Anda di halaman 1dari 27

PAPER NAMA : ALAMSYAH PRASETYO KS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100095


FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU

PAPER

BLEFARITIS

Disusun oleh :
ALAMSYAH PRASETYO KS
140100095

Supervisor :
dr. Bobby R. E Sitepu, M.Ked(Oph), Sp.M(K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih,
berkat, dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Blefaritis”. Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di
Departemen Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Bobby R. E Sitepu, M.Ked(Oph), Sp.M(K) selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian
diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem
pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.

Medan, Juli 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................3
2.1 Anatomi palpebra..........................................................................................3
2.2 Histologi dan Fisiologi Palpebra...................................................................5
2.3 Blefaritis........................................................................................................7
2.3.1 Definisi.................................................................................................7
2.3.2 Epidemiologi........................................................................................8
2.3.3 Etiologi.................................................................................................8
2.3.4 Patofisiologi.........................................................................................10
2.3.5 Klasifikasi............................................................................................11
2.3.6 Diagnosis..............................................................................................15
2.3.7 Penatalaksanaan...................................................................................16
2.3.8 Komplikasi...........................................................................................19
2.3.9 Prognosis..............................................................................................20
BAB 3 KESIMPULAN.....................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................22

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran Anatomi Kelopak Mata....................................................3


Gambar 2.2 Gambaran histologi palpebra.............................................................6
Gambar 2.3 Gambaran Suplai Vaskular Mata.......................................................7
Gambar 2.4 Gambaran Blefaritis bacterial...........................................................11
Gambar 2.5 Gambaran Blefaritis superficial.........................................................12
Gambar 2.6 Gambaran Blefaritis skuamosa..........................................................13
Gambar 2.7 Gambaran Ulcerative blepharitis......................................................14
Gambar 2.8 Gambaran Blefaritis angularis...........................................................14
Gambar 2.9 Gambaran Blefaritis meibomianitis...................................................15

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis
atau menahun. Blefaritis akibat infeksi bakteri, disebabkan oleh streptococcus
alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. virus penyebab blefaritis adalah
herpes zoster dan herpes simpleks. Blefaritis akibat jamur disebabkan oleh infeksi
superficial dan sistemik. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan
kimia iritatif dan bahan kosmetik.1
Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada tepi kelopak mata.
Kata "blefaritis" berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak mata,"
dan akhiran itis Yunani, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan peradangan
dalam bahasa Inggris. Peradangan adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan proses dimana sel - sel darah putih dan zat kimia yang
diproduksi dalam tubuh melindungi kita dari zat - zat asing, cedera, atau infeksi.
Respon tubuh normal dalam peradangan melibatkan berbagai derajat
pembengkakan, kemerahan, nyeri, panas, dan perubahan dalam fungsi.2
Blefaritis menyebabkan mata merah, iritasi, kelopak mata gatal dan
pembentukan ketombe seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata
yang umum yang disebabkan oleh bakteri atau kondisi kulit seperti ketombe di
kulit kepala atau jerawat rosacea. Dapat terjadi pada semua orang dari segala usia.
Meskipun tidak nyaman, blefaritis tidak menular dan umumnya tidak
menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan.3
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata
yang ada pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai
penyakit penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia
tua tapi dapat terjadi pada semua umur.3
Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis. Biasanya
blefaritis sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan

1
kemudian diberikan antibiotik yang sesuai. Penyulit blefaritis yang dapat timbul
adalah konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.1

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Palpebra

Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta


mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk tear film di depan kornea
serta menyebarkan tear film yang telah diproduksi ini ke konjungtiva dan kornea.
Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan mata, karena kelopak mata juga
berfungsi untuk menyebarkan tear film ke konjungtiva dan kornea.1,4

Gambar 2.1 : Anatomi kelopak mata.5

Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedang di
bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.1

