp.M. Ilmu penyakit Mata. FKUI, edisi ketiga, Jakarta:
2009; page 1-2, 89-97
4. Weinstock, Frank J., MD, FACS and Melissa Conrad Stppler, MD. Eyelid
Inflammation (Blepharitis). Viewed 10 November 2013.

20

<http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/.htm>
5. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 9 th ed. Blackwell publishing,
Australia : 2013; page 52-4
6. Popham, Jerry MD. In Cosmetic facial and eye plastic surgery : Eyelid Anatomy.
Viewed 1 mei 2014.
<http://www.drpopham.com/347-Anatomy%20-%20Eyelid/>
7. Vaughan D. Oftalmologi umum (General Ophthalmology). Widya Medika. Jakarta:
2003; page 78-80
8. Lowery, R Scott, MD et all, Adult Blepharitis Updated: April 26, 2013 viewed 10
November 2013.
http://emedicine.medscape.com/article/1211763-overview#a0104

9. Kanski JJ. Blepharitis. In: Clinical Ophthalmology. 7th ed. Butterworth Heinemann.
Philadelphia; 2011: page 34-38.
10. Feder, Robert S, MD, chair et all. Blepharitis Limited Revision In Preferred
Practice Pattern. American Academy Ophthalmology: 2011.
11. Hadrill, Marilyn., Blepharitis Page updated September 21, 2013 viewed 10
November 2013.
<http://www.allaboutvision.com/conditions/blepharitis.htm>
12. Papier, Art, MD; David J. Tuttle, MD; and Tara J. Mahar, MD. Differential
Diagnosis of the Swollen Red Eyelid in the American Academy of Family
Physicians.2007; page 1815-24.

21

<http://www.aafp.org/afp/2007/1215/p1815.html#afp20071215p1815-t1>

22

Anda mungkin juga menyukai