Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

BLEFARITIS

Disusun Oleh :
Nafila Syahnaz (1102017165)

Pembimbing :
dr. Devi Cynthia Sari, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSTAS YARSI
RSUD KOTA CILEGON
PERIODE 12 SEPTEMBER – 15 OKTOBER 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:


Nama : Nafila Syahnaz
NPM : 1102017165
Asal Institusi : Universitas Yarsi
Stase : Ilmu Kesehatan Mata
Periode : 12 September – 15 Oktober 2022
Judul Referat : Blefaritis

Telah menyelesaikan tugas referat dengan judul “Blefaritis” dalam rangka


kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUD Kota Cilegon.

Cilegon, 10 Oktober 2022


Mengetahui,
Pembimbing

dr. Devi Cynthia Sari

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan


karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan referat dengan judul
“Blefaritis”. Referat ini ditulis merupakan salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Mata RSUD Cilegon.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada


dosen pembimbing dr. Devi Cynthia Sari, Sp.M dan dr. Ade Irawan, Sp.M yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan dalam
penyusunan makalah dari awal hingga selesai. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa yang
akan datang. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

Cilegon, 10 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Anatomi Palpebra.........................................................................................3
2.2 Definisi...........................................................................................................5
2.3 Klasifikasi Blefaritis.....................................................................................5
2.4 Fakto Resiko.................................................................................................9
2.5 Patofisiologi.................................................................................................11
2.6 Manifestasi Klinis.......................................................................................11
2.8 Tatalaksana.................................................................................................14
2.9 Komplikasi..................................................................................................15
2.10 Prognosis...................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Blefaritis merupakan radang yang sering terjadi pada kelopak dan tepi
kelopak. Radang bertukak atau tidak, pada tepi kelopak biasanya melibatkan
folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis disebabkan infeksi dan alergi berjalan
kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat disebabkan oleh debu, asap, bahan
kimia iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi biasanya disebabkan oleh kuman
streptococcus alfa, beta, staphylococcus, pneumococcus dan pseudomonas.
Dikenal juga bentuk blefaritis skuamosa, ulseratif, dan angularis. Gejala umum
blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat lengket dan
epiphora.

Blepharitis adalah kondisi oftalmologi yang ditandai dengan peradangan


pada tepi kelopak mata (margo palpebra). Bisa terjadi akut atau kronis dengan
kronis menjadi bentuk yang lebih umum. Blefaritis dapat ditentukan oleh lokasi
yaitu anterior atau posterior. Biasanya muncul dengan gejala berulang yang dapat
bervariasi dari waktu ke waktu dan melibatkan kedua mata. Blepharitis adalah
diagnosis klinis berdasarkan iritasi pada tepi kelopak mata dengan pengelupasan
dan pengerasan kulit pada bulu mata. Pengobatan utama blepharitis adalah
kebersihan kelopak mata yang baik dan menghilangkan pemicu yang
memperburuk gejala. Antibiotik topikal mungkin diresepkan. Pasien yang
refrakter terhadap tindakan ini memerlukan rujukan ke dokter mata. Tujuan
pengobatan adalah untuk meringankan gejala. Karena kebanyakan blepharitis
kronis, pasien perlu menjaga kebersihan yang baik untuk mencegah kekambuhan.
Meskipun tidak ada obat yang pasti, prognosis untuk blepharitis bagus.

