Anda di halaman 1dari 36

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2022

UNIVERSITAS HASANUDDIN

BLEFARITIS

Oleh:

Mohammad Syauqi Al Asad

(XC064202001)

Dosen Pembimbing:

dr Dyah Ayu Windyasmara Putri , Sp.M(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN

MAKASSAR

2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

NAMA : MOHAMMAD SYAUQI AL ASAD

NIM : XC064202001

JUDUL REFARAT : BLEFARITIS

Telah menyelasaikan laporan kasus dengan judul BLEFARITIS dalam rangka

kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin.

Makassar, Mei 2022

Mengetahui,

Dokter Muda Residen Pembimbing Refarat,

Mohammad Syauqi Al Asad dr Indah Tri Handayani

Dosen Pembimbing

dr Dyah Ayu Windyasmara Putri , Sp.M(K)

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

PENDAHULUAN....................................................................................... ……..4

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan histologi Kelopak mata........................................................ 5

B. Definisi...................................................................................................... 9

C. Etiologi...................................................................................................... 10

D. Patofisiologi .............................................................................................. 12

E. Epidemologi.............................................................................................. 12

F. Klasifikasi.................................................................................................. 14

G. Gambaran Klinis .......................................................................................22

H. Diagnosis...................................................................................................23

I. Diagnosis Banding.....................................................................................25

J. Penatalaksanaan.........................................................................................28

K. Komplikasi................................................................................................31

L. Prognosis...................................................................................................32

KESIMPULAN....................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34

3
Pendahuluan

Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata. Kata

"blefaritis" berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak mata," dan

akhiran itis Yunani, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan peradangan dalam

bahasa Inggris. Peradangan adalah istilah umum yang digunakan untuk

menggambarkan proses dimana sel-sel darah putih dan zat kimia yang diproduksi dalam

tubuh melindungi kita dari zat-zat asing, cedera, atau infeksi. Respon tubuh normal

dalam peradangan melibatkan berbagai derajat pembengkakan, kemerahan, nyeri,

panas, dan perubahan dalam fungsi.1

Blefaritis menyebabkan mata merah merah, iritasi, kelopak mata gatal dan

pembentukan ketombe seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata yang

umum yang disebabkan oleh bakteri atau kondisi kulit seperti ketombe di kulit kepala

atau jerawat rosacea. Dapat terjadi pada semua orang dari segala usia. Meskipun tidak

nyaman, blefaritis tidak menular dan umumnya tidak menyebabkan kerusakan

permanen pada penglihatan.2

Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi biasanya berjalan kronis atau

menahun. Blefaritis alergi biasanya berasal dari debu, asap, bahan kimia iritatif, dan

bahan kosmetik. Infeksi kelopak mata dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau

beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Bentuk blefaritis yang biasanya dikenal adalah

blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis.3

Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis. Biasanya blefaritis

sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan kemudian diberikan

antibiotik yang sesuai. Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah konjungtivitis,

keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.3

4
Anatomi dan histologi kelopak mata

Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta

mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk tear film di depan kornea serta

menyebarkan tear film yang telah diproduksi ini ke konjungtiva dan kornea. Palpebra

merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap

trauma, trauma sinar dan pengeringan mata, karena kelopak mata juga berfungsi untuk

menyebarkan tear film ke konjungtiva dan kornea.3,4

Gambar 1 : Anatomi kelopak mata (Jerry Popham MD, 2019)

Pada kelopak terdapat bagian-bagian:

1. Satu lapisan permukaan kulit. Tipis dan halus, dihubungkan oleh jaringan ikat yang

halus dengan otot yang ada dibawahnya, sehingga kulit dengan mudah dapat

5
digerakkan dari dasarnya. Dengan demikian, maka edema dan perdarahan mudah

terkumpul disini, sehingga menimbulkan pembengkakan palpebra.3

2. Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar zeis

pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus dan bermuara pada tepi

kelopak mata.3

3. Otot seperti:

a. M. Orbicularis oculi yang melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan

terletak di bawah kulit kelopak. M. Orbicularis berfungsi menutup bola mata

yang dipersarafi N. facialis.3,4

b. M. Rioland. Merupakan otot orbicularis oculi yang ada di tepi margo palpebra.

Bersamaan dengan M. Orbicularis oculi berfungsi untuk menutup mata.3,4

c. M. Levator palpebrae berjalan kearah kelopak mata atas, berorigo pada annulus

foramen orbita dan berinsersi pada lempeng tarsus atas dengan sebagian menembus M.

Orbicularis Oculi menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit yang tempat insersi

M. Levator palpebrae terlihat sebagai sulcus palpebra. Otot ini dipersarafi oleh n. III,

yang berfungsi mengangkat kelopak mata atau membuka mata. Kerusakan pada saraf

ini atau perubahan -

perubahan pada usia tua menyebabkan jatuhnya kelopak mata (ptosis).3,4

d. M. Mulleri, terletak di bawah tendon dari M. Levator palpebrae. Inervasinya oleh

saraf simpatis, fungsi M. Levator palbebrae dan M. Mulleri adalah untuk

mengangkat kelopak mata.3,4

4. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di

dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.3

5. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosus berasal dari rima orbita merupakan

pembatas isi orbita dengan kelopak depan.3

6
6. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh

lingkaran permukaan orbita. Tarsus terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan

penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah dikelopak atas dan 20 buah di

kelopak bawah ).3

7. Pembuluh darah yang memperdarainya adalah a. palpebrae.3

8. Persarafan sensorik kelopaka matas atas didapatkan dari ramus frontal n.V,

sedangkan kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.3

Konjungtiva tarsal yang terletak dibelakang kelopak hanya dapat dilihat dengan

melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutupi bulbus okuli.

