Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2020

UNIVERSITAS KEDOKTERAN

INFEKSI KELOPAK MATA ATAU BLEFARITIS

Disusun Oleh:

Hidawati Wance

2013-83-036

Pembimbing :

dr. Carmila L. Tamtelahitu, Sp. M

DIBAWAHKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan referat ini guna penyelesaian
tugas kepaniteraan klinik pada bagian ilmu kesehatan mata yang berjudul ‘’
blefaritis ‘’

Saya berharap agar referat ini dapat digunakan atau dipakai dan berguna untuk
semua.

Dalam menyelesaikan referat ini, banyak pihak yang turut terlibat untuk
penyelesaiannya. Sehingga saya ingin berterima kasih kepada:

 dr. Carmila L. Tamtelahitu, Sp. M sebagai pembimbing dalam


penyusunan referat ini.
 Kedua orang saya yang tak henti-henti mendoakan saya dalam
menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian ilmu kesehatan
mata dan juga semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian
penulisan referat ini.

Saya sebagai penulis dalam referat ini menyadari bahwa penyusunan referat ini
masih jauh dari kata sempurna oleh sebab itu saya mengharapkan masukan yang
dapat membangun berupa kritik dan saran dengan tujuan untuk perkembangan
referat ini.

Terima kasih

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2. Epidemiologi Blefaritis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Palpebra

2.2. Definisi Blefaritis

2.3. Gejala dan Tanda Blefaritis

2.4. Klasifikasi Blefaritis

2.5.Patofisiologi Blefaritis

2.6. Tatalaksana Blefaritis

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blefaritis merupakan peradanga yang terjadi pada kelopak mata. Radang yang
sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang
bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya dapat melibatkan folikel dan
kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di
dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang banyak
disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal dapat ditemukan di kulit.1

Blefaritis dapat disebabkan oleh karena adanya suatu infeksi dan alergi yang
biasanya berjalan dapat berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat
terjadi akibat debu, asap, bahan kimia, iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi
kelopak dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, dan
pseudomonas.1

Gejala umum pada blefaritis dapat berupa kelopak mata merah, bengkak, sakit,
eksudat lengket dan epiforia. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan
juga keratitis.Pada blefaritis dapat dibersihkan dengan garam fisiologik hangat,
selanjutnya dapat diberikan antibiotik yang sesuai. Penyulit blefaritis yang dapat
timbul adalah konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.1,2

1.2. Epidemiologi Blefaritis

Blefaritis adalah gangguan mata yang umum di Amerika Serikat dan di seluruh
dunia. Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata
yang ada pada rumah sakit (sekitar2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai
penyakit penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia
tua tapi dapat terjadi pada semua kelompok umur. Blefaritis seboroik lebih sering
terjadi pada kelompok usia yang lebih tua dengan usia rata-rata adalah 50 tahun.
Akan tetapi jika dibandingkan dengan bentuk lain, blefaritis staphylococcal
ditemukan pada usia lebih muda(42 tahun) dan sebagian besar adalah wanita
(80%).2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Palpebra 2,3,4

Palpebra atau biasa disebut dengan kelopak mata superior dan inferior merupakan
modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian
anterior. Bekedip membantu menyebarkan lapisan pitis air mata yang melindungi
kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata,
sedangkan alpebra inferior menyatu dengan pipi.

Gambar 2.1.1. Fasia yang mengelilingi otot-otot dan bola mata

Sumber : Vaughan D. Asbury J. Oftalmologi Umum. Anotomi dan Embriologi mata. ED. 17. Jakarta: EGC;
2013.

Kelopak mata terdiri dari lima bidang jaringan yang utama. Dari superfisial ke
dalam terdapat lapisan kulit, otot rangka (orbicularis oculi), jaringan areolar,
jaringan fibrosa (lempeng tarsus), dan lapisan membran mukosa (konjungtiva
palpebralis).

Berikut ini adalah struktur dari palpebra :

1. lapisan kulit: kulit palpebra berbeda dari kulit dikebanyakan bagian lain dari
tubuh karena tipis, longgar, dan juga elastis, dengan sedikit folikel rambut serta
tanpa lemak subkutan.