3
Pada kelopak mata terdapat bagian bagian :
1. Satu lapisan permukaan kulit. Tipis dan halus, dihubungkan oleh
jaringan ikat yang halus dengan otot yang ada dibawahnya, sehingga
kulit dengan mudah dapat digerakkan dari dasarnya. Dengan
demikian, maka edema dan perdarahan mudah terkumpul disini,
sehingga menimbulkan pembengkakan palpebra.1.,6
2. Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar
keringat, kelenjar zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom
pada tarsus dan bermuara pada tepi kelopak mata.1,7
3. Otot seperti:
a. M. Orbicularis oculi yang berjalan melingkar di dalam
kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak.
M. Orbicularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi
N. facialis.1,4
b. M. Rioland. Merupakan otot orbicularis oculi yang ada di
tepi margo palpebra. Bersamaan dengan M. Orbicularis oculi
berfungsi untuk menutup mata.1,4
c. M. Levator palpebrae berjalan kearah kelopak mata atas,
berorigo pada annulus foramen orbita dan berinsersi pada
lempeng tarsus atas dengan sebagian menembus M.
Orbicularis Oculi menuju kulit kelopak bagian tengah.
Bagian kulit yang tempat insersi M. Levator palpebrae
terlihat sebagai sulcus palpebra. Otot ini dipersarafi oleh n.
III, yang berfungsi mengangkat kelopak mata atau membuka
mata. Kerusakan pada saraf ini atau perubahan - perubahan
pada usia tua menyebabkan jatuhnya kelopak mata (ptosis).1,4
d. M. Mulleri, terletak di bawah tendon dari M. Levator
palpebrae. Inervasinya oleh saraf simpatis, fungsi M. Levator

4
palbebrae dan M. Mulleri adalah untuk mengangkat kelopak
mata.1,4
4. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat
dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara
pada margo palpebra.8
5. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosus berasal dari rima
orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.1
Konjungtiva tarsal yang terletak dibelakang kelopak hanya dapat
dilihat dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui
forniks menutupi bulbus okuli. Konjungtiva merupaka membrane mukosa
yang mempunyai sel goblet yang menghasilkan musin.9,10

2.2 Histologi dan Fisiologi Palpebra


Bola mata terletak di dalam tulang orbita dan terbuka ke sebelah anterior,
ditutup oleh kelopak mata bagian atas dan bawah, jika keduanya merapat bertemu
pada fissura palpebra. Palpebra menutup permukaan anterior kornea dan melipat
pada bagian tepinya yang kemudian melapisi permukaan dalam palpebra. Lipatan
di superior dan inferior disebut fornix konjungtiva. Ketika kelopak mata menutup
terbentuk sakus konjungtiva, merupakan ruang sebelah anterior mata dan terisi
sedikit cairan.11
Sebelah belakang lapisan otot terdapat lapisan fibrosa yang tipis di bagian
perifer disebut septum orbital dan lempeng tarsus. Tarsus merupakan lempeng
jaringan ikat yang padat melengkung mengikuti bentuk bola mata, berbentuk
seperti huruf D yang bagian horizontalnya sesuai dengan tepi palpebra. Tarsus
pada palpebra superior lebarnya 10 -12 mm, sedangkan tarsus pada palpebra
inferior lebarnya 5 mm. Pada kedua tarsus ini terbenam sebaris kelenjar sebasea
yang sangat besar yaitu kelenjar tarsalis Meibom. Permukaan posterior tarsus
menjadi satu dengan konjungtiva palpebra. Bentuk palpebra dipertahankan oleh
tarsus ini.11
Di bawah kulit terdapat lapisan otot skelet M. Orbicularis oculi (bagian
terbesar) dan lebih ke dalam lagi terdapat lapisan jaringan ikat (fasia palpebra)
yang merupakan lanjutan tendo M. Levator paplebrae. Juga terdapat lapisan otot

5
polos yang tipis di tepi atas palpebra superior yaitu M. Tarsalis superior Müller,
melekat pada tepi tarsus. Di belakang folikel bulu mata terdapat M. Siliaris
Riolani (muskular skelet).11
Epitel konjungtiva berlapis silindris dengan sel – sel goblet, ketebalannya
bervariasi tergantung pada letaknya. Konjungtiva bulbi di tepi kornea, epitelnya
menjadi berlapis gepeng identik dengan epitel kornea. Pada fornix konjungtiva
epitelnya lebih tebal.11

Gambar 2.2 Histologi Palpebra.12

Epitel konjungtiva berlapis silindris dengan sel – sel goblet, ketebalannya


bervariasi tergantung pada letaknya. Konjungtiva bulbi di tepi kornea, epitelnya
menjadi berlapis gepeng identik dengan epitel kornea. Pada fornix konjungtiva
epitelnya lebih tebal.11
Ada 3 jenis kelenjar pada palpebra, yaitu Kelenjar Meibom adalah kelenjar
sebasea yang panjang dalam lempeng tarsus. Kelenjar ini tidak berhubungan
dengan folikel rambut. Pada palpebra superior ada sekitar 25 dan pada palpebra
inferior ada sekitar 20, tampak sebagai garis vertikal warna kuning di sebelah
dalam konjungtiva palpebra. Saluran keluar kelenjar Meibom bermuara ke tepi
palpebra, merupakan satu deretan pada peralihan antara kulit dan konjungtiva. Ke
dalam saluran utama ini bermuara beberapa saluran yang pendek dari alveoli