Blepharitis dapat mempengaruhi orang-orang dari segala usia, etnis, dan


jenis kelamin. lebih sering terjadi pada individu diatas 50 tahun. Jumlah total
kasus di AS pada suatu waktu tidak diketahui. Dalam survei AS tahun 2009, 37%
pasien yang diperiksa oleh dokter mata dan 47% pasien yang diperiksa oleh
dokter mata memiliki tanda-tanda blefaritis. Sebuah studi terbaru yang dilakukan

1
selama periode sepuluh tahun (2004 hingga 2013) di Korea Selatan menentukan
insiden keseluruhan menjadi 1,1 per 100 orang-tahun. Ini meningkat seiring waktu
dan lebih tinggi pada pasien wanita. Prevalensi keseluruhan untuk pasien berusia
di atas 40 tahun adalah 8,8%.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Palpebra

Palpebra adalah termasuk komponen eksternal mata yang berupa


lipatan jaringan yang mudah bergerak dan berperan melindungi bola mata dari
depan. Kulit palpebra sangat tipis sehingga mudah membengkak pada
keadaan-keadaan tertentu. Pada tepi palpebra terdapat bulu mata (silia) yang
berguna untuk proteksi mata terhadap sinar, di samping juga terhadap trauma-
trauma minor.

Lapisan otot palpebra tersusun atas muskulus orbikularis okuli,


muskulus levator palpebra, dan muskulus tarsalis superior dan inferior.
Muskulus orbikularis okuli berfungsi untuk menutup kelopak mata (berkedip),
diinervasi oleh saraf fasial (nervus facialis) dan parasimpatis. Muskulus
levator palpebra berfungsi untuk membuka mata, diinervasi oleh saraf
okulomotor. Muskulus tarsalis superior (Mulleri) dan inferior yang berfungsi
untuk memperlebar celah mata, mendapat inervasi dari serabut saraf
pascaganglioner simpatis yang mempunyai badan sel di ganglion servikal
superior.

Pada palpebra terdapat empat macam kelenjar, yaitu kelenjar Meibom,


Zeis, Moll, dan aksesoria. Kelenjar Meibom (glandula tarsalis) terdapat di
dalam tarsus, bermuara dalam tepi kelopak. Pada palpebra atas terdapat 25
buah kelenjar dan pada palpebra bawah terdapat 20 kelenjar. Kelenjar Meibom
menghasilkan sebum (minyak) yang merupakan lapisan terluar air mata.
Kelenjar Zeis berhubungan dengan folikel rambut dan juga menghasilkan
sebum. Kelenjar Moll merupakan kelenjar keringat. Kelenjar lakrimal
tambahan (aksesoria) terdiri atas kelenjar Krause dan kelenjar Wolfring yang
keduanya terdapat di bawah konjungtiva palpebra. Mereka menghasilkan
komponen air yang merupakanlapisan tengah air mata.

3
Konjungtiva merupakan lapisan mukosa (selaput lendir) yang melapisi
palpebra bagian dalam dan sklera. Konjungtiva dibagi menjadi konjungtiva
bulbi, palpebral, dan forniks. Konjungtiva bulbi melapisi bagian depan berupa
lapisan tipis, transparan, dan pembuluh darahnya tampak. Konjungtiva
palpebra melapisi bagian dalam palpebra dan melekat erat pada tarsus sehingga
tidak dapat digerakkan. Konjungtiva forniks terletak di antara konjungtiva
bulbi dan palpebra, dan berada pada forniks. Bagian fornix longgar sehingga
apabila terdapat eksudat yang banyak akan tertimbun di bawah jaringan,
kelopak mata kemudian menggembung dan menutup.

4
Fungsi dari konjungtiva adalah : memproduksi air mata ,menyediakan
kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka ,melindungi mata
dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, aktivitas

lakrimasi, dan menyuplai darah . pertahanan spesifik berupa mekanisme


imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya jaringan limfoid pada mukosa
tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA.

2.2 Definisi
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi
pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak
atau tidak pada tepi kelopak bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut.
Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar
di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri
yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Blefaritis dapat disebabkan
infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahun. Blefaritis
alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia, iritatif, dan bahan
kosmetik. Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau
beta, pneumococcus, dan pseudomonas.

2.3 Klasifikasi Blefaritis


1. Berdasarkan Etiologi
a. Blefaritis Alergi
Blefaritis alergi dapat disebabkan oleh rangsangan kronik / menahun
akibat dari debu, asap, bahan kimia, iritatif, dan bahan kosmetik.