2. Musculus Orbicularis Oculi : berfungsi untuk menutup palpebra. Serat-serat


ototnya mengelilingi fisura palpebra secara kosentris dan menyebar dalam jarak
pendek mengelilingi tepi orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian
otot yang terdapat didalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal: bagian di
atas septup orbitale yaitu bagian praseptal. Segman diluar palpebra disebut bagian
orbita. Orbicularis oculi dipersarafi oleh N.facialis.

3. Jaringan Areolar : jaringan areolar submuskular yang terdapat di bawah


musculus orbicularis oculi berhubungan dengan lapisan sub aponeurotik kulit
kepala.

4. Tarsus : Struktur penyokong palpebra yang utama yaitu lapisan jaringan fibrosa
padat yang bersama sedikit jaringan elastik-disebut lempeng tarsus. Sudut lateral
dan medial serta juluran tarsus tertambat pada tepi orbita dengan adanya ligamen
palpebrae lateralis dan medialis. Lempeng tarsus superior dan inferior juga
tertambat pada tepi atas dan bawah orbita oleh fasia yang tipis dan padat. Fasia
tipis ini membentuk septum orbitale.

5. Konjungtiva Palpebrae : Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran


mukosa yang disebut dengankonjungtiva palpebrae, yang melekat erat pada
tarsus. Insisi bedah melalui garis kelabu tepian palpebra membelah palpebra
menjadi lamella anterior kulit dan musculus orbicularis oculi serta lamella
posterior lempeng tarsal dan konjungtiva palpebrae.

Tepian palpebra: Panjang tepian bebas palpebra yaitu 25-30 mm dan lebarnya 2
mm. Tepian ini dipisahkan oleh garis kelabu (sambungan mukokutan) menjadi
tepian anterior dan posterior

A. Tepian anterior:

1. Bulu Mata - bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur.
Bulu mata atas lebih panjang dan lebih banyak dari pada bulu mata bawah serta
melengkung ke atas; bulu mata bawah melengkung ke bawah.

2. Glandula Zeis, adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil, yang bermuara ke


dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
3. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara membentuk
satu barisan dekat bulu mata.

B. Tepian posterior : Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan
sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil kelenjar sebasea yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom, atau tarsal).

C. Punctum lacrimale : Pada ujung medial dari tepian posterior palpebra terdapat
penonjolan kecil dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior
dan inferior. Punctum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulusnya ke saccus lacrimalis.

Fissura Palpebrae : ruang berbentuk elips di antara kedua palpebra yang terbuka.
Fissura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis kira-kira 0,5
cm dari tepi lateral orbita dan membentuk sudut tajam' Kantus medialis lebih elips
dari kantus lateralis dan mengelilingi lacus lacrimalis.

Gambar 2.1.2. Potongan sagital palpebra

Sumber : Vaughan D. Asbury J. Oftalmologi Umum. Anotomi dan Embriologi mata. ED. 17. Jakarta: EGC;
2013.
Septum orbitale: Fasia di belakang bagian otot orbikularis yang terletak di
antara tepian orbita dan tarsus serta berfungsi sebagai sawar antara palpebra dan
orbita. Septum orbitale ditembus oleh pembuluh dan saraf lakrimal, pembuluh dan
saraf supratroklear, pembuluh dan saraf supraorbital, saraf infratroklear,
anastomosis antara vena angularis dan vena ophthalmica dan musculus levator
palpebrae superioris. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo levator
palpebrae superioris dan tarsus superior; sepfum orbitale inferius menyatu dengan
tarsus inferior.

Retraktor palpebrae: mempunyai fungsi membuka palpebra. Mereka dibentuk


oleh kompleks muskulofasial, dengan komponen otot rangka dan polos, yang
dikenal sebagai kompleks levator di palpebra superior dan fasia kapsulopalpebra
di palpebra inferior.

Di palpebra superior, bagian otot rangkanya adalah levator palpebrae superioris.


Otot ini dari apeks orbita berjalan ke depan untuk bercabang menjadi sebuah
aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos
musculus Miiller (tarsalis superior). Aponeurosis tersebut mengangkat lamella
anterior palpebra, berinsersio pada permukaan posterior orbicularis oculi lalu ke
dalam kulit di atasnya membentuk lipatan kulit palpebra superior. Musculus
Muller berinsersio ke dalam batas atas lempeng tarsus dan fornix superior
konjungtiva, dengan demikian mengangkat lamella posterior.

