Anda di halaman 1dari 25

BAGIAN MATA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2019


UNIVERSITAS MUHAMMADIAH MAKASSAR

LASERASI PALPEBRA

Disusun Oleh:

Tiara Geminita, S.Ked

1055 0540 0117

Pembimbing:

dr. Miftahul Akhyar Latief, Ph.D, M.Kes, Sp. M

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada Bagian Mata

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Tiara Geminita, S.Ked

NIM : 1055 0540 0117

Judul Referat : Laserasi Palpebra

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka tugas kepaniteraan

klinik pada Bagian Mata Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Januari 2019

Pembimbing

dr. Miftahul Akhyar Latief, Ph.D, M.Kes, Sp. M

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim

Segela puji bagi Allah SWT Sang Pemilik kehidupan yang Maha Pengasih
dan Penyayang atas segala limpahan Rahmat dan nikmatNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan referat ini dengan lancar. Sholawat serta salam untuk Rasulullah
Muhammad SAW, sang pembawa cinta yang membimbing manusia menuju surga
serta mengajarkan kepada manusia untuk saling mengasihi.

Alhamdulillah berkat hidayah dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan


tugas referat yang berjudul “Laserasi Palpebra” dalam rangka Kepaniteraan Klinik di
Bagian Mata Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam Penyelesaian referat ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih


atas semua bantuan, doa, serta motivasi dari pihak yang ikut memberi andil dalam
penyelesaian tugas ini, terutama kepada dosen pembimbing dr. Miftahul Akhyar
Latief, Ph.D, M.Kes, Sp. M yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing,
memberikan arahan dan koreksi hingga referat ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis sadar bahwa penulisan ini sangat jauh dari kata sempurna, maka dari
itu penulis berharap kepada para pembaca untuk memberi kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan referat ini.

Demikian, semoga laporan kasus ini bisa bermanfaat untuk penulis dan para
pembaca, Insya Allah, Amin.

Makassar, Januari 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ……………………………………………………………… i


Lembar Pengesahan …………………………………………………………… ii
Kata Pengantar ……………………………………..…………………………. iii
Daftar Isi ………………………………………………………..……………… iv
BAB I : Pendahuluan ………………………………………………..………... 1
BAB II : Tinjauan Pustaka ……………………………………………………. 2
A. Anatomi Kelopak Mata ……………………………………………. 2
B. Definisi Laserasi Palpebra………………..................................... . 9
C. Klasifikasi Laserasi Palpebra……..………………………………… 9
D. Etiopatogenesis………………………………………….…………. 10
E. Diagnosis …….………..…………………………………………… 11
F. Penatalaksanaan…………………..……………….…………………. 14
G. Prognosis ……………………………………………………………. 19
H. Komplikasi ………………………………………………………….. 19
BAB III : Kesimpulan ………………………………………........................... 20
Daftar Pustaka………………………………………………………………… 21

4
BAB 1

PENDAHULUAN

Palpebra atau kelopak merupakan bagian dari mata yang mempunyai fungsi

melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air

mata di depan kornea. Kelopak merupakan alat menutup mata yang berguna untuk

melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan keringnya bola mata.

Palpebra mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian

belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. 1

Sejumlah mekanisme trauma tumpul dan tajam wajah dapat menyebabkan

laserasi kelopak mata. Bahkan benda tumpul yang tampaknya tidak berbahaya di

tempat kerja dapat menyebabkan laserasi kelopak mata.2 Cedera yang melibatkan

kelopak mata dan daerah periorbita umumnya terjadi setelah trauma tumpul atau

penetrasi pada wajah. Luka tersebut dapat bervariasi dari lecet kulit sederhana sampai

kasus yang lebih kompleks yang menyebabkan kehilangan jaringan yang luas serta

fraktur tulang-tulang wajah. Pada saat awal pemeriksaan yang menjadi prioritas

utama adalah memperhatikan faktor yang mengancam jiwa secara sistemik. Pada

proses pengembalian struktur dan fungsi harus tetap mengarah pada prinsip-prinsip

estetika dasar yang menjadi perhatian utama dari ahli bedah rekonstruksi. Kejadian

cedera mata dalam trauma kraniofasial tinggi, berkisar antara 15% sampai 60% dalam

berbagai penelitian.3

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Kelopak Mata

1. Struktur Palpebra

Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri dari kulit, otot, dan jaringan

fibrosa, yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra

superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan

melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan

konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra

inferior menyatu dengan pipi.2

Gambar 1. Struktur Anatomi Palpebra

6
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke

dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar,

jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva palpebra).2

Struktur palpebra :2

1. Lapisan Kulit

Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,

longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.

