Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

GANGGUAN CAMPURAN
ANSIETAS DEPRESI

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama
di Rumah Sakit Umum Datu Beru Takengon

Teuku Muhammad Lizar, S.Ked


16174028

Pembimbing:
dr. Lailan Sapinah, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RSU DATU BERU TAKENGON
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan

referat ini yang berjudul “GANGGUAN CAMPURAN ANSIETAS DEPRESI”

sebagai salah satu syarat untuk mengikuti kepaniteraan di RSU Datu Beru Takengon

dalam bidang Ilmu Kesehatan Jiwa.

Saya menyadari bahwa didalam pembuatan referat ini berkat bantuan dan

tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan pembimbing dr. Lailan Sapinah,

Sp.KJ dan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan rasa

hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu

dalam proses pembuatan referat ini.

Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan referat ini masih jauh dari

kesempurnaan baik materi maupun cara penulisan. Namun demikian, saya telah

berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga referat

ini dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya saya dengan tangan terbuka

menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan referat ini.

Akhirnya saya berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi seluruh

pembaca.

Takengon, 11 Mei 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I: PENDAHULUAN........................................................................................... 1
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 2
Definisi ...................................................................................................................... 2
Epidemiologi ............................................................................................................. 2
Etiologi ...................................................................................................................... 3
Diagnosis ................................................................................................................... 4
Gambaran Klinis........................................................................................................ 6
Diagnosis Banding..................................................................................................... 8
Terapi......................................................................................................................... 8
Perjalanan Gangguan dan Prognosis ....................................................................... 10
BAB III: KESIMPULAN ......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12
BAB I

PENDAHULUAN

Sejumlah pasien memiliki gejala gangguan ansietas, tetapi tidak memenuhi

kriteria gangguan ansietas DSM-IV-TR yang spesifik atau gangguan penyesuaian

dengan ansietas atau gangguan campuran ansietas dan mood depresi. Pasien seperti

ini paling sesuai jika diklasifikasikan memiliki gangguan ansietas yang tidak

tergolongkan. Salah satu contohnya adalah gangguan campuran ansietas depresif. 1

Gangguan depresif dan ansietas merupakan salah satu penyakit yang sering

ditemukan pada masyarakat dan perawatan primer. Pasien dengan depresi sering kali

memiliki gambaran gangguan ansietas, begitu juga mereka dengan gangguan ansietas

sering memiliki gambaran depresi. Kedua gangguan dapat terjadi secara bersamaan,

memenuhi kriteria untuk keduanya. Hal ini dapat sulit untuk membedakan antara

keduanya namun penting untuk mengidentifikasi dan mengobati kedua penyakit,

karena mereka terkait dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Dokter

umum dapat mengidentifikasi dan mengambil peran primer dalam pengobatan

penyakit ini dengan baik, untuk memfasilitasi hasil kesehatan mental yang lebih

baik.2

Oponen telah mendebat bahwa ketersediaan diagnosis dapat membuat klinisi

tidak tertarik dari mengambil waktu yang diperlukan untuk memperoleh riwayat

psikiatri yang lengkap untuk membedakan gangguan depresif sejati dari gangguan

ansietas sejati. Di Eropa dan terutama di China, sebagian besar dari pasien terebut

diberikan diagnosis sebagai neurasthenia.3

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Gangguan campuran ansietas depresif menggambarkan pasien dengan kedua

gejala ansietas dan depresi yang tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk salah satu

gangguan ansietas atau gangguan mood. Kombinasi gejala depresif dan ansietas

menimbulkan impairment (kelemahan/kerusakan) fungsional yang signifikan

terhadap orang yang mengalaminya. Kondisi ini terutama dapat banyak ditemukan di

pelayanan primer dan klinik kesehatan jiwa rawat jalan.1

Pada gangguan ini timbul gejala-gejala ansietas dan depresi tetapi tidak ada

yang lebih dominan. Ansietas adalah mood mengenai masa depan, sementara depresi

adalah mood mengenai masa lalu.4

EPIDEMIOLOGI

Keberadaan gangguan depresif berat dan gangguan panik secara bersamaan

lazim ditemukan. Dua pertiga pasien dengan gejala depresif memiliki gejala ansietas

