Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

BLEFARITIS

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama
di Rumah Sakit Umum Datu Beru Takengon

Teuku Muhammad Lizar


16174028

Pembimbing:
dr. Raja Chair Lubis, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


RSU DATU BERU TAKENGON
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan

referat ini yang berjudul “BLEFARITIS” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti

kepaniteraan di RSU Datu Beru Takengon dalam bidang Ilmu Penyakit Mata.

Saya menyadari bahwa didalam pembuatan referat ini berkat bantuan dan

tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan pembimbing dr. Raja Chair Lubis,

Sp.M dan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan rasa

hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu

dalam proses pembuatan makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan referat ini masih jauh dari

kesempurnaan baik materi maupun cara penulisan. Namun demikian, saya telah

berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga

makalah ini dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya saya dengan tangan

terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya saya berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi seluruh

pembaca.

Takengon, 4 April 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I: PENDAHULUAN 3
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 4
Anatomi 4
Definisi 6
Etiologi 7
Patofisiologi 8
Klasifikasi 8
Gambaran Klinis 17
Diagnosis 18
Diagnosis Banding 21
Penatalaksanaan 23
Komplikasi 24
Prognosis 25
BAB III: KESIMPULAN 26
DAFTAR PUSTAKA 27

i
1

BAB I

PENDAHULUAN

Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata. Kata

"blefaritis" berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak mata," dan

akhiran Yunani itis, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan peradangan dalam

bahasa Inggris.1

Blefaritis menyebabkan mata merah merah, iritasi, kelopak mata gatal dan

pembentukan ketombe seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata yang

umum yang disebabkan oleh bakteri atau kondisi kulit seperti ketombe di kulit kepala

atau jerawat rosacea. Dapat terjadi pada semua orang dari segala usia. Meskipun tidak

nyaman, blefaritis tidak menular dan umumnya tidak menyebabkan kerusakan

permanen pada penglihatan.2

Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi biasanya berjalan kronis atau

menahun. Blefaritis alergi biasanya berasal dari debu, asap, bahan kimia iritatif, dan

bahan kosmetik. Infeksi kelopak mata dapat disebabkan kuman streptococcus alfa

atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Bentuk blefaritis yang biasanya dikenal

adalah blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis.3

Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis. Biasanya

blefaritis sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan kemudian

diberikan antibiotik yang sesuai. Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah

konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.3


2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi

Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedang di

bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.

Konjungtiva tarsal hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak.

Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan

membran mukosa yang mempunyai sel Goblet yang menghasilkan musin.3

Gambar 1. Anatomi Kelopak Mata (Duane’s Clinical Opthalmology)

Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan

mata sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos.3

Pada kelopak terdapat bagian-bagian:3


3

- Kelenjar seperti: kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat,

kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.

- Otot seperti: M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam

kelopak atas dan bawah, terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi

margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M.

Rioland. M..orbikularis berfungsi menutup bola mata yang diperarfi N.

fasial. M. levator palpebra, yang berorigo pada anulus foramen orbita dan

berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis

okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.

levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini

dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata

atau membuka mata.

- Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan

kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo

palpebra.

- Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis yang berasal dari rima

orbita sebagai pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

- Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada

seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan

ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar

Meibom (40 di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).

- Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.


4

- Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari rumus frontal saraf

V, sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.

Definisi

Blefaritis, suatu kondisi peradangan pada tepi kelopak mata, merupakan

penyebab umum ocular discomfort dan iritasi pada semua usia dan kelompok etnis.

Walaupun umumnya tidak terlihat mengancam, blefaritis dapat menyebabkan

perubahan permanen pada kelopak mata atau hilangnya penglihatan dari superficial

keratopathy, neovasukularisasi kornea, dan ulserasi.4

Blefaritis dapat dibagi menjadi anterior dan posterior menurut lokasi anatomi,

dan terkadang keduanya dapat ditemukan secara sekaligus. Blefaritis anterior

mempengaruhi kulit kelopak mata, pangkal bulu mata, dan folikel bulu mata dan

termasuk klasifikasi tradisional blefaritis staphylococcal dan seboroik. Blefaritis

posterior mempengaruhi kelenjar meibom dan pembukaan kelenjar dan memiliki

berbagai etiologi potensial. Penyebab utama adalah disfungsi kelenjar meibom

(MGD). 4

Gambar 2.Blepharitis pada mata kanan (https://en.wikipedia.org/wiki/Blepharitis)