2. Musculus Orbikularis Okuli.2

Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ottnya mengelilingi

fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita.

Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam

palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae

adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita.

Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.2

3. Jaringan Areolar

Terdapat di bawah musculus orbikularis okuli, berhubungan dengan lapis

subaponeurotik dari kulit kepala.2

4. Tarsus

Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapi jaringan fibrosa padat

yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan

penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas

dan 20 buah di kelopak bawah). Sudut lateral dan medial serta juluran tarsus

7
tertambat pada tepi orbita dengan adanya ligament palpebral lateralis dan

medialis. Lempeng tarsus superior dan inferior juga tertambat pada tepi atas

dan bawah orbita dan fasia yang tipis dan padat. Fasia tipis ini membentuk

septum orbitale.2

5. Konjungtiva Palpebra

Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva

palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Insisi bedah melalui garis kelabu

tepian palpebral menjadi lamella anterior kulit dan musculus orbicularis

oculi serta lamella posterior lempeng tarsal dan konjungtiva palpebral.2

Gambar 2. Anatomi Palpebra

8
2. Tepian Palpebra

Panjang palpebra adalah 25-30mm dan lebarnya 2mm. Tepian ini

dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior

dan posterior.2

a. Tepian anterior

Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll.

Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang

bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.glandula Moll

adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris

dekat bulu mata.

b. Tepian posterior

Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang

tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang telah

dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).

c. Punktum lakrimal

Terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.

Punktum inu terfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui

kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.

3. Fissura Palebra

Fisura palpebrae adalah ruang elips diantara kedua palpebra yang

terbuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus

lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut

9
tajam. Kanthus medialis lebih elips dari kanthus lateralis dan mengelilingi

lakus lakrimalis. Lakus lakrimalis terdiri atas dua buah struktur yaitu

karunkula lakrimalis, peninggian kekuningan dari modifikasi kulit yang

mengandung modifikasi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea sebesar-

besar yang bermuara ke dalam folikel yang mengandung rmbut-rambut

halus dan plica seminularis.2

4. Septum Orbitale

Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis

orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi

sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu

dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum

orbilae inferius menyatu dengan tarsus inferior.2

5. Refraktor Palpebra

Refraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra

superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superior, yang berasal

dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah

aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot

polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior,

refraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menulurkan jaringan

fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke

dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari

refraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus

10
rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris. Pembuluh darah yang

memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan sensorik kelopak

mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata

bawah oleh cabang kedua nervus V (n. Trigeminus).5

Pada kelopak terdapat bagaian-bagian :

1. Kelenjar

a. Kelenjar sebasea

b. Kelenjar Moll atau kelenjar keringat

c. Kelenjar Zeiss pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel

rambut dan menghasilkan sebum

d. Kelenjar Meibom (kelenjar tarsalis).

Terdapat di dalam tarsus. Kelenjar ini menghasilkan sebum (minyak).

Gambar 3. Kelenjar pada kelopak mata.

11
2. Otot-otot alpebral

a. M. Orbikularis Okuli

Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di

bawah kuit kelopak. Pada dekat tepi margo alpebral terdapat otot

alpebrals okuli disebut sebagai M. Rioland. M. Orbikularis berfungsi

menutup bola mata yang dipersarafi N.fasialis.

b. M. Levator Palpebra

Berorigo pada alpebr foramen orbbita dan berinsersi pada tarsus atas

dengan sebagian menembus M.orbikularis okuli menuju kulit

kelopak bagian tengah. Otot ini dipersarafi oleh N. III yang berfungsi

untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.

3. Gerakan palpebral

1. Menutup

Kontraksi M. Orbikularis Okuli (N. VII) dan relaksasi M.Levator

Palpebra Superior. M, Rioland menahan bagian belakang alpebral

terhadap dorongan bola mata.