yang menonjol, dan sepertiganya dapat memenuhi kriteria diagnostik gangguan

panik. Peneliti telah melaporkan bahwa dari 20 sampai 90 persen pasien dengan

gangguan panik memiliki episode gangguan depresif berat. Data ini mengesankan

bahwa keberadaan gejala depresif dan ansietas secara bersamaan, tidak ada

diantaranya yang memenuhi kriteria diagnostik gangguan depresif atau ansietas lain,

dapat lazim ditemukan. Meskipun demikian, saat ini data epidemiologis formal

2
3

mengenai gangguan campuran ansietas depresif tidak tersedia. Meskipun demikian,

sejumlah klinisi dan peneliti memperkirakan bahwa prevalensi gangguan ini pada

populasi umum adalah 10 persen dan di klinik pelayanan primer sampai setinggi 50

persen, walaupun perkiraan konservatif mengesankan prevalensi sekitar 1 persen

pada populasi umum.1

ETIOLOGI

Empat garis bukti penting mengesankan bahwa gejala ansietas dan gejala

depresif terkait secara kausal pada sejumlah pasien yang mengalami gejala ini.

Pertama, sejumlah peneliti melaporkan temuan neuroendokrin yang serupa pada

gangguan depresif dan gangguan ansietas, terutama gangguan panik, termasuk

menumpulnya respons kortisol terhadap hormon adrenokort, kotropik, respons

hormon pertumbuhan yang tumpul terhadap klonidin (Catapres), dan respons TSH

(thyroid stimulating hormone) serta prolaktin yang tumpul terhadap TRH

(thyrotropin-releasing hormone). Kedua, sejumlah peneliti melaporkan data yang

menunjukkan bahwa hiperaktivitas sistem noradrenergik sebagai penyebab relevan

pada sejumlah pasien dengan gangguan depresif dan gangguan panik. Secara rinci,

studi ini telah menemukan adanya konsentrasi metabolit norepinefrin 3-methoxy-4-

hydroxyphenylglycol (MPHG) yang meningkat di dalam urin, plasma, atau cairan

serebrospinalis (CSF) pada pasien dengan depresi dan gangguan panik yang sedang

aktif mengalami serangan panik. Seperti pada gangguan ansietas dan gangguan

depresif lain, serotonin dan asam γ-aminobutirat (GABA) juga mungkin terlibat

sebagai penyebab di dalam gangguan campuran ansietas depresif. Ketiga, banyak


4

studi menemukan bahwa obat serotonergik, seperti fluoxeting (Prozac) dan

clomipramine (Anafranil), berguna dalam terapi gangguan depresif dan ansietas.

Keempat, sejumlah studi keluarga melaporkan data yang menunjukkan bahwa gejala

ansietas dan depresi berhubungan pada secara genetik sedikitnya beberapa keluarga. 1

DIAGNOSIS

Kriteria DSM-IV-TR mengahruskan adanya gejala subsindrom ansietas dan

depresi serta adanya beberapa gejala somatik, serperti tremor, palpitasi, mulut kering,

dan rasa perut yang bergejolak. Sejumlah studi pendahuluan menunjukkan bahwa

sensitivitas dokter umum untuk sindrom gangguan campuran ansietas depresif masih

rendah walaupun kurangnya pengenalan ini dapat mencerminkan kurangnya label

diagnostik yang sesuai bagi pasien.1

Kriteria Riset DSM-IV-TR Gangguan Campuran Ansietas Depresif:1

A. Mood disforik yang berulang atau menetap dan bertahan sedikitnya 1 bulan.

B. Mood disforik disertai empat (atau lebih) gejala berikut selama sedikitnya 1

bulan:

1) Kesulitan berkonsentrasi atau pikiran kosong

2) Gangguan tidur (sulit untuk jatuh tertidur atau tetap tidur atau gelisah,

tidur tidak puas)

3) Lelah atau energi rendah

4) Iritabilitas

5) Khawatir
5

6) Mudah menangis

7) Hypervigillance

8) Antisipasi hal terburuk

9) Tidak ada harapan (pesimis yang menetap akan masa depan)

10) Harga diri yang rendah atau rasa tidak berharga

C. Gejala menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya

dalam area fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi penting lain.

D. Gejala tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth.,

penyalahgunaan obat, pengobatan) atau keadaan medis umum.