5
b. Blefaritis Bakterial
i. Blefaritissuperfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus
maka pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik
seperti sulfasetamid dan sulfisolksazol. Sebelum pemberian
antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi
blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar
Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom
(Meibormianitis), yang biasanya menyertai

ii. Blefaritis Seboroik


Merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya.
Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun), dengan
keluhan mata kotor, panas, dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah
sekret yang keluar dari kelenjar meiborn, air mata berbusa pada
kantus lateral, hiperemia, dan hipertropi pupil pada konjungtiva.
Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis,
poliosis, dan jaringan keropeng. Pengobatannya adalah dengan
membersihkan menggunakan kapas lidi hangat. Kompres hangat
sela 5-10 menit. Kelenjar meibom ditekan dan dibersihkan dengan
shampo bayi.

Gejala yang timbul :

- Tepi kelopak mata yang hiperemis dn berminyak, disertai


kerontokan bulu mata
- Skuama yang terbentuk halus dan dapat berlokasi dimana saja
pada tepi kelopak mata, maupun menempel pada bulu mata.
iii. Blefaritis Skumosa
            Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai adanya
skuama atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak
mengakibatkan terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi

6
kelopak terutama yang mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan
sering terdapat pada orang yang berambut minyak. Penyebabnya
adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur. Pasien dengan 
blefaritis skuamosa akan terasa gatal dan panas. Pada blefaritis
skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan
margo palpebra disertai madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari
dasarnya mengakibatkan pendarahan. Pengobatan blefaritis
skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan
shampo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan
memperbaiki metabolisme pasien.

iv. Blefaritis Ulseratif


            Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan
tukak akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif
terdapat keropeng berwarna kekuning-kuningan yang bila diangkat
akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah disekitar
bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat
kering dan keras, yang bila diangkat akan terjadi luka dngan
disertai pendarahan. Pengobatan dengan antibiotik dan higiene
yang baik sedangkan pada blefaritis ulseratif dapat dengan
sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Apabila ulseratif
mengalami peluasan, pengobatan harus ditambah antibiotik
sistemik dan diberi roboransia.

i.
ii.
iii.
iv.
v. Blefaritis Angularis
Merupakan infeksi staphlococcus pada tepi kelopak di sudut
kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut

7
kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum lakrimal. Blefaritis
angularis disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Kelainan ini
biasanya bersifat rekuren. Befaritis angularis diobati dengan sulfa,
tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit pada punctum lakrimal bagian
medial sudut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.

vi. Blefaritis Meibomianitis


Merupakan infeksi pada kelenjar meibom yang akan
mengakibatkan tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut.
Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat,
penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam berulang kali disertai
antibiotik lokal.

a.
b.
c. Blefaritis Virus
i. Herpes Zoster
Virus ini dapat memberikan infeksi pada ganglion saraftrigeminus
Biasanya.virus ini akan mengenai orang dengan usia lanjut. Bila
yag terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-
gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas. Gejala tidak
akan melampaui garis medin kepala dengan tanda-tanda yang
terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan
badan terasa demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan
infiltrat pada kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang
oftalmik saraf trigeminus superfisial merupakan gejala yang
khusus pada infeksi herpes zoster mata.

ii. Herpes Simplex


Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan
keadaan yang sama pada bibir merupakan tanda herpes simplex