6
kelenjar sebasea. Kelenjar Meibom menghasilkan sebum yang membentuk apisan
berminyak pada permukaan air mata, berfungsi untuk mencegah penguapan air
mata.11,12
Kelenjar Moll merupakan kelenjar apokrin tak bercabang, terletak di antara
dan di belakang folikel – folikel bulu mata. Pars terminalis kelenjar Moll tidak
berkelok-kelok dan saluran keluarnya bermuara ke folikel rambut. Kelenjar Zeiss
lebih kecil, merupakan modifikasi kelenjar sebasea dan berhubungan dengan
folikel rambut mata.11,13

2.3 Blefaritis
2.3.1 Definisi
Infeksi kelopak atau blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada tepi
kelopak mata (palpebra) baik itu letaknya tepat di kelopak ataupun pada tepi
kelopak. Blefaritis dapat disebabkan oleh infeksi ataupun alergi yang biasanya
berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap,
bahan kimia iritatif, dan bahkan bahan kosmetik, sedangkan Blefaritis infeksi bisa
disebabkan oleh kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus,
pseudomonas, demodex folliculorum dan staphylococcus (melalui demodex
folliculorum sebagai vektor).1,8

Gambar 2.3 radang pada kelopak mata.14

7
2.3.2 Epidemiologi
Blefaritis adalah gangguan mata yang umum di Amerika Serikat dan di
seluruh dunia. Hubungan yang tepat antara blefaritis dan kematian tidak diketahui,
tetapi penyakit dengan angka kematian yang dikenal, seperti lupus eritematosus
sistemik, mungkin terdapat blefaritis sebagai bagian dari gejala yang ditemukan.
Morbiditas termasuk kehilangan fungsi visual, kesejahteraan, dan kemampuan
untuk melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses penyakit dapat
mengakibatkan kerusakan pada pelupuk mata dengan trichiasis, entropion
notching, dan ectropion. Kerusakan kornea dapat mengakibatkan peradangan,
jaringan parut, hilangnya kehalusan permukaan, dan kehilangan kejelasan
penglihatan. Jika peradangan yang parah berkembang, perforasi kornea dapat
terjadi. Tidak ada studi yang diketahui menunjukkan perbedaan ras dalam
kejadian blefaritis. Rosacea mungkin lebih umum di orang berkulit putih,
meskipun temuan ini mungkin hanya karena lebih mudah dan sering didiagnosis
pada ras ini.1,14
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata
yang ada pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai
penyakit penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia
tua tapi dapat terjadi pada semua umur.15
Belum ditemukan penelitian yang dirancang untuk mengetahui perbedaan
dalam insiden dan klinis blefaritis antara jenis kelamin. Blefaritis seboroik lebih
sering terjadi pada kelompok usia yang lebih tua dengan usia rata-rata adalah 50
tahun.8 Akan tetapi apabila dibandingkan dengan bentuk lain, blefaritis
staphylococcal ditemukan pada usia lebih muda (42 tahun) dan sebagian besar
adalah wanita (80%).14
2.3.3 Etiologi
Blefaritis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, alergi, kondisi
lingkungan, atau mungkin terkait dengan penyakit sistemik.1
1. Blefaritis inflamasi terjadi akibat peningkatan sel radang kulit di sekitar
kelopak. Infeksi biasanya disebabkan oleh kuman Blefaritis infeksi bisa

