Anda di halaman 1dari 16

DEFINISI

Blepharitis adalah penyakit yang menyebabkan inflamasi kronis pada bagian kelopak
mata yang disebabkan oleh etiologi yang bersifat multifaktorial. Kata "blefaritis" berasal dari
kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak mata," dan akhiran itisYunani, yang biasanya
digunakan untuk menunjukkan peradangan dalam bahasa Inggris. 1

Blepharitis menyebabkan timbulnya gejala mata merah, iritasi, kelopak mata terasa
gatal, dan pembentukan ketombe dan sisik pada bulu mata.1 Blepharitis merupakan gangguan
umum pada mata yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri atau kondisi seperti ketombe
di kulit kepala atau acne rosacea. Blepharitis dapat juga disebabkan karena alergi. Pada
umumnya blepharitis tidak menular dan tidak menyebabkan kerusakan permanen pada
penglihatan. Kondisi yang sering terjadi seiringan dengan blepharitis adalah konjungtivitis
dan keratitis.

PREVALENSI

Blepharitis merupakan salah satu gangguan pada mata yang sering terjadi baik di
Indonesia maupun seluruh dunia. 3 kondisi klinis yang paling banyak dijumpai adalah
blepharitis posterior (24%), kondisi mata kering (21%), dan blepharitis anterior (12%).2
Gejala blepharitis umumnya ditemukan pada orang orang yang berusia 18 sampai 49 tahun,
dibandingkan dengan orang yang berusia di atas 50 tahun. 2Tidak ada perbedaan prevalensi
terjadinya penyakit ini pada laki laki atau perempuan. 2

ANATOMI

Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi untuk melindungi bola mata dan
memproduksi kelenjar yang membentuk tear film di depan kornea, serta menyebarkan tear
film yang telah diproduksi ini ke bagian konjungtiva dan kornea.3,4 Pada kelopak mata
terdapat bagian bagian :

a. Satu lapisan permukaan kulit. Tipis dan halus, dihubungkan oleh jaringan ikat yang
halus dengan otot yang ada di bawahnya, sehingga kulit dengan mudah dapat
digerakkan dari dasarnya. Dengan demikian, maka edema dan perdarahan mudah
terkumpul di bagian ini, sehingga palpebra menjadi bengkak.
b. Kelenjar
Kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar zeis pada pangkal
rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus dan bermuara pada tepi kelopak mata.
c. Otot
1. M.orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah
dan terletak di bawah kulit kelopak. M.orbikularis berfungsi menutup bola mata
yang dipersarafi saraf kranial 7 (N.facialis)
2. M.riolani. Otot yang ada di bagian perifer kelopak mata. Berfungsi untuk
menutup mata.
3. M.levator palpebra berjalan ke arah kelopak mata atas dan berinsersi pada
lempeng tarsal. Otot ini dipersarafi oleh saraf kranialis 3 (N.occulomotor).
Kerusakan pada saraf ini atau perubahan perubahan pada usia tua
menyebabkan jatuhnya kelopak mata (ptosis).
4. M.Mulleri, terlrtak di bawah tendon dari M.levator palpebra. Inervasinya oleh
saraf simpatis, yang berfungsi untuk mengangkat palpebra.

d. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan yang rapat dengan
sedikit jaringan elastin. Gunanya untuk memberi bentuk kepada palpebra.
e. Rambut
ETIOLOGI
Blepharitis melibatkan tepi kelopak mata, dimana bulu mata tumbuh dan terdapat
tempat kelenjar minyak kecil dekat pangkal bulu mata berada. Adanya perubahan pada kulit
kelopak mata atau permukaaan mata itu sendiri biasanya bisa menjadi penyabab sekunder
yang mendasari terjadinya kelainan pada kelopak mata. Penyebab terbanyak blepharitis
adalah kerusakan kelenjar minyak di kelopak. Ketika kelenjar minyak memproduksi minyak
terlalu banyak atau terlalu sedikit, tepi kelopak mata terjadi inflamasi.
Blepharitis anterior biasanya disebabkan oleh bakteri (Staphylococcus aureus,
Staphylococcus spp, Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidremidis, dan bakteri
coryneform) atau adanya ketombe di kulit kepala dan alis (blepharitis seborrhoeik).2,5,6 Hal
ini dapat terjadi sebagai akibat dari multifaktorial, baik adanya alergi atau kutu dari bulu
mata. Blepharitis posterior disebabkan oleh produksi minyak yang tidak teratur oleh kelenjar
pada kelopak mata (meibomian blepharitis) yang menghasilkan lingkungan yang baik bagi
pertumbuhan bakteri. Hal ini juga dapat berkembang sebagai akibat dari kondisi kulit lainnya
seperti rossacea acne dan ketombe kulit kepala.2,5,6

