Anda di halaman 1dari 8

1.

Definisi Blefaritis
Blefaritis merupakan radang yang sering terjadi pada kelopak dan tepi kelopak. Bisa terjadi
radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut
(Sidarta dan Sri, 2019).Blefaritis adalah gangguan inflamasi kelopak mata yang mempengaruhi
semua usia dan kelompok etnis mungkin karena kondisi kebersihan yang buruk (Vyshma et al.,
2020).
Blefaritis disebabkan infeksi dan alergi yang berjalan kronis. Blefaritis alergi dapat terjadi
akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak disebabkan kuman
streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Demodex folliculorum selain
merupakan penyebab dan berperan sebagai vector stafilokokus. Kondisi ini menyebabkan debris
skuamosa, inflamasi tepi kelopak mata, kulit, dan folikel bulu mata (blefaritis anterior). Kelenjar
Meibom dapat terkena secara tersendiri (blefaritis posterior) (Sidarta dan Sri, 2019).

2. Klasifikasi Blefaritis
2.1. Klasifikasi blefaritis berdasarkan lokasi
Menurut Vaughan dan Asbury (2018), blefaritis terbagi menjadi 2 yakni anterior dan
posterior.
a. Blefaritis anterior
Blepharitis anterior biasanya mengenai area disekitar basis bulu mata. Berdasarkan
etiologinya, blepharitis anterior dapat dibedakan menjadi blepharitis staphyloccocal yang
terutama disebabkan oleh bakteri staphyloccocus aureus. Penyebab lainnya adalah bakteri
Staphyloccocus epidermidis atau Staphylococcus koagulase negatif. Jenis kedua dari blepharitis
anterior adalah blepharitis seborrhoik yang disebabkan oleh bakteri Pytirosporum ovale. Kedua
jenis blepharitis ini juga dapat muncul secara bersamaan sebagai suatu blepharitis anterior tipe
campuran.
Peradangan pada blepharitis staphyloccocal diduga timbul sebagai akibat dari adanya
respon sel yang abnormal terhadap komponen dinding sel bakteri Staphyloccocus aureus.
Blepharitis seborhoik sering berhubungan dengan kelainan seborhoik general yang dapat
mengenai lapisan kulit kepala, lipat nasolabial, bagian belakang telinga dan juga sternum.
Karena letak palpebra yang terlalu dekat dengan permukaan bola mata dapat memicu terjadinya
peradangan sekunder serta perubahan mekanis pada konjungtiva dan kornea. Pada blefaritis
bakterial, dikenal bentuk blefaritis superfisial, blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan
blefaritis angularis.
Gejala utama blefaritis adalah iritasi, burning, gatal pada mata dan tepi kelopak mata. Mata
tampak seperti bertepi merah “red-rimmed”. Banyak sisik dan ketombe terlihat pada bulu mata
baik pada kelopak atas dan bawah. pada tipe stafilokokal, sisik kering, kelopak eritematus, tepi
kelopak bisa mengalami ulserasi dan cenderung mengalami kerontokan bulu mata. Pada tipe
seboroik, sisik berwarna keabuan, tidak terjadi ulserasi, dan tepi kelopak sedikit mengalami
inflamasi.

Gambar 2.1. Blefaritis anterior berat


Sumber: Vaughan dan Asbury, 2018
b. Blefaritis posterior
Blepharitis Posterior merupakan peradangan pada kelopak mata akibat adanya disfungsi
dari kelenjar meibom. Seperti blepharitis anterior, penyakit ini bersifat bilateral, kondisi kronik.
Blepharitis anterior dan posterior dapat terjadi bersamaan.
Blepharitis posterior disebabkan oleh adanya disfungsi kelenjar meibom dan perubahan
sekresi kelenjar meibom. Enzim Lipase yang dilepaskan oleh bakteri menyebabkan pembentukan
asam lemak. Keadaan ini menyebabkan peningkatan titik lebur meibom sehingga menghambat
pengeluarannya dari kelenjar.
Hal ini berpengaruh terhadap timbulnya iritasi permukaan okuler dan memungkinkan
terjadinya pertumbuhan bakteri terutama jenis Staphylococcus aureus. Hilangnya komponen
posfolipid film air mata yang seharusnya berperan sebagai surfaktan mengakibatkan peningkatan
osmolaritas dan penguapan air mata dan ketidakstabilan air mata.
Gambar 2.2. Blefaritis posterior dengan peradangan pada kelenjar meibom
Sumber: Vaughan dan Asbury, 2018

2.2. Berdasarkan etiologi


Berdasarkan Sidarta dan Sri (2019), blefaritis terbagi sesuai etiologinya, sebagai berikut.
a. Blefaritis Alergi
Blefaritis alergi dapat disebabkan oleh rangsangan kronik / menahun akibat dari debu,
asap, bahan kimia, iritatif, dan bahan kosmetik.

b. Blefaritis Bakterial
1) Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh Staphylococcus maka pengobatan yang
terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan sulfisolksazol. Sebelum
pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka
dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom
(Meibormianitis), yang biasanya menyertai.

2) Blefaritis seboroik
Merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-
laki usia lanjut (50 tahun), dengan keluhan mata kotor, panas, dan rasa kelilipan. Gejalanya
adalah sekret yang keluar dari kelenjar meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia,
dan hipertropi pupil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum,
madarosis, poliosis, dan jaringan keropeng. Pengobatannya adalah dengan membersihkan
menggunakan kapas lidi hangat. Kompres hangat sela 5-10 menit. Kelenjar meibom ditekan dan
dibersihkan dengan shampo bayi.