8
disebabkan oleh kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus,
pseudomonas, demodex folliculorum dan staphylococcus (melalui
demodex folliculorum sebagai vektor).1
2. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan
bahkan bahan kosmetik, atau dengan banyak obat, baik mata atau sistemik.
Pada banyak orang juga dapat disebabkan oleh karena paparan hewan
seperti anjing atau kucing.1
3. Bentuk ulseratif (blefaritis menular) sering ditandai dengan adanya sekret
kuning atau kehijauan.1
4. Blefaritis dapat disebabkan oleh kondisi medis sistemik atau kanker kulit
dari berbagai jenis.1
Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh bakteri (stafilokokus blefaritis)
atau ketombe pada kulit kepala dan alis (blefaritis seboroik). Hal ini juga dapat
terjadi karena kombinasi faktor, atau mungkin akibat alergi atau kutu dari bulu
mata. Blefaritis posterior dapat disebabkan oleh produksi minyak tidak teratur
oleh kelenjar pada kelopak mata (meibomian blefaritis) yang menciptakan
lingkungan yang menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri. Hal ini juga dapat
berkembang sebagai akibat dari kondisi kulit lainnya seperti jerawat rosacea dan
ketombe kulit kepala.14,16
Blefaritis melibatkan tepi kelopak mata, di mana bulu mata tumbuh dan
pintu dari kelenjar minyak kecil dekat pangkal bulu mata berada. Mungkin ada
keterlibatan tepi luar dari tepi kelopak mata yang berdekatan dengan kulit atau
dan tepi bagian dalam kelopak mata yang bersentuhan dengan bola mata.
Perubahan pada kulit kelopak mata atau permukaan mata itu sendiri biasanya bisa
menjadi penyebab sekunder yang mendasari terjadinya kelainan pada kelopak
mata.2
Penyebab kebanyakan kasus blefaritis adalah kerusakan kelenjar minyak di
kelopak. Ada sekitar 40 kelenjar ini di setiap kelopak mata atas dan bawah. Ketika
kelenjar minyak memproduksi terlalu banyak, terlalu sedikit, atau salah jenis
minyak, tepi kelopak mata dapat menjadi meradang, iritasi, dan gatal.15

9
2.3.4 Patofisiologi
Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena
adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata
yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan
normal ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara
langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata, mengakibatkan kerusakan sistem
imun atau terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa
buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat dengan
adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.17
Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan
mungkin disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama dianggap
hasil dari respon mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel S. Aureus yang
mungkin juga bertanggung jawab untuk mata merah dan infiltrat kornea perifer
yang ditemukan pada beberapa pasien. Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan
dermatitis seboroik umum yang mungkin melibatkan kulit kepala, lipatan
nasolabial, belakang telinga, dan sternum. Karena hubungan erat antara kelopak
dan permukaan okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan perubahan inflamasi
dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea. Sedangkan blefaritis posterior
disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibomian dan perubahan sekresi kelenjar
meibomian. Lipase bakteri dapat mengakibatkan pembentukan asam lemak bebas.
Hal ini meningkatkan titik leleh dari meibum yang menghambat ekspresi dari
kelenjar, sehingga berkontribusi terhadap iritasi permukaan mata dan mungkin
memungkinkan pertumbuhan S. Aureus. Hilangnya fosfolipid dari tear film yang
bertindak sebagai surfaktan mengakibatkan meningkatnya penguapan air mata dan
osmolaritas, juga ketidakstabilan tear film.17
Tiga mekanisme patofisiologi blefaritis anterior yang telah diusulkan:17
a. Infeksi bakteri langsung
b. Respons melawan toksin bakteri

10
c. Delayed hypersensitivity reaction terhadap antigen bakteri
Patofisiologi blefaritis posterior melibatkan perubahan struktural dan
disfungsi sekresi dari kelenjar meibomian. Kelenjar Meibom mengeluarkan
meibum, lapisan lipid eksternal dari tear film, yang bertanggung jawab untuk
mengurangi penguapan tear film dan mencegah kontaminasi. Pada perubahan
struktural contoh kegagalan kelenjar di blepharitis posterior telah ditunjukkan
dengan meibography, selain itu, kelenjar epitel dari hewan model penyakit
kelenjar meibomian menunjukkan hiperkeratinisasi yang dapat menghalangi
kelenjar atau menyebabkan deskuamasi sel epitel ke dalam lumen, duktus kelenjar
sehingga menyebabkan konstriksi kelenjar. Hiperkeratinisasi dapat mengubah
diferensiasi sel asinar dan karenanya mengganggu fungsi kelenjar. Disfungsi
sekretorik contohnya dalam blepharitis posterior, terjadi perubahan komposisi
meibum di mana perubahan rasio asam lemak bebas untuk ester kolesterol telah
terbukti. Hasil sekresi yang berubah ini bisa memiliki titik leleh yang lebih tinggi
dari pada yang tampak di kelopak mata sehingga menyebabkan menutupnya
muara kelenjar.17