PATOFISIOLOGI
Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi akibat adanya kolonisasi bakteri pada mata
sebagai akibat dari pembentukan minyak yang berlebihan. Hal ini akan mengakibatkan
kerusakan sistem imun atau terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri
dan enzim.
Blepharitis anterior mencakup bagian anterior dari kelopak mata termasuk bulu mata. 3
mekanisme yang sudah diajukan adalah : 2,6
- Infeksi langsung pada bagian kelopak mata
- Reaksi yang dihasilkan tubuh akibat adanya endotoxin dan atau exotoxin yang
diproduksi oleh bakteri
- Reaksi delayed-hypersensitivity sebagai respon adanya antigen bakteri
Mekanisme mekanisme patologis ini akan mengakibatkan terjadinya scaling, crusting,
dan eritema pada kelopak mata. Pada infeksi yang kronis disertai dengan eksaserbasi akut
dapat berkembang menjadi ulcerative blepahritis. Pasien dapat mengeluh adanya madarosis
(penipisan bulu mata) dan trichiasis.
Posterior blepharitis terjadi karena adanya disfungsi dari kelenjar meibom. 2,6 Fungsi
utama dari sekresi minyak meibum ini adalah untuk memperlambat evaporasi air pada
permukaan mata. Faktor yang berperan secara signifikan pada patofisiologi posterior
blepharitis adalah penebalan komposisi lipid dari meibum. Perubahan ini disebabkan oleh
banyak etiologi, seperti adanya populasi dari bakteri tertentu. Ketidakseimbangan hormon
seperti defisiensi androgen, menopause, bertamnbahnya usia, dan penyakit penyakit
autoimun tertentu (contoh : sjogren syndrome) dapat mengubah komposisi lipid pada sekresi
kelenjar meibom. Terjadinya penebalan lipid dari meibum akan menyebabkan adanya
penyumbatan pada lubang kelenjar meibom. Hal ini akan mempengaruhi sekresi meibum
dimana pada permukaan mata menjadi berkurang dan menyebabkan tear film yang tidak
seimbang dan mata kering (dry eye disease).

KLASIFIKASI
Berdasarkan letaknya blepharitis dibagi menjadi : 2
- Blepharitis Anterior
Blepharitis yang terjadi pada bagian anterior termasuk di bagian tumbuhnya bulu
mata. Blepharitis anterior disebabkan oleh adanya infeksi bakteri atau ketombe di
kepala dan alis mata (seborrhoic). Blepharitis anterior juga bisa disebabkan karena
alergi.
- Blepharitis posterior
Blepharitis yang terjadi pada bagian kelopak mata dalam yang kontak langsung
dengan bola mata. Blepharitis posterior data diebabkan karena produksi minyak yang
berlebihan oleh kelenjar meibom.

Berdasarkan penyebabnya, blepharitis dapat dibagi menjadi :2,3


- Bakterial Blepharitis
1. Superfisial Blepharitis
Blepharitis yang disebabkan oleh adanya infeksi staphylococcal. Blepharitis tipe
ini ditandai dengan adanya sisik, krusta, dan eritem pada kelopak mata dan juga
adanya collarete formation pada dasar bulu mata. Dapat terjadi keterlibatan kornea
termasuk erosi epitel, neovaskularisasi, dan infiltrat pada tepi kelopak.
2. Seborrhoic Blepharitis
Blepharitis tipe ini merupakan peradangan yang menahun. Biasanya terjadi pada
laki laki dengan usia lanjut (>50 tahun). Keluhan yang biasa dialami adalah
mata terasa panas dan ada rasa kelilipan. Pada kelopak mata dapat terbentuk
kalazion, hordeolum, madarosis, dan poliosis.