2. Membuka

Kontraksi M. Levator alpebral superior (N.III). M. Muller

mempertahankan mata agar tetap terbuka.1

12
B. Definisi Laserasi Palpebra

Laserasi palpebral merupakan kerusakan/cedera pada kelopak mata karena

trauma atau pembedahan.4

C. Klasifikasi Laserasi Palpebra

Kerusakan pada kelopak mata diklasifikasikan berdasarkan ukuran dan lokasi:5,6

 Untuk pasien muda (tight lids)

- Small - 25-35%

- Medium - 35-45%

- Large - > 55%

 Untuk pasien yang lebih tua (lax lids)

- Small - 35-45%

- Medium - 45-55%

- Large - > 65%

Kerusakan khas mungkin melibatkan 50% dari bagian tengah kelopak mata atas

atau bawah. Keterlibatan margin kelopak mata harus diperhatikan. Jika margin

kelopak mata terhindar, penutupan dengan flap lokal atau skin graft mungkin sudah

cukup. Setelah margin terlibat, perbaikan bedah harus mengembalikan integritas dari

margin kelopak mata.5,6

D. Etiopatogenesis

13
 Trauma Tumpul

Echimosis dan edema termasuk dalam manifestasi klinis trauma tumpul.Pasien

membutuhkan evaluasi biomikroskopik dan pemeriksaan fundus denganpupil yang

dilebarkan untuk menyingkirkan permasalahan yang terkain kelainanintraokular. CT

scan di perlukan untuk mengetahui adanya fraktur.1, 4

 Trauma Benda Tajam

Pengetahuan yang mendetail tentang anatomi palpebra membantu dokterahli

bedah untuk memperbaiki trauma tajam palpebra. Secara umum,penanganan trauma

tajam palpebra tergantung kedalaman dan lokasi cedera.1,4

 Gigitan anjing dan manusia

Robekan dan trauma remuk terjadi sekunder dari gigitan anjing ataumanusia.

Laserasi palpebra pada sebagian kulit luar dan kulit secaramenyeluruh, avulsi kantus,

laserasi kanalikulus paling sering terjadi. Trauma pada wajah dan intracranial

mungkin dapat terjadi terutama pada bayi. Irigasi dan penutupan luka secara dini

harus segera dilakukan dan kemungkinan terjadinya tetanus dan rabies harus

dipikirkan serta memerlukan observasi, direkomendasikan untuk pemberian

antibiotik.1,4

 Luka bakar pada palpebra

Pada umumnya luka bakar pada palpebra terjadi pada pasien-pasienyang

mengalami luka bakar yang luas. Sering terjadi pada pasien dengankeadaan setengah sadar atau

14
di bawah pengaruh sedatif yang berat dan memerlukan perlindungan pada mata untuk

mencegah ekspose kornea, ulserasidan infeksi. 1,4

Gambar Trauma Tumpul Gambar Cedera Akibat


Palpebra Gigitan Anjing

Gambar Luka Bakar Pada Gambar Trauma Tajam Pada


Palpebra Palpebra

E. Diagnosis

a. Anamnesis

Dalam menegakkan diagnosis, anamnesis dan pemeriksaan fisis sangat penting.

anamnesis meliputi keluhan yang dialami serta riwayat penyakit yang lengkap untuk

menentukan waktu kejadian dan mekanisme cedera. Mekanisme cedera sangat

penting karena hal ini dapat berhubungan dengan cedera tertentu (misalnya trauma

15
servikal), kedalaman cedera adnexa mata, dan kemungkinan adanya benda asing.

Untuk anak-anak, harus dipertimbangkan kemungkinan adanya kekerasan pada anak

sebagai penyebab cedera mata dan periorbital. 1,4

Cedera yang berhubungan dengan kaca mungkin berhubungan dengan adanya

benda asing dan kehilangan jaringan. Luka akibat gigitan mungkin akan

menyebabkan infeksi (misalnya rabies) dan kehilangan jaringan. Dalam kasus luka

gigitan manusia, harus ditentukan status HIV dan hepatitis pelakunya. Pada pasien

dengan luka tembus berukuran kecil, kemungkinan terdapat trauma dengan kekuatan

yang cukup tinggi. Selain itu fungsi visual sebelum kejadian, pada saat kejadian,

penggunaan kacamata pelindung, dan saksi mata saat kejadian. Tetapi dalam

beberapa kasus informasi ini tidak diungkapkan kepada dokter.1,4

Pasien yang sedang mabuk atau di bawah pengaruh obat-obatan bukanlah

sumber informasi yang dapat dipercaya. Konfirmasi terhadap anggota keluarga

mungkin akan diperlukan. Anak-anak mungkin menyembunyikan cedera yang terjadi

karena takut kepada anggota keluarga atau teman yang menyebabkan terjadinya

cedera.1,4

b. Pemeriksaan Fisis

Pengamanan Airway, Breathing, Circulation, dan vertebra harus dilakukan

sebelum mencari cedera adnexa okular. Awasi tanda-tanda vital pasien. Awali

perbaikan kelopak mata dengan melakukan pemeriksaan fisis untuk mengeksklusi

rupture bola mata. Bila tidak terdapat rupture bola mata, eversi kelopak mata dan