2.3.5 Klasifikasi
1. Blefaritis bacterial
Infeksi bakteri pada kelopak dapat ringan sampai dengan berat.
Diduga sebagian besar infeksi kulit superfisial kelopak diakibatkan
streptococcus. Bentuk infeksi kelopak dikenal sebagai folikulitis,
impetigo, dermatitis eksematoid. Pengobatan pada infeksi ringan ialah
dengan memberikan antibiotik lokal dan kompres basah dengan asam
borat. Pada blefaritis sering diperlukan pemakaian kompres hangat. Infeksi
yang bert perlu diberikan antibiotik sistemik.1

11
Gambar 2.4 blefaritis bacterial.18

2. Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus
maka pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti
sulfasetamid dan sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta
diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka
dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah
dari kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang biasanya menyertainya.1
Blefaritis stafilokokal ditandai dengan adanya sisik, krusta dan
eritema pada tepi kelopak mata dan collarette formation pada dasar bulu
mata. Infeksi kronis dapat disertai dengan eksasebasi akut yang mengarah
pada terjadinya blefaritis ulseratif. Dapat juga terjadi hilangnya bulu mata,
keterlibatan kornea termasuk erosi epitelial, neovaskularisai dan infiltrat
pada tepi kelopak.18
Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan
membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan
kapas lidi hangat. Dapat dilakukan pembersihan dengan nitras argenti 1%.
Salep sulfonamid berguna pada aksi keratolitiknya.1

Gambar 2.5 blefaritis superficial18

3. Blefaritis skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama
atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan

12
terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang
mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang
yang berambut minyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitis
seboroik.1
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun
oleh jamur. Pasien dengan blefaritis skuamosa akan merasa panas dan
gatal. Terdapat sisik berwarna halus–halus dan penebalan margo palpebra
disertai dengan madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya tanpa
mengakibatkan perdarahan.1
Pengobatannya ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan
shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan
memperbaiki metabolisme pasien.1

Gambar 2.6 squamous blepharitis.20

4. Blefaritis ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak
akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng
berwarna kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang
kecil dan mengeluarkan darah di sekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif
skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan
luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius.
Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut
sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).1

13
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan
pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau
basitrasin. Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi obat
staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan harus ditambah
antibiotik sistemik dan diberi roboransia.1

Gambar 2.7 Ulcerative Blepharitis.20

5. Blefaritis Angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi pada tepi kelopak disudut
kelopak mata atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut
kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat
mengakibatkan gangguan padafungsi punctum lakrimal. Blefaritis
angularis disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Moraxella
lacunata.1,18
Seringkali gejala yang muncul adalah kemerahan pada salah satu
tepi kelopak mata, bersisik, maserasi dan kulit pecah-pecah di kantus
lateral dan medial, juga dapat terjadi konjungtivitis folikuler dan papil.
Biasanya kelainan ini bersifat rekuren.1
Blefaritis angularis diobati dengan sulfa (kloramfenikol,
eritromisin), tetrasiklin dan sengsulfat. Penyulit terjadi pada punctum
lakrimal bagian medial sudutmata yang akan menyumbat duktus
lakrimal.1,15

14
Gambar 2.8 Blefaritis angularis.18

6. Blefaritis meibomianitis
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan
mengakibatkan tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut.1
Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat,
penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam berulang kali disertai
antibiotik lokal.1,4

Gambar 2.9 blefaritis meibomianitis. 18

2.3.6 Diagnosis
Blefaritis dapat didiagnosis melalui
pemeriksaan mata yang komprehensif. Pengujian, dengan penekanan khusus pada
evaluasi kelopak mata dan permukaan depan bola mata, termasuk.18
1. Riwayat pasien untuk menentukan apakah gejala yang dialami pasien dan
adanya masalah kesehatan umum yang mungkin berkontribusi terhadap
masalah mata.18
2. Pemeriksaan mata luar, termasuk struktur kelopak mata, tekstur kulit dan
penampilan bulu mata.18
3. Evaluasi tepi kelopak mata, dasar bulu mata dan pembukaan kelenjar
meibomian menggunakan cahaya terang dan pembesaran.18