Di palpebra inferior, retraktor utamanya yaitu musculus rectus inferior, tempat


jaringan fibrosa memanjang untuk m'embungkus musculus obliquus inferior dan
berinsersio pada batas bawah lempeng tarsus inferior dan orbicularis oculi. Serat-
serat otot polos musculus tarsalis inJerior berhubungan dengan aponeurosis
tersebut

Komponen otot polos retraktor palpebrae dipersarafi oleh saraf simpatis,


sedangkan levator dan musculus rectus in{erior oleh saraf kranial ketiga
(oculomotorius)' Ptosis merupakan gambaran sindrom Horner dan kelumpuhan
nervus ketiga.
Musculus Levator Palpebrae Superioris 2,3,4

Musculus levator palpebrae muncul sebagai tendo pendek dari permukaan bawah
ala minar ossis sphenoidalis' di atas dan di depan foramen opticum. Tendo
tersebut menyatu dengan origo musculus rectus superior di bawahnya Venter otot
levator menjulur ke depan, membentuk aponeurosis, dan menyebar seperti kipas.
Otot tersebut, bersama komponen otot polosnya (musculus Muller), dan
aponeurosisnya membentuk bagian penting retraktor palpebrae. Segmen palpebra
musculus orbicularis oculi bekerja sebagai antagonisnya.

Kedua ujung dari aponeurosis levator disebut kornu medial dan lateral. Kornu
medial tipis dan menempel di bawah dari sutura frontolacrimalis dan ke dalam
ligamentum palpebrale mediale. Sedangkan kornu lateral berjalan di antara bagian
orbita dan bagian palpebra glandula lakrimalis lalu berinsersio ke dalam
tuberculum orbitale dan ligamentum palpebrale laterale.

Selubung levator palpebrae superioris melekat di bawah dari musculus rectus


superior. Permukaan superior pada persambungan venter otot dan aponeurosis,
membentuk pita menebal yang melekat pada troklea di medial dan pada dinding
orbita lateral di lateral pita membentuk ligamantum check otot dan dikenal
sebagai ligamen Whitnall.

Levator dipersarafi oleh cabang superior nervus oculomotorius (III). Pendarahan


levator palpebrae superior berasal dari cabang muscular lateral arteria
ophthalmica.

Persarafaran Sensoris : PersaraJan sensoris palpebra berasal dari divisi pertama


dan kedua nervus trigeminus (V). Nervus lacrimalis, supraorbitalis,
supratrochlearis, infrarochlearis, dan nasalis eksterna merupakan cabang-cabang
divisi oftalmika nervus kranial kelima. Nervus infraorbitalis, zygomatico facialis,
dan zygomatico temporalis merupakan cabang-cabang divisi maksilarts (kedua)
nervus trigeminus.
Pembuluh darah dan Limfe : Pasokan darah pada palpebra berasal dari arteria
lacrimalis dan ophthalmica melalui cabang-cabang palpebra lateral dan
medialnya. Anastomosis di antara arteria palpebralis lateralis dan medialis
membentuk cabang-cabang tarsal yang terletak di dalam jaringan areolar
submuskular.

Drainase vena dari palpebra mengalir ke dalam vena ophthalmica dan vena-venei
yang membawa darah dari dahi dan temporal. Vena-vena itu tersusun dalam
pleksus pra- dan pascatarsal.

Pembuluh limfe segmen lateral palpebra berjalan ke dalam kelenjar getah bening
preaurikular dan parotis sedangkan Pembuluh limfe dari sisi medial palpebra
mengalirkan isinya ke dalam kelenjar getah bening submandibular.

Gambar 2.1.3. pembuluh darah dan saraf struktur ekstraokular

Sumber: Vaughan D. Asbury J. Oftalmologi Umum. Anotomi dan Embriologi mata. ED. 17. Jakarta: EGC;
2013.
2.2. Definisi Blefaritis5

Blefaritis adalah radang yang terjadi pada kelopak yang merupakan radang
kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya
melibatkan folikel dan kelenjar rambut.

Blefaritis disebabkan oleh infeksi dan alergi yang berjalan kronis atau menahun.
Blefaritis alergi dapat terjadi karena debu, asap, bahan kimia, dan bahan kosmetik.
Infeksi kelopak disebebkan kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus,
dan speudomonas.

Demodex folliculorum selainjadi penyebab dapat juga menjadi vektor untuk


terjadinya infeksi staphylococcus.