Konjungtiva merupakan membrane mukosa yang mempunyai sel goblet yang

menghasilkan musin.5,6

Histologi dan fungsi palpebra

Bola mata terletak di dalam tulang orbita dan terbuka ke sebelah anterior, ditutup

oleh kelopak mata bagian atas dan bawah, jika keduanya bertemu pada fissura palpebra.

Palpebra menutup permukaan anterior kornea dan melipat pada bagian tepinya yang

kemudian melapisi permukaan dalam palpebra. Lipatan di superior dan inferior disebut

fornix konjungtiva. Ketika kelopak mata menutup terbentuk sakus konjungtiva,

merupakan ruang sebelah anterior mata dan terisi sedikit cairan.7

Tiap kelopak mata terdiri atas lempeng jaringan ikat dan otot skelet di tengah

sebagai penyokong, disebelah luar dilapisi oleh kulit dan disebelah dalam dilapisi oleh

membran mukosa (konjungtiva palpebra). Pada bagian kulit ini tipis mempunyai

rambut halus, kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan dermis yang mengadung banyak

7
serat elastin yang halus. Dermis sedikit menebal di tepi kelopak mata dan mengandung

tiga atau empat deretan rambut-rambut yang kaku disebut bulu mata, folikelnya

terdapat sampai dermis. Bulu mata mengalami pergantian setiap 100 – 150 hari.

Terdapat kelenjar sebasea kecil berhubungan dengan bulu mata, sedangkan M. Arektor

pili tidak ada.7

Di bawah kulit terdapat lapisan otot skelet M. Orbicularis oculi (bagian terbesar)

dan lebih ke dalam lagi terdapat lapisan jaringan ikat (fasia palpebra) yang merupakan

lanjutan tendo M. Levator paplebrae. Juga terdapat lapisan otot polos yang tipis di tepi

atas palpebra superior yaitu M. Tarsalis superior Müller, melekat pada tepi tarsus. Di

belakang folikel bulu mata terdapat M. Siliaris Riolani (muskular skelet).7

Sebelah belakang lapisan otot terdapat lapisan fibrosa yang tipis di bagian perifer

disebut septum orbital dan lempeng tarsus. Tarsus merupakan lempeng jaringan ikat

yang padat melengkung mengikuti bentuk bola mata, berbentuk seperti huruf D yang

bagian horizontalnya sesuai dengan tepi palpebra. Tarsus pada palpebra superior

lebarnya 10 -12 mm, sedangkan tarsus pada palpebra inferior lebarnya 5 mm. Pada

kedua tarsus ini ada sebaris kelenjar sebasea yang sangat besar yaitu kelenjar tarsalis

Meibom. Permukaan posterior tarsus menjadi satu dengan konjungtiva palpebra.

Bentuk palpebra dipertahankan oleh tarsus ini.7

Epitel konjungtiva berlapis silindris dengan sel – sel goblet, ketebalannya

bervariasi tergantung pada letaknya. Konjungtiva bulbi di tepi kornea, epitelnya

menjadi berlapis gepeng identik dengan epitel kornea. Pada fornix konjungtiva

epitelnya lebih tebal.7

M. Orbicularis oculi jalannya melingkar, mendapat persarafan dari N. VII dan

berfungsi untuk menutup kelopak mata. M. Levator palpebra dipersarafi oleh N. III

8
melekat pada tarsus dan kulit, berfungsi untuk mengangkat palpebra superior. M.

Tarsalis superior Müller dipersarafi oleh saraf simpatis. 7

Ada 3 jenis kelenjar pada palpebra, yaitu Kelenjar Meibom adalah kelenjar sebasea

yang panjang dalam lempeng tarsus. Kelenjar ini tidak berhubungan dengan folikel

rambut. Pada palpebra superior ada sekitar 25 dan pada palpebra inferior ada sekitar 20,

tampak sebagai garis vertikal warna kuning di sebelah dalam konjungtiva palpebra.

Saluran keluar kelenjar Meibom bermuara ke tepi palpebra, merupakan satu deretan

pada peralihan antara kulit dan konjungtiva. Ke dalam saluran utama ini bermuara

beberapa saluran yang pendek dari alveoli kelenjar sebasea. Kelenjar Meibom

menghasilkan sebum yang membentuk apisan berminyak pada permukaan air mata,

berfungsi untuk mencegah penguapan air mata.7

Kelenjar Moll merupakan kelenjar apokrin tak bercabang, terletak di antara dan di

belakang folikel – folikel bulu mata. Pars terminalis kelenjar Moll tidak berkelok-kelok

dan saluran keluarnya bermuara ke folikel rambut. Fungsi kelenjar ini tidak diketahui.7

Kelenjar Zeiss lebih kecil, merupakan modifikasi kelenjar sebasea dan berhubungan

dengan folikel rambut mata.7

Definisi

Blepharitis adalah iritasi pada kelopak mata. Ini memiliki berbagai penyebab, mulai dari

alergi dan infeksi iritasi serta kanker kulit. Ini adalah penyakit mata yang paling

umum.7

9
Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum terjadi. Kadang

dikaitkan dengan infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini menyebabkan debris

skuamosa, inflamsi tepi kelopak mata, kulit, dan folikel bulu mata (blefaritis anterior).