3. Skuamosa Blepharitis
Blepharitis yang disertai adanya skuama atau krusta pada pangkal bulu mata yang
bila krusta diambil tidak menyebabkan terjadinya luka kulit. Sering terjadi pada
orang yang rambutnya cenderung berminyak. Blepharitis tipe ini berjalan
bersamaan dengan dermatitis seborrhoic. Penyebabnya adalah kalainan metabolik
atau infeksi jamur. Pasien cenderung merasa panas dan gatal.
4. Ulcerative Blepharitis
Terdapat lapisan yang berwarna kekuningan dimana apabila lapisan tersebut
diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah di sekitar bulu
mata. Pada ulcerative blepharitis terbentuk skuama yang bersifat kering dan keras.
Blepharitis tipe ini bersifat menular. Pengobatan dengan antibiotik dan hygiene
yang baik. Pengobatan dapat menggunakan sulfasetamid, gentamisin atau
basitrasin. Apabila ulserasi tampak luas, harus ditambahkan antibiotik sistemik.
5. Angularis Blepharitis
Infeksi pada tepi kelopak mata di bagian sudut (kantus). Dapat menyebabkan
gangguan pada fungsi punctum lakrimal. Angularis Blepharitis disebabkan oleh
bakteri Moraxella lacunata atau Staphylococcus aureus, juga herpes simplex.
Gejala yang sering muncul adalah kemerahan pada salah satu tepi kelopak mata,
bersisik, maserasi dan kulit pecah pecah. Blepharitis angularis diobati dengan
sulfa (kloramfenikol, eritromisin), tetrasiklin.

6. Meibomianitis
Infeksi pada kelenjar meibom yang akan mnegakibatkan munculnya tanda
inflamasi lokal pada kelenjar tersebut. Pengobatan perlu kompres hangat,
penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam, disertai antibiotik lokal.
- Bleparitis Virus 3
1. Herpes Zoster
Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila terinfeksi. Mata
dapat terasa nyeri. Pengobatan dengan terapi asimtomatik; steroid superfisial
untuk mengurangi gejala radang dan analgesik untuk nyeri.
2. Herpes Simpleks
Radang pada tepi kelopak mata dan terbentuk krusta kuning basah pada tepi bulu
mata, yang mengakibatkan kedua kelopak mata lengket.
3. Vaksinia
Terdapat kelainan pada kelopak berupa pustul dengan indentasi pada bagian
sentral
4. Moluskum Kontagiosum
Pada kelopak akan terlihat sebagai benjolan dengan penggaungan di tengah yang
biasanya terletak di tepi kelopak.
- Blepharitis Jamur
1. Infeksi Superfisial
Diobati dengan griseofulvin terutama efektif untuk epidermomikosis, diberikan
0,5-1 gram sehari dengan dosis tunggal atau dibagi rata diteruskan 1-2 minggu.
2. Infeksi Jamur profundus
Actinomyces dan Nocardia efektif menggunakan sulfonamid, penicillin atau
antibiotik spektrum luas. Spesies lain bisa menggunakan Amfoterisisn B dimulai
dengan 0,05-0,1mg/kgBB iv lambat 6-8 jam dilarutkan dextrose 5% dalam air.
- Phitiriasis palpebrarum 6
Disebabkan oleh kutu Phthirus pubis pada bulu mata. Gejala meliputi iritasi kronis
dan gatal pada kelopak mata. Pada bulu mata dapat ditemukan kulit dan telur kosong
yang berbentuk oval, coklat, keputihan seperti mutiara dan melekat pada dasar cilia.
Kutu diangkat beserta bulu mata secara mekanik dengan menggunakan pinset, lalu
diberikan topikal yellow mercury oxide 1% atau petroleum jelly pada bulu mata dan
kelopak mata dua kali sehari selama 10 hari.
GAMBARAN KLINIS
1. Blepharitis Anterior 6
- Sisik keras dan pengerasan kulit yang lokasi utama berada di antara dasar bulu mata
- Konjungtiva hiperemis ringan
- Apabila kronis, dapat terjadi madarosis, trichiasis, dan poliosis
- Berhubungan dengan ketidakstabilan tear film dan sindrom mata kering

2. Blepharitis Seborrhoic 6
- Tepi kelopak mata tampak hiperemis dan tampak berminyak dengan menempel antar
bulu mata
- Terdapat sisik halus dan terletak dimana saja pada tepi kelopak mata dan bulu mata

3. Blepharitis Posterior 6
- Hiperemis dan terdapat telangiectasis pada tepi kelopak posterior
- Transiluminasi pada kelopak menunjukkan hiolangnya kelenjar dan dilatasi dari
duktus meibomian.
- Dapat terjadi erosi kornea di bagian epitel
Feature Anterior Blepharitis Posterior
Staphylococcal Seborrhoeic Blepharitis
Lashes Deposit hard soft
Loss ++ +
Distorted or ++ +
trichiasis
Lid margin Ulceration +
Notching + ++
Cyst Hordeolum ++
Meibomian ++
Conjunctiva Phlyctenule +
Tear film Foaming ++
Dry eye + + ++
Cornea Punctate + + ++
erosions
Vascularization + + ++
Infiltrates + + ++
Associated Atopic Seborrheic Acne rosacea
disease dermatitis dermatitis