2.3. Gejala dan tanda Blefaritis ,5,8

Gejala : umum pada blefaritis yaitu kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat
lengket, dan epiforia. Gatal, rasa terbakar,sensasi benda asing di mata, krusta
kdang buat mata melengkat dipagi hari,madarosis, sindrom mata kering.

Tanda : tepi kelopak mata tebal,merah, berkrusta,pembuluh darah yang


nenonjol,adanya adanya sosasea.

Gambar. 2.3.1. Blefaritis

Sumber : Anonymous. Blepharitis-NHS.UK [internet]. [cites on Agustus 2020] Available from:


https://assets.nhs.uk/prod/images/M1550263.width-610.jpg
2.4. Klasifikasi Blefaritis 5,7

Berdasarkan letak, blefaritis di bagi menjadi blefaritis anterior dan blefaritis


pasterior.

1. Blefaritis anterior yaitu blefaritis yang umumnya dapat terjadi ditepi palpebra
tempat bulu mata tertanam. Gejala utamanta yaitu iritasi, rasa terbakai, dan gatal
pada tepi palpebra. Mata yang terkena blefaritis mempunyai tepiyang merah,
banyak sisik atau granulasi yang menggantung di bulu mata pada palpebra superior
ataupun inferior. Blefaritis anterior di bagi manjadi dua yaitu blefaritis stafilokok dan blefaritis
seborreik.
Pada tipe stafilokok, mempunyai sisi yang kering, palpebra merah, terdapat ulkus-
ulkus kecil disepanjang tepi palpebra, dan bulu mata cenderung rontok. Dapat
juga disertai komplikasi hordeolum, kalazion, keratitit epitel 1/3 bawah kornea,
dan infiltrat kornea marginal.

Pada tipe seborreik, mempunyai sisi berminyak, tidak terjadi ulserasi, tepi
palpebra tidak bagitu merah. Pada tipe campuran yang lebih umum, kedua jenis
sisik ada, tepian pada palpebra merah, dan mungkin berulkus. Blefaritis anterior
juga dapat disebabkan oleh alergi.

Gambar 2.4.1. Blefaritis anterior

Sumber: Amanda K.A. Hubungan Pneggunaan Eyelash Extension Dengan Kejadian


Blefaritis Pada Mahasiswi Universitas Lampung. FK Universitas Lampung. Bandar
Lampung. 2020.
2. Blefaritis posterior yaitu peradangan palpebra akibat disfungsi kelenjar
meibom. Blefaritis ini bermanisfestasi dalam berbagai gejala mengenai palpebra,
air mata, konjungtiva, dan juga kornea. Perubahan kelenjar meibom mencapai
peradangan muara meibom (meibomialitis), sumbatan muara kelenjar oleh sekret
yang kental, pelebaran kelenjar meibom pada lempeng tarsus, dan keluarnya
sekret yang abnormal lunak mirip dengan keju bila di tekan, dapat timbul
hordeolum dan juga kalazion.

Tepi palpebra tampak hiperemis. Palpebra juga membbulat dan menggulung ke


dalam akibat dari parut pada konjungtiva tarsal, membentuk hubungan abnormal
antara film air mata pra kornea dan juga muara-muara kelenjar meibom. Air mata
mungkin berbusa atau sangat berlemak. Hipersensitif terhadap stafilokok dapat
menyebabkan keratitis epithelial. Kornea dapat membentuk vaskularisasi perifer
dan menjadi tipis, terutama pada bagian inferior. Manisfestasi klinis pasien
dengan blefaritis anterior ataupun posterior, umumnya menyeluhkan nyeri seperti
rasa terbakar, seperti ada benda asing, tergesek, perasaan mata berpasir, gatal,
serta tanda kemerahan pada tepi kelopak mata.

Gambar 2.4.2. Blefaritis posterior

Sumber: Amanda K.A. Hubungan Pneggunaan Eyelash Extension Dengan Kejadian Blefaritis Pada
Mahasiswi Universitas Lampung. FK Universitas Lampung. Bandar Lampung. 2020.
Adapun bentuk blefaritis yaitu :

1. Blefaritis Bakterial :

Infeksi bakteri pada kelopak dapat ringan sampai dengan berat. Diguga sebagian
besar infeksi kulit superfisial karena streptococcus. Bentuk infeksi kelopak
dikenal sebagai folikilitis, impetigo, dermatitis eksematoid.