8
kelopak. Dikenal bentuk blefaritis simplex yang merupakan radang
tepi kelopak ringan dengan terbentuknya krusta kuning basah pada
tepi bulu mata, yang mengakibatkan kedua kelopak lengket.
d. Blefaritis Jamur
Infeksi superfisial
Infeksi jamur dalam biasanya infeksi secara sistemik Actiomyces dan
Nacordia.
e. Blefaritis pedikulosis
Kadang-kadang pada penderita dengan higiene yang buruk akan dapat
bersarang tuma atau kutu pada pangkal silia di daerah margo palpebra
2. Berdasarkan Lokasi
a. Blepharitis Anterior
Blepharitis anterior biasanya mengenai area disekitar basis bulu
mata. Berdasarkan etiologinya, blepharitis anterior dapat dibedakan
menjadi blepharitis staphyloccocal yang terutama disebabkan oleh
bakteri staphyloccocus aureus. Penyebab lainnya adalah bakteri
staphyloccocus epidermidis atau staphylococcus koagulase negatif.
Jenis kedua dari blepharitis anterior adalah blepharitis seborrhoik yang
disebabkan oleh bakteri pytirosporum ovale. Kedua jenis blepharitis
ini juga dapat muncul secara bersamaan sebagai suatu blepharitis
anterior tipe campuran.
Peradangan pada blepharitis staphyloccocal diduga timbul sebagai
akibat dari adanya respon sel yang abnormal terhadap komponen
dinding sel bakteri Staphyloccocus aureus.
Blepharitis seborheik sering berhubungan dengan kelainan
seborheik general yang dapat mengenai lapisan kulit kepala, lipat
nasolabial, bagian belakang telinga dan juga sternum. Karena letak
palpebra yang terlalu dekat dengan permukaan bola mata dapat
memicu terjadinya peradangan sekunder sertaperubahan mekanis pada
konjungtiva dan kornea.
b. Blepharitis Posterior

9
Blepharitis Posterior merupakan peradangan pada kelopak mata
akibat adanya disfungsi dari kelenjar meibom. Seperti blepharitis
anterior, penyakit ini bersifat bilateral, kondisi kronik. Blepharitis
anterior dan posterior dapat terjadi bersamaan.
Blepharitis posterior disebabkan oleh adanya disfungsi kelenjar
meibom dan perubahan sekresi kelenjar meibom. Enzim Lipase yang
dilepaskan oleh bakteri menyebabkan pembentukan asam lemak.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan titik lebur meibom sehingga
menghambat pengeluarannya dari kelenjar.
Hal ini berpengaruh terhadap timbulnya iritasi permukaan okuler
dan memungkinkan terjadinya pertumbuhan bakteri terutama jenis
Staphylococcus aureus. Hilangnya komponen posfolipid film air mata
yang seharusnya berperan sebagai surfaktan mengakibatkan
peningkatan osmolaritas dan penguapan air mata dan ketidakstabilan
air mata.

2.4 Fakto Resiko


a. Dry Eye
Pada pasien mata kering dilaporkan 50% mengalami Staphilococcal
blefaritis. Hal ini dapat terjadi karena penurunan lisozim dan
immunoglobulin yang berhubungan dengan berkurangnya air mata
sehingga rentan terhadap bakteri. 25-40% pasien dengan mata kering
mengalami blefaritis seboroik dan Meibom Gland Disfuctio, hal ini terjadi
peningkatan evaporasi dari lapisan airmata karena berkurangnya
komponen lipid pada lapisan airmata.
b. Kondisi Dermatologic
Kondisi dermatologi seperti dermatitis seboroik memiliki hubungan
dengan blefaritis seboroik dan Meibom Glan Disfuction
c. Demodicosis
Demodex folliculorum dapat ditemukan pada 30% pasien kronik
blepharitis. Pasien dengan blefaritis yang membandel memiliki respon

10
yang baik terhadap terapi atau eradikasi dari dermodex. Bulu mata dengan
ketombe atau bulu mata yang rontok merupakan tanda dari ocular
dermodex
d. Rosacea
Rosasea merupakan penyakit pada kulit dan mata dengan karakteristik
eritema, talangiektasis, papul, pustule,produksi kelenjar sebasea yang
berlebihan dan rhiniphyma. Rosasea dihubungkan dengana abnormalitas
membrane basalis dan erupsi epitel kornea yang berulang. Demodex
memiliki peran penting pada pathogenesis rosasea, demodex akan
meningkat pada penderita rosasea
e. Isotretinoit
Isotretinoit merupakan pengobatan oral acne kistik, yang berhubungan
dengan peningkatan yang signifikan dari kolonisasi S. aureus, Blepharitis
dan gangguan pada air mata
f. Giant Papillary Conjuctivitis
Pasien dengan penggunaan lensa kontak memiliki kecenderungan untuk
menjadi Giant Papillary Conjunctivitis dimana bisa berlanjut enjadi
Meibom Gland Disfuction

