UNIVERSITAS KEDOKTERAN
Disusun Oleh:
Hidawati Wance
2013-83-036
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan referat ini guna penyelesaian
tugas kepaniteraan klinik pada bagian ilmu kesehatan mata yang berjudul ‘’
blefaritis ‘’
Saya berharap agar referat ini dapat digunakan atau dipakai dan berguna untuk
semua.
Dalam menyelesaikan referat ini, banyak pihak yang turut terlibat untuk
penyelesaiannya. Sehingga saya ingin berterima kasih kepada:
Saya sebagai penulis dalam referat ini menyadari bahwa penyusunan referat ini
masih jauh dari kata sempurna oleh sebab itu saya mengharapkan masukan yang
dapat membangun berupa kritik dan saran dengan tujuan untuk perkembangan
referat ini.
Terima kasih
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.5.Patofisiologi Blefaritis
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Blefaritis merupakan peradanga yang terjadi pada kelopak mata. Radang yang
sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang
bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya dapat melibatkan folikel dan
kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di
dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang banyak
disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal dapat ditemukan di kulit.1
Blefaritis dapat disebabkan oleh karena adanya suatu infeksi dan alergi yang
biasanya berjalan dapat berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat
terjadi akibat debu, asap, bahan kimia, iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi
kelopak dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, dan
pseudomonas.1
Gejala umum pada blefaritis dapat berupa kelopak mata merah, bengkak, sakit,
eksudat lengket dan epiforia. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan
juga keratitis.Pada blefaritis dapat dibersihkan dengan garam fisiologik hangat,
selanjutnya dapat diberikan antibiotik yang sesuai. Penyulit blefaritis yang dapat
timbul adalah konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.1,2
Blefaritis adalah gangguan mata yang umum di Amerika Serikat dan di seluruh
dunia. Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata
yang ada pada rumah sakit (sekitar2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai
penyakit penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia
tua tapi dapat terjadi pada semua kelompok umur. Blefaritis seboroik lebih sering
terjadi pada kelompok usia yang lebih tua dengan usia rata-rata adalah 50 tahun.
Akan tetapi jika dibandingkan dengan bentuk lain, blefaritis staphylococcal
ditemukan pada usia lebih muda(42 tahun) dan sebagian besar adalah wanita
(80%).2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Palpebra atau biasa disebut dengan kelopak mata superior dan inferior merupakan
modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian
anterior. Bekedip membantu menyebarkan lapisan pitis air mata yang melindungi
kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata,
sedangkan alpebra inferior menyatu dengan pipi.
Sumber : Vaughan D. Asbury J. Oftalmologi Umum. Anotomi dan Embriologi mata. ED. 17. Jakarta: EGC;
2013.
Kelopak mata terdiri dari lima bidang jaringan yang utama. Dari superfisial ke
dalam terdapat lapisan kulit, otot rangka (orbicularis oculi), jaringan areolar,
jaringan fibrosa (lempeng tarsus), dan lapisan membran mukosa (konjungtiva
palpebralis).
1. lapisan kulit: kulit palpebra berbeda dari kulit dikebanyakan bagian lain dari
tubuh karena tipis, longgar, dan juga elastis, dengan sedikit folikel rambut serta
tanpa lemak subkutan.
4. Tarsus : Struktur penyokong palpebra yang utama yaitu lapisan jaringan fibrosa
padat yang bersama sedikit jaringan elastik-disebut lempeng tarsus. Sudut lateral
dan medial serta juluran tarsus tertambat pada tepi orbita dengan adanya ligamen
palpebrae lateralis dan medialis. Lempeng tarsus superior dan inferior juga
tertambat pada tepi atas dan bawah orbita oleh fasia yang tipis dan padat. Fasia
tipis ini membentuk septum orbitale.