5

Meskipun etiologi blefaritis adalah kompleks dan tidak sepenuhnya dipahami,

bakteri dan peradangan diyakini berkontribusi secara patologi. Pengelolaan jangka

panjang dari gejala dapat termasuk rutinitas harian pembersihan kelopak mata dan

penggunaan agen terapi yang dapat mengurangi infeksi dan peradangan.4

Etiologi

Blefaritis melibatkan tepi kelopak mata, dimana terdapat bulu mata dan

bukaan kelenjar minyak kecil.1

Ada dua jenis utama blefaritis anterior, stafilokok dan seboroik. Blefaritis

stafilokok dapat disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus, yang sering ulseratif,

atau Staphylococcus epidermidis (stafilokok koagulase-negatif). Blefaritis seboroik

(non-ulseratif) umumnya berkaitan dengan keberadaan Pityrosporum ovale meskipun

organisme ini belum terbukti menjadi penyababnya. Sering kali kedua jenis blefaritis

ada secara bersamaan (infeksi campur). Seborrea kulit kepala, alis, dan telinga sering

menyertai blefaritis seboroik.5

Sebagian besar kasus blefaritis adalah blefaritis posterior, akibat peradangan

kelenjar meibom pada kelopak mata. Ada sekitar 40 dari kelenjar ini di setiap kelopak

atas dan bawah. Tepi kelopak mata dapat menjadi meradang, iritasi, dan gatal ketika

kelenjar ini menghasilkan sekresi abnormal. Blefaritis sering terlihat pada pasien

dengan jerawat rosacea, penyakit kelenjar minyak yang bergeneralisasi.1

Alergi karena reaksi dari maskara, cairan lensa kontak, semprotan, paparan

hewan, bahan kimia lingkungan, atau alergen udara juga dapat menyebabkan

blefaritis.1
6

Patofisiologi

Patogenesis yang tepat dari blefaritis tidak diketahui, tetapi diduga

multifaktorial.4

Staphylococcal blefaritis diyakini berhubungan dengan bakteri stafilokokus

pada permukaan mata. Dalam satu penelitian flora okular, 46% sampai 51% dari

mereka yang didiagnosis dengan blefaritis staphylococcal memiliki kultur positif

untuk Staphylococcus aureus dibandingkan dengan 8% dari pasien normal.

Mekanisme dimana bakteri menyebabkan gejala blefaritis belum sepenuhnya

dipahami, dan mungkin meliputi iritasi langsung dari racun bakteri dan/atau

peningkatan cell-mediated immunity terhadap S.aureus.4

Blefaritis seborrheic ditandai dengan peradangan yang lebih kurang

dibandingkan blefaritis staphylococcal tetapi dengan scaling yang kebih licin atau

berminyak. Beberapa pasien dengan blefaritis seborrheic juga menunjukkan

karakteristik dari MGD.4

Meibomian gland dysfunction ditandai dengan kelainan fungsional dari

kelenjar meibom dan perubahan sekresi meibum, yang memainkan peran penting

dalam memperlambat penguapan lapisan air mata dan meratakan lapisan air mata

untuk memberikan permukaan optik yang datar. Kedua kekurangan kuantitatif dalam

meibum atau perbedaan kualitatif dalam komposisinya dapat berkontribusi terhadap

gejala yang didapat pada blefaritis MGD.4

Klasifikasi

Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi:2


7

1. Blefaritis anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar,tempat

dimana bulu mata tertanam. Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh infeksi

bakteri (stafilokokus blefaritis) atau ketombe di kepala dan alis mata (blefaritis

seboroik). Walaupun jarang, dapat juga disebabkan karena alergi.2

Gambar 3. Blefaritis Anterior (Kanski in Clinical Ophthalmology 7th edition)

2. Blefaritis posterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian dalam, bagian

yang kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis posterior dapat disebabkan

karena produksi minyak oleh kelenjar di kelopak mata yang berlebihan (blefaritis

meibom) yang akan mengakibatkan terbentuknya lingkungan yang diperlukan

bakteri untuk bertumbuh. Selain itu, dapat pula terjadi karena kelainan kulit yang

lain seperti jerawat atau ketombe.2

Gambar 4. Blefaritis Posterior (Kanski in Clinical Ophthalmology 7th edition)