Kelenjar Meibom dapat terkena secara tersendiri (blefaritis posterior).4

Gambar 2 : Radang pada kelopak mata (blefaritis) dan disfungsi kelenjar meibomian

(Altlas of Ophtalmology)

Etiologi

Blefaritis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, alergi, kondisi lingkungan, atau

mungkin terkait dengan penyakit sistemik:3

1. Blefaritis inflamasi terjadi akibat peningkatan sel radang kulit di sekitar kelopak.

Infeksi biasanya disebabkan oleh kuman Blefaritis infeksi bisa disebabkan oleh

kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, pseudomonas, demodex

folliculorum dan staphylococcus (melalui demodex folliculorum sebagai vektor).

10
2. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahkan bahan

kosmetik, atau dengan banyak obat, baik mata atau sistemik. Pada banyak orang juga

dapat disebabkan oleh karena paparan hewan seperti anjing atau kucing.

3. Bentuk ulseratif (blefaritis menular) sering ditandai dengan adanya sekret kuning atau

kehijauan.

4. Blefaritis dapat disebabkan oleh kondisi medis sistemik atau kanker kulit dari

berbagai jenis.

Blefaritis posterior dapat disebabkan oleh produksi minyak tidak teratur oleh

kelenjar pada kelopak mata (meibomian blefaritis) yang menciptakan lingkungan yang

menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri. Hal ini juga dapat berkembang sebagai

akibat dari kondisi kulit lainnya seperti jerawat rosacea dan ketombe kulit kepala.2

Blefaritis melibatkan tepi kelopak mata, di mana bulu mata tumbuh dan pintu

dari kelenjar minyak kecil dekat pangkal bulu mata berada. Mungkin ada keterlibatan

tepi luar dari tepi kelopak mata yang berdekatan dengan kulit atau dan tepi bagian

dalam kelopak mata yang bersentuhan dengan bola mata. Perubahan pada kulit kelopak

mata atau permukaan mata itu sendiri biasanya bisa menjadi penyebab sekunder yang

mendasari terjadinya kelainan pada kelopak mata.1

Penyebab kebanyakan kasus blefaritis adalah kerusakan kelenjar minyak di

kelopak. Ada sekitar 40 kelenjar ini di setiap kelopak mata atas dan bawah. Ketika

kelenjar minyak memproduksi terlalu banyak, terlalu sedikit, atau salah jenis minyak,

tepi kelopak mata dapat menjadi meradang, iritasi, dan gatal.1

11
Patofisiologi

Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena adanya

pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang

merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal

ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung

pada jaringan di sekitar kelopak mata, mengakibatkan kerusakan sistem imun atau

terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa buangan dan

enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat dengan adanya dermatitis

seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.8

Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan

mungkin disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama dianggap hasil

dari respon mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel S. Aureus yang mungkin

juga bertanggung jawab untuk mata merah dan infiltrat kornea perifer yang ditemukan

pada beberapa pasien. Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan dermatitis seboroik

umum yang mungkin melibatkan kulit kepala, lipatan nasolabial, belakang telinga, dan

sternum. Karena hubungan erat antara kelopak dan permukaan okular, blefaritis kronis

dapat menyebabkan perubahan inflamasi dan mekanik sekunder di konjungtiva dan

kornea. Sedangkan blefaritis posterior disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibomian

dan perubahan sekresi kelenjar meibomian. Lipase bakteri dapat mengakibatkan

12
pembentukan asam lemak bebas. Hal ini meningkatkan titik leleh dari meibum yang

menghambat ekspresi dari kelenjar, sehingga berkontribusi terhadap iritasi permukaan

mata dan mungkin memungkinkan pertumbuhan S. Aureus. Hilangnya fosfolipid dari

tear film yang bertindak sebagai surfaktan mengakibatkan meningkatnya penguapan air

mata dan osmolaritas, juga ketidakstabilan tear film.9

Tiga mekanisme patofisiologi blefaritis anterior yang telah diusulkan:10

a. Infeksi bakteri langsung

b. Respons melawan toksin bakteri

c. Delayed hypersensitivity reactionterhadap antigen bakteri

Patofisiologi blefaritis posterior melibatkan perubahan struktural dan disfungsi sekresi

dari kelenjar meibomian. Kelenjar Meibomian mengeluarkan meibum, lapisan lipid

eksternal dari tear film, yang bertanggung jawab untuk mengurangi penguapan tear

film dan mencegah kontaminasi. Pada perubahan struktural contoh kegagalan kelenjar

di blepharitis posterior telah ditunjukkan dengan meibography, selain itu, kelenjar epitel

dari hewan model penyakit kelenjar meibomian menunjukkan hiperkeratinisasi yang

dapat menghalangi kelenjar atau menyebabkan deskuamasi sel epitel ke dalam lumen,

duktus kelenjar sehingga menyebabkan konstriksi kelenjar. Hiperkeratinisasi dapat

mengubah diferensiasi sel asinar dan karenanya mengganggu fungsi kelenjar. Disfungsi

sekretorik contohnya dalam blepharitis posterior, terjadi perubahan komposisi meibum

di mana perubahan rasio asam lemak bebas untuk ester kolesterol telah terbukti. Hasil

sekresi yang berubah ini bisa memiliki titik leleh yang lebih tinggi dari pada yang

tampak di kelopak mata sehingga menyebabkan menutupnya muara kelenjar.10

Epidemologi

Blefaritis adalah gangguan mata yang umum di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.