(Kanski in Clinical Ophthalmology ed.7)


DIAGNOSIS
Diagnosis blepharitis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan mata yang lengkap, yang
mencakup : 5,7
- Riwayat pasien untuk menentukan apakah gejala yang dialami pasien sesuai serta
adanya masalah umum yang berhubungan dengan masalah pada mata yang dialami
sekarang
1. Tanda dan gejala
(merah, iritasi, rasa seperti terbakar, gatal, adanya krusta di bulu mata, bulu mata
rontok, kelopak terasa lengket, pandangan menjadi kabur, lebih sering
mengedipkan mata, dan penggunaan lensa kontak menjadi tidak nyaman)
2. Waktu saat gejala menjadi lebih berat
Gejala terasa lebih berat saat pagi adalah gejala yang khas untuk blepharitis,
apabila cenderung setelah pagi lebih mengarah ke gejala mata kering (dry eye)
3. Lama gejala yang dirasakan
4. Apakah terjadi pada satu atau dua mata
5. Kondisi kondisi yang memperburuk gejala
Penggunaan lensa kontak, asap, angin, dan make up untuk mata
6. Gejala yang berhubungan dengan blepharitis
Contoh : acne rosacea dan alergi
7. Apakah ada kontak dengan orang dengan gejala serupa
Pada pediculosis paplpebrarum

- Pemeriksaan mata luar, termasuk struktur kelopak mata, tekstur kulit dan penampilan
bulu mata
- Evaluasi tepi kelopak mata, dasar bulu mata, dan pembukaan kelenjar meibomian
menggunakan chaya terang dan pembesaran
- Evaluasi kuantitas dan kualitas air mata

Kondisi kondisi yang berhubungan dengan blepharitis :


- Kondisi mata kering
- Terdapat kalazion yang multiple dan berulang umumnya terjadi pada blepharitis
posterior
- Kulit
1. Rosacea acne yang sering menyebabkan adanya disfungsi dari kelenjar meibom
2. Dermatitis seborrhoic terdapat pada >90% dari pasien dengan blepharitis
seborrhoic
- Atopik keratokonjungtivitis sering berhubungan dengan blepharitis yang disebabkan
oleh infeksi Staphylococcus meskipun jarang terjadi