Gambar 3. Blefaritis seboroik


Sumber: Vaughan dan Asbury, 2018
Gejala yang timbul :
- Tepi kelopak mata yang hiperemis dn berminyak, disertai kerontokan bulu mata
- Skuama yang terbentuk halus dan dapat berlokasi dimana saja pada tepi kelopak mata, maupun
menempel pada bulu mata.

3) Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai adanya skuama atau krusta pada pangkal bulu
mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi
kelopak terutama yang mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang
yang berambut minyak. Penyebabnya adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur. Pasien
dengan blefaritis skuamosa akan terasa gatal dan panas. Pada blefaritis skuamosa terdapat sisik
berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai madarosis. Sisik ini mudah dikupas
dari dasarnya mengakibatkan pendarahan. Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan
membersihkan tepi kelopak dengan shampo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai
dengan memperbaiki metabolisme pasien.
Gambar 4. Blefaritis skuamosa
Sumber: Vaughan dan Asbury, 2018

4) Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi
staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekuning-kuningan yang
bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah di sekitar bulu mata. Pada
blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan
terjadi luka dngan disertai pendarahan. Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik
sedangkan pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin.
Apabila ulseratif mengalami peluasan, pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi
roboransia.

Gambar 5. Blefaritis ulseratif


Sumber: Vaughan dan Asbury, 2018

5) Blefaritis Angularis
Merupakan infeksi staphlococcus pada tepi kelopak di sudut kelopak atau kantus. Blefaritis
angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum lakrimal. Blefaritis angularis disebabkan oleh
Staphylococcus aureus. Kelainan ini biasanya bersifat rekuren. Befaritis angularis diobati dengan
sulfa, tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit pada punctum lakrimal bagian medial sdut mata yang
akan menyumbat duktus lakrimal.

Gambar 6. Blefaritis angularis


Sumber: Vaughan dan Asbury, 2018

6) Blefaritis meibomanitis
Merupakan infeksi pada kelenjar meibom yang akan mengakibatkan tanda peradangan
lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat,
penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam berulang kali disertai antibiotik lokal.

c. Blefaritis Virus
1) Herpes Zoster
Virus ini dapat memberikan infeksi pada ganglion saraf trigeminus. Biasanya. virus ini
akan mengenai orang dengan usia lanjut. Bila yag terkena ganglion cabang oftalmik maka akan
terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas. Gejala tidak akan
melampaui garis medin kepala dengan tanda-tanda yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada
daerah yang terkena dan badan terasa demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat
pada kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus superfisial
merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata.

2) Herpes Simplex
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan keadaan yang sama pada bibir
merupakan tanda herpes simplex kelopak. Dikenal bentuk blefaritis simplex yang merupakan
radang tepi kelopak ringan dengan terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata, yang
mengakibatkan kedua kelopak lengket.
Gambar 7. Blefaritis Herpes simplex
Sumber: Vaughan dan Asbury, 2018

d. Blefaritis Jamur
- Infeksi superficial
- Infeksi jamur dalam
- Blefaritis pedikulosis : kadang-kadang pada penderita dengan higiene yang buruk akan dapat
bersarang tuma atau kutu pada pangkal silia di daerah margo palpebra.

3. Epidemiologi Blefaritis
Blefaritis merupakan penyakit mata yang paling umum terjadi, namun data mengenai
insiden dan prevalensinya masih sangat kurang. Dibandingkan dengan blefaritis jenis lainnya,
blefaritis stafilokokus ditemukan lebih sering pada usia muda dan berjenis kelamin perempuan
(Yeotikar et al., 2016). Sebuah kohort study menggunakan data Korean National Health
Insurance Service dilakukan di Korea Selatan mengenai insiden dan prevalensi blefaritis selama
kurun waktu 10 tahun (2004-2013) dengan jumlah individu sebanyak 1.116.363 orang. Dalam
waktu 10 tahun, 106.094 orang tercatat mengalami blefaritis, 43.439 orang laki laki dan 62,655
orang perempuan, dengan insiden rate 1,1 kasus per 100 orang per tahun. Ditemukan
peningkatakan kasus setiap tahunnya, dimana kasus lebih sering terjadi pada wanita secara
konstan setiap tahunnya. Kategori umur yang lebih sering mengalami blefaritis pada study ini
adalah orang tua dengan usia diatas 50 tahun berkaitan dengan keadaan sistemik yang terjadi
pada usia tersebut. Selain itu disebutkan juga individu dengan pendapatan menengah keatas lebih
sering mengelami blefaritis dari pada individu dengan pendapatan yang rendah (Rim et al.,
2017).

Daftar Pustaka
Vyshma Kizhuppully Viswambaran, Anavadhya K. A., Gopika Chandrababu, Amritha Babu,
Gayatri Rajeev and Swati Gupta. 2020. Blepharitis: A Review on Human Clinical Trials
with Synthetic and Natural Remedies. Biomedical & Pharmacology Journal, 13(4): 1939-
1945
Vaughan D, Asbury J. General Oftalmologi. Lids and Lacrimal Apparatus: Blefaritis. Edisi ke-
19. Jakarta: EGC; 2018. hal. 162-164.
Sidarta 2019
Yeotikar NS, Zhu H, Markoulli M, Nichols KK, Naduvilath T, Papas EB. Functional and
morphologic changes of meibomian glands in an asymptomatic adult population. Invest
Ophthalmol Vis Sci. 2016;57:3996-2007.
Rim TH, Kang MJ, Choi M, Seo KY, Kim SS. Ten-year incidence and prevalence of clinically
diagnosed blepharitis in South Korea: a nationwide population-based cohort study. Clinical
& Experimental Ophthalmology. 2017;45(5):448–454. doi:10.1111/ceo.12929.

Anda mungkin juga menyukai