15
4. Evaluasi kuantitas dan kualitas air mata untuk setiap kelainan.18
Kondisi yang berkaitan dengan blefaritis kronis:,10, 19,20
1. Ketidakstabilan tear film ditemukan pada 30-50% pasien, mungkin
sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara komponen cair dan lipid dari
tear film memungkinkan peningkatan penguapan. Waktu pemecahan tear
film biasanya berkurang.
2. Chalazion, yang mungkin multipel dan berulang, umumnya terjadi
terutama pada pasien dengan blefaritis posterior.
3. Penyakit membran epitel basal dan erosi epitel berulang dapat diperburuk
oleh blepharitis posterior.
4. Kulit: A. Jerawat rosacea sering dikaitkan dengan disfungsi kelenjar
meibomian.
B. dermatitis seboroik terdapat pada>90% dari pasien dengan
blefaritis seboroik.
C. Pengobatan acne vulgaris dengan isotretinoin dikaitkan dengan
perkembangan blepharitis pada sekitar 25% dari pasien; hal itu
mereda ketika pengobatan dihentikan.
5. Keratitis bakteri dikaitkan dengan penyakit sekunder permukaan okular
untuk blefaritis kronis.
6. Atopik keratokonjungtivitis sering dikaitkan dengan blefaritis
stafilokokus. Pengobatan blefaritis sering membantu gejala konjungtivitis
alergi dan sebaliknya.
7. Intoleransi lensa kontak. Pemakaian jangka panjang lensa kontak
berhubungan dengan penyakit tepi pelupuk mata posterior. Penghambatan
gerakan tutup dan ekspresi normal dari minyak meibomian bisa menjadi
penyebabnya. Ada juga mungkin terkait konjungtivitis giant papil
membuat pemakaian lensa tidak nyaman. Blefaritis juga merupakan faktor
risiko untuk keratitis bakteriterkait lensa kontak.

2.3.7 Penatalaksanaan

16
Sebuah penanganan yang sistematis dan jangka panjang dalam menjaga
kebersihan kelopak mata adalah dasar dari pengobatan blefaritis. Dokter harus
memastikan bahwa pasien mengerti bahwa penanganan blefaritis adalah sebuah
proses, yang harus dilakukan untuk jangka waktu yang lama.14
Banyak sistem mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini
termasuk variasi dari 3 langkah penting 14,15
1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan untuk
memicu evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat penting.
Pasien umumnya diarahkan untuk menggunakan kompres hangat basah dan
menerapkannya pada kelopak berulang kali. Air hangat di handuk, kain kassa
direndam, atau dimasak dengan microwave, kain yang telah direndam dapat
digunakan. Pasien harus diinstruksikan untuk menghindari penggunaan panas
yang berlebihan.14
2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang
menempel, seperti ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan lubang
kelenjar. Hal ini dapat dilakukan dengan handuk hangat atau dengan kain kasa.
Air biasa sering digunakan, meskipun beberapa dokter lebih suka bahwa
beberapa tetes shampo bayi dicampur dalam satu tutup botol penuh air hangat
untuk membentuk larutan pembersih. Harus diperhatikan untuk menggosok-
gosok lembut atau scrubbing dari tepi kelopak mata itu sendiri, bukan kulit
kelopak atau permukaan konjungtiva bulbi. Menggosok kuat tidak diperlukan
dan mungkin berbahaya.14
3. Salep antibiotik pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok. Umum
digunakan adalah salep eritromisin atau sulfacetamide. Salep antibiotik
kortikosteroid kombinasi dapat digunakan, meskipun penggunaannya kurang
tepat untuk pengelolaan jangka panjang.14
4. Situasi klinis tertentu mungkin memerlukan pengobatan tambahan. Kasus
refrakter blefaritis sering respons dengan penggunaan antibiotik oral. Satu atau
dua bulan penggunaan tetrasiklin sering membantu dalam mengurangi gejala
pada pasien dengan penyakit yang lebih parah. Tetrasiklin diyakini tidak hanya
untuk mengurangi kolonisasi bakteri tetapi juga untuk mengubah metabolisme