Tepian palpebra: Panjang tepian bebas palpebra yaitu 25-30 mm dan lebarnya 2
mm. Tepian ini dipisahkan oleh garis kelabu (sambungan mukokutan) menjadi
tepian anterior dan posterior
A. Tepian anterior:
1. Bulu Mata - bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur.
Bulu mata atas lebih panjang dan lebih banyak dari pada bulu mata bawah serta
melengkung ke atas; bulu mata bawah melengkung ke bawah.
B. Tepian posterior : Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan
sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil kelenjar sebasea yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom, atau tarsal).
C. Punctum lacrimale : Pada ujung medial dari tepian posterior palpebra terdapat
penonjolan kecil dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior
dan inferior. Punctum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulusnya ke saccus lacrimalis.
Fissura Palpebrae : ruang berbentuk elips di antara kedua palpebra yang terbuka.
Fissura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis kira-kira 0,5
cm dari tepi lateral orbita dan membentuk sudut tajam' Kantus medialis lebih elips
dari kantus lateralis dan mengelilingi lacus lacrimalis.
Sumber : Vaughan D. Asbury J. Oftalmologi Umum. Anotomi dan Embriologi mata. ED. 17. Jakarta: EGC;
2013.
Septum orbitale: Fasia di belakang bagian otot orbikularis yang terletak di
antara tepian orbita dan tarsus serta berfungsi sebagai sawar antara palpebra dan
orbita. Septum orbitale ditembus oleh pembuluh dan saraf lakrimal, pembuluh dan
saraf supratroklear, pembuluh dan saraf supraorbital, saraf infratroklear,
anastomosis antara vena angularis dan vena ophthalmica dan musculus levator
palpebrae superioris. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo levator
palpebrae superioris dan tarsus superior; sepfum orbitale inferius menyatu dengan
tarsus inferior.
Musculus levator palpebrae muncul sebagai tendo pendek dari permukaan bawah
ala minar ossis sphenoidalis' di atas dan di depan foramen opticum. Tendo
tersebut menyatu dengan origo musculus rectus superior di bawahnya Venter otot
levator menjulur ke depan, membentuk aponeurosis, dan menyebar seperti kipas.
Otot tersebut, bersama komponen otot polosnya (musculus Muller), dan
aponeurosisnya membentuk bagian penting retraktor palpebrae. Segmen palpebra
musculus orbicularis oculi bekerja sebagai antagonisnya.
Kedua ujung dari aponeurosis levator disebut kornu medial dan lateral. Kornu
medial tipis dan menempel di bawah dari sutura frontolacrimalis dan ke dalam
ligamentum palpebrale mediale. Sedangkan kornu lateral berjalan di antara bagian
orbita dan bagian palpebra glandula lakrimalis lalu berinsersio ke dalam
tuberculum orbitale dan ligamentum palpebrale laterale.
Drainase vena dari palpebra mengalir ke dalam vena ophthalmica dan vena-venei
yang membawa darah dari dahi dan temporal. Vena-vena itu tersusun dalam
pleksus pra- dan pascatarsal.
Pembuluh limfe segmen lateral palpebra berjalan ke dalam kelenjar getah bening
preaurikular dan parotis sedangkan Pembuluh limfe dari sisi medial palpebra
mengalirkan isinya ke dalam kelenjar getah bening submandibular.
Sumber: Vaughan D. Asbury J. Oftalmologi Umum. Anotomi dan Embriologi mata. ED. 17. Jakarta: EGC;
2013.
2.2. Definisi Blefaritis5
Blefaritis adalah radang yang terjadi pada kelopak yang merupakan radang
kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya
melibatkan folikel dan kelenjar rambut.
Blefaritis disebabkan oleh infeksi dan alergi yang berjalan kronis atau menahun.
Blefaritis alergi dapat terjadi karena debu, asap, bahan kimia, dan bahan kosmetik.
Infeksi kelopak disebebkan kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus,
dan speudomonas.