8

Klasifikasi berdasarkan penyebabnya:3,6,7

A. Blefaritis bakterial

1. Blefaritis superfisial

Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka

pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid

dan sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan

kapas basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan

manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom

(Meibomianitis), yang biasanya menyertai.3

Blefaritis stafilokokal ditandai dengan adanya sisik, krusta dan eritema

pada tepi kelopak mata dan collarette formation pada dasar bulu mata. Infeksi

kronis dapat disertai dengan eksasebasi akut yang mengarah pada terjadinya

blefaritis ulseratif. Dapat juga terjadi hilangnya bulu mata, keterlibatan kornea

termasuk erosi epitelial, neovaskularisai dan infiltrat pada tepi kelopak.6

2. Blefaritis Seboroik

Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar

penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun), dengan

keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang

keluar dari kelenjar meibom, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia

dan hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion,

hordeolum, madarosis, poliosis dan jaringan keropeng. Pengobatannya adalah

dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dari kotoran.

Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Kompres hangat selama 5-


9

10 menit. Kelenjar Meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampo bayi.

Penyulit yang dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea,

vaskularisasi, hordeolum dan madarosis.3

Gambar 5. Blefaritis seboroik (Kanski in Clinical Ophthalmology 5th edition)

Pasien dengan blefaritis seboroik mempunyai sisik berminyak pada

kelopak mata depan, dan sering di antara mereka juga menderita dermatitis

seboroik pada alis dan kulit kepalanya.6 The American Academy of

Dermatology mencatat bahwa penyebab kondisi ini belum dipahami dengan

baik. Tapi dermatitis seboroik terkadang muncul pada orang dengan sistem

kekebalan yang lemah. Jamur atau ragi jenis tertentu yang memakan minyak

(lipid) di kulit juga dapat menyebabkan dermatitis seboroik, dengan blefaritis

menyertainya.7

3. Blefaritis Skuamosa

Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau

krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan

terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang

mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang yang

berambut minyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitis seboroik.


10

Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur.

Pasien akan merasa panas dan gatal. Pengobatannya ialah dengan

membersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid

setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien. Penyulit yang

dapat terjadi antara lain: keratitis, konjungtivitis.3

4. Blefaritis Ulseratif.

Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak

akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng

berwarna kekuning-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil

dan mengeluarkan darah di sekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif, skuama

yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan

disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius. Ulserasi berjalan lebih

lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga mengakibatkan

rontok(madarosis).3

Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada

blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin.

Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila

ulseratif luas pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi

roboransia. Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang

merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata,

hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi

tarikan jaringan parut yang juga dapat berakibat trikiasis.3

5. Blefaritis Angularis.
11

Blefaritis angularis merupakan infeksi pada tepi kelopak disudut

kelopak mata atau kantus. Blefaritis angularis mengenai sudut kelopak mata

(kantus eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada

fungsi punctum lakrimal. Blefaritis angularis disebabkan oleh Moraxella

lacunata atau Staphylococcus aureus. Seringkali gejala yang muncul adalah

kemerahan pada salah satu tepi kelopak mata, bersisik, maserasi dan kulit

pecah-pecah di kantus lateral dan medial, juga dapat terjadi

konjungtivitis folikuler dan papil. Biasanya kelainan ini bersifat rekuren.

Blefaritis angularis diobati dengan sulfa (kloramfenikol, eritromisin),

tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit terjadi pada punctum lakrimal bagian

medial sudut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.3,8

Gambar 6. Blefaritis angularis

(Kanski in Clinical Ophthalmology 7th edition)

6. Meibomianitis.

Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan

tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu


12

pengobatan kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam

berulang kali disertai antibiotik lokal.9

Gambar 7. Meibominiatis (Atlas of Opthalmology)

B. Blefaritis virus3

1. Herpes zoster

Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri

saraf trigeminus. Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan

terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas. Gejala

tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang terlihat

pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan berasa

demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila mata

terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus superfisial

merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata. Pengobatan

hanya asimtomatik; steroid superfisial untuk mengurangi gejala radang dan

analgesik untuk mengurangi rasa sakit. Penyulit yang mungkin terjadi adalah

uveitis, parese otot perggerak mata, glaukoma dan neuritis optik.3

2. Herpes simplek

Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan keadaan

yang sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak. Dikenal
13

bentuk blefaritis simpleks yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan

terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata, yang mengakibatkan

kedua kelopak lengket. Tidak terdapat pengobatan spesifik pada penyakit ini.

