Hasil pembelajaran:
1. Definisi Intoksikasi
2. Mengetahui etiologi dan patofisiologi Intoksikasi
3. Diagnosis Intoksikasi dengan tepat
4. Penentuan terapi intoksikasi yang tepat
Portofolio Kasus Kegawat Daruratan
A. Subyektif:
Pasien MRS dengan keluhan muntah-muntah yang dialami 30 menit yang lalu setelah
meminum obat pembasmi hama. Muntah frekuensi > 5 kali, berisi cairan berwarna
hijau, darah (-). Nyeri perut (+), mual (+). Pasien juga merasakan sesak napas dan
berkeringat banyak.
B. Obyektif:
- Tanda vital TD : 100/70 mmHg, N: 65 x/menit, P: 26 x/menit, S: 36,5 oC.
- Kepala:
Konjungtiva pucat (-)
Sklera ikterus (-)
Pupil 1,5mm/1,5mm Refleks cahaya -/-
- Thorax simetris kiri-kanan, palpasi tidak ditemukan kelainan, perkusi sonor kiri-
kanan, bunyi pernapasan vesikuler, bunyi tambahan Rh -/- ; Wh -/-. Bunyi Jantung
murni regular.
- Abdomen: peristaltik (+) kesan normal, massa tumor (-), nyeri tekan (-), NUH (-),
Hepar/Lien tidak teraba.
C. Assesment:
Definisi
Secara harfiah, pestisida berarti pembunuh hama. Pestisida berasal dari kata pest
yang berarti hama dan cide yang berarti membunuh. Dalam bidang pertanian banyak
digunakan senyawa kimia, antara lain sebagai pupuk tanaman dan pestisida.
Sementara itu, The United States Environmental Control Act mendefinisikan
pestisida sebagai berikut :
1. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk
mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga,binatang pengerat,
nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap hama; kecuali
virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat pada hewan dan manusia.
2. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk
mengatur pertumbuhan atau mengeringkan tanaman.
Penggolongan Pestisida
Berdasarkan toksisitas dan golongan, pestisida organik sintetik dapat
digolongkan menjadi:
1. Organofosfat
Portofolio Kasus Kegawat Daruratan
Disfungsi Otonom
Disfungsi otonom pada paparan kronis organofosfat disebabkan oleh efek
neurotoksik organofosfat terhadap sistem saraf.
Diagnosis disfungsi otonom ditentukan dengan macam pemeriksaan.
American Academy of Neurology mengkategorikan pemeriksaan fungsi saraf otonom
sebagai berikut
1. Kardiovagal (saraf parasimpatis): Perubahan denyut jantung saat
bernafas atau bernafas dalam, Rasio Valsava, dan perubahan denyut
jantung saat berdiri (Rasio 30:15).
Penatalaksanaan Keracunan
1. Stabilisasi Pasien
Pemeriksaan saluran nafas, pernafasan, dan sirkulasi merupakan
evaluasi primer yang harus dilakukan serta diikuti evaluasi terhadap tanda dan
gejala toksisitas kolinergik yang dialami pasien. Dukungan terhadap saluran
pernafasan dan intubasi endotrakeal harus dipertimbangkan bagi pasien yang
mengalami perubahan status mental dan kelemahan neuromuskular sejak
antidotum tidak memberikan efek. Pasien harus menerima pengobatan secara
intravena dan monitoring jantung. Hipotensi yang terjadi harus diberikan
normal salin secara intravena dan oksigen harus diberikan untuk mengatasi
hipoksia. Terapi suportif ini harus diberikan secara paralel dengan pemberian
antidotum.
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi harus segera dilakukan pada pasien yang mengalami
keracunan. Baju pasien harus segera dilepas dan badan pasien harrus segera
dibersihkan dengan sabun. Proses pembersihan ini harus dilakukan pada
Portofolio Kasus Kegawat Daruratan
dr. Godeberta Astria Pakan dr. Paris Sampeliling dr. Henry Sallipadang