2.5 Patofisiologi

Patofisologi blefaritis secara pasti belum diketahui. Penyebabnya


multifactorial. Faktor penyebab merupakan komnasi dari infeksi bakteri
kronik pada permukaan mata, inflamasi kulit seperti atopi, dermatitis
seboroik dan infeksi parasite demodex. Kolonisasi bakteri pada kelopak mata
akan menginvasi jaringan dan merusak system imun atau bisa melalui toxin
bakteri.

11
2.6 Manifestasi Klinis
Pasien dengan blepharitis biasanya menggambarkan gatal, terbakar, dan
pengerasan kelopak mata. Mereka mungkin mengalami robekan, penglihatan
kabur dan sensasi benda asing. Secara umum, gejalanya cenderung lebih
buruk di pagi hari dengan pengerasan bulu pada bulu mata yang paling
menonjol saat bangun tidur. Gejalanya cenderung memengaruhi kedua mata
dan dapat terjadi intermiten. Pemeriksaan fisik paling baik dilakukan dengan
menggunakan lampu celah. Pada blepharitis anterior, pemeriksaan slit lamp
menunjukkan eritema dan edema pada margo palpebra. Telangiektasis
mungkin ada di bagian luar kelopak mata. Scaling dapat dilihat di dasar bulu
mata membentuk "kerah." Juga, madarosis, depigmentasi bulu mata
(poliosis), dan bulu mata yang salah arah (trichiasis) dapat dilihat. Pada
blepharitis posterior, kelenjar meibom membesar, terhalang, dan dapat
ditutup dengan minyak. Sekresi dari kelenjar ini mungkin tampak tebal, dan
jaringan parut pada kelopak mata mungkin ada di daerah sekitar kelenjar.
Pada semua jenis blepharitis, lapisan air mata mungkin menunjukkan tanda-
tanda penguapan yang cepat, dapat diperiksa dengan Tear Break Up Time
(TBUT). Pemeriksaan slit lamp dilakukan, dan pewarna fluorescein dapat
juga dilakukan. Pasien diminta untuk berkedip penuh kemudian buka mata
selama 10 detik. Lapisan air mata diperiksa apakah ada kerusakan atau
bintik-bintik kering di bawah cobalt blue light. Ada kesepakatan umum
bahwa Tear Break Up Time (TBUT)mata kurang dari 10 detik dianggap tidak
normal.

2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis blepharitis biasanya didasarkan pada riwayat pasien yang


khas dan temuan slit-lamp bimikroskopi yang khas. Tes tambahan seperti
kultur mikrobiologis kelopak mata dan konjungtiva, pencitraan kelenjar
meibomian, dan epilasi bulu mata untuk pemeriksaan dengan mikroskop
cahaya untuk identifikasi / konfirmasi infestasi Demodex dapat membantu.

a. Anamnesis

12
- Gejala dan tanda : mata merah, iritasi, sensasi terbakar, terasa
terobek, gatal, adanya kerak pada bulu mata, rontoknya bulu mata,
kelopak mata yang lengket, pandangan blur, intoleransi lensa kontak,
photopobia, sering berkedip dan hordeolum yang rekuren
- Waktu yang memperburuk : pada blefaritis gejala akan memburuk
pada pagi hari
- Durasi dari gejala
- Unilateral atau bilateral
- Kondisi eksasebasi seperti merokok, allergen, lensa kontak, retinoid,
make up, kelembapan yang rendah
- Penyakit penyerta seperti rosasea, atopi, psoriasis, dermatitis
seboroik
- Riwayat pengobatan saat ini dan sebelumnya seperti isotretioid
- Riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi tungau