13
Hubungan yang tepat antara blefaritis dan kematian tidak diketahui, tetapi penyakit

dengan angka kematian yang dikenal, seperti lupus eritematosus sistemik, mungkin

terdapat blefaritis sebagai bagian dari gejala yang ditemukan. Morbiditas termasuk

kehilangan fungsi visual, kesejahteraan, dan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas

kehidupan sehari-hari. Proses penyakit dapat mengakibatkan kerusakan pada pelupuk

mata dengan trichiasis, entropion notching, dan ectropion. Kerusakan kornea dapat

mengakibatkan peradangan, jaringan parut, hilangnya kehalusan permukaan, dan

kehilangan kejelasan penglihatan. Jika peradangan yang parah berkembang, perforasi

kornea dapat terjadi. Tidak ada studi yang diketahui menunjukkan perbedaan ras dalam

kejadian blefaritis. Rosacea mungkin lebih umum di orang berkulit putih, meskipun

temuan ini mungkin hanya karena lebih mudah dan sering didiagnosis pada ras ini.8

Belum ditemukan penelitian yang dirancang untuk mengetahui perbedaan dalam

insiden dan klinis blefaritis antara jenis kelamin. Blefaritis seboroik lebih sering terjadi

pada kelompok usia yang lebih tua dengan usia rata-rata adalah 50 tahun.8 Akan tetapi

apabila dibandingkan dengan bentuk lain, blefaritis staphylococcal ditemukan pada usia

lebih muda (42 tahun) dan sebagian besar adalah wanita (80%).11

Klasifikasi

Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi:9

1. Blefaritis anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar, tempat

dimana bulu mata tertanam. Blefaritis anterior ada 2 jenis yaitu stafilokok dan

seborreik . blefaritis stafilokok disebabkan oleh infeksi staphylococcus aureus

yang sering ulseratif atau staphylococcus epidemidis. Blefaritis seboroik

umumnya berkaitan dengan keberadaan pityrosporum ovale9

14
8

Gambar 3. Blefaritis Anterior (Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)

2 Blefaritis posterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian dalam, bagian

yang kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis posterior dapat disebabkan

karena produksi minyak oleh kelenjar di kelopak mata yang berlebihan (blefaritis

meibom) yang akan mengakibatkan terbentuknya lingkungan yang diperlukan

bakteri untuk bertumbuh. Selain itu, dapat pula terjadi karena kelainan kulit yang

lain seperti jerawat atau ketombe.2

Klasifikasi berdasarkan penyebabnya

a .Blefaritis bakteria

1.Blefaritis Superfisial

Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka

pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan

15
sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah. Bila

terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk

mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom (Meibormianitis) yang biasanya menyertai

Blefaritis stafilokokal ditandai dengan adanya sisik, krusta dan eritema pada tepi

kelopak mata dan collarette formation pada dasar bulu mata. Infeksi kronis dapat

disertai dengan eksasebasi akut yang mengarah pada terjadinya blefaritis ulseratif.

Dapat juga terjadi hilangnya bulu mata, keterlibatan kornea termasuk erosi epitelial,

neovaskularisai dan infiltrat pada tepi kelopak.11

2.Blefaritis Seboroik

Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar

penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun) , dengan

keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang

keluar dari kelenjar meibom, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan

hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion,

hordeolum, madarosis, poliosis dan jaringan keropeng.Pengobatannya adalah dengan

memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan

pembersihan dengan kapas lidi hangat. Kompres hangat selama 5-10 menit. Kelenjar

Meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampo bayi. Penyulit yang dapat timbul

berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi, hordeolum dan

madarosis.3

16
Gambar 5. Blefaritis seboroik(Kanski in Clinical
Ophthalmology edisi 5)

3.Blefaritis Skuamosa

Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada

pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinyal luka kulit.

Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit di daerah akar bulu

mata dan sering terdapat pada orang yang berambut minyak. Blefaritis ini berjalan

bersama dermatitis seboroik . Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik

ataupun oleh jamur. Pasien akan merasa panas dan gatal. Pengobatannya ialah dengan

membersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat

disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien. Penyulit yang dapat terjadi antara

lain: keratitis, konjungtivitis.3

4.Blefaritis Ulseratif.

Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi

staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekunung-

kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah di

sekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan

keras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat

infeksius. Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut

sehingga mengakibatkan rontok(madarosis).3

Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada blefaritis

ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanyadisebabkan

17
stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif luaspengobatan harus

ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia.Penyulit adalah madarosis akibat

ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis superfisial,

keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan

terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat berakibat trikiasis.3

5.Blefaritis Angularis.