TATALAKSANA
Dasar dari tatalaksana blepharitis adalah menjaga kebersihan kelopak mata dalam
jangka panjang. Sebagai dokter, kita wajib memberitahu kepada pasien bahwa tatalaksana
blepharitis membutuhkan proses dan waktu yang lama. Terdapat 3 variasi untuk menjaga
kebersihan kelopak mata : 5,6
1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan untuk
memicu evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat penting. Pasien
umumnya disarankan untuk menggunakan kompres hangat dan basah diterapkan pada
kelopak berualng kali. Panas jangan sampai berlebihan
2. Tepi kelopak mata dibersihkan untuk menghilangkan bahan yang menempel seperti
ketombe dan sisik, serta untuk membersihkan lubang kelenjar. Hal ini dapat dilakukan
dengan kain kasa atau dengan handuk hangat.
3. Berikan salep antibiotik pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok. Yang
biasa digunakan adalah salep erythromycin atau sulfacetamide.
Kondisi klinis tertentu memerlukan pengobatan tambahan. Pada kasus refrakter
blepharitis dapat diberikan antibiotik oral. Satu atau dua bulan penggunaan tetracycline sering
membantu dalam mengurangi gejala pada pasien dengan gejala yang parah. Tetracycline
diyakini tidak hanya untuk mengurangi kolonisasi bakteri tetapi juga untuk mengubah
metabolisme dan mengurangi disfungsi kelenjar. 5
Apabila terdapat disfungsi tear film, dapat diatasi dengan penggunaan air mata buatan.
Pada kondisi seborrhoic dapat digunakan penggunaan shampoo dengan selenium, meskipun
penggunaan di sekitar mata tidak terlalu dianjurkan. Dermatitis alergi dapat diatasi dengan
terapi kortikosteroid topikal. Komplikasi blepharitis yang dapat terjadi adalah keratitis dan
konjungtivitis. Campuran antibiotik kortikosteroid dapat mengurangi gejala inflamasi pada
konjungtivitis. 5
Trichiasis dan notching kelopak mata dapat memperberat gejala keratitis. Trichiasi
dapat ditangani dengan pencukuran bulu mata, perusakan folikel melalui arus listrik, laser,
atau krioterapi, atau dengan eksisi bedah. Perawatan bedah untuk kasus blepharitis diperlukan
hanya untuk komplikasi seperti pembentukan kalazion, trichiasis, dan penyakit kornea. 7
Azithromycin (ophthalmic solution 1%) dapat mengobati bakteri gram negatif maupun
positif secara sukses. Azithromycin mempunyai efek anti-inflamasi. Pada penelitian terhadap
pasien pasien dengan blepharitis anterior kronik, penggunaan azithromycin lebih efektif
dibandingkan dengan erythromycin, sebanyak 98,5% pasien mengalami sembuh total dalam 4
minggu. Azithromycin baik dalam menangani blepharitis anterior dan blepharitis posterior. 2,7
Pada pasien yang kondisi tidak terkontrol meskipun sudah melakukan pembersihan
kelopak mata secara rutin, oral tetracycline dan antibiotik topikal dapat membantu.
Doxycycline atau minocycline 100 mg atau teracycline 1000 mg dibagi dalam beberapa dosis
kemudian ditaper menjadi doxycycline atau minocycline 40 sampai 50 mg atau tetracycline
250 sampai 500 mg setelah adanya perbaikan klinis (umumnya 2 sampai 6 minggu).
Tetracycline merupakan penanganan yang baik dalam mengatasi kondisi pasien dengan
ocular rosacea. Tetracyclines mengurangi produksi lipase pada S.epidermidis dan S.aureus.
Tertacycline dikontraindikasikan pada wanita hamil, wanita menyusui, dan anak-anak di
bawah usia 8 tahun. 2,7
Kombinasi steroid topikal dan antibiotik (dexamethasone, 0,1% tobramycin, 0,3% dan
loteprednol etabonate, 0,5%/tobramycin, 0,3%) menghasilkan efek anti-inflamasi dan
antibakterial. Kombinasi ini tidak diindikasikan untuk pengobatan blepharitis, tetapi memiliki
efek untuk penanganan blepharokeratoconjunctivitis. 2,7
Artificial tears (airmata buatan) digunakan untuk menjaga higiene dan mengurangi
gejala pada pasien dengan defisiensi aqueous tear. 2,7

KOMPLIKASI
Komplikasi akibat blepharitis yang sering terjadi adalah : 1
- Hordeolum
Infeksi bakteri pada salah satu kelenjar minyak yang tersumbat.
- Kalazion
Terjadi ketika penyumbatan di salah satu kelenjar minyak menyebabkan kelenjar
menjadi membesar dan menimbulkan jaringan parut
- Mata merah
- Ulserasi kornea
Blepharitis tidak mempengaruhi penglihatan pada umumnya, meskipun defisiensi tear film
dapat membuat pandangan menjadi kabur.

PROGNOSIS
Menjaga kebersihan di daerah sekitar mata dapat mengkontrol tanda dan gejala blepharitis
dan mencegah komplikasi. Pengobatan yang berhasil belum tentu mencegah terjadinya
kekambuhan, karena blepharitis merupakan kondisi yang kronis. 1
DAFTAR PUSTAKA

1. Dahl, Andrew A., MD, FACS. Blepharitis. Viewed 10 November 2013.


<http://www.medicinenet.com/blepharitis/article.htm

2. Feder, Robert S, MD, chair et all. Blepharitis Limited Version in Preferred Practice
Pattern. American Academy Ophthalmology : 2011

3. Ilyas, Sidarta, Prof,dr.H SpM. Ilmu Penyakit Mata. FKUI, edisi ketiga, Jakarta : 2009:
page 1-2, 89-87

4. Vaughan D. Oftalmologi umum (General Ophthalmology). Widya Medika. Jakarta :


2003; page 78-80

5. Lowery, R. Scott, MD et all. Adult Blepharitis Updatd: April 26 2013.


http://emedicine.medscape.com/article/1211763-overwiew#a0104

6. Kanski JJ. Blepharitis. In : Clinical Opthalmology. 7th ed. Butterworth Heinemann.


Philadelphia:2011;page 34-38

7. Lindstorm, Ricahrd, MD, et all. Blepharitis : Update on Research and Management.


Last review : Juli 2010.

Anda mungkin juga menyukai