16
siram forniks jika memungkinkan. Apabila kelopak mata menjadi edem, refraktor

Desmarres akan menolong dalam pemeriksaan mata (apabila refraktor Desmarres

tidak tersedia, klip kertas dapat membantu). Palpasi dan periksa kelopak mata untuk

mencari benda asing, termasuk lensa kontak. Hifema, fraktur tulang orbital, dan

cedera adnexa okular biasanya terjadi dengan trauma palpebra.1,4

Penilaian ketajaman visual sangat wajib dan dilakukan setiap upaya

rekonstruksi. Periksa kondisi pupil, jika didapatkan kerusakan relative pada afferent

pupilae, potensi hasil visual akan buruk dan harus didiskusikan dengan pasien

sebelum dilakukan bedah rekonstruksi. Otot-otot luar mata dievaluasi dan bila

didapatkan adanya diplopia harus dicatat. Pemeriksaan external meliputi penilaian

lengkap tulang-tulang wajah, dengan penekanan khusus pada wilayah periorbital.

Palpasi yang mendeteksi adanya krepitasi atau unstable bone memerlukan evaluasi

radiologi. Adanya lemak orbital mengindiasikan kerusakan septum dan kemungkinan

cedera levator. Pada pasien sadar, uji fungsi levator dengan cara fiksasi alis mata

pasien dan perintahkan untuk melihat ke atas dan ke bawah.1,4

Apabila terdapat kecurigaan adanya benda asing, pemeriksaan radiologi

mungkin dibutuhkan. Berikan informasi kepada pasien dan keluarganya tentang

konseling preoperatif meliputi kehilangan englihatan, malposisi kelopak mata, adanya

bekas luka pada kulit, dan adanya kemungkinan operasi tambahan.1,4

17
c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang penting meliputi hitung darah lengkap dan

analisa kimia darah sering diperlukan untuk kepentingan anestesi. Pemeriksaan kimia

darah untuk alkohol dan zat beracun lainnya mungkin diperlukan dalam beberapa

kasus. Apabila terdapat kecurigaan fraktur tulang orbita maka pencitraan yang sesuai

perlu diusulkan, misalnya CT Scan.5,6

CT scan dapat mengkonfirmasi adanya benda asing, perdarahan retrobulbar,

rupture bola mata. Tergantung kepada ukurannya, benda asing yang terbuat dari kaca

dapat atau tidak dapat terlihat pada pemeriksaan radiologis. Benda asingyang terbuat

dari kayu mungkin akan susah dideteksi tetapi terlihat isodense dengan lemak orbital.

Apabila dicurigai terdapat benda asing dari logam dan kayu namun tidak dapat dilihat

dengan CT Scan, maka MRI orbital akan diperlukan.5,6

F. Penatalaksanaan

Menurut penelitian, "Golden Period" untuk perawatan luka akut telah

didefinisikan sebagai 6 jam. Ini didasarkan pada studi laboratorium dan klinis pada

waktu penggandaan kolonisasi bakteri yang berkembang menjadi infeksi invasif, dan

dari hasil klinis yang menggambarkan penurunan risiko infeksi setelah membersihkan

dan memperbaiki luka dalam waktu itu. Beberpa peneliti percaya bahwa laserasi yang

belum terkontaminasi dapat diperbaiki tanpa peningkatan infeksi luka yang signifikan

hingga 12 jam setelah cedera.5

18
Infeksi dapat terjadi setelah leserasi palpebra atas. Oleh karena itu dokter harus

mencurigai adanya infeksi dengan kondisi tertentu pada laserasi palpebra. Apabila

pasien belum pernah diimunisasi, berikan Human tetanus immunoglobulin sebanyak

250 U intramuscular. Tambahkan tetanus toxoid 0,5 ml secara intramuscular atau

subkutan, apabila pasien tidak mendapatkan imunisasi tetanus selama 10 tahun.