17
dan mengurangi disfungsi kelenjar. Penggunaan metronidazol sedang
dipelajari.14
5. Disfungsi tear film dapat mendorong penggunaan solusi air mata buatan, salep
air mata, dan penutupan pungtum. Kondisi yang terkait, seperti herpes simplex,
varicella-zoster, atau penyakit kulit staphilokokal, bisa memerlukan terapi
antimikroba spesifik berdasarkan kultur. Penyakit seboroik sering ditingkatkan
dengan penggunaan shampoo dengan selenium, meskipun penggunaannya di
sekitar mata tidak dianjurkan. Dermatitis alergi dapat merespon terapi
kortikosteroid topikal.14
6. Konjungtivitis dan keratitis dapat menjadi komplikasi blefaritis dan
memerlukan pengobatan tambahan selain terapi tepi kelopak mata. Campuran
antibiotik-kortikosteroid dapat mengurangi peradangan dan gejala
konjungtivitis. Infiltrat kornea juga dapat diobati dengan antibiotik-
kortikosteroid tetes. Ulkus tepi kelopak yang kecil dapat diobati secara empiris,
tetapi ulkus yang lebih besar, parasentral, atau atipikal harus dikerok dan
spesimen dikirim untuk diagnostik dan untuk kultur dan pengujian
sensitivitas.14
7. Serangan berulang dari peradangan dan jaringan parut dari blefaritis dapat
memngakibatkan penyakit kelopak mata posisional. Trichiasis dan notching
kelopak dapat mengakibatkan gejala keratitis berat. Trichiasis diobati dengan
pencukuran bulu, perusakan folikel melalui arus listrik, laser, atau krioterapi,
atau dengan eksisi bedah. Entropion atau ectropion dapat mengembangkan dan
mempersulit situasi klinis dan mungkin memerlukan rujukan ke ahli bedah
oculoplastics.Perawatan bedah untuk blefaritis diperlukan hanya untuk
komplikasi seperti pembentukan kalazion, trichiasis, ektropion, entropion, atau
penyakit kornea.14
8. Untuk blefaritis anterior, antibiotik natrium asam fusidic topikal, bacitracin
atau kloramfenikol digunakan untuk mengobati folikulitis akut tetapi terbatas
dalam kasus-kasus lama. Setelah kelopak dibersihkan salep harus digosok ke
tepi kelopak anterior dengan cotton bud atau jari yang bersih. Oral azitromisin

18
(500 mg setiap hari selama tiga hari) dapat membantu untuk mengontrol
penyakit blefaritis ulseratif.15
9. Pada blefaritis posterior, tetrasiklin sistemik merupakan andalan pengobatan
tetapi tidak boleh digunakan pada anak di bawah usia 12 tahun atau pada
wanita hamil atau menyusui karena disimpan dalam tulang dan gigi tumbuh,
dan dapat menyebabkan noda pada gigi dan hipoplasia gigi (eritromisin adalah
alternatif). Alasan untuk penggunaan tetrasiklin adalah kemampuan mereka
untuk memblokir produksi lipase stafilokokal jauh di bawah konsentrasi
penghambatan minimum antibakteri. Tetrasiklin terutama diindikasikan pada
pasien dengan phlyctenulosis berulang dan keratitis tepi, meskipun berulang
pengobatan mungkin diperlukan. Contohnya: Oxytetracycline 250 mg b.d.
selama 6-12 minggu, Doksisiklin 100 mg b.d. selama satu minggu dan
kemudian setiap hari selama 6-12 minggu, Minocycline 100 mg sehari selama
6-12 minggu; (pigmentasi kulit dapat berkembang setelah penggunaan jangka
panjang). Erythromicin 250 mg perhari atau b.d digunakan untuk anak-anak.15

2.3.8 Komplikasi
Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang
paling sering terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin
sebaiknya disarankan untuk sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti
kaca mata sampai gejala blefaritis benar-benar sudah hilang.19
1. Mata merah : blefaritis dapat menyebabkan serangan berulang mata merah
(konjungtivitis).
2. Keratokonjungtivissica adalah kondisi dimana mata pasien tidak bisa
memproduksi air mata yang cukup, atau air mata menguap terlalu cepat.
Ini bisa menyebabkan mata kekurangan air dan menjadi meradang.
Syndrome mata kering dapat terjadi karena dipengaruhi gejala blefaritis,
dermatitis seboroik, dan dermatitis rosea, namun dapat juga disebabkan
karena kualitas air mata yang kurang baik
3. Ulserasi kornea: iritasi yang terus menerus dari kelopak mata yang
meradang atau salah arah bulu mata dapat menyebabkan goresan (ulkus) di

19
kornea.