b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaa fisik dilakukan pemeriksaan visus, pemeriksaan
eksternal, pemeriksaan slit lamp, dan pemeriksaan TIO
i. Pemeriksaan External
- Kulit : apakah ada perubahan warna, apakah berkaitan dengan
rosasea seperti eritema, talangiektasis, papul, pustule
- Palpebral : ectropion, entropion, lagoftalmos, reflek berkedip,
kerusakan dari bulu mata, hiperemi pada margo palpebral,
apakah ada deposit pada bulu mata, ulser, vesikel,
hyperkeratosis, kalazion/hordeoum.
ii. Pemeriksaan Slit-Lamp bimikrokopik
- Tear film : Tear film break up time, foamy discharfe, apakah
ada debris pada lapisan air mata
- Margo palpebral anterio: hyperemia, talangiectasis, krusta,
perubahan pigmen, keratinisasi, ulser, vesikel, pediculosis
palpebrarum

13
- Bulu mata : malposisi, madarosis, pediculosis palpebrarum,
demodex, deposit kosmetik,
- Margo palpebral posterior : abrnormalitas kelenjar meibom
(tertutup, mengkerut, metaplasia, sekresi kelenjar meibom,
kerarinisasi, nodul, scar
- Konjungtiva tarsal : menilai kelenjar meibom, ductus dilatasi
atau inflamasi, kalazion, eritema, scar, keratinisasi, exudat.
- Konjungtiva bulbi : hiperemis, folikel
- Korenea : nilai apakah ada defek epitel dengan tes fluoresen,
edema, infiltrate, ulcer atau scar

c. Pemeriksaan penunjang
Tidak ada tes spesifik pada diagnosis blefaritis. Culture dapat
dilakukan pada anteriori blefaritis rekuren dengan inflamasi berat atau
pada pasien yang tidak memberi respon baik pada pengobatan. Evaluasi
mikroskopis dapat dilakukan pada supect demodex dengan kronik
blefarokonjungtivitis, dengan cara epilasi bulu mata lalu diletakkan di
objek glas dan menambahlam cairan fluoresen dan menutup denga kaca
penutup. Pada blefaritis kronik atau tidak respon terhadap pengobatan
maka pikirkanlan suatu keganasan dan segera lakukan biopsy.

Diagnosis Banding

- Bacterial conjunctivitis
- Bacterial keratitis
- Basal cell carcinoma
- Chalazion
- Contact lens complications
- Dry eye disease

14
- Epidemic keratoconjunctivitis
- Hordeolum
- Ocular rosacea
- Trichiasis

2.8 Tatalaksana
Deteksi dan penilaian awal dapat mengurangi gejala blefaritis dan pada
beberapa kasus dapat mencegah kerusakan permanen dan kemungkinan
penurunan visus.

1. Kompres air hangat : kompres air hangat dilakukan beberapa menit untuk
melembutkan permukaan yang lengket dan kerak pada bulu mata
dilakukan 1-2x sehari
2. Membersihkan kelopak mata dan memijatnya pada kasus MGD. Untuk
membersihkan dapat digunakan cairan hypochlorous acid 0.01% karena
memiliki efek antimikroba. Gosok perlahan pada palpebral dari sisi satu
ke sebelahnya. Bila tidak ada cairan hypochlorous acid 0.01% dapat
menggunakan shampoo bayi ataupun pembersih make up dengan
menggunakan kapas.
3. Penggunaan antibiotic baik topical maupun sistemik. Antibiotic topical
dapat mengurangi gejala dan efektif untuk mengurangi kolonisasi bakteri
di margo palpebral anterior dan posterior. Antibiotic yang digunakan
berupa ointment basitrasin atau eritomicin yang dioleskan pada margo
palpebral 1x sehari selama 1 minggu
4. Topical anti-inflamatory agents (kortikosteroid/siklosporin). Guideline
untuk terapi adalah topical 0,05% cyclosporine.

