PTOSIS
OLEH :
10542051413
PEMBIMBING:
2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 10542051413
Pembimbing,
2
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas
“Ptosis” ini dapat terselesaikan. Salam dan shalawat senantiasa tercurah kepada
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
dr. Miftahul Akhyar Latief, Ph.D, M.Kes, Sp. M yang telah memberikan petunjuk,
arahan dan nasehat yang sangat berharga dalam penyusunan sampai dengan
kekurangan dalam penyusunan referat ini, baik dari isi maupun penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi
Demikian, semoga referat ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kelopak mata yang disebut juga palpebra merupakan lipatan kulit yang
terdapat dua buah untuk tiap mata. Ia dapat digerakkan untuk menutup mata,
dengan ini melindungi bola mata terhadap trauma dari luar yang bersifat fisik atau
kimiawi serta membantu membasahi kornea dengan air mata pada saat berkedip.
Dalam keadaan terbuka, kelopak mata memberi jalan masuk sinar ke dalam bola
Dapat unilateral maupun bilateral. Sampai saat ini insidensi ptosis belum pernah
dilaporkan. Ptosis kongenital dapat mengenai seluruh ras, angka kejadian ptosis
sama antara pria dan wanita. Klasifikasi ptosis adalah kongenital, dan ptosis yang
Ptosis terutama terjadi akibat tidak baiknya fungsi m. levator palebra, lumpuhnya
saraf ke III untuk levator palpebra atau dapat pula terjadi akibat jaringan
penyokong bola mata yang tidak sempurna, sehingga bola mata tertarik ke
kelainan kosmetik dan tidak terdapat kelainan visus, lebih baik dibiarkan saja.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI PALPEBRA
1. Struktur Palpebra
Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri dari kulit, otot, dan jaringan
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis
dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan
palpebra).2
Struktur palpebra :2
1. Lapisan Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ottnya mengelilingi
orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang
5
septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut
3. Jaringan Areolar
4. Tarsus
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas
kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah). Sudut lateral dan medial
serta juluran tarsus tertambat pada tepi orbita dengan adanya ligament
juga tertambat pada tepi atas dan bawah orbita dan fasia yang tipis dan
5. Konjungtiva Palpebra
palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Insisi bedah melalui garis kelabu
6
Gambar 1. Anatomi Palpebra.3
2. Tepian Palpebra
a. Tepian anterior
7
b. Tepian posterior
c. Punktum lakrimal
3. Fissura Palebra
8
dan kelenjar sebasea sebesar-besar yang bermuara ke dalam folikel
4. Septum Orbitale
orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi
dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum
5. Refraktor Palpebra
berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi
9
orbikularis okuli. Otot polos dari refraktor palpebrae disarafi oleh
dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang
1. Kelenjar
a. Kelenjar sebasea
10
2. Otot-otot palpebra
a. M. Orbikularis Okuli
b. M. Levator Palpebra
3. Gerakan palpebra
1. Menutup
2. Membuka
11
Gambar 5. Potongan Sagital Palpebra.4
B. DEFINISI
kelopak mata (Drooping eye lid ), dimana kelopak mata atas tidak dapat
diangkat atau terbuka sehingga celah kelopak mata menjadi lebih kecil
limbus superior dan tepian atas pupil. Ini dapat bervariasi 2 mm jika kedua
palpebra simetris.2
B. Etiologi
lumpuhnya saraf ke III untuk levator palpebra atau dapat pula terjadi akibat
12
jaringan penyokong bola mata yang tidak sempurna, sehingga bola mata
C. Epidemiologi
kongenital dapat mengenai seluruh ras, angka kejadian ptosis sama antara
pria dan wanita. Ptosis kongenital biasanya tampak segera setelah lahir
Amerika Serikat belum dilaporkan secara resmi. Namun, pada sekitar 70%
mata.3 Ptosis yang didapat (acquired) dapat terjadi pada setiap kelompok
D. Klasifikasi
A. Kongenital
13
V), dimana kontraksi m.levator palpebra terjadi bila rahang
B. Didapat (Acquired)
keadaan:3
2. Myastenia Gravis
3. Botulinism
14
4. Paralisis n. III akibat trauma, tumor, degenerative CNS disease, lesi
vaskular.
5. Distrofi miotonik.
15
Klasifikasi penting agar pengobatan memadai. Skema beard menggolongkan
kongenital sejati adalah akibta distrofi setemoat pada otot levator yang
Kelainan perkembangan levator harus dibedakan dari bentuk ptosis yang lain,
hal ini tidak selalu didapat dari anamnesis. Ptosis neurogenic dan miogenik
ditujukan bagi kelainan perkembangan levator pada pasien dengan kedua jenis
B. Ptosis Miogenik
Distrofi muskuler
5
kelainan pupil, botak frontal, atrofi testes dan diabetes.