E. Semua hal berikut ini:

1) Kriteria tidak pernah memenuhi gangguan depresif berat, gangguan

distimik, gangguan panik, atau gangguan ansietas menyeluruh.

2) Kriteria saat ini tidak memenuhi gangguan mood atau ansietas lain

(termasuk gangguan ansietas atau gangguan mood, dalam remisi parsial)

3) Gejala tidak lebih mungkin disebabkan gangguan jiwa lain

Pedoman Diagnostik Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi

PPDGJ-III:5

 Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak

menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis

tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan

walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran

berlebihan.
6

 Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus

dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas

fobik.

 Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk

menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus

dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika

karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan

depresif harus diutamakan.

 Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas,

maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.

GAMBARAN KLINIS

Pada gangguan ini timbul gejala-gejala ansietas dan depresi tetapi tidak ada

yang lebih dominan. Gambaran campuran dari gangguan neurotik lebih sering

daripada yang berdiri sendiri, seperti gangguan ansietas menyeluruh.4

Gambaran klinis gangguan campuran ansietas depresif menggabungkan gejala

gangguan ansietas dan sejumlah gejala gangguan depresif. Di samping itu, gejala

hiperaktivitas sistem saraf otonom, seperti keluhan gastrointestinal, lazim ditemukan

dan ikut berperan pada banyaknya pasien yang ditemukan di klinik medis rawat

jalan.1
7

Gejala somatik yang dapat terjadi dengan ansietas dan depresi:2

 Umum

- Kelelahan dan kehilangan energi, perasaan melambat atau agitated

(gelisah) dan restless (tidak bisa istirahat)

 Kognitif

- Miskin perhatian dan konsentrasi, berfikir lambat, distractibility (mudah

terganggu/hilang fokus), gangguan memori, indecisiveness (keraguan

untuk memberi keputusan)

 Psikologis

- Apprehension, derealisasi atau depersonalisasi, irritability, atypical anger.

 Somatik

 Musculoskeletal

- Nyeri dan pegal pada otot, ketegangan otot

 Gastrointestinal

- Mulut kering, sensasi tersendak, sensasi pergerakan perut, mual,

muntah, diare

 Kardiovaskular

- Palpitasi, takikardia, nyeri dada, flushing

 Respiratory

- Sesak nafas, kadang-kadang hiperventilasi

 Neurologis

- Pusing, vertigo, penglihatan kabur, parestesia


8

 Genitourinari

- Kehilangan gairah seks, kesulitan dengan berkemih

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding mencakup gangguan ansietas dan depresif lainnya serta

gangguan kepribadian. Diantara gangguan ansietas, gangguan ansietas menyeluruh

merupakan gangguan yang lebih besar kemungkinannya untuk bertumpang tindih

dengan gangguan campuran ansietas-depresif. Di antara gangguan mood, gangguan

distimik dan gangguan depresif ringan adalah gangguan yang lebih besar

kemungkinannya untuk bertumpang tindih dengan gangguan campuran ansietas-

depresif. Di antara gangguan kepribadian, gangguan kepribadian menghindar,

dependen, dan obsesif-kompulsif dapat memiliki gejala yang mirip dengan gejala

gangguan campuran ansietas-depresif. Diagnosis gangguan somatoform juga harus

dipertimbangkan. Hanya riwayat psikiatri, pemeriksaan status mental, dan

pengetahuan mengenai kriteria spesifik yang dapat membantu klinisi membedakan di

antara keadaan-keadaan ini. Tanda-tanda prodromal skizofrenia dapat menunjukkan

sebagai gambaran campuran ansietas dan depresi yang meningkat dengan onset gejala

psikotik yang akan terjadi.3

TERAPI

Pengobatan gangguan depresif dan ansietas campuran ringan paling baik

dilakukan melalui konseling, terapi kognitif atau psikoterapi, terutama terapi

interpersonal, tetapi sering juga diobati dalam praktik umum dengan obat-obatan.