Untuk luka yang tidak bersih atau luka tusuk, tambahkan injeksi TT yang tidak

mendapat imunisasi dalam 5 tahun terakhir.5,6

Flora oral, misalnya streptococcus, Pasteurelle, dapat menginfeksi luka

laserasi. Debridement dan irigasi yang banyak ada luka sangat penting untuk semua

luka akibat gigitan. Penggunaan antibiotic intravena, termasuk penicillin G, cefazolin,

dan ampicilin sulbactam akan membantu mengatasi infeksi ini. Apabila luka gigitan

akibat binatang yang dicurigai rabies, berikan profilaksis rabies apabila jaringan otak

hewan tersebut tidak diperiksa.5,6

Apabila pasien mengalami rupture bola mata dan laserasi palpebra, pertama-

tama lakukan terapi terhadap rupture bola matanya. Bila terdapat laserasi yang berat,

lakukan penjahitan traksi dengan silk 4-0 pada segmen kelopak mata yang mengalami

laserasi untuk memudahkan erbaikan bola mata. Walaupun perbaikan pada laserasi

kelopak mata dapat ditunda, perbaian secepat mungkin member perlindungan kornea

yang lebih baik, edema jaringan lebih sedikit, dan dekontaminasi luka yang lebih

baik.5,6

Beberapa metode dapat digunakan untuk melakukan rekonstruksi defek

palpebral sesuai umur pasien, karakter palpebra, dan posisi defek serta pengamatan

19
dokter ahli. Prioritas pada rekonstruksi palpebra adalah perkembangan margo

palpebra yang stabil, lebar palpebra secara vertikal yang adekuat, penutupan palpebra

yang adekuat, terjadi epitelisasi pada permukaan internal palpebra, dan memberi hasil

yang baik dari segi kosmetik.5,6

Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk rekonstruksi laserasi palpebra

antara lain:5,6

 Partial-Thickness Eyelid Injuries

Laserasi kelopak mata dangkal yang tidak melibatkan margo palpebra dan

sejajar dengan garis kulit dapat distabilkan dengan skin tape. Laserasi yang lebih

besar dan tegak lurus dengan garis kulit perlu pendekatan yang hati-hati. Hal ini dapat

dicapai menggunakan benang absorbable atau nonabsorbable ukuran 6-0 atau 7-0.5,6

 Eyelid margin laceration

Jenis trauma adnexa membutuhkan pendekatan yang teliti, untuk menghindari

notching kelopak mata dan malposisi margo palpebra. Semua bagian tarsal di tepi

luka harus dibuang untuk melakukan pendekatan tarsal ke tarsal yang lebih baik. Hal

ini dilakukan sepanjang ketinggian vertical seluruh tarsus untuk mencegah tarsal

buckling, meskipun laserasi primer mungkin hanya melibatkan tarsus marginal.

Perbaikan dimulai dengan penempatan benang 6-0 pada kelenjar meibom di margin

palpebra, kira-kira 2 mm dari tepi luka dan kedalaman 2 mm. penutupan margo

palpebra dilakukan dengan 2 atau 3 jahitan untuk mensejajarkan tepi luka. Untuk

menghindari kerusakan pada epitel kornea jahitan tarsal tidak boleh meluas sampai

20
permkaan konjungtiva, terutama palpebra superior. Penutupan tepi palpebra harus

menghasilkan tepi luka yang baik.5,6

Gambar 5. Teknik penjahitan pada laserasi yang melibatkan margo palpebra

Gambar 6. (a) Laserasi margo palpebra. Tambahan jahitan dengan benang Vicyl
untuk menopang tarsus. (b) 2 jahitan dengan Silk 7-0 pada margo
palpebra dan ujungnya disimpul pada jahitan preseptal