Bila terdapat infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik sitemik atau topikal.3

3. Vaksinia

Pada infeksi vaksinia akan terdapat kelainan pada kelopak berupa

pustula dengan indentasi pada bagian sentral. Tidak terdapat pengobatan

spesifik untuk kelainan ini.3

4. Moluskum kontagiosum

Moluskum kontagiosum pada kelopak akan terlihat sebagai benjolan

dengan penggaungan ditengah yang biasanya terletak di tepi kelopak. Dapat

ditemukan kelainan berupa konjungtivitis yang bentuknya seperti

konjungtivitis inklusi klamidia atau trakoma. Pengobatan moluskum tidak ada

yang spesifik atau dilakukan ekstirpasi benjolan, antibiotic local diberikan

untuk mencegah infeksi sekunder.3

C. Blefaritis jamur3

1. Infeksi superfisial

Biasanya diobati dengan griseofulvin terutama efektif untuk

epidermomikosis, diberikan 0.5-1 gram sehari dengan dosis tunggal atau

dibagi rata diteruskam 1-2 minggu. Kandida dengan nistatin topikal 100.000

unit per gram.3

2. Infeksi jamur profundus


14

Pengobatan menggunakan obat sistemik. Actinomyces dan Nocardia

efektif menggunakan sulfonamid, penicillin atau antibiotik spektrum luas.

Spesies lain bisa digunakan Amfoterisin B dimulai dengan 0.05-0.1mg/kgBB

iv lambat 6-8 jam dilarutkan dekstrose 5% dalam air.3

D. Phitiriasis palpebrarum8

Phthirus pubis sebenarnya hidup di rambut pubis. Seseorang yang

terinfeksi, kutu dapat kedaerah lain yang berambut seperti axila, dada atau bulu

mata. Pitiriasis palpebarum merupakan kutu dari bulu mata yang biasanya

menjangkiti anak-anak yang hidup ditempat yang memiliki higinitas yang buruk.8

Gambar 8. Phitiriasis palpebrarum (Kanski in Clinical Ophthalmology 7th edition)

Gejala meliputi iritasi kronis dan gatal pada kelopak mata. Ditandai oleh

kutu yang menempel kebulu mata dengan cakarnya. Telur dan kulitnya yang

kosong muncul seperti bentuk oval, coklat, keputihan seperti mutiara dan melekat

pada dasar cilia. Konjungtivitis tidak lazim ditemukan.

Kutu diangkat beserta bulu mata secara mekanik dengan menggunakan

pinset, lalu diberikan topikal yellow mercuric oxide 1% atau petroleum jelly pada

bulu mata dan kelopak mata dua kali sehari selama 10 hari. Menghilangkan kutu
15

pada pasien, keluarga, baju dan tempat tidur penting untuk menghindari

kekambuhan.8

Gambaran Klinis

Blefaritis Anterior:

Gejala utamanya adalah iritasi, rasa terbakar, dan gatal pada tepi palpebra.

Mata yang terkena “bertepi merah”. Banyak sisik atau “granulasi” terlihat

mengantung di bulu mata palpebra superior maupun inferior. Pada tipe stafilokok,

sisiknya kering, palpebra merah, terdapat ulkus-ulkus kecil di sepanjang tepi

palpebra, dan bulu mata cenderung rontok. Pada tipe seborreik, sisik berminyak, tidak

terjadi ulserasi, dan tepian palpebra tidak begitu merah. Pada tipe campuran yang

lebih umum, kedua jenis sisik ada, tepian palpebra merah dan mungkin berulkus. S.

aureus dan P. ovale mungkin muncul bersamaan atau sendiri-sendiri pada pulasan

materi kerokan dari tepi palpebra.5

Blefaritis Posterior:

Blefaritis posterior bermanifestasi dalam aneka macam gejala yang mengenai

palpebra, air mata, konjungtiva dan kornea. Perubahan pada kelenjar meibom

mencakup peradangan muara meibom (meibomianitis), sumbatan muara kelenjar

oleh sekret yang kental, pelebaran kelenjar meibom dalam lempeng tarsus, dan

keluarnya sekret abnormal lunak mirip keju bila kelenjar itu dipencet. Dapat juga

timbul hordeolum dan kalazion. Tepi palpebra tampak hiperemis dan telangiektasia.