Gejala : umum pada blefaritis yaitu kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat
lengket, dan epiforia. Gatal, rasa terbakar,sensasi benda asing di mata, krusta
kdang buat mata melengkat dipagi hari,madarosis, sindrom mata kering.
1. Blefaritis anterior yaitu blefaritis yang umumnya dapat terjadi ditepi palpebra
tempat bulu mata tertanam. Gejala utamanta yaitu iritasi, rasa terbakai, dan gatal
pada tepi palpebra. Mata yang terkena blefaritis mempunyai tepiyang merah,
banyak sisik atau granulasi yang menggantung di bulu mata pada palpebra superior
ataupun inferior. Blefaritis anterior di bagi manjadi dua yaitu blefaritis stafilokok dan blefaritis
seborreik.
Pada tipe stafilokok, mempunyai sisi yang kering, palpebra merah, terdapat ulkus-
ulkus kecil disepanjang tepi palpebra, dan bulu mata cenderung rontok. Dapat
juga disertai komplikasi hordeolum, kalazion, keratitit epitel 1/3 bawah kornea,
dan infiltrat kornea marginal.
Pada tipe seborreik, mempunyai sisi berminyak, tidak terjadi ulserasi, tepi
palpebra tidak bagitu merah. Pada tipe campuran yang lebih umum, kedua jenis
sisik ada, tepian pada palpebra merah, dan mungkin berulkus. Blefaritis anterior
juga dapat disebabkan oleh alergi.
Sumber: Amanda K.A. Hubungan Pneggunaan Eyelash Extension Dengan Kejadian Blefaritis Pada
Mahasiswi Universitas Lampung. FK Universitas Lampung. Bandar Lampung. 2020.
Adapun bentuk blefaritis yaitu :
1. Blefaritis Bakterial :
Infeksi bakteri pada kelopak dapat ringan sampai dengan berat. Diguga sebagian
besar infeksi kulit superfisial karena streptococcus. Bentuk infeksi kelopak
dikenal sebagai folikilitis, impetigo, dermatitis eksematoid.
Pengobatan infeksi ringan yaitu dengan pemberian antibiotik lokal dan kompres
basah dengan asam borat. Pada blefaritis sering diberikan pemakaian kompres
hangat. Infeksi berat diberikan antibiotik sistemik.
2. Blefaritis superfisial :
3. Blefaritis Seboroik :
Blefaritis suboroik sering terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun), dengan
kuluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan.
Gejalahnya yaitu sekret yang keluar dari kelenjar meibom, air mata berbusa pada
kastus lateral, hiperemia dan hipertrofi papi pada kongjuktiva. Pada kelopak akan
terbentuk kalazion, hodeolum, madarosis, poliosis, dan jaringan keropeng.
Blefaritis seborik antibiotik diberikan lokal dan sistematik seperti tetrasiklin oral 4
4 kali 250 mg.
4. Blefaritis skuamosa :
Pasien dengan blefaritis skuamosa akan merasakan panas dan gatal. Blefaritis
skuamosa terdapat sisik berwarna halu-halus yang penbalan margo palpebra dan
juga madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya tanpa mengakibatkan
pendarahan.
5. Blefaritis ulseratif :
Adalah perangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi
staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kuning-
kuningan yang bila dingkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah
disekitar bulu mata. Pada blefaritis unseratif skuama yang terbentuk bersifat
kering dan keras, yang ketika diangkat akan terjadi luka dengan disertai
pendarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius. Ulserasi berjalan lanjut dan lebih
dalam dan merusak folikerl rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).
Pengobabatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada bleferitis
ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanya
dikarenakan oleh stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif
luas pengobatan antibiotik sistematik dan diberi roboransia.
Apabila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang
juga dapat berakibat trikiasis.
6. Blefaritis angularis :
Adalah infeksi staphylococcus pada tepi kelopak di sudut kelopak atau kantus.
Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kentus eksternus dan
internus) sehingga mengakibatkan gangguan pada fungsi pungtum lakrimal.