Blefaritis angularis merupakan infeksi pada tepi kelopak di sudut kelopak mata

atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus eksternus

dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi punctum lakrimal.

Blefaritis angularis disebabkan oleh Moraxella lacunata atau Staphylococcus aureus

meskipun bakteri lain atau sangat jarang herpes simplex juga terlibat. Seringkali gejala

yang muncul adalah kemerahan pada salah satu tepi kelopak mata, bersisik, maserasi

dan kulit pecah-pecah di kantus lateral dan medial, juga dapat terjadi konjungtivitis

folikuler dan papil. Biasanya kelainan ini bersifat rekuren. Blefaritis angularis diobati

dengan sulfa (kloramfenikol, eritromisin), tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit terjadi

pada punctum lakrimal bagian medial sudutmata yang akan menyumbat duktus

lakrimal.3,9

18
Gambar 6. Blefaritis angularis (Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)

6.Meibomianitis.

Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda

peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu pengobatan

kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah dari dalamberulang kali disertai

antibiotik lokal.4

Gambar 7. Meibominiatis (Atlas of Opthalmology)

b. Blefaritis Virus

1. Herpes zoster

Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraf

trigeminus. Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala

herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas. Gejala tidak akan melampaui garis

median kepala dengan tanda-tanda yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada

daerah yang terkena dan badan berasa demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan

infiltrat pada kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf

trigeminus superfisial merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata.

19
Pengobatan hanya asimtomatik; steroid superfisial untuk mengurangi gejala radang dan

analgesik untuk mengurangi rasa sakit. Penyulit yang mungkin terjadi adalah uveitis,

parese otot perggerak mata, glaukoma dan neuritis optik.3

2. Herpes simplek

Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan keadaan yang sama

pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak. Dikenal bentuk blefaritis simpleks

yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan terbentuknya krusta kuning basah

pada tepi bulu mata, yang mengakibatkan kedua kelopak lengket. Tidak terdapat

pengobatan spesifik pada penyakit ini. Bila terdapat infeksi sekunder dapat diberikan

antibiotik sitemik atau topikal.3

3. Vaksinia

Pada infeksi vaksinia akan terdapat kelainan pada kelopak berupa

pustula dengan indentasi pada bagian sentral. Tidak terdapat

pengobatan spesifik untuk kelainan ini.3

4. Moluskum kontagiosum

Moluskum kontagiosum pda kelopak akan terlihat sebagai benjolan dengan

penggaungan ditengah yang biasanya terletak di tepi kelopak. Dapat ditemukan

kelainan berupa konjungtivitis yang bentuknya seperti konjungtivitis inklusi klamidia

atau trakoma. Pengobatan moluskum tidak ada yang spesifik atau dilakukan ekstirpasi

benjolan, antibiotic local diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.3

20
C. Blefaritis jamur3

a. Infeksi superfisial

Biasanya diobati dengan griseofulvin terutama efektif untuk

epidermomikosis, diberikan 0.5-1 gram sehari dengan dosis tunggal

atau dibagi rata diteruskam 1-2 minggu. Kandida dengan nistatin

topikal 100.000 unit per gram .

b. Infeksi superfisial

Pengobatan menggunakan obat sistemik. Actinomyces dan Nocardia efektif

menggunakan sulfonamid, penicillin atau antibiotik spektrum luas. Spesies lain bisa

digunakan Amfoterisin B dimulai dengan 0.05-0.1mg/kgBB iv lambat 6-8 jam

dilarutkan dekstrose 5% dalam air.3

c. Phitiriasis palpebrarum9

Phthirus pubis sebenarnya hidup di rambut pubis. Seseorang yang terinfeksi kutu

dapat kedaerah lain yang berambut seperti axila, dada atau bulu mata. Pitiriasis

palpebarum merupakan kutu dari bulu mata yang biasanya menjangkiti anak-anak yang

hidup ditempat yang memiliki higinitas yang buruk.9

21
Gambar 8. Phitiriasis palpebrarum (Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)

Gejala meliputi iritasi kronis dan gatal pada kelopak mata. Ditandai oleh

kutu yang menempel kebulu mata dengan cakarnya. Telur dan kulitnya yang

kosong muncul seperti bentuk oval, coklat, keputihan seperti mutiara dan melekat

pada dasar cilia. Kunjungtivitis tidak lazim ditemukan.

Kutu diangkat beserta bulu mata secara mekanik dengan menggunakan pinset,

lalu diberikan topikal yellow mercuric oxide 1% atau petroleum jelly pada bulu mata

dan kelopak mata dua kali sehari selama 10 hari. Menghilangkan kutu pada pasien,

keluarga, baju dan tempat tidur penting untuk menghindari kekambuhan

Gambaran Klinik

a) Blefaritis stafilokokus9

 sisik keras dan pengerasan kulit terutama berlokasi di antara dasar bulu mata .

 hiperemia konjungtiva ringan dan umumnya terjadi konjungtivitis papiler kronis.

22
 Kasus lama dapat berkembang menjadi jaringan parut dan bentukan tylosis)

dari tepi kelopak mata. Madarosis, trichiasis dan poliosis.

 Perubahan sekunder termasuk pembentukan tembel, keratitis tepi kelopak mata dan

sesekali terjadi phlyctenulosis.