Pengobatan infeksi ringan yaitu dengan pemberian antibiotik lokal dan kompres
basah dengan asam borat. Pada blefaritis sering diberikan pemakaian kompres
hangat. Infeksi berat diberikan antibiotik sistemik.

2. Blefaritis superfisial :

Infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka pengobatannya


yang terbaik yaitu dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan sulfisoksazol.
Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah.jika terjadi
blefaritis manahun, diperluhkan penekanan manual kelenjar maibom untuk
mengeluarkan nanah dari kelenjar meibom (maibom-meanitis), yang biasa
menyertainya.

3. Blefaritis Seboroik :

Blefaritis suboroik sering terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun), dengan
kuluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan.

Gejalahnya yaitu sekret yang keluar dari kelenjar meibom, air mata berbusa pada
kastus lateral, hiperemia dan hipertrofi papi pada kongjuktiva. Pada kelopak akan
terbentuk kalazion, hodeolum, madarosis, poliosis, dan jaringan keropeng.

Belfaritis seborik adalah peradangan menahun yang sulit penangannya.


Pengobatannya adalah dengan memperhatikan kebersihan dan membersikan
kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan menggunakan kapas lidi hangat.
Pembersihan dapat juga menggunakan nitrat argenti 1%. Salep sulfonamid
berguna pada aksi keraktolitiknya.
Dengan kompres hangat selama 5-10 menit. Kelenjar meibom ditekan dan
dibersikan dengan shampo bayi.

Blefaritis seborik antibiotik diberikan lokal dan sistematik seperti tetrasiklin oral 4
4 kali 250 mg.

Kesulitan yang terjadi berupa flikten, keratitis marginal, ulkus kornea,


vakularisasi, hordeulum dan madarosis.

4. Blefaritis skuamosa :

Blefaritis skuamosa merupakan blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta


pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka
kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kelenjar kulit
di daerah akar bulu mata dan sering ditemukan pada orang dengan kulit
berminyak. Blefaritis ini berjalan bersama dengan dermatitis sebore.

Blefaritis skuamosa disebabkan oleh kelainan metabolik ataupun oleh jamur.

Pasien dengan blefaritis skuamosa akan merasakan panas dan gatal. Blefaritis
skuamosa terdapat sisik berwarna halu-halus yang penbalan margo palpebra dan
juga madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya tanpa mengakibatkan
pendarahan.

Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersikan tepi kelopak dengan


shampo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki
metabolisme pasien. penyulit yang akan terjadi pada blefaritis skuamosa adalah
kreatitis dan kongjutivitis.

5. Blefaritis ulseratif :

Adalah perangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi
staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kuning-
kuningan yang bila dingkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah
disekitar bulu mata. Pada blefaritis unseratif skuama yang terbentuk bersifat
kering dan keras, yang ketika diangkat akan terjadi luka dengan disertai
pendarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius. Ulserasi berjalan lanjut dan lebih
dalam dan merusak folikerl rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).

Pengobabatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada bleferitis
ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanya
dikarenakan oleh stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif
luas pengobatan antibiotik sistematik dan diberi roboransia.

Penghambatnya adalah madarosis akibat userasi berjalan lanjut yang merusak


folikel rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratis pungtata, herdeolum, dan
kalazion.

Apabila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang
juga dapat berakibat trikiasis.

6. Blefaritis angularis :

Adalah infeksi staphylococcus pada tepi kelopak di sudut kelopak atau kantus.
Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kentus eksternus dan
internus) sehingga mengakibatkan gangguan pada fungsi pungtum lakrimal.
Blefaritis angularis disebabkan staphylococcus aureus atau morax axenfeld.

Kelainan ini biasanya bersifat rekuren. Blefaritis angularis diobati dengan sulfa,
tetraksilin dan sengsulfat. Penghambat pada pungtum lakrimal bagian medial
sudut balik mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.
2.5. Patofisiologi Blefaritis

Blefaritis dan penyakit mata kering telah dianggap sebagai dua penyakit yang berbeda,
akan tetapi, mata kering baik karena meningkatnya penguapan atau menurunnya produksi
air mata marupakan gajala dari blefaritis kronis. Mata kering adalah bentuk dan
manifestasi akhir dari penyakit blefaritis. Istila baru dalam menggambarkan penyakit
kronis blefaritis yaitu Dry Eye Blepharitis Syndrome (DEBS)