Palpebra juga membulat dan menggulung ke dalam sebagai akibat parut pada

konjungtiva tarsal; membentuk hubungan yang abnormal antara film air mata
16

prakornea dan muara-muara kelenjar meibom. Air mata mungkin berbusa atau sangat

berlemak. Hipersensitivitas terhadap stafilokok mungkin menyebabkan keratitis

epitelial. Kornea juga bisa membentuk vaskularisasi perifer dan menjadi tipis,

terutama di bagian inferior, terkadang dengan infiltrat marginal yang jelas.

Perubahan-perubahan makroskopik pada blefaritis posterior identik dengan kelainan-

kelainan mata yang ditemukan pada acne rosacea.5

Diagnosis

Diagnosis blefaritis biasanya didasarkan pada riwayat pasien tipikal dan

karakteristik temuan slit-lamp biomicroscopic. Pengujian tambahan, seperti kultur

konjungtiva, dapat membantu.4

A. Symptoms

Gejala blefaritis kronis dapat mencakup kemerahan, sensasi terbakar, iritasi,

pengeluaran air mata, kelopak mata yang mengeras dan melengket, dan masalah

visual seperti fotofobia dan penglihatan kabur. Gejala biasanya lebih buruk di pagi

hari dan pasien mungkin memiliki beberapa eksaserbsi dan remisi.4

B. Physical examination

Meskipun fitur klinis dari katergori blefaritis dapat bertumpang tindih, tanda-

tanda dan gejala tertentu lebih sering dikaitkan dengan subtipe tertentu.4

Blefaritis staphylococcal ditandai pada pemeriksaan oleh adanya eritema dan

edema pada tepi kelopak mata. Pasien dapat menunjukkan kehilangan dan/atau

kesalahan arah bulu mata, suatu tanda yang jarang terlihat pada jenis blefaritis

lainnya. Tanda-tanda lain dapat termasuk telangiectasia pada kelopak mata anterior,
17

sisik keras/collarettes melingkari dasar bulu mata, dan perubahan kornea (infiltrat,

phlyctenules). Dalam kasus yang parah dan berlangsung lama, ulserasi kelopak mata

dan jaringan parut/scarring kornea dapat terjadi.4

Blepharitis seborrheic dibedakan dengan eritema, edema, dan telangiectasia

yang lebih kurang pada tepi kelopak dibanding dengan blefaritis stafilokokus, tetapi

dengan peningkatan jumlah sisik yang berminyak dan pengerasan kulit berminyak

pada bulu mata.4

Blefaritis posterior/MGD, sering dikaitkan dengan rosacea, dapat terlihat

secara klinis dengan memeriksa tepi kelopak mata posterior. Kelenjar meibom

mungkin tampak ditutup dengan minyak, melebar, atau tampak terhambat. Sekresi

kelenjar biasanya keruh dan lebih tebal dari biasanya. Telangiectasias dan scarring

kelopak juga dapat ditemukan pada daerah ini. Kalazion mungkin menjadi penyebab

atau konsekuensi dari MGD.4

Gambar 9. Different forms of blepharitis: (A) seborrheic blepharitis, (B)

staphylococcal blepharitis, (C) meibomian gland dysfunction. (one.aao.org)

Dalam semua bentuk blefaritis, pemeriksaan film air mata dapat menunjukkan

ketidakstabilan dan penguapan yang cepat. Metode yang paling sering digunakan

untuk menilai stabilitas film air mata adalah dengan menilai tear break-up time
18

(TBUT), yaitu, interval waktu antara kedipan lengkap dan penampilan pertama dry

spot dalam film air mata pre-korneal setelah fluorescein instillation. Ada kesepakatan

umum bahwa TBUT lebih pendek dari 10 detik menggambarkan ketidakstabilan film

air mata.4

Gambar 10. Slit-lamp photograph showing decreased tear break up time.