Blefaritis angularis disebabkan staphylococcus aureus atau morax axenfeld.
Kelainan ini biasanya bersifat rekuren. Blefaritis angularis diobati dengan sulfa,
tetraksilin dan sengsulfat. Penghambat pada pungtum lakrimal bagian medial
sudut balik mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.
2.5. Patofisiologi Blefaritis
Blefaritis dan penyakit mata kering telah dianggap sebagai dua penyakit yang berbeda,
akan tetapi, mata kering baik karena meningkatnya penguapan atau menurunnya produksi
air mata marupakan gajala dari blefaritis kronis. Mata kering adalah bentuk dan
manifestasi akhir dari penyakit blefaritis. Istila baru dalam menggambarkan penyakit
kronis blefaritis yaitu Dry Eye Blepharitis Syndrome (DEBS)
Bakteri yang berkolonisasi ditepi kelopak mata dalam struktur yang dikenal sebagai
biofilm. Kolonisasi bakteri memicu aktivasi quorumsensing gene. Produk gen yang baru
di aktifkan terdiri dari faktor virulensi inflamasi seperti eksositosin, toksin sitolitik dan
super antigen yang mencul selama sisa hidup pasien. terdapat enam tahapan penyakit
pada kelopak mata yaitu pertahanan hidup bakter, pembentukan biofilm, kolonisasi
bakteri yang berlebihan, aktivasi quorumsensing gene, produksi faktor virulensi dan
peradangan pada kelopak mata.
Sumber: Amanda K.A. Hubungan Pneggunaan Eyelash Extension Dengan Kejadian Blefaritis Pada
Mahasiswi Universitas Lampung. FK Universitas Lampung. Bandar Lampung. 2020.
Tahap pertama DEBS melibatkan folikel bulu mata. Biofilm dapat dengan mudah
mengakses ruang potensial antara bulu mata dan folikel secara memanjang kebawah
disepanjang bulu mata dan jaringan disekitar. Saat prosuksi faktor virulensi dimulai, akan
terjadi peradangan pada bulu mata, dibuktikan dengan tanda klinis volcano sign yang
terjadi saat jaringan folikel edematosa membengkak disekitar pangkal bulu mata. Hal ini
terjadi karena kompresi kapiler akibat edema dan juga peningkatan keberadaan transudat
dalam jaringan. Sehingga dapat menyebabkan pucat jika dibandingkan dengan daringan
yang meradang disekitarnya.
Sumber: Amanda K.A. Hubungan Pneggunaan Eyelash Extension Dengan Kejadian Blefaritis Pada
Mahasiswi Universitas Lampung. FK Universitas Lampung. Bandar Lampung. 2020.
Pada saat bulu mata tumbuh, potongan-potongan kecil biofilm yang melekat pada bulu
mata akang tertarik dari margin kelopak mata dan menghasilkan yang dikenal dengan
collarattes atau puing-puing crurf. Bulu mata akan tumbuh pada waktu dan tahap yang
berbeda sehingga terdapat perbedaan temuan biofilm yang tampak. Pada gambar 2.5.3,
terlihat pada bagian atas gambar sebuah collarattes yang baru terpisah dari margin
penutup biofilm. Semakin tua bulu mata,maka collarattes muncul lebih jauh dari margin
kelopak mata.
Gambar 2.5.2. Biofilm pada bulu mata
Sumber: Amanda K.A. Hubungan Pneggunaan Eyelash Extension Dengan Kejadian Blefaritis Pada
Mahasiswi Universitas Lampung. FK Universitas Lampung. Bandar Lampung. 2020.
Tahapan kedua DEBS melibatkan folikel bulu mata dan juga kelenjar meibom.