16
otot-otot ekspresi muka berangsur-angsur terkena. Biasanya bersifat
bilateral, simetris dan progresif ptosis. Namun reaksi pupil dan akomodasi
Myasthenia gravis
C. Ptosis Aponeurotik
palpebra yang sangat tinggi, dapat pula terjadi penipisan palpebra dimana
17
D. Ptosis Neurogenik
terjadi akibat sekunder dari kelumpuhan nervus kranial III didapat, sindrom
Sindroma Horner
ke otot – otot muller palpebra superior yang terkadang juga diikuti pada
18
beradampak berkurangnya lebar vertikal fisura palpebra yang sering
berkaitan dengan sindroma Horner dan biasanya didapat. Jarang ada ptosis
E. Ptosis Mekanis
superior ke inferior, hal ini dapat disebabkan oleh kelainan kongenital seperti
khalazion besar, basal sel atau squamous sel karsinoma. Edema setelah operasi
F. Ptosis Traumatik
Ptosis Traumatik terjadi akibat trauma tajam dan tumpul pada muskulus atau
bedah saraf orbital. Pada kasus ptosis traumatic penderita harus diobservasi
G. Pseudoptosis
19
E. Patofisiologi
F. Gambaran Klinis
mata atas dengan atau tanpa riwayat trauma lahir, paralisis n. III, Horner’s
karena mata bagian atas tertutup oleh palpebra superior. Pada kasus lain,
alis mata (mengerutkan dahi). Ini biasanya terjadi pada ptosis bilateral. Jika
20
Ptosis yang disebabkan distrofi otot berlangsung secara perlahan-lahan
tapi progresif yang akhirnya menjadi komplit. Ptosis pada myasthenia gravis
myasthenia gravis.
namun kadang pula manifestasi klinik ptosis baru muncul pada tahun
normal, terdapat serat dan jaringan adipose di dalam otot, sehingga akan
21
G. Pemeriksan
Pemeriksaan Oftalmologi
Secara fisik, ukuran bukaan kelopak mata pada ptosis lebih kecil dibanding
levator palpebra superior (otot kelopak mata atas). Rata – rata lebar fisura
panjang fisura palpebra berkisar 28 mm. Rata – rata diameter kornea secara
horizontal adalah 12 mm, tetapi vertikal adalah 11 mm. Bila tidak ada
deviasi vertikal maka refleks cahaya pada kornea berada 5,5 mm dari batas
limbus atas dan bawah. Batas kelopak mata atas biasanya menutupi 1.5 mm
kornea bagian atas, sehingga batas kelopak mata atas di posisi tengah
Jarak antara margo palpebra superior dan inferior pada posisi penglihatan
primer.8
22
2. Margin-Reflex Distance
Jarak antara tengah refleks cahaya pupil dan margin kelopak mata atas
normal.8
samar-samar atau tidak ada. Ciri khas lid-crease orang Asia biasanya
23
4. Levator Function
penggaris dan menempatkan titik nol pada margo palpebra superior, juga
pemeriksa menekan otot frontal agar otot frontal tidak ikut mengangkat
kelopak, lalu penderita diminta melihat ke atas maksimal dan dilihat margo
palpebra superior ada pada titik berapa. Aksi levator normal 14-16 mm.10
5. Bells Phenomenon
membuka kelopak mata atas, kalau bola mata bergulir ke atas berarti Bells
Phenomenon (+).8
24
Pemeriksaan Oftalmologi Lainnya:
Posisi kepala, elevasi dagu, posisi alis mata, dan aksi alis saat
Tes Schimer
Sensibilitas kornea
Pemeriksaan Tambahan:
H. Pengobatan
ringan, tidak didapati kelainan kosmetik dan tidak terdapat kelainan visual
25
ambliopia, pembedahan dapat direncanakan secepatnya. Namun jika hanya
vertikalnya (jika fungsi levator baik) atau diikatkan ke frontal (jika fungsi
levator buruk).2
Indikasi pembedahan: 5
1. Fungsional
2. Kosmetik
4. Myasthenia gravis
dengan anestesi lokal. Pada ptosis ringan, jaringan kelopak mata yang
26
atas dengan otot alis mata. Koreksi ptosis pada umumnya dilaksanakan
hanya setelah ditemukan penyebab dari kondisi tersebut. Dan perlu diingat
2. Frontalis sling
3. Prosedur Fasenella-Stevat
I. Prognosis
27
BAB III
KESIMPULAN
oftalmologi yang tepat. Anamnesis pada pasien ptosis meliputi identitas; onset
ptosis; faktor yang mengurangi atau pemicu; riwayat keluarga; sejak pertama
rahang, gerakan mata yang abnormal, postur kepala yang abnormal; riwayat
trauma atau pembedahan sebelumnya dan foto lama dari wajah dan mata pasien
reflex distance, upper lid crease, levator function, Bells phenomenon dll.
menggantungkan palpebra pada otot frontal. Jenis operasi untuk ptosis kongenital
adalah reseksi levator eksternal. Pada ptosis yang didapat (aponeurotic etiology),
vertikalnya (jika fungsi levator baik) atau diikatkan ke frontal (jika fungsi levator
buruk). Prosedur Fasenella-Servat lebih sering digunakan untk kasus ptosis yang
didapat.
28
DAFTAR PUSTAKA
5. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta. 2004.
29