Blefaritis tidak mempengaruhi penglihatan pada umumnya, meskipun


defisiensi tear film kadang dapat mengaburkan penglihatan, menyebabkan
berbagai derajatpenglihatan berfluktuasi sepanjang hari.19

2.3.9 Prognosis
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat
mengontrol tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan
kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman
untuk menghindari kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi
kronis. Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang mendasari seperti
ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi
blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode blefaritis, kondisi ini
jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan yang berhasil,
kekambuhan dapat terjadi.19

20
BAB 3
KESIMPULAN
Blefaritis adalah radang pada tepi kelopak mata. Radang yang sering terjadi
pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau
tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut.
Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar
didekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang
dalam keadaan normal ditemukan di kulit.
Blefaritis menyebabkan mata merah, iritasi, kelopak mata gatal dan
pembentukan ketombe seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata
yang umum yang disebabkan oleh bakteri atau kondisi kulit seperti ketombe di
kulit kepala atau jerawat rosacea. Dapat terjadi pada semua orang dari segala usia.
Meskipun tidak nyaman, blefaritis tidak menular dan umumnya tidak
menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan.
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat
mengontrol tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan
kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman
untuk menghindari kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi
kronis. Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang mendasari seperti
ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi
blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode blefaritis, kondisi ini
jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan yang berhasil,
kekambuhan dapat terjadi.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas Sidarta, Yulianti Sri Rahayu. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2016. pp3.
2. Riordan-Eva P, Whitcher JP, eds. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum.
17th ed. Jakarta: EGC; 2009.
3. Johnson, Stephen, M, MD. Blepharitis. Midwest Eye Institute. Available at :
http://smjohnsonmd.com/Blepharitis.html. Accessed juli 13, 2020
4. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 9 th ed. Blackwell publishing,
Australia: 2013; page 52-4.
5. Allen, JH et all, Patophosiology Blepharitis in Best Practice British Medicine
Journal..
6. Khurana A.K., Khurana Aruj K., Khurana Bhawna. Review of Ophhalmology
Quick Text Review & MCQs. New Delhi: Jaype Brothers Medical Publishers;
2015. pp35.
7. American Academy of Ophthalmology. External Disease and Cornea 2019-
2020 BCSC Basic and Clinical Science Course. San Francisco: American
Academy of Ophthalmology; 2019. pp26-341
8. Nathan AJ, Scobell A. How China sees America. Vol. 91, Foreign Affairs.
2012. 1–107 p.
9. American Academy of Ophthalmology. Fundamental and Principlesof
Ophthalmology 2019-2020 BCSC Basic and Clinical Science Course. San
Francisco: American Academy of Ophthalmology; 2019. pp64.
10. Lowery, R Scott, MD et all, Adult Blepharitis Updated: April 26, 2013.
Available at : http://emedicine.medscape.com/article/1211763-
overview#a0104. Accessed Juli 13, 2020.
11. Allen, JH et all. Patophosiology Blepharitis. In Best Practice British Medicine
Journal. Last updated: Juli 13, 2020.
12. Eroschenko VP. Difiore’s Atlas of Histology with functional Correlations.
12th ed. Philadelpia: Wolters Kluwer; 2013

22
13. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. 10th ed. Jakarta:
EGC; 2004
14. Weinstock, Frank J., MD. Eyelid Inflammation “Blepharitis” Available at :
http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/.htm.
Accessed juli 13, 2020.
15. Lowery, R Scott, MD et all, Adult Blepharitis Updated: April 26, 2013.
Available at : http://emedicine.medscape.com/article/1211763-
overview#a0104. Accessed juli 13, 2020.
16. Suhardjo, Agni AN. Buku ilmu Kesehatan Mata Edisi 3. Yogyakarta: FK
UGM: 2017
17. Allen, JH et all. Patophosiology Blepharitis. In Best Practice British Medicine
Journal. Last updated: Juli 13, 2020
18. Kanski JJ. Blepharitis. In: Clinical Ophthalmology. 7th ed. Butterworth
Heinemann. Philadelphia; 2011: page 34-38.
19. Hadrill, Marilyn., Blepharitis Page updated September 21, 2013. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article. Accessed juli 13, 2020.
20. Papier, Art, MD; David J. Tuttle, MD; and Tara J. Mahar, MD. Differential
Diagnosis of the Swollen Red Eyelid in the American Academy of Family
Physicians.2007; page 1815-24.

23

Anda mungkin juga menyukai