Breaks, or dry spots, in the tear film (arrows) are visible in this image (one.aao.org)

C. Diagnostic procedure

Tidak ada tes diagnostik klinis khusus untuk blefaritis, namun, kultur tepi

kelopak mata dapat diindikasikan untuk pasien yang memiliki blefaritis anterior

rekuren dengan peradangan yang parah, serta untuk pasien yang tidak merespon

terhadap terapi.4

Pengukuran osmolaritas air mata mungkin berguna dalam mendiagnosis

sindrom mata kering konkuren. Sebuah meta-analisis sebelumnya menemukan bahwa

osmolaritas air mata 316 mOsm/L atau lebih besar menghasilkan sensitivitas 59%,

spesifisitas 94%, dan akurasi prediksi secara keseluruhan 89% untuk diagnosis

sindrom mata kering. Namun, pengukuran osmolaritas air mata memiliki peran yang

terbatas dalam membedakan antara aqueous deficient dan evaporative dry eye.4
19

Evaluasi mikroskopis dari bulu mata yang epilated dapat menunjukkan tungau

Demodex, yang telah terlibat dalam beberapa kasus blepharoconjunctivitis. Spesimen

disiapkan untuk mikroskopi dengan menempatkan bulu mata yang ditanamkan pada

slide kaca, menambahkan setetes fluorescein, dan mengamankan spesimen di bawah

kaca penutup.4

Demodex (Wet mount x 100) (one.aao.org)

Biopsi dari kelopak mata dapat diindikasikan untuk menghilangkan

kemungkinan karsinoma dalam kasus marked asymmetry, resistensi terhadap terapi,

atau kalazion unifokal rekuren yang tidak merespon dengan baik terhadap terapi.4

Diagnosis Banding

Condition Entity

Impetigo (due primarily to Staphylococcus


aureus)
Bacterial infections Erysipelas (due primarily to Streptococcus
pyogenes)

Viral infections Herpes simplex virus


20

Molluscum contagiosum
Varicella zoster virus
Papillomavirus
Vaccinia

Parasitic infection Pediculosis palpebrarum (Phthirus pubis)

Atopic dermatitis
Contact dermatitis
Erythema multiforme
Pemphigus foliaceus
Immunologic Ocular mucous membrane pemphigoid
conditions Stevens-Johnson syndrome
Connective tissue disorders (discoid lupus,
dermatomyositis)
Graft-versus-host disease
Crohn disease

Psoriasis
Ichthyosis
Dermatoses
Exfoliative dermatitis
Erythroderma

Pseudoepitheliomatous hyperplasia
Actinic keratosis
Squamous cell papilloma
Benign eyelid tumors
Sebaceous gland hyperplasia
Hemangioma
Pyogenic granuloma

Malignant eyelid Basal cell carcinoma


tumors Squamous cell carcinoma
Sebaceous carcinoma
Melanoma
Kaposi sarcoma
21

Mycosis fungoides

Chemical
Thermal
Trauma Radiation
Mechanical
Surgical

Toxic conditions Medicamentosa

Penatalaksanaan

Pengobatan rutin yaitu “eyelid hygiene”atau membersihkan palpebra dengan

kapas/cotton bud yang sudah dicelupkan air hangat/larutan bikarbonat/sampo bayi

non detergent yang sudah diencerkan, dilanjutkan dengan pijatan palpebra untuk

membantu sekresi kelenjar Meibom. Pada blefaritis yang disebabkan oleh S. aureus

diberikan juga salep antibiotik (tetrasiklin/kloramfenikol/eritromisin atau

sulfacetamid) 3x sehari. Dapat digunakan kombinasi antibiotik dengan steroid topikal

untuk meredakan gejala apabila dengan antibiotik saja tidak ada perubahan, tetapi

hindari penggunaan yang terlalu sering dan lama. Pada blefaritis seboroik perlu

diatasi seboroik yang tampak pada kepala dan alis. Sedangkan pada blefaritis

posterior diterapi dengan tetrasiklin salep mata 3x sehari dan dosisiklin oral

2x100mg, dan terapi air mata buatan untuk mengatasi mata kering.10

Kondisi terkait, seperti herpes simplex, varicella-zoster, atau penyakit kulit

staphylococcal, memerlukan terapi antimikroba spesifik berdasarkan kultur. Penyakit

seboroik sering diperbaiki dengan penggunaan sampo dengan selenium, meskipun


22

begitu penggunaannya di sekitar mata tidak dianjurkan. Dermatitis alergi dapat

berespon terhadap kortikosteroid topikal atau terapi Elidel.11

Perawatan bedah untuk blefaritis diperlukan hanya untuk komplikasi seperti

pembentukan kalazion, trikiasis, ektropion, entropion atau penyakit kornea.11

Gambar. Eyelid cleaning prodecedure: (A) eyelid massage to express waxy

meibomion secretions, and (B) cleaning of eyelid margin. (one.aao.org)