2.9 Komplikasi
1) Syndrome mata kering
Adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada blefaritis.
Syndrome mata kering (keratokonjungtivis sica) adalah kondisi dimana

15
mata pasien tidak bisa memproduksi air mata yang cukup, atau air mata
menguap terlalu cepat. Ini bisa menyebabkan mata kekurangan air dan
menjadi meradang. Syndrome ini dapat terjadi karena dipengaruhi gejala
blefaritis, dermatitis seboroik, dan dermatitis rosea, namun dapat juga
disebabkan karena kualitas air mata yang kurang baik.
Gejalanya ditandai dengan nyeri atau kering, sekitar mata, dan ada
yang mengganjal di dalam mata dengan penglihatan yang buram. Semua
gejala tersebut dapat dihilangkan dengan menggunakan obat tetes mata
yang mengandung cairan yang dibuat untuk bisa menggantikan air mata.
2) Konjungtivitis
Adalah peradangan pada mata. Ini terjadi ketika ada bakteri
didalam kelopak mata. Kondisi ini menyebabkan efek buruk pada
penglihatan. Pada banyak kasus konjungtivitis akan hilang setelah dua atau
tiga minggu tanpa perlu pengobatan. Antibiotik berupa obat tetes mata
disarankan untuk mengurangi gejala, atau untuk menghindari infeksi
berulang. Akan tetapi, pada beberapa kasus masih didapatkan bahwa
penggunaan antibiotik tetes tidak lebih cepat memperbaiki kondisi
dibanding dengan menunggu sampai kondisi itu kembali lagi tanpa
pengobatan apapun.
3) Kista meibom
Adalah pembengkakan yang terjadi pada kelopak mata. Ini bisa
terjadi ketika salah satu kelenjar meibom meradang da menyebabkan
blefaritis. Kista umumnya tapa rasa sakit, kecuali jika disertai dengan
infeksi, yang memerlukan antibiotik. Penggunaan kompres hangat untuk
kista bisa membuat kista mengecil, akan tetapi kista itu sering menghilang
dengan sendirinya. Jika kista tetap ada, ini dapat dihilangkan dengan
bedah sederhana dengan anastesi lokal.
4) Bintil pada kelopak mata
Bintil pada kelopak mata ini merupakan benjolan yang nyeri yang
terbentuk di luar kelopak mata. Ini disebabkan karena infeksi bakteri pada
folikel bulu mata (yang berlokasi di dasar bulu mata). Pada kasus ringan

16
bisa disembuhkan dengan kompres hangat pada daerah sekitar bintil.
Namun, pada kasus yang berat perlu diberikan antibiotik salep dan tablet

2.10 Prognosis
Blefaritis dapat menyebabkan komplikasi dan terjadi kekambuhan.
Namun, blefaritis tidak menyebabkan kerusakan pandangan dan penglihatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata ed.5. 2017. penerbit : Fakultas Kedokteran

FKUI

2. American Academy of Ophthalmology. Blepharitis Prefered Practice Pattern.

2018. http://aao.org

3. Christopher Putnam. Diagnosis and Management of Blepharitis : an

Optometrisr Perspective. 2016. http://ncbi.gov

4. Rahul Sigh Thonk. Blepharitis. 2020. American Academy of Ophthalmology.

http://eyewiki.aao.org

5. Mary Eberhardth and Guhan. Blepharitis. 2020. http://ncbi.nlm.nih.gov

6. R Scott Lowery. Adult Blepharitis. 2019. emedicine.Medscape.com

17
7. Hartono, Suhardjo. Ilmu Kesehatan Mata. 2007. Fakultas Kedokteran

Universiitas Gajah Mada

18

Anda mungkin juga menyukai