 Berhubungan dengan ketidakstabilan tearfilm dan sindrom mata kering

b) Blefaritis seboroik9

 Hiperaemik tepi kelopak mata anterior dan tampak berminyak denganmenempel

bersama-sama pada bulu mata

 Sisik yang lembut dan terletak di mana saja pada tepi kelopak mata dan bulu mata.

c) Blefaritis posterior9

 sekresi berlebihan dan tidak normal kelenjar meibomian sebagai menyumbat

lubang kelenjar meibomian dengan tetesan minyak

 Berkerut, resesi, atau penyumbatan lubang kelenjar meibomian

 Hiperemi dan telangiectasis dari tepi kelopak posterior.

 Tekanan pada tepi kelopak mengakibatkan cairan meibomian keruh atau seperti

pasta gigi.

 Transiluminasi kelopak dapat menunjukkan hilangnya kelenjar dan dilatasi

kistik duktus meibomian.

 Tear film berminyak dan berbusa, buih dapat menumpuk di tei kelopak atau dalam

kantus.

 perubahan sekunder termasuk konjungtivitis papiler dan erosi

korneepitel inferior.

Diagnosis

23
Blefaritis dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang komprehensif.

Pengujian, dengan penekanan khusus pada evaluasi kelopak mata dan permukaan depan

bola mata, termasuk:11

Gambar 9. Algoritma untuk mendiagnosis pasien dengan kelopak mata merah

(Differential Diagnosis of the Swollen Red Eyelid, 2007)

24
Diagnosis Banding

Hordeolum

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Biasanya

disebabkan oleh infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak. Biasanya dapat

sembuh sendiri atau hanya dengan pemberian kompres hangat.3

Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum. Hordeolum eksternum

merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum merupakan

infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Hordeolum merupakan suatu

abses di kelenjar tersebut.3

Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal,

merah, dan nyeri bila ditekan.3

Hordeolum eksternum akan menunjukkan penonjolan terutama ke daerah kulit

kelopak dan nanah dapat keluar dari pangkal rambut atau bulu mata. Hordeolum

internum memberikan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum

internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum.3

Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak

sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum kelenjar preurikel biasanya

turut membesar.3

25
Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat diberikan kompres hangat, 3 kali

sehari selama 10 menit sampai nanah keluar.3

Pengangkatan pencabutan bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase

nanah. Diberi antibiotik lokal terutama bila berbakat rekuren atau terjadinya

pembesaran kelenjar preaurikel. Antibiotik sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg

atau diklosasilin 125 – 250 mg 4 kali sehari, dapat juga diberikan tetrasiklin. Bila

terdapat infeksi stafilokokus ditubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama–sama.3

Pada nanah dari kantung nanah yang tidak dapat keluar dilakukan insisi

hordeolum. Pada hordeolum internum dan eksternum kadang-kadang perlu dilakukan

insisi pada daerah abses dengan fluktuasi terbesar. Pada insisi hordeolum terlebih

dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantocaine eye drop 0,5 %. Dilakukan

anastesia filtrasi dengan procaine atau lidocaine di daerah hordeolum dan dilakukan

insisi. Insis pada hordeolum eksternum dibuat sejajar margo palpebra sedangkan pada

hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo

palpebra. Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskokleasi atau kuretase seluruh isi

jaringan meradang di dalam kantungnya dan kemudian diberi salep antibiotik.3

Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang merupakan radang

jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.3

Diagnosis banding hordeolum adalah selulitis preseptal, konjungtivitis

adenovirus, dan granuloma pyogenik.3

Kalazion

26
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang

tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan

yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.3

Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak

hiperemis, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preurikel tidak

membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat

tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut. Kadang-kadang

kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorpsi.3

Pengobatan pada Kalazion adalah dengan memberikan kompres hangat, antibiotik

lokal dan sistemik. Untuk mengurangkan gejala dilakukan ekskokleasi isi abses dari

dalamnya atau dilakukan ekstirpasi kalazion tersebut. Insisi dilakukan seperti pada

hordeolum internum yaitu pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra.3

Ekskokleasi kalazion terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi topikal

pantocaine 0,5 %. Obat anastesia infiltratif disuntikkan dibawah kulit di depan

kalazion. Kalazion dijepit dengan klem kalazion dan kemudian klem dibalik sehingga

konjuntiva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan

kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberikan salep

mata. Pada abses palpebra pengobatan dilakukan dengan insisi dan pemasangan drain

kalau perlu diberikaan antibiotik lokal dan sistemik. Analgetika dan sedatif diberikan

bila sangat diperlukan untuk rasa sakit.3

Bila terjadi kalazion yang berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan

pemeriksaan histopatologik untuk menghindarkan kesalahan diagnosis dengan

kemungkinan adanya suatu kegnasan.3

27
Penatalaksanaan

Sebuah penanganan yang sistematis dan jangka panjang dalam menjaga

kebersihan kelopak mata adalah dasar dari pengobatan blefaritis. Dokter harus

memastikan bahwa pasien mengerti bahwa penanganan blefaritis adalah sebuah proses,

yang harus dilakukan untuk jangka waktu yang lama.8

Banyak sistem mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini termasuk

variasi dari 3 langkah penting 8,9

1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan untuk

memicu evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat penting. Pasien

umumnya diarahkan untuk menggunakan kompres hangat basah dan menerapkannya

pada kelopak berulang kali. Air hangat di handuk, kain kassa direndam, atau

dimasak dengan microwave, kain yang telah direndam dapat digunakan. Pasien

harus diinstruksikan untuk menghindari penggunaan panas

yang berlebihan.8

28
2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang

menempel, seperti ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan lubang kelenjar.