Kerusakan meibom banyak setelah kerusakan folikel karena letak anatomi
kelenjar meibom lebih sulit dijangkau dibandingkan dengan folikel pada bulu
mata. Kelenjar meibom memiliki duktus yang sempit. Karakteristik ini bersama
dengan aliran konstan meibom yang keluar dari kelenjar, secara efektif
menghambat pertumbuhan biofilm kedalam kelenjar. Waktu timbul inflamasi
ditentukan oleh karakteristik biofilm dan faktor virulensi dari bakteri. Meibomian
Gland Disfunction (MGD) pada gambar 2.5.3, dapat dianggap sebagai pelapisan
biofilm dalam kelenjar meibom. Pada saat kerusakan yang terjadi karena inflamasi
telah dimulai, duktus yang tersumbat dan lipd yang berkurang dapat
mempengaruhi sekresi meibom. Kekurangan lipid atau lipid yang tidak normal
ditandai dengan peningkatan titik leleh, sekresi yang menebal, bercampur biofilm,
tampak gambaran seperti pasta gigi.
Sumber: Amanda K.A. Hubungan Pneggunaan Eyelash Extension Dengan Kejadian Blefaritis Pada
Mahasiswi Universitas Lampung. FK Universitas Lampung. Bandar Lampung. 2020.
Kelenjar meibom yang dipenuhi dengan biofilm menyebabkan sekresi kelenjar
meiobom tidak memiliki tempat lain kecuali keluar dari duktus,sehingga muncul
gambaran seperti kubah kecil yang terperangkap dibawah penutup biofilm.
Prosedur kompres hangat dan ekspres otomatis, sepeti lipiflow yaitu cara terbaik
untuk menghilangkan sensasi yang abnormal didalam kelenjar inflamasi antara
kelenjar meibom dapat diatasi.
Tahap tiga DEBS melibatkan folikel, kelanjar meibom, dan juga kelenjar
lakrimal aksesorius dari wolfring dan krause. Kelenjar air mata terlindung dengan
baik oleh kelopak mata. Lumen yang sempit dan aktivitas pembilasan dari prosuk
air mata berfungsi melindungi kelenjar ini.
Tahap empat DEBS yaitu ketika integritas struktural kelopak mata mulai rusak.
Peradangan pada akhir mempangaruhi semua margin pada kelopak mata, ujung
jaringan, otot, dan juga saraf menjadi rusak dan tidak berfungsi.
2.6. Tatalaksana Blefaritis 8
-Terapi awal biasanya yaitu menggosok tepi kelopak mata secara teratur. Dua kali
sehari dengan atau tanpasampo ringan menggunakan aplikator berujung kapas
atau lap mandi.
-Sikat salep antibiotik yang membantu kurangi bakteri dikelopak mata (salep
erythromycin atau bacitracin pada kelopak mata sebelum tidur)
-Jika terkait dengan mata kering, dapat gunakan air mata buatan bebas pengawet
4-8 kali sehari.
-Untuk penyakit yang lebih berat, tracycline 250 mg atau doxycycline 100 mg
sekali sehari selama 1-2 minggu. Tetracycline dan doxycycline bersifat
kontraindikasi pada ibu hamil, wanita menyusui, anak dibawah 12 tahun, atau
gangguan ginjal dan hati.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Blefaritis adalah radang yang terjadi pada kelopak yang merupakan radang
kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya
melibatkan folikel dan kelenjar rambut.
Blefaritis disebabkan oleh infeksi dan alergi yang berjalan kronis atau menahun.
Blefaritis alergi dapat terjadi karena debu, asap, bahan kimia, dan bahan kosmetik.
Infeksi kelopak disebebkan kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus,
dan speudomonas.
Gejala umum pada blefaritis dapat berupa kelopak mata merah, bengkak, sakit,
eksudat lengket dan epiforia. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan
juga keratitis.Pada blefaritis dapat dibersihkan dengan garam fisiologik hangat,
selanjutnya dapat diberikan antibiotik yang sesuai. Penyulit blefaritis yang dapat
timbul adalah konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.
DAFTAR PUSTAKA