Bakteri yang berkolonisasi ditepi kelopak mata dalam struktur yang dikenal sebagai
biofilm. Kolonisasi bakteri memicu aktivasi quorumsensing gene. Produk gen yang baru
di aktifkan terdiri dari faktor virulensi inflamasi seperti eksositosin, toksin sitolitik dan
super antigen yang mencul selama sisa hidup pasien. terdapat enam tahapan penyakit
pada kelopak mata yaitu pertahanan hidup bakter, pembentukan biofilm, kolonisasi
bakteri yang berlebihan, aktivasi quorumsensing gene, produksi faktor virulensi dan
peradangan pada kelopak mata.

Gambar 2.5.1. Mekanisme blefaritis

Sumber: Amanda K.A. Hubungan Pneggunaan Eyelash Extension Dengan Kejadian Blefaritis Pada
Mahasiswi Universitas Lampung. FK Universitas Lampung. Bandar Lampung. 2020.
Tahap pertama DEBS melibatkan folikel bulu mata. Biofilm dapat dengan mudah
mengakses ruang potensial antara bulu mata dan folikel secara memanjang kebawah
disepanjang bulu mata dan jaringan disekitar. Saat prosuksi faktor virulensi dimulai, akan
terjadi peradangan pada bulu mata, dibuktikan dengan tanda klinis volcano sign yang
terjadi saat jaringan folikel edematosa membengkak disekitar pangkal bulu mata. Hal ini
terjadi karena kompresi kapiler akibat edema dan juga peningkatan keberadaan transudat
dalam jaringan. Sehingga dapat menyebabkan pucat jika dibandingkan dengan daringan
yang meradang disekitarnya.

Gambar 2.5.2. Volcano sign

Sumber: Amanda K.A. Hubungan Pneggunaan Eyelash Extension Dengan Kejadian Blefaritis Pada
Mahasiswi Universitas Lampung. FK Universitas Lampung. Bandar Lampung. 2020.

Pada saat bulu mata tumbuh, potongan-potongan kecil biofilm yang melekat pada bulu
mata akang tertarik dari margin kelopak mata dan menghasilkan yang dikenal dengan
collarattes atau puing-puing crurf. Bulu mata akan tumbuh pada waktu dan tahap yang
berbeda sehingga terdapat perbedaan temuan biofilm yang tampak. Pada gambar 2.5.3,
terlihat pada bagian atas gambar sebuah collarattes yang baru terpisah dari margin
penutup biofilm. Semakin tua bulu mata,maka collarattes muncul lebih jauh dari margin
kelopak mata.
Gambar 2.5.2. Biofilm pada bulu mata

Sumber: Amanda K.A. Hubungan Pneggunaan Eyelash Extension Dengan Kejadian Blefaritis Pada
Mahasiswi Universitas Lampung. FK Universitas Lampung. Bandar Lampung. 2020.

Tahapan kedua DEBS melibatkan folikel bulu mata dan juga kelenjar meibom.
Kerusakan meibom banyak setelah kerusakan folikel karena letak anatomi
kelenjar meibom lebih sulit dijangkau dibandingkan dengan folikel pada bulu
mata. Kelenjar meibom memiliki duktus yang sempit. Karakteristik ini bersama
dengan aliran konstan meibom yang keluar dari kelenjar, secara efektif
menghambat pertumbuhan biofilm kedalam kelenjar. Waktu timbul inflamasi
ditentukan oleh karakteristik biofilm dan faktor virulensi dari bakteri. Meibomian
Gland Disfunction (MGD) pada gambar 2.5.3, dapat dianggap sebagai pelapisan
biofilm dalam kelenjar meibom. Pada saat kerusakan yang terjadi karena inflamasi
telah dimulai, duktus yang tersumbat dan lipd yang berkurang dapat
mempengaruhi sekresi meibom. Kekurangan lipid atau lipid yang tidak normal
ditandai dengan peningkatan titik leleh, sekresi yang menebal, bercampur biofilm,
tampak gambaran seperti pasta gigi.