Komplikasi

Selain dari infeksi stafilokokkus,salah satu dari berikut dapat terjadi:

- Styes

- Meibomian cyst infection

- Conjunctivitis

- Ulceration of the conjunctiva or cornea

- Loss of eyelashes

- Scarring of eyelids

- Trichiasis
23

Prognosis

Secara keseluruhan, prognosis untuk pasien dengan blefaritis adalah baik

sampai sangat baik. Blefaritis hanya menyebabkan morbiditas yang signifikan pada

sebagian kecil pasien. Untuk sebagian besar, blefaritis hanya sekedar penderitaan

gejala daripada ancaman yang serius untuk fungsi dan kesehatan mereka. Pasien

mengalami sejumlah besar discomfort dan penderitaan yang sangat mengurangi

kesejahteraan dan kemampuan mereka untuk melaksanakan kegiatan hidup dan kerja

sehari-hari. Pengetahuan tentang perjalanan penyakit, dan manajemen melalui

program yang berjangka panjang dari pada melalui obat instan, dapat membantu

pasien untuk menghadapi penyakit dengan berhasil.11


24

BAB III

KESIMPULAN

Blefaritis, suatu kondisi peradangan pada tepi kelopak mata, merupakan

penyebab umum ocular discomfort dan iritasi pada semua usia dan kelompok etnis.

Blefaritis dapat dibagi menjadi anterior dan posterior menurut lokasi anatomi,

dan terkadang keduanya dapat ditemukan secara sekaligus. Blefaritis anterior

mempengaruhi kulit kelopak mata, pangkal bulu mata, dan folikel bulu mata dan

termasuk klasifikasi tradisional blefaritis staphylococcal dan seboroik. Blefaritis

posterior mempengaruhi kelenjar meibom dan pembukaan kelenjar dan memiliki

berbagai etiologi potensial. Penyebab utama adalah disfungsi kelenjar meibom

(MGD).

Diagnosis blefaritis biasanya didasarkan pada riwayat pasien tipikal dan

karakteristik temuan slit-lamp biomicroscopic. Pengujian tambahan, seperti kultur

konjungtiva, dapat membantu.

Pengobatan yang dapat dilakukan yaitu eyelid hygiene, kombinasi antibiotik

dan steroid, serta pembedahan bila terjadi komplikasi.


25
26

DAFTAR PUSTAKA

1. Dahl, Andrew A., MD, FACS. Blepharitis. http://www.medicinenet.com/

blepharitis/article.htm (accessed 1 April 2016)

2. Johnson, Stephen, M., MD. Blepharitis in Midwest Eye Institute.

http://smjohnsonmd.com/Blepharitis.html (accessed 1 April 2016)

3. Ilyas, HS. Ilmu Penyakit Mata, 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015.

4. Tonk, RH. Blepharitis. http://eyewiki.aao.org/Blepharitis (accessed 2 April

2016)

5. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury, 17th ed.

Jakarta: EGC, 2015.

6. Feder, Robert S, MD, chair et all. Blepharitis Limited Revision In Preferred

Practice Pattern. American Academy Ophthalmology: 2011.

7. Hadrill, Marilyn., Blepharitis. http://www.allaboutvision.com/conditions/

blepharitis.htm (accessed 1 April 2016)

8. Kanski JJ. Blepharitis. In: Clinical Ophthalmology. 7th ed. Butterworth

Heinemann. Philadelphia; 2011: page 34-38.

9. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 9 th ed. Blackwell publishing,

Australia : 2013; page 52-4

10. Kapita selekta kedokteran/ editor, Chris Tanto et al. Ed. 4. Jakarta: Media

Aesculapius, 2014.

11. Lowery RS. Adult Blepharitis. http://emedicine.medscape.com/article/

1211763-followup#e4 (accessed 4 April 2016).

Anda mungkin juga menyukai