Hal ini dapat dilakukan dengan handuk hangat atau dengan kain kasa. Air biasa

sering digunakan, meskipun beberapa dokter lebih suka bahwa beberapa tetes

shampo bayi dicampur dalam satu tutup botol penuh air hangat untuk membentuk

larutan pembersih. Harus diperhatikan untuk menggosok- gosok lembut atau

scrubbing dari tepi kelopak mata itu sendiri, bukan kulit kelopak atau permukaan

konjungtiva bulbi. Menggosok kuat tidak diperlukan

dan mungkin berbahaya.8

3. Salep antibiotik pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok. Umum

digunakan adalah salep eritromisin atau sulfacetamide. Salep antibiotik

kortikosteroid kombinasi dapat digunakan, meskipun penggunaannya kurang tepat

untuk pengelolaan jangka panjang.8

Situasi klinis tertentu mungkin memerlukan pengobatan tambahan. Kasus

refrakter blefaritis sering respons dengan penggunaan antibiotik oral. Satu atau dua

bulan penggunaan tetrasiklin sering membantu dalam mengurangi gejala pada pasien

dengan penyakit yang lebih parah. Tetrasiklin diyakini tidak hanya untuk mengurangi

kolonisasi bakteri tetapi juga untuk mengubah metabolisme dan mengurangi disfungsi

kelenjar. Penggunaan metronidazol sedang dipelajari.8

Disfungsi tear film dapat mendorong penggunaan solusi air mata buatan, salep

air mata, dan penutupan pungtum. Kondisi yang terkait, seperti herpes simplex,

29
varicella-zoster, atau penyakit kulit staphilokokal, bisa memerlukan terapi antimikroba

spesifik berdasarkan kultur. Penyakit seboroik sering ditingkatkan dengan penggunaan

shampoo dengan selenium, meskipun penggunaannya di sekitar mata tidak dianjurkan.

Dermatitis alergi dapat merespon terapi kortikosteroid topikal.8

Konjungtivitis dan keratitis dapat menjadi komplikasi blefaritis dan memerlukan

pengobatan tambahan selain terapi tepi kelopak mata. Campuran antibiotik-

kortikosteroid dapat mengurangi peradangan dan gejala konjungtivitis. Infiltrat kornea

juga dapat diobati dengan antibiotik-kortikosteroid tetes. Ulkus tepi kelopak yang

kecil dapat diobati secara empiris, tetapi ulkus yang lebih besar, parasentral, atau

atipikal harus dikerok dan spesimen dikirim untuk diagnostik dan untuk kultur dan

pengujian sensitivitas.8

Serangan berulang dari peradangan dan jaringan parut dari blefaritis dapat

mengakibatkan penyakit kelopak mata posisional. Trichiasis dan notching kelopak

dapat mengakibatkan gejala keratitis berat. Trichiasis diobati dengan pencukuran bulu,

perusakan folikel melalui arus listrik, laser, atau krioterapi, atau dengan eksisi bedah.

Entropion atau ectropion dapat mengembangkan dan mempersulit situasi klinis dan

mungkin memerlukan rujukan ke ahli bedah oculoplastics. Perawatan bedah untuk

blefaritis diperlukan hanya untuk komplikasi seperti pembentukan kalazion, trichiasis,

ektropion, entropion, atau penyakit kornea.8

Untuk blefaritis anterior, antibiotik natrium asam fusidic topikal, bacitracin atau

kloramfenikol digunakan untuk mengobati folikulitis akut tetapi terbatas dalam kasus-

kasus lama. Setelah kelopak dibersihkan salep harus digosok ke tepi kelopak anterior

30
dengan cotton bud atau jari yang bersih. Oral azitromisin (500 mg setiap hari selama

tiga hari) dapat membantu untuk mengontrol penyakit blefaritis ulseratif.9

Pada blefaritis posterior , tetrasiklin sistemik merupakan andalan pengobatan tetapi

tidak boleh digunakan pada anak di bawah usia 12 tahun atau pada wanita hamil atau

menyusui karena disimpan dalam tulang dan gigi tumbuh, dan dapat menyebabkan noda

pada gigi dan hipoplasia gigi (eritromisin adalah alternatif). Alasan untuk penggunaan

tetrasiklin adalah kemampuan mereka untuk memblokir produksi lipase stafilokokal

jauh di bawah konsentrasi penghambatan minimum antibakteri. Tetrasiklin terutama

diindikasikan pada pasien dengan phlyctenulosis berulang dan keratitis tepi, meskipun

berulang pengobatan mungkin diperlukan. Contohnya: Oxytetracycline 250 mg b.d.

selama 6-12 minggu, Doksisiklin 100 mg b.d. selama satu minggu dan kemudian setiap

hari selama 6-12 minggu, Minocycline 100 mg sehari selama 6-12 minggu; (pigmentasi

kulit dapat berkembang setelah penggunaan jangka panjang). Erythromicin 250 mg

perhari atau b.d digunakan untuk anak-anak.9

Komplikasi

Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang paling

sering terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin sebaiknya

disarankan untuk sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti kaca mata

sampai gejala blefaritis benar-benar sudah hilang.1

1. Hordeolum: adalah suatu infeksi bakteri pada salah satu kelenjar minyak

yang tersumbat. Hasilnya adalah benjolan yang nyeri di tepi atau di dalam

kelopak mata.
2. Chalazion: Sebuah chalazion atau granuloma konjungtiva terjadi ketika

penyumbatan di salah satu kelenjar minyak menyebabkan kelenjar yang

menjadi membesar dan menimbulkan jaringan parut.