Antidepresan lebih efektif daripada obat ansiolitik. Antidepresan SSRI biasanya


9

ditoleransi lebih baik daripada trisiklik standar. Pada praktik klinis, yang sering

terjadi adalah salah mendiagnosis gangguan depresif atau gangguan depresif dan

ansietas campuran sebagai gangguan ansietas menyeluruh saja, kemudian diberikan

obat penenang minor, seperti benzodiazepine, sering untuk jangka pangjang, sehingga

meningkatkan risiko ketergantungan. Salah diagnosis seperti ini sering terjadi karena

ansietas timbul pada hampir semua kasus depresi dan dapat tampak sebagai gejala

dominan.4

Karena studi adekuat yang membandingkan modalitas terapi gangguan

campuran ansietas-depresif tidak tersedia, klinisi mungkin lebih cenderung

memberikan terapi berdasarkan gejala yang muncul, keparahannya, dan tingkat

pengalaman klinisi tersebut dengan berbagai modalitas terapi. Pendekatan

psikoterapeutik dapat melibatkan pendekatan yang terbatas waktu seperti terapi

kognitif atau modifikasi perilaku, walaupun sejumlah klinisi menggunakan

pendekatan psikoterapeutik yang kurang terstruktur, seperti psikoterapi yang

berorientasi tilikan. Farmakoterapi untuk gangguan campuran ansietas-depresif dapat

mencakup obat antiansietas, obat antidepresif, atau keduanya. Di antara obat

ansiolitik, sejumlah data menunjukkan bahwa penggunaan triazolobenzodiazepin

(contohnya alprazolam [Xanax]) dapat diindikasikan karena efektivitasnya dalam

mengobati depresi yang disertai ansietas. Obat yang memengaruhi serotonin 5-HT 1A

reseptor, seperti buspiron (BuSpar), juga dapat diindikasikan. Di antara antidepresan,

meskipun teori noradrenergik menghubungkan gangguan ansietas dengan gangguan

depresif, antidepresan serotonergik dapat menjadi obat yang paling efektif dalam

mengobati gangguan campuran ansietas-depresif. Venlafaxine (Effexor) merupakan


10

antidepresan yang efektif yang telah disetujui oleh FDA untuk pengobatan depresi

serta gangguan ansietas menyeluruh dan merupakan obat pilihan dalam gangguan

campuran.3

PERJALANAN GANGGUAN DAN PROGNOSIS

Berdasarkan data klinis sampai saat ini, pasien tampak sama besar

kemungkinannya untuk memiliki gejala ansietas yang menonjol, gejala depresif yang

menonjol, atau campuran dua gejala dengan besar yang sama saat awitan. Selama

perjalanan penyakit, dominasi gejala ansietas dan depresif dapat bergantian.

Prognosis nya tidak diketahui.1


BAB III

KESIMPULAN

Gangguan campuran ansietas depresif menggambarkan pasien dengan kedua

gejala ansietas dan depresi yang tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk salah satu

gangguan ansietas atau gangguan mood.

Kriteria DSM-IV-TR mengahruskan adanya gejala subsindrom ansietas dan

depresi serta adanya beberapa gejala somatik, serperti tremor, palpitasi, mulut kering,

dan rasa perut yang bergejolak.

Gambaran klinis gangguan campuran ansietas depresif menggabungkan gejala

gangguan ansietas dan sejumlah gejala gangguan depresif. Di samping itu, gejala

hiperaktivitas sistem saraf otonom, seperti keluhan gastrointestinal, lazim ditemukan

dan ikut berperan pada banyaknya pasien yang ditemukan di klinik medis rawat jalan.

Pendekatan psikoterapeutik dapat melibatkan pendekatan yang terbatas waktu

seperti terapi kognitif atau modifikasi perilaku, namun sejumlah klinisi menggunakan

pendekatan psikoterapeutik yang kurang terstruktur, seperti psikoterapi yang

berorientasi tilikan. Farmakoterapi untuk gangguan campuran ansietas-depresif dapat

mencakup obat antiansietas, obat antidepresif, atau keduanya.

Selama perjalanan penyakit, dominasi gejala ansietas dan depresif dapat

bergantian. Prognosis nya tidak diketahui.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis, Ed ke-

2. Jakarta: EGC; 2014.

2. Tiller JWG. Depression and Anxiety. Melbouorne: University of Melbourne;

2012. p. 28-31

3. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry:

Behavioral Sciences/ Clinical Psychiatry, 11th ed. Philadelphia: Wolters

Kluwer; 2015.

4. Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH. Buku Ajar Psikiatri, Ed ke-2. Jakarta:

EGC; 2013.

5. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta:

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2001.

Anda mungkin juga menyukai