21
 Full thickness eyelid laceration

Full thickness eyelid laceration yang tidak melibatkan margo palpebra mungkin

terkait dengan kerusakan internal yang signifikan dari struktur palpebra dan perforasi

bola mata. Penanganan cedera ini memerlukan pemeriksaan lapis demi lapis luka

untuk menilai integritas septum orbita, otot levator dan aponeurosis levator,

konjungtiva, otot rektus, dan bola mata. Jika lamella posterior kelopak mata terlibat

dalam full thickness eyelid laceration tanpa menimbulkan ketegangan kulit maka

dapat langsung diperbaiki. Tarsal alignment dapat dicapai melalui jahitan dalam,

menggunakan benang polyglactin ukuran 6-0 atau 7-0, namun Dexon, silk, dan

chromic juga dapat digunakan untuk penutupan tarsal.5,6

 Eyelids Injury with Tissue Loss

Luka pada kelopak mata yang mengakibatkan kehilangan jaringan memberikan

tantangan rekonstruksi yang lebih sulit. Hal ini merupakan kewajiban dokter spesialis

bedah dan mata untuk mengevaluasi pasien dengan trauma palpebra, untuk

menentukan berapa banyak jaringan yang hilang. Sangat penting mempertimbangkan

kelopak mata sebagai struktur yang terdiri dari lamella anterior dan posterior, kulit

dan muskulus orbicularis akan menjadi lamella anterior, sedangkan tarsus dan

konjugtiva menjadi lamella posterior. Apabila kehilangan jaringan mengarah ke

lagoftalmus dan exposure kornea, pelumasan salep antibiotic secara agresif harus

diberikan atau dilakukan tarsorraphy sementara hinga perbaikan pasti dapat dicapai.5,6

22
G. PROGNOSIS

Prognosis visual untuk laserasi palpebra biasanya bagus, kecuali disertai dengan

rupture bola mata. Dengan teknik rekonstruksi laserasi palpebra yang baik, hasil

kosmetik biasanya cukup baik. Bekas luka pada kulit atau ektropion sikatrikal

mungkin membutuhkan operasi untuk meninjau kembali kondisi tersebut.1,6

H. KOMPLIKASI

Akibat kegagalan dalam memperbaiki laserasi khususnya bila melibatkan

margo palpebra, maka komplikasi yang dapat muncul antara lain epifora kronis,

konjungtivitis kronis, konjungtivitis bacterial, keratitis exposure, abrasi kornea

berulang, serta sikatriks entropian atau ektropion.5,6

Akibat teknik pembedahan yang buruk terutama dalam hal ketepatan penutupan

luka, komplikasi yang muncul dapat berupa jaringan parut, fibrosis, deformitas

palpebra sikatrikal. Selain itu dapat terjadi keadaan luka yang memburuk akibat

infeksi atau akibat tertundanya penutupan luka. Laserasi di dekat canthus medial

dapat merusak sistem nasolacrimal.5,6

23
BAB III

KESIMPULAN

Kelopak merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola

mata terhadap trauma, trauma sinar dan keringnya bola mata. Palpebra mempunyai

lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput

lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.

Sejumlah mekanisme trauma tumpul dan tajam wajah dapat menyebabkan

laserasi kelopak mata. Bahkan benda tumpul yang tampaknya tidak berbahaya di

tempat kerja dapat menyebabkan laserasi kelopak mata. Cedera yang melibatkan

kelopak mata dan daerah periorbita umumnya terjadi setelah trauma tumpul atau

penetrasi pada wajah. Luka tersebut dapat bervariasi dari lecet kulit sederhana sampai

kasus yang lebih kompleks yang menyebabkan kehilangan jaringan yang luas serta

fraktur tulang-tulang wajah.

Pemeriksaan yang cermat perlu dilakukan terutama dalam memperhatikan

faktor yang mengancam jiwa secara sistemik. Pada proses pengembalian struktur dan

fungsi harus tetap mengarah pada prinsip-prinsip estetika dasar yang menjadi

perhatian utama dari ahli bedah rekonstruksi.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke 4. Jakarta: FKUI, 2012.

2. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika,


Jakarta, 2014.
3. Edsel I. Laceration, Eyelid (serial online). Last update Apr 26, 2012.

4. Jeffrey P, George C, Robert AG. Eyelid Trauma and Reconstruction

Techniques. In. Yanoff M, Duker J. Ophtalmology. 3th Edition. China:

Elsevie; 2009. P 1443-49.

5. Vichare Nitin. Management of Lid Lacerations. Dept. of Ophthalmology,

Command Hospital, (Southern Command), Pune, Maharashtra. 2015.

6. Mounir B. Eyelid Reconstruction, Lower Eyelid. Last update 9 April, 2013.

7. Mawn A Louise. Canalicular Laceration. Januari 2012.

25

Anda mungkin juga menyukai