Gambar 2.5.3. Gangguan pada muara kelenjar meibom

Sumber: Amanda K.A. Hubungan Pneggunaan Eyelash Extension Dengan Kejadian Blefaritis Pada
Mahasiswi Universitas Lampung. FK Universitas Lampung. Bandar Lampung. 2020.
Kelenjar meibom yang dipenuhi dengan biofilm menyebabkan sekresi kelenjar
meiobom tidak memiliki tempat lain kecuali keluar dari duktus,sehingga muncul
gambaran seperti kubah kecil yang terperangkap dibawah penutup biofilm.
Prosedur kompres hangat dan ekspres otomatis, sepeti lipiflow yaitu cara terbaik
untuk menghilangkan sensasi yang abnormal didalam kelenjar inflamasi antara
kelenjar meibom dapat diatasi.
Tahap tiga DEBS melibatkan folikel, kelanjar meibom, dan juga kelenjar
lakrimal aksesorius dari wolfring dan krause. Kelenjar air mata terlindung dengan
baik oleh kelopak mata. Lumen yang sempit dan aktivitas pembilasan dari prosuk
air mata berfungsi melindungi kelenjar ini.
Tahap empat DEBS yaitu ketika integritas struktural kelopak mata mulai rusak.
Peradangan pada akhir mempangaruhi semua margin pada kelopak mata, ujung
jaringan, otot, dan juga saraf menjadi rusak dan tidak berfungsi.
2.6. Tatalaksana Blefaritis 8

-Terapi awal biasanya yaitu menggosok tepi kelopak mata secara teratur. Dua kali
sehari dengan atau tanpasampo ringan menggunakan aplikator berujung kapas
atau lap mandi.

-Sikat salep antibiotik yang membantu kurangi bakteri dikelopak mata (salep
erythromycin atau bacitracin pada kelopak mata sebelum tidur)

-Kompres hangan selama 10-15 menit

-Jika terkait dengan mata kering, dapat gunakan air mata buatan bebas pengawet
4-8 kali sehari.

-Tetes mata cyclosporine 0.05% (misal: restasis) khususnya untuk meibomitis.

-Doxyclycline dosis rendah 20 mg.

-Untuk penyakit yang lebih berat, tracycline 250 mg atau doxycycline 100 mg
sekali sehari selama 1-2 minggu. Tetracycline dan doxycycline bersifat
kontraindikasi pada ibu hamil, wanita menyusui, anak dibawah 12 tahun, atau
gangguan ginjal dan hati.

-Bersihkan kelopak mata secara teratur dan hati-hatiakan membantu meringankan


gejala blefaritis.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Blefaritis adalah radang yang terjadi pada kelopak yang merupakan radang
kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya
melibatkan folikel dan kelenjar rambut.

Blefaritis disebabkan oleh infeksi dan alergi yang berjalan kronis atau menahun.
Blefaritis alergi dapat terjadi karena debu, asap, bahan kimia, dan bahan kosmetik.
Infeksi kelopak disebebkan kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus,
dan speudomonas.

Gejala umum pada blefaritis dapat berupa kelopak mata merah, bengkak, sakit,
eksudat lengket dan epiforia. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan
juga keratitis.Pada blefaritis dapat dibersihkan dengan garam fisiologik hangat,
selanjutnya dapat diberikan antibiotik yang sesuai. Penyulit blefaritis yang dapat
timbul adalah konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tamilamira. Blefaritis. June, 2014. [Internet]. [Cites On Auguts 2020]


Available From: Https://Www.Scribd.Com/Doc/231202699/BLEFARITIS
2. Hilda Kusuma Wardani. Blefaritis. Fakultas Kedokteran Universitas Muslim
Indonesia. Desember. 2015
3. Latupeirissa Kezia E. N. Blepharitis. Fakultas Kedokteran Universitas
Pattimura. Ambon. 2020.
4. Vaughan D. Asbury J. Oftalmologi Umum. Anotomi dan Embriologi mata.
Edisi 17. Jakarta: EGC; 2013.
5. Ilias H.S, Yulianti S.R. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta : Badan Penerbit
Fkui; 2015.
6. Anonymous. Blepharitis-NHS.UK [internet]. [cites on Agustus 2020]
Available from: https://assets.nhs.uk/prod/images/M1550263.width-610.jpg
7. Amanda K.A. Hubungan Pneggunaan Eyelash Extension Dengan Kejadian
Blefaritis Pada Mahasiswi Universitas Lampung. FK Universitas Lampung.
Bandar Lampung. 2020.
8. Thomas Jhon, MD. Mata dan kedawatdaruratan mata chicago manuali. Jakarta;
EGC, 2011.

Anda mungkin juga menyukai