31
3. Mata merah: blefaritis dapat menyebabkan serangan berulang mata merah

(konjungtivitis).
4. Ulserasi kornea: iritasi yang terus menerus dari kelopak mata yang meradang

atau salah arah bulu mata dapat menyebabkan goresan (ulkus) di kornea.

Blefaritis tidak mempengaruhi penglihatan pada umumnya, meskipun defisiensi

tear film kadang dapat mengaburkan penglihatan, menyebabkan berbagai

derajatpenglihatan berfluktuasi sepanjang hari.1

Prognosis

Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat mengontrol

tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan kelopak mata

yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman untuk menghindari

kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi kronis. Jika blefaritis

berhubungan dengan penyebab yang mendasari seperti ketombe atau rosacea,

mengobati kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi blefaritis. Pada pasien yang

memiliki beberapa episode blefaritis, kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan

dengan pengobatan yang berhasil, kekambuhan dapat terjadi. 1

BAB III

32
KESIMPULAN

Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada

kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada

tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai

dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar didekat kelopak mata yang

merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal

ditemukan di kulit.1

Blefaritis menyebabkan mata merah, iritasi, kelopak mata gatal dan pembentukan

ketombe seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata yang umum yang

disebabkan oleh bakteri atau kondisi kulit seperti ketombe di kulit kepala atau jerawat

rosacea. Dapat terjadi pada semua orang dari segala usia. Meskipun tidak nyaman,

blefaritis tidak menular dan umumnya tidak menyebabkan kerusakan permanen pada

penglihatan.2

Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang

ada pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit

penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua tapi dapat

terjadi pada semua umur.2

Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat mengontrol

tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan kelopak mata

yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman untuk menghindari

kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi kronis. Jika blefaritis

berhubungan dengan penyebab yang mendasari seperti ketombe atau rosacea,

mengobati kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi blefaritis. Pada pasien yang

33
memiliki beberapa episode blefaritis, kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan

dengan pengobatan yang berhasil, kekambuhan dapat terjadi.13

DAFTAR PUSTAKA

1. Dahl, Andrew A., MD, FACS. Blepharitis. Viewed 26 may 2022 .

<http://www.medicinenet.com/blepharitis/article.htm>

2. Johnson, Stephen, M., MD. Blepharitis in Midwest Eye

Institute. viewed 8 26 mei 2022 .

<http://smjohnsonmd.com/Blepharitis.html>

3. Ilyas, Sidarta,Prof.dr.H spM. Ilmu penyakit Mata. FKUI, edisi

ketiga, Jakarta: 2010; page 1-2, 89-97

4. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 12 th ed.

34
Blackwell publishing, Australia : 2020 ; page 52-4

5. Popham, Jerry MD. In Cosmetic facial and eye plastic surgery :

Eyelid Anatomy. Viewed 8 Februari 2019 .

<http://www.drpopham.com/347-Anatomy%20-%20Eyelid/>

6. Vaughan D. Oftalmologi umum (General Ophthalmology)

17th. Widya Medika. Jakarta: 2019; page 78-80

7. Weinstock, Frank J., MD, FACS and Melissa Conrad Stöppler,

MD. Eyelid Inflammation (Blepharitis). Viewed 26 mei 2022 .

<http://www.emedicinehealth.com/

eyelid_inflammation_blepharitis/article_e m.htm >

8. Lowery, R Scott, MD et all, Adult Blepharitis Updated: April

26, 2020 viewed 26 may 2022 .

<http://emedicine.medscape.com/article/1211763-overview#a0104>

9. Kanski JJ. Blepharitis. In: Clinical Ophthalmology. 9th ed.

Butterworth Heinemann. Philadelphia; 2019: page 34-38.

10. Allen, JH et all, Patophosiology Blepharitis in Best Practice

British Medicine Journal. Last updated: July 26, 2020.

<http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/574/basics/

pathophysio logy.html>

11. Feder, Robert S, MD, chair et all. Blepharitis Limited Revision In

Preferred Practice Pattern. American Academy Ophthalmology:

2021.

35
12. Hadrill, Marilyn., Blepharitis Page updated September 2020

<http://www.allaboutvision.com/conditions/blepharitis.htm>

13. Papier, Art, MD; David J. Tuttle, MD; and Tara J. Mahar, MD.

Differential Diagnosis of the Swollen Red Eyelid in the American

Academy of Family Physicians.2022; page 1815-24.

<http://www.aafp.org/afp/2007/1215/p1815.html#afp20071215p1815-t1>

36

Anda mungkin juga menyukai